Anda di halaman 1dari 20

OMNIBUS LAW

CIPTA KERJA

Disusun Oleh :
Riko Wahyu Agung Prasetyo (185150600111003)
Dimas Ferry Kurniawan (185150600111004)
Rachel Jessica Silalahi (185150600111005)
Arsyi Fajri (185150600111006)
Rafi` Arya Siregar (185150600111008)
Tita Aprillia Puspa (185150600111009)
Rindang Herma Wahidan (185150600111010)
Krisna Wahyu Saputra (185150600111011)
Anton Bagas Prastyo (185150600111012)
Veronica Alfiani Reynaldis W (185150600111018)
Nila Rosa (185150600111024)

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI KELAS - A


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2020 ini merupakan tahun yang berat bagi seluruh pejuru dunia.
Terjadinya wabah yang mulai merebak menjadi pandemik dan beberapa demo-demo
di berbagai belahan Negara. Seperti yang terjadi di Belarus mengenai sengketa
pemilu, Thailand anti pemerintahan, dan Bumi Pertiwi tercinta ini Indonesia tak luput
dari kerusuhan yang disbabkan pengesahan omnibus law UU Cipta Kerja yang
kontroversial. Aksi yang berujung ricuh di berbagai kota dan banyak Gedung DPRD
menjadi sasaran empuk amuk massa. Fasilitas umum juga menjadi korban seperti
halte TransJakarta, Resto Legian Malioboro, Pos Polisi dan Kendaraan. Meski telah
disahkan pada rapat paripurna DPR RI tanggan 5 Oktober 2020 ternyata naskah
Omnibus Law RUU Cipta Kerja rupanya belum final.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Omnibus Law Cipta Kerja dan bagaimana sejarahnya?
2. Mengapa Omnibus Law disebut sebagai UU Cipta Kerja?
3. Apa saja poin-poin dan isi UU Cipta Kerja yang disebut sebagai Omnibus Law?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah
Kewarganegaraan yang sedang kami ampu. Selain itu agar mampu mengetahui apa itu
Omnimbus Law yang akhir-akhir ini sering disebut-sebut oleh masyarakat tentang
definisi dan tujuannya, lalu bagaimana sejarah dari kata tersebut, mengetahui mengapa
omnimbus law disebut sebagai UU Cipta Kerja, serta memahami tentang poin-poin
dan isi sebenarnya tentang UU Cipta Kerja yang kini disebut sebagai Omnimbus Law.
ISI
A. Apa itu Omnibus Law?

Ada banyak pengertian soal Omnibus Law. Secara harfiah, kata omnibus
berasal dari bahasa Latin omnis yang berarti banyak. Umumnya hal ini dikaitkan
dengan sebuah karya sastra hasil penggabungan beragam genre, atau dunia perfilman
yang menggambarkan sebuah film yang terbuat dari kumpulan film pendek. Paulus
Aluk Fajar dalam Memahami Gagasan Omnibus Law menulis, di dalam Black Law
Dictionary Ninth Edition Bryan A.Garner disebutkan omnibus: relating to or dealing
with numerous object or item at once ; inculding many thing or having varius
purposes. Sehingga dengan definisi tersebut jika dikontekskan dengan UU maka dapat
dimaknai sebagai penyelesaian berbagai pengaturan sebuah kebijakan tertentu,
tercantum dalam dalam berbagai UU, ke-dalam satu UU payung. Dari segi hukum,
kata omnibus lazimnya disandingkan dengan kata law atau bill yang berarti suatu
peraturan yang dibuat berdasarkan hasil kompilasi beberapa aturan dengan substansi
dan tingkatannya berbeda. Menurut Audrey O” Brien (2009), Omnibus Law adalah
suatu rancangan undang-undang (bill) yang mencakup lebih dari satu aspek yang
digabung menjadi satu undang-undang. Sementara bagi Barbara Sinclair (2012),
omnibus bill merupakan proses pembuatan peraturan yang bersifat kompleks dan
penyelesaiannya memakan waktu lama karena mengandung banyak materi meskipun
subjek, isu, dan programnya tidak selalu terkait. Penggunaan Omnibus Law telah
banyak dilakukan oleh negara di dunia terutama yang menggunakan tradisi common
law system. Di dunia terdapat dua sistem hukum yakni common law system dan civil
law system. Indonesia mewarisi tradisi civil law system.

B. Sejarah dan Konsep Perkembangan Omnibus Law di Indonesia

Di Indonesia, istilah omnibus law pertama kali muncul di depan publik, dalam
pidato pertama Joko Widodo setelah dilantik sebagai Presiden RI untuk kedua
kalinya, Minggu (20/10/2019). Dalam pidatonya, Jokowi menyinggung sebuah
konsep hukum perundang-undangan yang disebut omnibus law. Jokowi
mengungkapkan rencananya mengajak DPR untuk membahas dua undang-undang
yang akan menjadi omnibus law.
Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja, dan UU Pemberdayaan UMKM. Jokowi
menyebutkan, masing-masing UU tersebut akan menjadi omnibus law, yaitu satu UU
yang sekaligus merevisi beberapa, atau bahkan puluhan UU. Pakar Hukum Tata
Negara Bivitri Savitri menjelaskan, omnibus law merupakan sebuah UU yang dibuat
untuk menyasar isu besar yang ada di suatu negara. Indonesia Omnibus Law adalah
suatu Undang-Undang yang merangkum UU begitu banyak UU yang ada, untuk
disatukan dipadukan dalam satu kerangka UU yang integratif. Ini adalah salah satu
semangat yang ingin disampaikan oleh Presiden Jokowi kepada masyarakat
Indonesia. Indonesia dari dulu terkenal UU yang satu dengan lainnya saling tabrakan.
Jokowi juga memerintahkan pembantunya berkerja sama dengan DPR untuk buat UU
Omnibus Law.
Dari 79 UU disatukan dalam keranjang Omnibuslaw dan ada 11 klaternya.
1. Penyederhanaan perizinan berusaha
2. Persyaratan investasi
3. Ketenagakerjaan
4. Kemudahan dan perlindungan UMKM
5. Kemudahan berusaha
6. Dukungan riset dan inovasi
7. Administrasi pemerintahan
8. Pengenaan sanksi
9. Pengadaan lahan
10. Investasi dan proyek pemerintahan
11. Kawasan ekonomi

