Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN BBDM MODUL 6.

2 SKENARIO 2

Dosen Tutor : drg. Tyas Prihatiningsih, MDSc


Kelompok 2
Anggota :
Amana Fitria Chusaeni 22010217120015

Anindita Yasmine Bagaskarina 22010217120005

Anis Hilda Intani Azis 22010217130027

Anisa Nurbaiti Rosyidah 22010217120018

‘Arfa Amali Putri 22010217130032

Mahira Taqiya 22010217140030

Megah Mira Anriana 22010217130026

Melan Setyoningrum 22010217140044

Melly Presilia 22010217120022

Mila Dena Yurisya 22010217130067

Isya Ferischa Himawan 22010217120006

Jihan Nabilatsanya Dhaifullah 22010217140045

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
LembarPengesahan

Laporan : Belajar Bertolak Dari masalah (BBDM)

Modul : 6.2

Skenario :2

Judul Skenario : Klinik Baru

Tutor : drg. Tyas Prihatiningsih, MDSc

Anggota Kelompok :

Amana Fitria Chusaeni 22010217120015

Anindita Yasmine Bagaskarina 22010217120005

Anis Hilda Intani Azis 22010217130027

Anisa Nurbaiti Rosyidah 22010217120018

‘Arfa Amali Putri 22010217130032

Mahira Taqiya 22010217140030

Megah Mira Anriana 22010217130026

Melan Setyoningrum 22010217140044

Melly Presilia 22010217120022

Mila Dena Yurisya 22010217130067

Isya Ferischa Himawan 22010217120006

Jihan Nabilatsanya Dhaifullah 22010217140045

Tanda Tangan Tutor/ Dosen yang


Tanggal Pengesahan
Mengesahkan
SKENARIO

“Klinik Baru”
drg. B adalah seorang dokter gigi yang berencana untuk menjalankan sebuah klinik dengan
konsep kedokteran gigi keluarga. drg. B masih mempertimbangkan apakah klinik tersebut
dapat dijalankannya sendiri atau bergabung di dalam suatu sistem tertentu seperti perusahaan
maupun asuransi kesehatan seperti JKN. Apabila menjalankannya sendiri ataupun bersama
teman sejawatnya, maka drg. B perlu mengetahui tentang perizinan pendirian klinik, unit cost
analysis, dan penjaminan mutu (quality assurance) kliniknya kelak, serta pengelolaan limbah
praktik. Sedangkan bila bergabung dengan sistem pelayanan kesehatan yang ada. drg. B
sebaiknya menguasai sistem kapitasi yang merupakan salah satu sistem pembiayaan klinik di
era JKN

I. Terminologi
1. Kedokteran gigi keluarga : dokter gigi keluarga adalah dokter gigi yang mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi yang berorientasi pada komunitas
dengan keluarga sebagai target utaama serta memandang individu yang sakit maupun
sehat sebagian dari unit keluarga dan komunitasnya
2. Asuransi kesehatan : sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin
biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit
atau mengalami kecelakaan.
3. JKN : bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan
dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib,
tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
4. Unit cost analysis: proses pengumpulan data keuangan/biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan kegiatan produksi atau menghasilkan jaasa/kegiatan yang diberikan.
(+) dihitung untuk satu satuanproduk pelayanan
5. Quality assurance : jaminan pada kualitas produk yg dihasilkan dan memastikan
proses pembuatan produk tersebut sesuai dengan standar dan persyaratan yang telah
ditentukan, digunakan untuk memberikan keamanan atau kepercayaan terhadap
produk yang dibuat oleh sebuah perusahaan
6. Limbah praktik :Segala jenis sampah yang mengandung bahan infeksius (atau bahan
yang berpotensi infeksius). Biasanya berasal dari fasilitas kesehatan
7. Sistem kapitasi: model pembayaran perbulan yang dibayarkan oleh BPJS dimuka
untuk fasilitas tingkat pertama (FKTP) yang dihitung berdasarkan jumlah orang yang
ditanggung. (+)pembayaran di muka atau prospektif dengan konsekuensi pelayanan
kesehatan dilakukan secara pra upaya atau sebelum peserta BPJS jatuh sakit.
mendorong Faskes Tingkat Pertama untuk bertindak secara efektif dan efisien serta
mengutamakan kegiatan promotif dan preventif.
8. Klinik : Pelayanan kesehatan dasar atau speliaslistik yang diselenggarakan oleh lebih
dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis, menurut
permenkes klinik dibagi jadi 2 , yaitu klinik pratama ( dasar) bisa perorangan atau
badan usaha dan utama (spesialisik) berbentuk badan hukum.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja syarat drg dalam mendirikan klinik drg keluarga?
2. Bagaimana model pelayanan kedokteran gigi keluarga? beda scr umum drg praktik
sendiri sama yang kelompok
3. Apa saja syarat suatu klinik dapat bergabung dalam sistem JKN?
4. Apa peraturan yang mengatur tentang klinik ?
5. Bagaimana konsep kedokteran gigi keluarga?
6. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi unit cost?
7. apa tujuan dan manfaat dokter gigi mengetahui unit cost analysis?
8. Bagaimana ciri-ciri pelayanan kesehatan kedokteran gigi keluarga?
9. apa saja syarat mendirikan klinik ?

