P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5277
125
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 2 No 2, Juli 2021
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5277
126
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 2 No 2, Juli 2021
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5277
127
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 2 No 2, Juli 2021
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5277
128
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 2 No 2, Juli 2021
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5277
(76,3%) yang terdiri dari Cefixime 3resep (10%), Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa
Ceftriaxone 19 resep (63%), Cefatokxim (3,31 bentuk sediaan antibiotik yang paling banyak
resep%), golongan quinolone sebanyak 6 resep diresepkan pada pasien diagnosis demam tifoid di
(20%) yang terdiri dari Levoploxacin 6 resep (20%), instalasi rawat inap RSUD Provinsi NTB periode
dan Golongan klorampenicol sebanyak 1 resep Mei- juni 2019 adalah bentuk sediaan injeksi
(3,3%). Berdasarkan hasil penelitian ini, golongan sebanyak 26 resep (87%), sedangkan dalam bentuk
sefalosporin umumnya diberikan pada awal tablet sebanyak 4 resep (13%). Sediaan injeksi
perawatan ketika diagnosis demam tifoid baru memiliki keuntungan yaitu efeknya timbul lebih
berdasarkan gejala klinis yang menyertai penderita cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian
karena golongan sefalosporin memiliki spektrum per oral, dapat diberikan pada penderita yang tidak
yang luas (Nurbaningrum, 2015). Gambaran klinis kooperatif dan tidak sadar, serta sangat berguna
penyakit demam tifoid sangat bervariasi dari hanya dalam keadaan darurat (Surahman, et al., 2017).
sebagai penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, 6. Keterbatasan Penelitian
sampai gambaran penyakit yang khas dengan Keterbatasan penelitian adalah kekurangan
komplikasi kematian (Depkes, 2016). Hal ini kekurangan peneliti dalam menyempurnakan hasil
menyebabkan dokter di RSUD Provinsi NTB penelitiannya. Dalam penelitian ini kelemahan atau
memberikan golongan sefalosporin pada awal keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti yaitu
perawatan. Tetapi pada penggunaan antibiotik Penelitian ini hanya menggambarkan seberapa tepat
spektrum luas secara tidak terkendali sangat dan rasional antibiotik yang diberikan kepada pasien
memungkinkan timbulnya masalah yang tidak demam tifoid tanpa menghubungkan dengan
diinginkan seperti timbulnya efek samping obat keefektifan terapi yang bisa dilihat dari lama proses
maupun potensi terjadinya resistensi (Hadirahardja, penyembuhan pasien agar tergambar dengan jelas
2018). Ceftriaxone adalah antibiotik yang sangat bahwa pemberian antibiotic yang rasional sangat
aktif terhadap berbagai kuman gram positif maupun menguntungkan bagi pasien. Salah satu dampaknya
gram negatif aerobik. Obat ini termasuk dalam akan mempercepat proses penyembuhan.
antibiotik betalaktam, dimana memiliki mekanisme
kerja menghambat sintesis dinding sel mikroba Simpulan dan Saran
melalui reaksi transpeptidase dalam rangkaian reaksi Kesimpulan
pembentukan dinding sel (Mangunatmaja, 2013). Antibiotik yang paling banyak digunakan pada
Golongan sefalosporin inidigunakan pada infeksi pasien demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
yang serius seperti septikemia, pneunomia dan Provinsi NTB periode Mei – Juni tahun 2015 adalah
meningitis sebagai reserve antibiotik untuk ceftriaxone sebanyak 19 resep (63%), levofloxacin
pengobatan meningitis yang disebabkan oleh sebanyak 6 resep (20%), Cefixim sebanyak 3 resep
Streptococcus pneumonis pada kasus resistensi (10%) kemudian cefatoxim dan thiamphenicol
penisilin (Tambunan, et al., 2012). masing-masing sebanyak satu resep (3%). Bentuk
Hasil penelitian Novianti tahun 2015 juga sediaan yangpaling banyak diresepkan adalah injeksi
menunjukkan hasil yang sama dimana golongan (87%).
sefalosporin merupakan antibiotik yang paling Saran
banyak diresepkan untuk pasien rawat inap diagnosis Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat
demam tifoid. melakukan penelitian terkait evaluasi penggunaan
5. Persentase Resep yang Mengandung Antibiotik antibiotik pada pasien diagnosis demam tifoid di
Berdasarkan Bentuk Sediaan rumah sakit lainnya agar tercapainya perbaikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tingkat rasionalitas dalam pemberian antibiotik.
terhadap profil penggunaan antibiotik pada pasien
demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Provinsi
Daftar Pustaka
NTB periode Mei – Juni 2019 berdasarkan bentuk
Alam, A. (2011). Pola Resitensi Salmonella Enterica
sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
Serotype Typhi. Departemen Ilmu Kesehatan
Anak RSHS Tahun 2006 – 2010.
Tabel 5. Karakteristik penggunaan antibiotik
Bandung:Sari Pediatri.
berdasarkan umur
Bahn, M.K., Bahl., Bhartnagar, S. (2015). Typoid
Bentuk Persentase
No Jumlah and Parathyroid Fever. Lancet: 366,749.
sediaan (%)
1 Injeksi 26 87
Bumett, C. (2015). Thypoid Fever Information. Salt
2 Tablet 4 13 Lake City: Departement Of Health Bureau of
Total 30 100 Epidemiology.
129
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 2 No 2, Juli 2021
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5277
Departemen Kesehatan, RI. (2016). Pedoman Tahun 2008 sampai Juli 2009. Skripsi.
Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, RI. (2009). Pedoman
Pemantauan Terapi Obat.
Departemen Kesehatan, RI. (2013). Sistematika
Pedoman Pengendalian Penyakit Demam
Tifoid.Jakarta : Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit.
Fadhilah, Khairunnisa. 2015. Profil dan Evaluasi
Penggunaan Antibiotik pada Pasien Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung. Skripsi. Bandung.
Jawa Barat.
Fransiska, M. (2012). Kerasionalan Penggunaan
Antibiotik Bagian Ilmu Kesehatan Pragram
Studi Farmasi. Gorontalo: Universitas
Gorontalo.
Hadinegoro, SR., Tumbelaka, AR., Satari, HI.
(2001). Pengobatan Cefixime Pada Demam
Tifoid Anak. Sari Pediatri: 182.
Hadirahardja, M.C dan Setiawan, N. (2008).
Evaluasi Penggunaan Sefotaksim Pada Pasien
Anak Rawat Inap di Salah Satu Rumah Sakit
Swasta Semarang bulan Oktober-Desember
2005. Yoyakarta: Universitas Gajah Mada.
Hadisaputro, S. (2015). Beberapa Faktor Yang
Memberi Pengaruh Kejadian Pendarahan dan
atau Perforasi Usus Pada Demam Tifoid.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian
pada Masyarakat Departemen Pendidikan
dan Budaya.
Hammad, O. (2011). Ceftriaxone Vs
Chloramphenicol For Treatment Of Acute
Typhoid Fever. Life Science Journal.
Nelwan, R. H. H. (2012). Tata laksana terkini
demam tifoid.
Widodo, J. 2006. Demam Tifoid. Dalam: Sudoyo,
A.W (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Novita, Yulinda. 2015. Prevalensi Demam Tifoid
pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
Syarif Hidayatullah Jakarta pada Bulan Juli
130