Salah satu klaster yang mendapatkan retensi cukup terasa adalah klaster UU Cipta
Lapangan Kerja. Semangatnya adalah memadukan UU yang saling bertabrakan
selama ini dalam satu UU yang permanen yang mengatur semuanya. Bukan hanya
pekerja, tapi juga iklim usaha yang menyakut masalah iklim investasi di Indonesia.
Indonesia saat ini membutuhkan sebuah undang-undang komprehensif yang bisa
memberikan kepastian hukum terhadap pekerja dan calon investor. Terkhusus pada
saat pandemi sekarang, Indonesia membutuhkan recovery yang luar biasa dan itu
membutuhkan investor asing, untuk masuk Indonesia. Selama ini Indonesia terkenal
menjadi negara yang tidak terlalu seksi bagi investor. Karena tidak ada kepastian
hukum di negeri ini. Hukum atau peraturan di Indonesia sering tumpang tindih,
sehingga membuat calon investor bingung.
Dalam UU Cipta Kerja ini tidak ada pasal yang merugikan buruh atau para
pekerja, maupun asosiasi pengusaha atau investor. Presiden Jokowi, ingin membuat
iklim usaha yang kondusif, makanya beliau, ingin dikenang sebagai bapak
Onimbuslaw di Indonesia.

C. Mengapa UU Cipta Kerja Disebut Omnibus Law?

Secara terminologi, omnibus berasal dari Bahasa Latin yang berarti untuk
semuanya. Dalam konteks hukum, omnibus law adalah hukum yang bisa mencakup
untuk semua atau satu undang-undang yang mengatur banyak hal. Kata omnibus juga
dipakai dalam moto atau semboyan negara Swiss yakni "unus pro omnibus, omnes
pro uno" yang memiliki arti "satu untuk semua, semua untuk satu" yang
menyimbolkan Swiss sebagai negara yang mencintai perbedaan dan pluralisme.
Meski terbilang produk hukum baru di Indonesia, omnibus law lazim dipakai negara-
negara yang menganut sistem hukum common law. Di Amerika Serikat (AS) omnibus
law dikenal dengan omnibus bill. Dalam sistem hukum AS, omnibus bill merupakan
proses pembuatan peraturan yang bersifat kompleks dan penyelesaiannya memakan
waktu lama karena mengandung banyak materi meskipun subyek, isu dan programnya
tidak selalu saling terkait.
Vietnam dan Philipina adalah dua negara di Asia Tenggara yang sudah lebih
dulu mempraktikan omnibus law. Vietnam terbilang sukses menarik banyak investasi
setelah pemerintah memberikan berbagai kemudahan di berbagai sektor untuk
investor seperti insentif, bebas pajak, dan kemudahan izin. Kemudahan-kemudahan
tersebut diberikan setelah terbitnya omnibus law. Omnibus law artinya aturan yang
dibuat lintas sektor. Ini membuat pengesahan omnibus law oleh DPR bisa langsung
mengamandemen beberapa UU sekaligus. Amandemen beberapa regulasi lama dalam
satu paket UU membuat omnibus law kemudian disebut sebagai UU sapu jagat. UU
Cipta Kerja yang baru disahkan DPR mengatur setidaknya 11 kluster antara lain
penyederhanaan perizinan berusaha, persyaratan investasi, ketenagakerjaan,
kemudahan pemberdayaan UMKM, kemudahan berusaha, dukungan riset inovasi,
administrasi pemerintahan, pengenaan sanksi, pengadaan lahan, investasi dan proyek
pemerintah, dan yang terakhir kawasan ekonomi. Sehingga dalam praktiknya,
pengesahan satu UU berupa Omnibus Law Cipta Kerja langsung mengamandemen
beberapa UU sekaligus. Namun demikian, sejauh ini polemik paling banyak muncul
yakni pada amandemen terkait perburuhan yakni UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