III. HIPOTESIS
1. Syarat medirikan klinik drg keluarga
 sertifikasi: pengakuan akan kompetensi yang dimiliki seseorang, diberikan oleh
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan drg keluarga (fkg, kolegium
kedokteran gigi indonesia, serta organisasi profesi/ pdgi, departemen kesehatan)
sertifikat kompetensi -> surat tanda pengakuan thd kemampuan drg
u/menjalankan praktik kedokteran di seluruh indonesia sth lulus kompetensi.
untuk memperoleh STR drg keluarga, drg harus : (1) memiliki ijazah drg dan
sertifikat pelatihan drg keluarga (2) mempunyai surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah drg (3)memiliki srt ktrngan kesehatan fisik dan mental dktr
dg SIP
 registrasi: pencatatan resmi thp drg yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan
telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui scr hukum utk
melakukan tindakan profesinya. STR drg berlaku 5th dan diregis ulang tiap 5th
sekali. Sertifikat kompetensi adl surat tanda pengakuan th kemampuan drg untuk
menjalankan praktik kedokteran di seluruh indonesia setelah lulus kompetensi.
Untuk memperoleh str drg keluarga oleh KKI drg keluarga harus:

a) memiliki ijazah drg dan sertifikat pelatihan drg keluarga


b) mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah drg
c) memiliki surat keerangan sehat fisik dan mental dr dr dengan SIP
d) memiliki sertifikat kompetensi drg keluarga
e) membuat pernyataan akan melaksanakan ketentuan etika profesi
 lisensi/ SIP: bukti tertulis yg diberikan pemerintah kpd drg yg telah diregis setelah
memnuhi persyaratan yang berlaku ada lagi syarat perorangan sama yg kelompok
2. Model pelayanan kedokteran gigi keluarga
 drg keluarga praktik perorangan: dikembangkan atas inisiatif drg dan perawat
gigi, sesuai standar perijinan yg telah ditetapkan, memiliki sertifikasi bahwa telah
mengikuti program pendidikan KG keluarga atau melalui diklat khusus untuk
melatih drg menjadi drg keluarga sesuai kompetensi
 drg keluarga praktik kelompok: tim melaksakan praktik untuk pelayanan keluarga
binaannya sbg mitra kerja tergabung dlm sistem pelayanan drg keluarga shg
standar klinik dan asuransi kesehatan yg digunakan sesuai konsep drg keluarga
sasaran dokter gigi keluarga yaitu perorangan keluarga dan komunitas. penanganan
dengan pendekatan holistik dan komperhensif, mengutamakan upaya promotif dan
preventif selain kuratif/rehabilitative.
Pelayanan kesehatan yang bercirikan: untuk dokter keluarga:
- Sasaran perorangan, keluarga dan komunitas
- Mengutamakan upaya promosi dan prevensi kesehatan, selain kuratif/
rehabilitative
- Penanganan dengan pendekatan holistik dan komprehensif, Intervensi
kesehatan /pengobatan rasional (aman, efektif, murah, bisa diterima)
- Pelayanan berkelanjutan
- Advokatif (membela kepentingan dan ketidak-mampuan pasien/ sasaran
pelayanan

3. Syarat suatu klinik dapat bergabung dalam sistem JKN


- Surat Ijin Praktik
- Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP)
-  Perjanjian kerjasama dengan laboratorium, apotek dan jejaring lainnya
- Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional

 Pilih lokasi & bangunan


 Cek dokumen tanah & Bangunan lokasi ke DTK/GS/KRK
 Cek kompetisi & peluang pasar
 Penuhi syarat ijin pelengkap (KRK,IMB,HO)
 Penuhi  syarat ijin SDM (SIP, SIK )
 Renovasi – Perlengkapan Ijin Klinik
 Pengajuan ijin klinik – BPPT Pemkot SMG
 Survey Lapangan oleh tim perijinan
 Ijin keluar
 Operasional

4. Permenkes RI no 028 / Menkes / Per/ 1/ 2011 Tentang Klinik


5. Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga sebagai Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata
pertama merupakan pelayanan paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang
bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut dalam konteks keluarga.
Dokter gigi keluarga dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip pelayanan kedokteran
gigi keluarga yaitu
 Dokter Gigi kontak pertama (First contact)
 Layanan bersifat pribadi
 Pelayanan paripurna
 Paradigma sehat
 Pelayanan berkesinambungan
 Koordinasi dan kolaborasi
 Family and Community oriented
6. Faktor unit cost
 Biaya investasi : biaya pembangunan gedung, pembelian peralatan medis&non
medis, biaya pelatihan tenaga kerja
 Biaya kegiatan rutin : mencakup biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
kegiatan. Dibagi menjadi 2 : direct cost & indirect cost.
 Direct cost : Tindakan & pelayanan yang diberikan. Semakin sulit & canggih
tindakan/peralatan yg di gunakan maka tarifnya akan semakin tinggi
 Indirect cost : gaji karyawan, pemeliharaan bangunan & peralatan, listrik,air,dll
tujuan perhitungan unit cost untuk mendpatkan informasi mengenai : perencanaan
anggaran, merencanakan anggaran untuk operasional, menetapkan harga,
pengendalian biaya, dan memperbaiki kualitas, membantu pengembalian
keputusan sperti; menetapkan harga, menambah atau menghilangkan jasa

7. Dengan penghitungan unit cost, efisiensi dan kinerja suatu entitas dapat dimonitor dengan
baik. Selain itu dengan penghitungan unit cost akan dihasilkan informasi mengenai biaya
per item, sehingga akan lebih memudahkan dalam membuat strategi, penganngaran
maupun berbagai keputusan penting lainnya.. Selain itu , bisa untuk dasar pengajuan pola
tarif baru dan alat advokasi.