D. Polemik Pasal Perburuhan dan Masalah Penegakan Hukum

Di sektor ketenagakerjaan, pemerintah mengubah, menghapuskan, dan


menambahkan pasal terkait dengan UU Ketenagakerjaan seperti pengupahan, skema
cuti, besaran pesangon, jam kerja, aturan PHK, dan sebagainya. Undang-undang ini
dimaksudkan untuk merampingkan regulasi dari segi jumlah. Selain itu,
menyederhanakan peraturan agar lebih tepat sasaran. Sebagai informasi, pengesahan
RUU Cipta Kerja didukung oleh seluruh partai pendukung koalisi pemerintah.
Sedangkan, dua fraksi menyatakan menolak RUU menjadi UU Cipta Kerja ini yaitu
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Tujuh fraksi partai pendukung
RUU Cipta Kerja untuk disahkan menjadi UU antara lain Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Nasdem, Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP).
Pembahasan RUU Cipta Kerja oleh pemerintah dan DPR untuk disahkan jadi
UU Cipta Kerja ini terbilang kilat dibandingkan dengan pembahasan RUU lain.
Bahkan, awalnya RUU Cipta Kerja bisa selesai sebelum 17 Agustus meskipun di
tengah pandemi Covid-19. Kejar tayang pembahasan RUU ini diklaim demi
kemudahan investasi di Indonesia. Sidang-sidang pembahasannya dilakukan siang
malam bahkan hingga larut malam, meskipun dibahas di tengah masa reses dan
pandemi. Secara keseluruhan RUU yang disusun dengan metode omnibus law itu
terdiri dari 15 bab dan 174 pasal dari yang sebelumnya 15 bab dengan 185 pasal. Ada
1.203 pasal dari 73 undang-undang terkait dan terbagi atas 7,197 daftar inventarisir
masalah (DIM) yang terdampak RUU tersebut. Dengan segera disahkannya omnibus
law RUU Cipta Kerja menjadi UU Cipta Kerja, diharapkan bisa mendorong
peningkatan investasi, terutama investasi asing di Tanah Air. Peningkatan investasi,
menurut pemerintah, akan mengatrol pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan
peluang kerja lebih banyak terutama di masa pandemi virus corona (Covid-19). Ini
sebabnya UU terbaru ini disebut sebagai Cipta Kerja karena diharapkan bisa
menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics (INDEF),
Bhima Yudistira, mengatakan UU Cipta Kerja tidak menyelesaikan penyebab utama
rendahnya daya saing Indonesia. "Masalah klasik dan paling utama rendahnya daya
saing di Indonesia adalah penegakan hukum. Ini sebenarnya yang jadi penyakit
utamanya, investor lebih sensitif pada masalah ini," ujar Bhima dikonfirmasi.
Sebagaimana pengalaman kegagalan paket kebijakan ekonomi yang dirilis sampai 16
paket di periode pertama rezim Jokowi, dampaknya relatif tak berpengaruh siginifikan
dalam peningkatan investasi. Karena masalahnya sama di Indonesia, korupsi. Korupsi
tinggi karena apa? Karena penegakan hukumnya lemah. Seharusnya jika tujuannya
menarik investasi dan membuka lapangan kerja, kuatkan penegakan hukum karena
itulah yang paling disorot investor asing, yaitu dengan UU Cipta Kerja. Sebanyak apa
pun aturan dan insentif yang diberikan pemerintah, selama penegakan hukum di
Indonesia masih lemah, sulit bagi Indonesia menarik banyak investasi asing. Masalah
utama lainnya yang jadi penyebab rendahnya daya saing Indonesia juga diabaikan di
UU Cipta Kerja yakni terkait tingginya ongkos logistik dan buruknya konektivitas.
Keberhasilan negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia dalam menarik
investasi asing bukan didominasi kesuksesan dalam menangani masalah isu
ketenagakerjaan. Namun pemerintah kedua negara tersebut memiliki komitmen kuat
dalam penegakan hukum seperti korupsi dan pungutan-pungutan liar yang merugikan
investor. Tanpa mengesampingkan masalah isu ketenagakerjaan, investor lebih
sensitif terhadap kepastian hukum. Karena lemahnya penegakan hukum, banyak
biaya-biaya yang harus dikeluarkan investor yang menanamkan modalnya di
Indonesia. Contohnya Vietnam, banyak pabrik yang direlokasi dari China lebih
memilih Vietnam ketimbang Indonesia. Negara itu disukai investor karena punya
kepastian hukum yang kuat, dari pusat sampai daerah. Perizinan mudah, kemudian
banyak insentif yang disediakan.

E. Poin-Poin UU Cipta Kerja

1. Jam Kerja/Hari Libur


a. Jam Kerja
Waktu kerja lembur menjadi 4 jam per hari dan 18 jam per minggu. Pada UU
sebelumnya, disebutkan waktu kerja lembur paling banyak hanya 3 jam per
hari dan 14 jam per minggu.
b. Hari Libur Mingguan
Hari libur bekerja atau istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja. Artinya,
dalam seminggu hari kerja sebanyak 6 hari itu liburnya 1 hari. Ini berbeda
dengan UU 13/2003 yang mencantumkan bahwa istirahat mingguan sesuai
Pasal 79 ayat (2) huruf b ada 2 pilihan, yakni istirahat mingguan 1 hari untuk 6
hari kerja dalam satu minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam satu minggu.
c. Istirahat Panjang
Tidak ada kewajiban bagi perusahaan atas pemberian istirahat panjang. Jadi,
hak cuti panjang selama 2 bulan bagi pekerja/buruh yang sudah bekerja
selama 6 tahun secara terus menerus yang selama ini berlaku di UU
sebelumnya itu diserahkan sebagai kewenangan perusahaan.
d. Cuti Haid
Tidak tercantum cuti haid bagi perempuan di hari pertama dan kedua. Belum
bisa dipastikan apakah pasal terkait cuti haid diubah atau dihilangkan Dalam
Pasal 81 UU 13/2003 diatur bahwa pekerja/buruh perempuan bisa
memperoleh libur pada saat haid pertama dan kedua pada saat hadi.
e. Cuti Hamil-Melahirkan
Tidak tercantum mengenai cuti hamil dan melahirkan. Belum bisa dipastikan
apakah pasal terkait cuti hamil-melahirkan diubah atau dihilangkan. Pada UU
sebelumnya Pasal 82, diatur mekanisme cuti hamil-melahirkan bagi pekerja
perempuan. Di dalamnya termasuk cuti untuk istirahat bagi pekerja/buruh
perempuan yang mengalami keguguran.
f. Hak Menyusui
Tidak tercantum mengenai hak menyusui. Belum bisa dipastikan apakah pasal
terkait hak menyusui diubah atau dihilangkan. Sebelumnya dalam Pasal 83
UU 23/2003 diatur bahwa pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih
menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal
itu harus dilakukan selama waktu kerja.