8. Pelayanan kesehatan yang bercirikan:


1. Sasaran perorangan, keluarga dan komunitas
2. Mengutamakan upaya promosi dan prevensi kesehatan,
selain kuratif/ rehabilitatif
3. Penanganan dengan pendekatan holistik dan
komprehensif,
4. Intervensi kesehatan /pengobatan rasional (aman, efektif,
murah, bisa diterima)
5. Pelayanan berkelanjutan
6. Advokatif (membela kepentingan dan ketidak-mampuan
pasien/ sasaran pelayanan
9. Syarat mendirikan klinik
 Surat permohonan
 Fotkopi INB
 Izin gangguan
 Fotkop notaris pendirian bahan hokum
 Surat pernyataan permohonan
 Surat peryataan membina 2 posyandu
 Surat nyewa bangunan minimal 5 taun
 Daftar alat2 kedokteran dan obat2 an yang digunakan
 Profil klinik yg akan didirikan (struktur organisasi kepengurusan
 Sarana prasarana
 Denah ruangan
 Denah linkungan menggambarkan lokasi klinik
 Instalasi air, listrik , udara
 Sarana pengelolaan limbah
 Kebakaran
 Ambulance untuk rawat inap
Persyaratan khusus: (1) dokter penanggung jawab dokter umum/gigi, (2)tenaga teknis
kefarmasian,(3) tenaga admin/lain (4) diajukan ke kepala satlak ptsp kecamatan
IV. PETA KONSEP

KEDOKTERAN GIGI KELUARGA

PERORANGAN BERSAMA

MANAJEMEN PENJAMINAN PENGOLAHAN SISTEM


ADMINISTRASI MUTU LIMBAH KAPITASI
KLINIK

V. SASARAN BELAJAR
1. Mengetahui dan menjelaskan perngertian klinik dokter gigi keluarga beserta jenisnya
2. Mengetahui dan menjelaskan konsep kedokteran gigi keluarga

3. Mengetahui dan menjelaskan Penajaminan mutu klinik drg


4. Mengetahui dan menjelaskan Perizinan klinik drg
5. Mengetahui dan menjelaskan Sistem Kapitasi Klinik drg keluarga
6. Mengetahui dan menjelaskan Cost manajemen drg
7. Mengetahui dan Menjelaskan Pengelolaan limbah klinik

VI. BELAJAR MANDIRI

1. Pengertian dan jenis klinik dokter gigi keluarga


Klinik dokter gigi keluarga adalah unit pelayanan Kesehatan gigi yang
menyelenggarakan pelayanan dokter gigi keluarga Pelayanan dokter gigi keluarga dapat
berkembang dari beberapa model, yaitu:
 Dokter gigi keluarga praktik perorangan/Praktik solo
Dikembangkan atas inisiatif dokter gigi dan perawat gigi dan sesuai dengan
standar perizinan yang telah ditetapkan, serta memiliki sertifikat bahwa telah
mengikuti melalui Program Pendidikan Kedokteran Gigi Keluarga (PKGK) atau
melalui diklat khusus untuk melatih dokter gigi menjadi dokter gigi keluarga
sesuai kompetensi yang di harapkan.
 Dokter gigi keluarga praktik berkelompok
Dokter gigi keluarga beserta tim yang melaksanakan praktik untuk pelayanan
keluarga binaanya sebagai mitra kerja tergabung dalam system pelayanan dokter
keluarga/dokter gigi keluarga sehingga standar klinik dan asuransi Kesehatan
yang digunakan sesuai dengan konsep dokter gigi keluarga.
2. Kedokteran gigi keluarga sebagai upaya kesehatan perorangan (UKP) strata pertama,
merupakan pelayanan paripurna dalam bidang kesehatan gimul yang bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan gimul yang setinggi-tingginya dari pengguna jasa dalam
konteks keluarga .
Visi: kemandirian keluarga mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut setinggi-tingginya
melalui pelayanan secara efektif, efisien, adil, merata, dan bermutu.

Misi:

a) Memberdayakan keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut
dan mengupayakan tersedianya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang merata,
bermutu, dan terjangkau bagi keluarga
b) Memberikan pelayanan, asuhan, da perlindungan kesehatan gigi dan mulut keluarga
c) Meningkatkan profesionalisme kedokteran gigi dalam mengemban peran, tugas, dan
fungsi dokter gigi
d) Meningkatkan kemitraan dengan profesi, institusi, pendidikan, dan pihak terkait
e) Tertatanya pembiayaan kesehatan gigi dan mulut

Tujuan dokter gigi keluarga:


a) Tercapainya kemandirian keluarga dalam menjaga self care gigi dan mulut
b) Terpenuhinya kebutuhan keluarga untuk emmeperoleh pelayanan kesehatan gigi yang
optimal, bermutu, dan berkesinambungan
c) Tertatanya pembiayaan dalam pelayanan dokter gigi keluarga
d) Tertatanya administrasi dalam manajemen pelayanan dokter gigi keluarga
e) Terbinanya profesionalisme dokter gigi secara berkesinambungan

Prinsip pelayanan:

1. Dokter gigi kontak pertama (first contact), memberi pelayanan kesehatan yang
pertama kali ditemui oleh pasien dalam menyelesaikan kesehatan gigi dan mulut.
Umumnya ditangani di pelayanan strata pertama, maka dokter gigi keluarga sebagai
kontak pertama dan sarana perujukan ke strata berikutnya
2. Layanan bersifat pribadi (personal care), memberikan layanan kepada perorangan.
Adanya hubungan baik dengan pasien dan seluruh keluarganya memeberikan peluang
kepada seorang dokter gigi keluarga untuk memahami masalah pasien secara lebih
luas dan keputussan medis tidak hanya dari aspek medis tetapi juga aspek sosil,
budaya, dan ekonomi pasien beserta keluarga
3. Pelayanan paripurna (comprehensive), pelayanan menyeluruh meliputi pendekatan
pemeliharaan, promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai dengan kebutuhan
pasien. Namun layanannya lebih menekankan kepada upaya promotif, perlindungan
khusu, deteksi dan penanganan dini. Maka pelayanannya berorientasi kepada
paradigma sehat.
4. Paradigma sehat, mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam
menjaga kesehatan mereka sendiri mealui kesadaran yang tinggi pada pentingnya
pelayanan kesehatan yang promotif dan preventif.
5. Pelayanan berkesinambungan (continous care), pelayanan berpusat pada pasien
oriented. Melandasi hubungan jangka panjang yang berkesinambungan dalam
beberapa tahap kehidupan pasien
6. Koordinasi dan kolaborasi, dokter gigi keluarga perlu berkonsultasi dengan disiplin
lain, merujuk ke spesialis dan pemberian informasi sejelas-jelasnya pada pasien.
7. Family and community oriented, dalam menangani masalah pasien,
mempertimbangkan kondisi pasien terhadap keluarga tanpa mengesampingkan
pengaruh sosial budaya tempat tinggal pasien dan memperhatikan dampak kondisi
pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.

Spesifikasi kompetensi dokter gigi keluarga:

a) Diet dan konseling


b) Manajemen resiko berbasis keluarga
c) Perencanaan pembiayaan kesehatan gigi dan mulut keluarga
d) Analisis efektif biaya
e) Manajemen perilaku berbasis dinamika keluarga
f) Manajemen data berbasis rekam medik keluarga
g) Pengendalian mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut keluarga

3. Penjaminan mutu klinik dokter gigi


Quality assurance (QA) merupakan penilaian atau pengukuran kualitas dan implementasi
dari setiap perubahan yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan
kualitas perawatan yang diberikan. System QA dapat digunakan sebagai metode untuk
mengevaluasi kualitas perawatan gigi yang mencakup Langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memilih aspek perawatan gigi yang akan dievaluasi


b. Menetapkan kriteria perawatan yang telah diberi kriteria
c. Membandingkan kriteria perawatan baru dan lama
d. Membuat penilaian sejawat atas kualitas berdasarkan hasil perbandingan
e. Bertindak berdasarkan hasil evaluasi untuk modifikasi perawatan
f. Memastikan bahwa tindakan berdampak baik pada pemberian perawatan
Mutu pelayanan Kesehatan yang baik dapat memuaskan pasien jika penyelenggaraanya
sesuai dengan standar dan kode etik profesi. Berikut standar mutu pelayanan :
- Ketersediaan pelayanan
- Kewajaran pelayanan
- Kesinambungan pelayanan
- Penerimaan pelayanan
- Ketercapaian pelayanan
- Keterjangkauan pelayanan
- Efisiensi pelayanan
- Efektifitas pelayanan
Dan berikut manfaat penerapan kode etik dan standar pelayanan :
- Hubungan baik antar dokter pasien
- Kenyamanan pelayanan
- Kebebasan menentukan pilihan
- Pengetahuan dan kompetensi Teknik
- Efektivitas pelayanan
- Keamanan Tindakan
Ukuran mutu pelayanan Kesehatan sebagai berikut :

- Proses pelayanan sesuai prosedur pelayanan standar;


- Petugas pelayanan memiliki kompetensi yang diperlukan;
- Pelaksanaan pelayanan didukung teknologi, sarana dan prasarana yang memadai;
- Tidak bertentangan dengan kode etik;
- Dapat memuaskan pelanggan;
- Memuaskan petugas pelayanan; dan
- Pelaksanaan pelayanan mendapatkan keuntungan bagi lembaga penyedia
pelayanan.
Metode yang digunakan pada program menjaga mutu antara lain :

1. Audit, yaitu pengawasan yang dilakukan terhadap input, proses, lingkungan, dan
output apakah dilaksanakan sesuai standar yang telah ditetapkan. Audit dapat
dilaksanakan konkuren atau retrospektif, dengan menggunakan data yang ada
atau mengumpulkan data baru.
2. Review, yaitu penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan sumber
daya, laporan kejadian/kecelakaan seperti yang direfleksikan pada catatan-
catatan.
3. Survei, yaitu dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung
maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur.
4. Observasi, yaitu pengamatan terhadap asuhan pasien, meliputi status fisik dan
perilaku pasien.
Keselamatan dan kualitas saling terkait erat, karena keselamatan pasien yang optimal
hanya dapat dicapai dengan perawatan berkualitas tinggi selama perjalanan pasien yang
lengkap. Ketika kualitas semua proses perjalanan pasien dipastikan, kemungkinan
ancaman bagi keselamatan pasien akan dikenali lebih awal untuk mencegah ancaman
menjadi kecelakaan.

Salah satu tantangan utama Quality Assurance dalam layanan kesehatan adalah masalah
pengukuran kualitas, mengingat berbagai parameter hasil yang dapat dipilih, kesulitan
dengan data yang andal sering diperoleh, dan variasi luas dalam populasi yang dilayani
oleh berbagai layanan kesehatan penyedia dan dalam spesialisasi tertentu. Secara umum,
kualitas perawatan dapat diukur dan didefinisikan tiga tingkatan yang berbeda; tingkat
struktural, tingkat proses, dan tingkat hasil (klinis).

Menerapkan program Quality Assurance dianggap sebagai proses jangka panjang.


Strategi implementasi dimulai dengan pembentukan budaya yang tepat dan kesadaran
akan perubahan yang diusulkan, diikuti dengan pencarian informasi latar belakang,
diikuti dengan penerimaan perubahan dan adopsi dalam praktik.