2. Status/Karyawan
Pasal mengenai PKWT yang ada di UU Ketenagakerjaan dihapus. Tidak ada
ketentuan yang mengatur tentang syarat Pekerja Waktu Tertentu (PKWT) atau
pekerja kontrak. Artinya, tidak ada batasan aturan pekerja bisa dikontrak alias
status kontrak tanpa batas. Pasal dalam UU 13/2003 yang dihapus ini adalah Pasal
59, yang mengatur perjanjian PKWT terhadap pekerja maksimal dilakukan selama
2 tahun, lalu boleh diperpanjang kembali dalam waktu 1 tahun. Jika mengacu pada
penjelasan Pasal 59 ini, artinya masa kontrak pekerja maksimal 3 tahun, dan
setelah itu dilakukan pengangkatan atau tidak dilanjutkan.

3. Upah
Aturan mengenai pengupahan diubah menjadi 7 kebijakan, diantaranya:
1. Upah minimum
2. Struktur dan skala upah
3. Upah kerja lembur
4. Upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena alasan
tertentu
5. Bentuk dan cara pembayaran upah
6. Hal-hal lain yang dapat diperhitungkan dengan upah
7. Upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya

Sebelumnya dalam Pasal 88 ayat (3) UU Ketenagakerjaan disebutkan ada 11


kebijakan pengupahan. 4 ketentuan terkait pengupahan pada UU 13/2003 yang
dihapus dalam UU Cipta Kerja ini adalah:
1. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
2. Upah untuk pembayaran pesangon
3. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan
4. Denda dan potongan upah

a. Upah Satuan Hasil dan Waktu


Dalam UU Cipta Kerja ini, diatur mengenai upah satuan hasil dan waktu.
Upah satuan hasil adalah upah yang ditetapkan berdasarkan satu waktu seperti
harian, mingguan atau bulanan. Ini termasuk juga upah per jam. Upah satuan
hasil ini ditetapkan berdasarkan hasil dari pekerjaan yang telah disepakati.
b. Upah Minimum
Di UU Omnibus Law Cipta Kerja ini, upah minimum disebutkan hanya berupa
Upah Minimum Provinsi (UMP). Artinya, Upah Minimum Kabupaten/Kota
(UMK) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK) tidak
digunakan lagi. Sehingga penentuan upah minimum berdasarkan provinsi atau
UMP.
c. Rumus Penghitungan Upah Minimum
Dalam menghitung besar upah minimum, dalam UU Cipta Kerja digunakan
rumus:
UMt + 1 = UMt + (UMt) x % PEt)

Keterangan:
 UMt: Upah minimum tahun berjalan
 PEt: Pertumbuhan ekonomi tahunan
 Tidak memasukkan perhitungan inflasi, tetapi menjadi pertumbuhan
ekonomi daerah

Rumus penghitungan upah minimum dalam UU 13/2003 adalah:


UMt + {UMt, x (INFLASIt + % Δ PBDt)}

Keterangan:
 UMt: Upah minimum yang ditetapkan
 UMt: Upah minimum tahun berjalan
 INFLASIt: Inflasi tahunan
 Δ PDBt: Pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahunan
d. Bonus
Pada UU Omnibus Law Cipta Kerja diatur mengenai pemberian bonus, atau
penghargaan lainnya bagi pekerja sesuai masa kerjanya. Sementara itu dalam
UU Ketenagakerjaan sebelumnya tidak diatur terkait dengan pemberian bonus
ini.

4. Pesangon
a. Uang Pengganti Hak
Tidak ada uang penggantian hak dalam UU Cipta Kerja. Sebelumnya, dalam
UU Ketenagakerjaan mengenai uang penggantian hak ini diatur dalam Pasal
154 ayat (4).
b. Uang Penghargaan Masa Kerja
Tidak ada uang penghargaan masa kerja 24 tahun dalam UU Omnibus Law
Cipta Kerja ini. Sebelumnya, dalam UU 13/2003 ini terkait pemberian uang
penghargaan bagi pekerja/buruh yang memiliki masa kerja 24 tahun atau lebih
menerima uang penghargaan sebanyak 10 bulan upah, yang tercantum dalam
Pasal 156 ayat (3).
c. Uang Pesangon
Terkait pesangon dalam UU Cipta Kerja adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada uang pesangon bagi pekerja/buruh yang di PHK karena surat
peringatan
2. Tidak ada uang pesangon bagi pekerja/buruh yang di PHK karena
peleburan, pergantian status kepemilikan perusahaan
3. Tidak ada uang pesangon bagi pekerja/buruh yang di PHK karena
perusahaan merugi 2 tahun dan pailit.
4. Tidak ada uang santunan berupa pesangon bagi ahli waris atau keluarga
jika pekerja/buruh meninggal
5. Tidak ada uang pesangon bagi pekerja/buruh yang di PHK karena akan
memasuki usia pensiun.

Sedangkan aturan mengenai uang pesangon dalam UU Ketenagakerjaan


13/2003 sebagai berikut:
1. Pesangon harus diberikan pada pekerja/buruh yang di PHK karena
melakukan pelanggaran setelah diberi surat peringatan yang diatur dalam
perjanjian kerja, perjanjian perusahaan atau perjanjian kerja sama (diatur
dalam Pasal 161).
2. Pesangon harus diberikan pada pekerja/buruh yang di PHK karena
perubahan status atau penggabungan perusahaan maupun perubahan
kepemilikan perusahaan, sebesar 1 kali gaji, uang penghargaan masa kerja
1 kali, uang penggantian hak (diatur dalam Pasal 156).
3. Pesangon diberikan pada pekerja/buruh yang di PHK karena perusahaan
merugi dan pailit (sesuai Pasal 164 dan 165)
4. Pemberian uang santunan pada ahli waris atau keluarga pekerja jika
pekerja/buruh meninggal dunia.
5. Pesangon diberikan pada pekerja/buruh yang di PHK karena memasuki
usia pensiun. Pesangon diberikan sebanyak 2 kali, uang penghargaan masa
kerja 1 kali dan uang penggantian hak (sesuai Pasal 156 dan 167).