4. Perizinan Klinik Drg


 Klinik yang dimiliki masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan dapat didirikan
oleh perorangan atau badan usaha
 Bangunan harus permanen, tidak gabung dengan rumah ‘umum’, dan dapat
diadaptasi oleh semua orang termasuk yang penyandang cacat
 Prasarana klinik : sanitasi,listrik, ventilasi,pencahayaan berfungsi dengan baik
 Penanggung jawab teknis klinik harus tenaga medis, memiliki SIP pada klinik tsb,
dan hanya memegang penanggung jawab teknis 1 klinik saja
 Pada klinik pratama drg paling sedikit 2 dan pada klinik utama paling sedikit 1 drg
umum dan 1 drg spesialis
 Seluruh tenaga kesehatan wajib punya STR, SIK, dan SIP
 Peralatan yg digunakan diklinik harus di uji dan di kalibrasi berkala oleh institusi
pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang
 Penyelenggara wajib memiliki Izin mendirikan dan izin operasional
 Tahap Izin mendirikan :
- Identitas lengkap
- Fc pendirian badan hokum/badan usaha bila ada
- Fc sah sertif tanah --> notaris, bukti surat kontral 5 tahun
- Dokumen SPPL surat pernyataan pengelolaan lingkungan untuk klinik rawatjalan
- Profil klinik lengkap
 Tahap izin operasional:
- Memenuhi persyaratan teknis ( lokasi, bangunan,prasarana dll)
- Mendapat izin rekomendasi dari dinas kesehatan kab/kota
- Izin operasional berlaku 5 tahun, menunggu keputusan izin operasional 1 bulan
5. Sistem kapitasi klinik dokter gigi keluarga
Sistem pembiayaan yang digunakan Badan Pelaksanaan Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan untuk membayar kepada fasilitas kesehatan adalah dengan sistem kapitasi
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (primer), serta sistem paket INA CBG’s untuk
fasilitas kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Besaran Tarif Kapitasi bagi FKTP selain Puskesmas
a) Praktik dokter atau fasilitas kesehatan yang setara memperoleh kapitasi sebesar
Rp.8.000,00 (delapan ribu rupiah) apabila memiliki 1 (satu) orang dokter dan
membuka waktu pelayanan kurang dari 24 (dua puluh empat) jam.
b) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.8.000,00 (delapan ribu rupiah)
apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang, tidak memiliki dokter gigi,
dan membuka waktu pelayanan kurang dari 24 (dua puluh empat) jam setiap hari.
c) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.8.100,00 (delapan ribu seratus
rupiah) apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang dengan perbandingan
1 (satu) orang dokter berbanding dengan paling sedikit 5.001 (lima ribu satu)
Peserta, memiliki dokter gigi paling sedikit 1 (satu) orang, dan membuka waktu
pelayanan kurang dari 24 (dua puluh empat) jam setiap hari.
d) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.8.250,00 (delapan ribu dua ratus
lima puluh rupiah) apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang dengan
perbandingan 1 (satu) orang dokter berbanding dengan paling banyak 5.000 (lima
ribu) Peserta, memiliki dokter gigi paling sedikit 1 (satu) orang, dan membuka
waktu pelayanan kurang dari 24 (dua puluh empat) jam setiap hari.
e) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.8.500,00 (delapan ribu lima ratus
rupiah) apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang dengan perbandingan
1 (satu) orang dokter berbanding dengan paling sedikit 10.001 (sepuluh ribu satu)
Peserta, tidak memiliki dokter gigi, dan membuka waktu pelayanan 24 (dua puluh
empat) jam setiap hari.
f) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.8.750,00 (delapan ribu tujuh
ratus lima puluh rupiah) apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang
dengan perbandingan 1 (satu) orang dokter berbanding dengan paling sedikit
5.001 (lima ribu satu) sampai dengan paling banyak 10.000 (sepuluh ribu)
Peserta, tidak memiliki dokter gigi, dan membuka waktu pelayanan 24 (dua puluh
empat) jam setiap hari.
g) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.9.000,00 (sembilan ribu rupiah)
apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang dengan perbandingan 1 (satu)
orang dokter berbanding dengan paling banyak 5.000 (lima ribu) Peserta, tidak
memiliki dokter gigi, dan membuka waktu pelayanan 24 (dua puluh empat) jam
setiap hari.
h) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.9.250,00 (sembilan ribu dua ratus
lima puluh rupiah) apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang dengan
perbandingan 1 (satu) orang dokter berbanding dengan paling sedikit 10.001
(sepuluh ribu satu) Peserta, memiliki dokter gigi paling sedikit 1 (satu) orang, dan
membuka waktu pelayanan 24 (dua puluh empat) jam setiap hari.
i) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.9.500,00 (sembilan ribu lima
ratus rupiah) apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang dengan
perbandingan 1 (satu) orang dokter berbanding dengan paling sedikit 5.001 (lima
ribu satu) sampai dengan paling banyak 10.000 (sepuluh ribu) Peserta, memiliki
dokter gigi paling sedikit 1 (satu) orang, dan membuka waktu pelayanan 24 (dua
puluh empat) jam setiap hari.
j) Klinik Pratama memperoleh kapitasi sebesar Rp.9.750,00 (sembilan ribu tujuh
ratus lima puluh rupiah) apabila memiliki dokter paling sedikit 2 (dua) orang
dengan perbandingan 1 (satu) orang dokter berbanding dengan paling banyak
5.000 (lima ribu) Peserta, memiliki dokter gigi paling sedikit 1 (satu) orang, dan
membuka waktu pelayanan 24 (dua puluh empat) jam setiap hari.
k) Praktik perorangan Dokter Gigi memperoleh kapitasi sebesar Rp.
2.000,-/orang/bulan.