5. Jaminan Sosial
a. Jaminan Pensiunan
Tidak ada sanksi pidana bagi perusahaan yang tidak mengikutsertakan
pekerja/buruh dalam program jaminan pensiun. Sebelumnya, dalam UU
Ketenagakerjaan diatur bagi perusahaan yang tidak mengikutsertakan
pekerja/buruh dalam program jaminan pensiun akan dikenakan sanksi pidana
penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp100.000.000 dan paling banyak Rp500.000.000.
b. Jaminan Kehilangan Pekerja
Adanya pengaturan program jaminan sosial baru, yaitu Jaminan Kehilangan
Pekerjaan, yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan prinsip
asuransi sosial. Jaminan kehilangan pekerjaan ini sebelumnya tidak diatur
dalam UU 13/2003.

6. PHK
Boleh Melakukan PHK
Dalam UU 13/2003, ada 9 alasan perusahaan boleh melakukan PHK, diantaranya:
1. Perusahaan bangkrut
2. Perusahaan tutup karena merugi
3. Perubahan status perusahaan
4. Pekerja/buruh melanggar perjanjian kerja
5. Pekerja/buruh melakukan kesalahan berat
6. Pekerja/buruh memasuki usia pensiun
7. Pekerja/buruh mengundurkan diri
8. Pekerja/buruh meninggal dunia
9. Pekerja/buruh mangkir

Sementara itu, pada UU Omnibus Law Cipta Kerja ini bertambah 5 poin lagi,
sehingga totalnya menjadi 14 alasan yang memperbolehkan perusahaan
melakukan PHK, yaitu:
1. Perusahaan melakukan efisiensi
2. Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau
pemisahan perusahaan
3. Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang
4. Perusahaan melakukan perbuatan yang merugikan pekerja/buruh
5. Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12
bulan

F. Tanggapan Berbagai Oknum terhadap Omnibus Law Cipta Kerja

a. Presiden Jokowi
Jokowi Presiden Indonesia memaparkan alasan utama pemerintah mengebut
pembahasan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja. Payung hukum tersebut betul-
betul dibutuhkan terutama bagi masyarakat. Setiap tahun ada sekitar 2,9 juta
penduduk usia kerja baru, anak muda yang masuk ke pasar kerja. Sehingga
kebutuhan atas lapangan kerja baru sangat mendesak. Jokowi pun memberi
tanggapan soal perihal aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan kaum
buruh maupun mahasiswa yang menentang habis pengesahan UU Omnibus Law
Cipta Kerja. Menurut beliau, aksi tersebut dilatarbelakangi oleh disinformasi
substansi payung hukum tersebut. Jokowi bahkan membantah dengan tegas
berbagai macam isu liar terkait UU Cipta Kerja.

Berikut penjelasan lengkap Jokowi terkait pengesahan UU Cipta Kerja :


“Pagi tadi saya telah memimpin rapat terbatas secara virtual tentang UU Cipta
Kerja dengan jajaran pemerintah beserta para gubernur. Dalam UU tersebut
terdapat 11 klaster yang secara umum bertujuan untuk melakukan reformasi
struktural dan mempercepat transformasi ekonomi. Adapun klaster tersebut
adalah urusan penyederhanaan perizinan, urusan persyaratan investasi, urusan
ketenaagakerjaan, urusan pengadaan lahan, urusan kemudahan berusaha,
urusan dukungan riset dan inovasi, urusan administrasi pemerintahan, urusan
pengenaan sanksi, urusan kemudahan, pemberdayaan, dan perlindungan UMKM,
urusan investasi dan proyek pemerintah, serta urusan kawasan ekonomi. Dalam
rapat terbatas tersebut saya tegaskan mengapa kita membutuhkan UU Cipta
Kerja.

Pertama, setiap tahun ada sekitar 2,9 juta penduduk usia kerja baru, anak muda
yang masuk ke pasar kerja. Sehingga kebutuhan atas lapangan kerja baru sangat
sangat mendesak, apalagi di tengah pandemi terdapat kurang lebih 6,9 juta
pengangguran dan 3,5 juta pekerja terdampak Covid-19 dan sebanyak 87% dari
total penduduk bekerja memiliki tingkat pendidikan setingkat SMA ke bawah
dimana 39% berpendidikan sekolah dasar sehingga perlu mendorong penciptaan
lapangan kerja baru khususnya di sektor padat karya. Jadi UU Cipta Kerja
bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya nya bagi para
pencari kerja dan pengangguran.

Kedua, dengan UU Cipta Kerja akan memudahkan masyarakat khususnya usaha


mikro kecil untuk membuka usaha baru, regulasi yang tumpang tindih dan
prosedur yang rumit dipangkas, perizinan usaha untuk usaha mikro kecil tidak
diperlukan lagi hanya pendaftaran saja, sangat simple. Pembentukan PT atau
perseroan terbatas juga dipermudah tidak ada lagi pembatasan modal minimum,
pembentukan koperasi juga dipermudah jumlahnya 9 orang saja. Koperasi sudah
bisa dibentuk. Kita harapkan semakin banyak koperasi di tanah air. UMK yang
bergerak di sektor makanan dan minuman sertifikasi halalnya dibiayai
pemerintah, artinya gratis. Izin kapal nelayan penangkap ikan misalnya hanya ke
unit kerja KKP saja, kalau sebelumnya harus mengajukan ke KKP, Kementerian
Perhubungan dan instansi lain sekarang cukup di unit di KKP saja
Ketiga, UU Cipta Kerja mendukung upaya pemberantasan korupsi. Ini jelas
karena dengan menyederhanakan, dengan memotong, dengan mengintegrasikan
sistem perizinan secara elektronik maka pungutan liar, pungli, dapat dihilangkan.

Namun saya melihat unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerjar yang pada dasarnya
dilatarbelakangi disinformasi mengenai substansi UU ini dan hoaks di media
sosial. Saya ambil contoh ada informasi yang menyebut penghapusan Upah
Minimum Provinsi, Upah Minimum Kabupaten, Upah Minimum Sektoral
Provinsi. Hal ini tidak benar karena pada faktanya Upah Minimum Regional
tetap ada. Ada juga yang menyebutkan upah minimum dihitung per jam, ini juga
tidak benar. Tidak ada perubahan dengan sistem yang sekarang, upah bisa
dihitung berdasarkan waktu dan berdasarkan hasil. Kemudian ada kabar yang
menyebut semua cuti, cuti sakit, cuti kawinan, cuti khitanan, cuti baptis, cuti
kematian, cuti melahirkan dihapuskan dan tidak ada kompensasinya. Saya
tegaskan ini juga tidak benar, hak cuti tetap ada dan dijamin.

Kemudian apakah perusahaan bisa mem-PHK kapan pun secara sepihak? Ini
juga tidak benar, yang benar perusahaan tidak bisa mem-PHK secara sepihak.
Kemudian juga pertanyaan benarkah jaminan sosial dan kesejahteraan lainnya
hilang? Yang benar jaminan sosial tetap ada. Yang juga sering diberitakan tidak
benar adalah dihapusnya AMDAL, analisis mengenai dampak lingkungan. Itu
juga tidak benar, AMDAL tetap ada bagi industri besar harus studi AMDAL yang
ketat tapi bagi UMKM lebih ditekankan pada pendampingan dan pengawasan
Ada juga berita UU Cipta Kerja ini mendorong komersialisasi pendidikan, ini
juga tidak benar, karena yang diatur hanyalah pendidikan formal di kawasan
ekonomi khusus, di KEK, sedangkan perizinan pendidikan tidak diatur dalam UU
Cipta Kerja ini apalagi perizinan di pondok pesantren tidak diatur sama sekali
dalam UU Cipta Kerja dan aturannya yang selama ini ada tetap berlaku.

Kemudian diberitakan keberadaan bank tanah, bank tanah diperlukan untuk


menjamin kepentingan umum, kepentingan sosial, kepentingan pembangunan
sosial, pemerataan ekonomi, ekonomi konsolidasi lahan dan reforma agraria ini
sangat penting untuk menjamin akses masyarakat terhadap kepemilihan lahan
dan tahan dan kita selama ini kita tidak memiliki bank tanah. Saya tegaskan juga
UU Cipta Kerja ini tidak melakukan resentralisasi kewenangan dari pemerintah
daerah ke pemerintah pusat, tidak, tidak ada. Perizinan berusaha dan
kewenangannya tetap dilakukan pemerintah daerah sesuai dengan NSPK yang
ditetapkan pemerintah pusat agar tercipta standar pelayanan yang baik di
seluruh pemerintah daerah dan penetapan NSPK ini nanti akan diatur dalam PP
atau peraturan pemerintah

Selain itu kewenangan perizinan untuk non perizinan berusaha tetap di


pemerintah daerah sehingga tidak ada perubahan bahkan kita melakukan
penyederhanaan, melakukan standarisasi jenis dan prosedur berusaha di daerah
dan perizinan di daerah diberikan batas waktu, yang penting di sini jadi ada
service level of agreement, permohonan perizinan dianggap disetujui bila batas
waktu telah terlewati. Saya tegaskan juga UU Cipta Kerja ini memerlukan
banyak sekali peraturan pemerintah atau peraturan presiden. Jadi setelah ini
akan muncul PP dan Perpres yang akan kita selesaikan paling lambat 3 bulan
setelah diundangkan. Kita pemerintah membuka dan mengundang masukan dari
masyarakat dan masih terbuka usulan dan masukan dari daerah.

Pemerintah berkeyakinan melalui UU Cipta Kerja, jutaan pekerja dapat


memperbaiki kehidupannya dan juga penghidupan bagi keluarga mereka. Dan
kalau masih ada, jika masih ada ketidakpuasan terhadap UU Cipta Kerja ini
silakan mengajukan uji materi atau judicial review melalui MK. Sistem
ketatanegaraan kita memang mengatakan seperti itu jadi kalau masih ada yang
tidak puas dan menolak silakan diajukan uji materi ke MK.”

b. Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto


1. Upah Minimum
Terkait upah minimum memiliki hubungan dengan pesangon, dengan
pelaksanaannya dapat dilakukan negosiasi dengan perusahaan-perusahaan.
2. Pesangon
Terkait pesangon, Prabowo mengingatkan kondisi perusahaan di tengah
pandemi COVID-19 juga harus menjadi perhatian. Jangan sampai pengusaha
malah memilih pindah ke tempat lain gara-gara masalah pesangon
3. Pemerintah cari solusi terbaik
Prabowo menambahkan saat ini dibutuhkan iklim yang kondusif, dan
pemerintah pun sedang mencari solusi terbaik. Pemerintah itu sudah
melindungi buruh, karena Indonesia membutuhkan suatu iklim. Pemerintah
apalagi presiden sedang mencari bentuk bagaimana memberi bantuan
langsung.

c. Menteri Koordinator Bidang Perekoomian


Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekoomian
menyebut UU Cipta Kerja merupakan cara agar Indonesia ke bisa keluar dari
status negara berpenghasilan menengah. Bapak Joko Widodo dalam pelantikan
presiden terpilih periode 2019 - 2024 pada 20 Oktober 2019 lalu telah
menyampaikan Indonesia punya potensi untuk dapat keluar dari jebakan
penghasilan menengah. Demi mewujudkan ambisi itu, pemerintah harus
menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas tenaga kerja. Namun,
diperlukan pemangkasan regulasi atau aturan agar iklim investasi di dalam negeri
menarik. Untuk itu, disahkannya UU Cipta Kerja ini akan mengubah atau
merevisi beberapa hambatan dengan tujuan menciptakan lapangan kerja. Undang-
undang tersebut adalah instrumen untuk penyederhanaan dan peningkatan
aktivitas birokrasi.