6. Cost manajemen dokter gigi

Unit cost adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang
berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia
memberikan jasa kepada pasien.

Strategi penetapan unit cost :

Ada tipe yang berhubungan dengan biaya; Berhubungan dengan pasar; Berhubungan
dengan pesaing. Ini berarti setelah perhitungan biaya satuan kita tidak bisa menentukan
unit cost tersebut untuk dijual, namun kita harus melalui tahapan penentuan standar biaya
(standard cost pricing steps).

Metode Activity Based Costing (ABC) adalah metode untuk menentukan unit cost yang
didasarkan pada aktivitas dan sumber daya yang digunakan untuk melakukan aktivitas
tersebut. Proses perhitungan unit cost dengan metode ABC menggunakan langkah –
langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi biaya direct tracing

Cara pembebanan biaya langsung ke aktivitas dilakukan melalui direct


tracing yaitu identifikasi secara langsung konsumsi sumber daya oleh aktivitas.
Informasi ini didapatkan melalui dokumen biaya dan observasi secara langsung.
Biaya ini hanya muncul bila ada aktivitas pada unit produk atau jasa dan bila tidak
ada suatu aktivitas maka biaya tidak dikeluarkan. Aktivitas primer yang
mengakibatkan timbulnya aktivitas sekunder untuk pelayanan sirkumsisi
membutuhkan sejumlah waktu, alat medis dan non medis, biaya laundry, biaya
kebersihan, pemakaian ruangan, biaya listrik, biaya air, biaya jasa dokter dan
perawat serta biaya lainnya.

2. Identifikasi Biaya Driver Tracing

Driver tracing merupakan suatu pembebanan biaya tidak langsung ke aktivitas


melalui hubungan sebab akibat antara sumber daya yang dikonsumsi dengan
aktivitas yang ditimbulkan. Matrik Expense-Activity-Dependence (EAD) dan
matrik Activity-ProductDependence (APD) digunakan untuk mengidentifikasi
biaya driver tracing. Kedua matrik ini adalah penelusuran secara tidak langsung
dengan cara menentukan pemicu biaya (cost driver) yang berasal dari unit-unit
penunjang yang tidak secara langsung memproduksi produk atau jasa.

Matrik EAD merupakan sebuah matrik yang menghubungkan antara suatu


aktivitas dengan biaya. Untuk menghubungkan antara aktivitas dengan produk
digunakan matrik APD. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi driver tracing
adalah sebagai berikut:

a. Menentukan kategori biaya

b. Mengidentifikasi aktivitas – aktivitas utama

Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas utama


adalah dengan observasi serta wawancara.

c. Menghubungkan aktivitas dengan biaya dengan membuat matriks Expences


Activity Dependence (EAD)

Langkah ini mengidentifikasikan aktivitas yang berkontribusi dengan


masing-masing biaya.

d. Membuat tanda centang (checkmarks) secara proporsional dalam matrik EAD


Tanda centang (check-marks) berguna untuk menentukan hubungan dari
tiap aktivitas yang ada dengan waktu yang dibutuhkan dalam menyerap biaya-
biaya yang ada.

e. Menentukan nilai rupiah terhadap aktivitas – aktivitas

Mengalikan nilai proporsi dari masing – masing aktivitas dengan total


biaya yang telah ditetapkan.

f. Menghubungkan aktivitas dengan produk dengan membuat matriks Activity


Product Dependence (APD)

Menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan aktivitas dalam menghasilkan


sebuah produk layanan atau jasa.

g. Membuat tanda centang (checkmarks) secara proporsional dalam matriks


APD

Membuat tanda centang (check-marks) yang diletakkan secara


proporsional untuk menentukan hubungan aktivitas dengan produk jasa yang
dihasilkan.

h. Menentukan nilai rupiah masing-masing produk

Nilai rupiah dari biaya setiap produk layanan dalam matrik diperoleh dari
perhitungan nilai proporsi waktu setiap produk layanan pada matrik APD
dikalikan dengan nilai rupiah total aktivitas pada hasil perhitungan matrik
EAD sehingga diperoleh total biaya aktivitas per produk layanan.

A. Metode analisis biaya double distribution


Perhitungan tarif pelayanan kesehatan gigi dengan cara menjumlahkan berbagai jenis
biaya yaitu: biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost), biaya produksi dan
biaya penunjang. Akan tetapi pada setiap penentuan tarif pelayanan didasarkan pada jenis
tindakan yang diberikan di unit pelayanan gigi.
a) Hasil perhitungan
Pertimbangan yang paling menentukan besarnya tarif pelayanan gigi diperoleh
dengan menghitung seluruh biaya yang ada yaitu: biaya tetap dan biaya tidak
tetap
b) Berchmarking
Merupakan suatu penetapan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai peluang perbaikan aktivitas
Dalam menetapkan harga pokok Pelayanan gigi, diklasifikasikan biaya-biaya menjadi
empat macam yaitu:

 Biaya Tetap (Fixed Cost)


 Biaya tetap merupakan total biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume
kegiatan/aktivitas yang dilakukan. Biaya-biaya tersebut yaitu: biaya depresiasi
alat- alat medis.
 Biaya Tidak Tetap (Variable cost)
 Biaya tetap merupakan total biaya yang dipengaruhi oleh volume
kegiatan/aktivitas yang dilakukan. Contoh : biaya material kedokteran gigi
 Biaya Produksi
 Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi saat suatu jasa dihasilkan/biaya
tenaga kerja langsung. Biaya tersebut yaitu: jasa sarana dan jasa prasarana
 Biaya Penunjang
 Biaya Penunjang merupakan biaya yang digunakan sebagai bahan penunjang saja.
Biaya tersebut yaitu: biaya obat dan sediaan farmasi Poliklinik Gigi.