d. Oknum Lainnya

Dosen Fisipol Universitas Diponergoro (Undip) Wijayanto memberikan


tanggapan bahwa dengan pengesahan RUU Cipta Kerja, pemerintah untuk
kesekian kalinya menguji kesabaran rakyat.Tidak adanya oposisi yang kuat
setelah Pemilu 2019 lalu, memudahkan pemerintah dalam mengeluarkan undang-
undang, meski menuai banyak sorotan. Dengan kondisi itu, tak ada lagi pihak di
parlemen yang mengkritisi kebijakan pemerintah. Motivasi pemerintah dalam
mengesahkan UU Cipta Kerja secara cepat karena ada kepentingan yang sama,
yaitu ekonomi politik di kalangan elite oligarki. Belia kembali menegaskan bahwa
kebijakan pemerintah lebih berpihak pada pemilik modal dan elite politik. Kedua
entitas itu dianggapnya tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, ia menilai, tak heran
jika pemerintah mengabaikan banyak aspek dalam sejumlah kebijakannya,
termasuk UU Cipta Kerja.
Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio, mengungkapkan yang menjadi
polemik di RUU Omnibus Law Cipta Kerja adalah kontrak kerja yang dapat
diberlakukan seumur hidup. Menurutnya, persoalan status pekerja tersebut
merupakan salah satu pemantik dirancangnya Omnibus Law. Selama ini dalam
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perusahaan memiliki
tanggungan memberikan pesangon ke pekerja yang dipecat atau PHK. Pasalnya,
bahwa tidak ada masa berlakunya kontrak. Itu ditentang oleh buruh, artinya buruh
tidak memiliki jaminan kehilangan pekerjaan. Agus menilai RUU Omnibus Law
Cipta Kerja ini memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya bagi perusahaan, bisa
mendapatkan investor dan dapat memperkerjakan tenaga asing dengan lebih
mudah.

e. Buruh/Pekerja
Tri Sasono selaku koordinator Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu,
Gabungan Serikat Pekerja Pelabuhan Indonesia, Federasi Serikat Pekerja
Perkebunan Indonesia, Koalisi Nasional Serikat Pekerja Indonesia, dan Federasi
Serikat Pekerja Mandiri menyatakan, tidak ada satupun pasal dalam Omnibus Law
UU Cipta Kerja yang merugikan kaum pekerja atau buruh. "Kami telah membaca
dan mempelajari pasal demi pasal UU Ciptaker untuk klaster ketenagakerjaaan
yang terkait kesejahteraan kaum pekerja," ujar Tri Sasono dalam keterangan
tertulis, Minggu (11/10/2020).
Isu miring mengenai upah minimum pekerja yang akan dihapuskan menurut
beliau tidak benar adanya melainkan diperhitungkan sebagai pertumbuhan
ekonomi dan inflasi dan pendapatan pekerja yang diterima tidak akan turun sama
sekali. Terkait masalah PHK untuk mendapatkan pesangon UU Ciptaker juga
tetap mengatur terkait pesangon, yaitu adanya kepastian pembayaran pesangon
dan korban PHK mendapat tambahan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).
Berikutnya, terkait jam kerja bagi buruh bahwa dalam UU Ciptaker pengaturan
mengenai waktu kerja mulai dari hari aktif, hari libur, istirahat, hingga hari cuti
dalam UU Ciptaker masih sama seperti UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
Begitu juga pemberi kerja dan pengusaha wajib memberikan waktu istirahat bagi
pekerja termasuk untuk beribadah serta memberikan cuti baik untuk melahirkan,
menyusui, dan haid tetap disesuaikan dengan UU 13/2003. Selanjutnya, terkait
sistem pekerjaan yang mengunakan tenaga outsourcing dalam UU Ciptaker
menjamin kepastian keberlanjutan pekerja alih daya tersebut.
Tri Sasono menyarakan, syarat dan perlindungan hak bagi pekerja atau buruh
dalam outsourcing masih tetap dipertahankan. Bahkan, UU Cipta Kerja
memasukkan prinsip pengalihan perlindungan hak bagi pekerja atau buruh apabila
terjadi pergantian perusahaan alih daya sepanjang obyek pekerjaannya masih ada.
"Jika seperti ini maka setelah pekerja outsourcing menjalankan masa kerja lebih
dari tiga tahun dan melakukan perpanjangan kontraknya maka perusahaan
penguna jasa pekerja outsourching wajib menjadikan mereka berstatus tenaga
kerja tetap dan memiliki fasilitas gaji dan kesejahteraan sebagai pekerja tetap di
perusahaan tersebut sesuai UU 13/2003," tutur Tri Sasongo.

f. Mahasiswa
Koordinator Pusat Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia
(BEM SI), Remy Hastian memperkirakan bakal ada 5.000 mahasiswa yang turun
ke jalan untuk mengikuti aksi menolak Omnibus Law Undang-undang Cipta
Kerja, sebab menurut Remy undang-undang tersebut dianggap tidak berpihak
pada kepentingan masyarakat. Remy menambahkan, aksi kembali digelar lantaran
pemerintah dianggap mengabaikan aspirasi masyarakat. Alih-alih memenuhi
tuntutan massa untuk membatalkan UU Cipta Kerja, pemerintah justru
mengalihkan dengan meminta masyarakat mengajukan uji materi ke Mahkamah
Konstitusi.
Menurut dia, judicial review tidak akan efektif, terlebih karena Jokowi
sempat meminta komisioner Mahkamah Konstitusi untuk mendukung UU Cipta
Kerja. Karena itu Remy pun pesimistis gugatan ke MK bakal dikabulkan dan
berjalan sesuai harapan.
Lebih lanjut, ia mengkritik sikap dan tindakan represif aparat kepolisian
ketika mengendalikan rentetan aksi belakangan. Termasuk upaya penyadapan ke
sejumlah aktivis dan akademisi yang mengkritik penolakan UU tersebut.