B. Metode Activity Based Costing (ABC) System


 ABC System yaitu metode perhitungan biaya dengan menelusuri aktivitas
perusahaan yang menimbulkan biaya operasional.
 Memiliki keunggulan dalam melakukan efisiensi biaya dengan cara
mengidentifikasi dan mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah 
manajemen akan lebih mudah dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan
profitabilitas
 Sangat efektif digunakan pada perusahaan dengan produk yang beraneka ragam,
termasuk klinik gigi
 Di dalam menentukan metode ABC System, data-data yang dibutuhkan antara lain:
data jenis tindakan pelayanan, data biaya tarif pelayanan berdasarkan jenis
tindakan pelayanan tahun
 Perhitungan Tarif Pelayanan Kesehatan Gigi Menggunakan Activity Based
Costing System :
Langkah 1 : Identifikasi biaya langsung dan tidak langsung

Langkah 2 : identifikasi harga tersebut pada aktivitas tertentu saat perawatan gigi pasien 
terbentuk matriks yang mengkombinasikan biaya langsung dan tidak langsung pada
aktivitas tertentu  biaya yang berbeda untuk masing-masing aktifitasnya
Langkah 3 : jumlahkan subtotal dari biaya langsung yang sudah dipilih dan estimasi
persentase biaya tidak langsung untuk aktivitas tertentu  total cost  menghitung unit
cost dengan membagi total cost dengan jumlah pasien per bulan yang menerima perawatan
spesifik.

Langkah 4 : cocokkan harga dengan tipe perawatan pasien


Mendapatkan tarif spesifik untuk setiap tipe pasien. Contoh :
Pasien tipe 1  Pasien yang membutuhkan PSA  membutuhkan aktifitas kode
A1+A2+A4+A5 dan lihat unit cost nya  tarif spesifik untuk tipe pasien tersebut
C. Metode Cost Benefit Analysis :
 Cost Benefit Analysis adalah suatu teknik untuk menganalisis biaya dan manfaat yang
melibatkan estimasi dan mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan alternatif
tindakan yang akan dilakukan.
 Tujuan  memberikan sebuah evaluasi yang konsisten terhadap sebuah keputusan dan
berbagai konsekuensi yang timbul dari pengambilan keputusan ini, sebagai alat analisis
untuk menilai keuntungan atau kerugian dari sebuah investasi dari segi ekonomi
(European Commision Directorate-General for Regional and Urban Policy, 2015)
 Fungsi
- Mengetahui struktur biaya menurut jenis dan lokasi biaya yang ditempatkan,
sebagai bahan pertimbangan dalam pengendalian biaya yang dikeluarkan
- Mengetahui biaya satuan (besarnya tarif pelayanan yang diberikan, profit, rugi,
tarif rasional dan tidak rasional)
- Bahan pertimbangan dalam menyusun anggaran
 Langkah- langkah :
- Identifikasi Alternatif dan Intervensi yang Akan Dianalisis
- Intervensi yang dipilih untuk dilakukan analisis dapat lebih dari dua. Semakin
banyak intervensi yang akan dianalisis semakin baik hasilnya karena akan
memberikan pilihan yang bervariasi dan analisis yang lebih lengkap. Contohnya :
PSA atau ekstraksi, dalam hal ini kita akan membandingkan mana yang lebih
besar manfaatnya.
- Identifikasi Biaya dari Masing-Masing Alternatif atau Intervensi
- Dalam melakukan identifikasi biaya terlebih dahulu dilakukan pengklasifikasian
komponen-komponen seluruh biaya dari masingmasing alternatif. Klasifikasi
biaya bisa dilakukan menurut beberapa cara lain meliputi biaya investasi, biaya
operasional dan biaya pemelliharaan, biaya risiko kehilangan dan kerusakan.
- Menghitung Total Biaya dari Masing-Masing Alternatif atau Intervensi
- Setelah seluruh komponen biaya teridentifikasi dan diklasifikasikan kemudian
dilakukan penghitungan total seluruh biaya setiap intervensi. Cara penghitungan
biaya total sama seperti dalam penghitungan unit cost.
- Mengidentifikasi manfaat
- mengidentifikasi manfaat dari masing-masing biaya alternatif terdapat dua
komponen, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
- Menghitung total benefit
- Mentransformasi dalam bentuk uang masing-masing manfaat dijumlahkan
biayanya
- Analisis untuk menentukan pilihan dari alternatif atau intervensi yang paling
menguntungkan
 Unit Cost Analysis :
Unit cost (UC) adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk pelayanan yang
diperoleh dengan cara membagi biaya total (TC) dibagi total output (TO).

Biaya Total (TC)


UC =
Total Output (¿)
Komponen dari Unit Cost (UC) itu ada 3 macam, yaitu fixed cost (biaya langsung), semi
variable cost, dan variabel cost (biaya operasional).
- Fixed Cost (Biaya Langsung)
Contoh  biaya investasi Gedung, alat medis, alat non medis, dan kendaraan
seperti ambulance
- Semi variabel Cost
Contoh  gaji (intensif pegawai), biaya pemeliharaan, dan SPPD.
- Variabel Cost (biaya operasional)
Contoh  biaya obat, bahan non medis, biaya makan minum pegawai, pemakaian
listrik, pemakaian air, dan pemakaian telepon.

Dari ketiga macam komponen dari Unit Cost ada beberapa tahap-tahap yang perlu
diperhatikan, antara lain.
 Tentukan pusat biaya (penunjang dan produksi). Biaya penunjang itu seperti
pembiayaan alat tulis (ATK), alat medis, alat non medis, penyusutan
gedung/kendaraan.
 Kumpulkan data tentang elemen biaya di setiap pusat biaya
 Kumpulkan data dari setiap pusat biaya untuk distribusi biaya, sebagai contoh luas
lantai, jumlah pegawai, jumlah porsi makan yang dikonsumsi, jumlah output
(pelayanan, tindakan, hari perawatan pasien, dan lain-lain)

 Komponen biaya berdasarkan lama penggunaannya :


- Biaya investasi  gedung, alat medis dan non medis, alat penunjang medis, dan
kendaraan
- Biaya operasional dan pemeliharaan  gaji, obat, bahan medis, pemeliharaan medis
dan non medis, makan tenaga medis, alat medis habis pakai, bahan atau alat non medis
habis pakai
- Umum  listrik, air, telepon, BBM
7. Pengelolaan limbah klinik
Pengelolaan limbah medis di klinik gigi mengacu pada peraturan yang berlaku.
Tenaga pelayanan kesehatan gigi yang menangani limbah medis harus mendapatkan
pelatihan tentang penanganan limbah yang tepat, metode pembuangannya, dan bahaya
terhadap kesehatan.
 Penggunaan kode warna mengikuti aturan pada umumnya,
- Limbah medis/infeksius  Warna kuning
- Limbah non medis/non infeksius  Warna hitam
 Jarum, blade scalpel, orthodontic bands, pecahan instrumen metal dan bur sebagai
limbah tajam dimasukkan kedalam kontainer tahan tusuk (safety box)
 Darah, cairan suction/limbah cair lain dibuang ke dalam drain yang terhubung
dengan sistem pengolahan limbah cair (IPAL atau jika tidak memiliki dialirkan ke
septic tank)
Pengelola limbah medis  dokter gigi secara langsung melakukan pengelolaan
limbah medis yang dihasilkan ditempat praktiknya dengan melakukan kerjasama
dengan instansi seperti RS atau puskesmas.
1. Pemisahan (Segregating) Limbah Medis
Limbah medis dipisah penempatannya dengan limbah non medis. Limbah
medis dipilah berdasarkan jenisnya. Septic tank untuk menampung limbah medis
cair sebaiknya tidak bercampur dengan septic tank rumah tangga. Limbah cair
yang mengandung bahan kimia dapat membunuh mikroorganisme yang
diperlukan untuk menguraikan limbah rumah tangga. Selain itu, dapat merusak
tanah di daerah penyerapan limbah dan mengkontaminasi air tanah
2. Pengemasan (Packaging) Limbah Medis
Limbah dikemas dengan mengikat kantong plastik sebelum limbah melebihi
kapasitas. Kantong plastik sebaiknya diikat dengan metode “swan neck tie” dengan
tahapan yaitu putar kantong plastik hingga rapat, tekuk hingga menjadi dua bagian,
pegang kantong plastik yang telah diputar tersebut kemudian letakkan penutup
pada “leher” kantong plastik, terakhir kencangkan penutup agar kantong plastik
tertutup rapat
3. Penyimpanan Sementara (Storing) Limbah Medis
Harus dibuatkan area yang dikhususkan untuk penyimpanan limbah.
Sebaiknya jangan menyimpan limbah medis dalam jangka waktu yang lama agar
dapat terhindar dari permasalahan seperti bau busuk yang dapat timbul dari
limbah.
4. Pengangkutan (Transporting) Limbah Medis
Limbah medis dibawa oleh dokter gigi secara langsung ke instansi yang
diajak bekerjasama dengan membuat MOU (Memorandum of Understanding)
terlebih dahulu dengan instansi yang dimaksud.
5. Pemusnahan (Disposing) Limbah Medis
Pemusnahan dilakukan pada instansi seperti rumah sakit dan puskesmas yang
meiliki insinerator. Penggunaan insinerator dapat mengurangi volume limbah
dengan cara membakar limbah tersebut, dapat memusnahkan limbah dalam jumlah
yang banyak. Dokter gigi yang tidak bekerja di instansi dan tidak membuat MOU
untuk melakukan kerjasama dengan instansi, tidak membuang limbahnya
disembarang tempat.

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. BPJS. 2015. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No 2 Tahun
2015. Norma Penetapan Besaran Kapitasi Dan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan
Komitmen Pelayanan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014. 2014. Tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan.
4. Shaw, Charles D., et al. (2014). The effect of certification and accreditation on quality
management in 4 clinical services in 73 European hospitals.International journal for
quality in health care: mzu023.

5. PERMENKES No.039/ MENKES/ SK/ I/ 2007 Tentang Pedoman Penyelenggaraan


Kedokteran Gigi keluarga
6. De Jonge, V., Nicolaas, J. S., van Leerdam, M. E., & Kuipers, E. J. 2011. Overview of
the quality assurance movement in health care. Best practice & research clinical
gastroenterology, 25(3), 337-347
7. Sibarani A, Tarigan P, Ms SH, Ningsih S, Hum SM. Prosedur Pengajuan Izin Pendirian
Klinik Umum Utama Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 028/MENKES/PER/I/2011 Tentang Klinik Ditinjau Dari Hukum Administrasi
Negara (Studi di Klinik Utama Glory Hotrona Medistra, Kab.Tobasa) Ol. 2011;
8. Department of Health UK. Environment and Sustainability Health Technical
Memorandum 07-01: Safe Management of Healthcare Waste. Inggris; 2013: 152
9. Green L. Health Education Planning, A Diagnostic Approuch. The John Hopkins
University: Mayfield Publishing Co; 1980 sit. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. 1st ed. Jakarta : PT Rineka Cipta; 2012: 18-19

Anda mungkin juga menyukai