G. Dampak Omnibus Law Cipta Kerja Bagi Pekerja Indonesia


1. Pekerja terancam tidak menerima pesangon
UU Ciptaker menghapus setidaknya 5 pasal mengenai pemberian pesangon.
Imbasnya, pekerja terancam tidak menerima pesangon ketika mengundurkan diri,
mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), atau meninggal dunia.
Pertama, pasal 81 poin 51 UU Ciptaker menghapus ketentuan Pasal 162 UU
Ketenagakerjaan yang berisi aturan penggantian uang pesangon bagi pekerja yang
mengundurkan diri.

Kedua, pasal 81 poin 52 UU Ciptaker menghapus pasal 163 di UU


Ketenagakerjaan terkait dengan pemberian uang pesangon apabila terjadi PHK
akibat perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan
perusahaan.

Ketiga, pasal 81 poin 53 UU Ciptaker menghapus pasal 164 UU Ketenagakerjaan


yang mengatur pemberian uang pesangon apabila terjadi PHK akibat perusahaan
mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 tahun atau keadaan memaksa
(force majeur).

Keempat, pasal 81 poin 54 UU Ciptaker menghapus pasal 165 pada UU


Ketenagakerjaan terkait pemberian uang pesangon apabila terjadi PHK karena
perusahaan pailit.

Kelima, pasal 81 poin 55 UU Ciptaker menghapus pasal 166 UU Ketenagakerjaan


tentang pemberian pesangon kepada ahli waris apabila pekerja atau buruh
meninggal dunia.

2. TKA lebih mudah masuk ke Indonesia


UU Ciptaker mempermudah masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA) ke
Indonesia. Hal ini dilakukan melalui Pasal 81 poin 4 hingga 11 UU Ciptaker yang
mengubah dan menghapus sejumlah aturan tentang pekerja asing dalam UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Contohnya, dalam UU Ciptaker
pemerintah menghapuskan kewajiban izin tertulis bagi pengusaha yang ingin
mempekerjakan TKA sebagaimana tertuang dalam Pasal 81 poin 4 UU Ciptaker.
Sebelumnya, kewajiban ini tertuang pada Pasal 42 poin 1 UU Ketenagakerjaan
yang berbunyi.
"Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin
tertulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk," bunyi UU Ketenagakerjaan.

Sebagai gantinya, pengusaha hanya diwajibkan memiliki rencana penggunaan


TKA, sebagaimana tertuang dalam Pasal 81 poin 4 UU Ciptaker yang mengubah
Pasal 42 UU Ketenagakerjaan menjadi:

"Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki
rencana penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh pemerintah pusat",
bunyi UU Ciptaker.

Kemudian, pemerintah juga mempersempit cakupan jabatan yang dilarang


diduduki oleh TKA. Sebelumnya, hal itu diatur dalam Pasal 46 UU
Ketenagakerjaan yang berbunyi jika TKA dilarang menduduki jabatan yang
mengurusi personalia dan jabatan-jabatan tertentu yang diatur dengan keputusan
menteri.

Namun, pemerintah menghapus pasal tersebut melalui pasal 81 poin 8 UU


Ciptaker. Pemerintah hanya melarang TKA menduduki jabatan yang mengurusi
personalia.

3. Batasan maksimum 3 tahun untuk karyawan kontrak dihapus


Pemerintah mengubah dan menghapus sejumlah pasal dalam terkait ketentuan
Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (PKWT) melalui UU Ciptaker. Salah satu
poin yang menuai kontroversi adalah pemerintah menghilangkan batasan
maksimal karyawan kontrak selama 3 tahun dalam UU Ciptaker.

Sebelumnya, pada Pasal 59 poin 1 UU Ketenagakerjaan disebutkan jika PKWT


hanya dibuat untuk pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu
yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun.

Namun, pasal 81 poin 15 UU Ciptaker mengubah bunyi pasal 59 UU


Ketenagakerjaan sehingga hanya menyampaikan jika PKWT hanya dapat dibuat
untuk pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Secara gamblang, pemerintah menghapus batasan maksimal 3 tahun
tersebut.

Akan tetapi, pemerintah mencantumkan pada pasal 81 poin 15 yang mengubah


Pasal 56 UU Ciptaker jika jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu
ditentukan berdasarkan perjanjian kerja. Itu berarti, lama masa kontrak bergantung
dari kesepakatan pemberi kerja dan pekerja atau buruh.

4. Jam lembur tambah dan cuti panjang hilang


Dalam UU Ciptaker tepatnya Pasal 81 poin 22 mengubah pasal UU 78 UU
Ketenagakerjaan tentang waktu kerja lembur. Mulanya, UU 78 UU
Ketenagakerjaan menyebutkan jika waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan
paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam seminggu.

Namun dalam UU Ciptaker, waktu lembur bertambah menjadi paling lama 4 jam
dalam sehari dan 18 jam dalam seminggu.

Selain itu, Pasal 81 poin 79 menghapus ketentuan cuti panjang yaitu 1 bulan pada
tahun ke-7 dan 1 bulan pada tahun ke-8. Padahal, dalam UU Ketenagakerjaan
ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 79 ayat 4 huruf d.

5. Tak ada lagi UMK


UU Ciptaker menghapus upah berdasarkan provinsi atau kota/kabupaten
(UMK) dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
kota/kabupaten yang tertera dalam Pasal 89 UU Ketenagakerjaan. Sebagai
gantinya, UU Ciptaker menyatakan jika gubernur dapat menetapkan upah
minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu yang tertera dalam pasal selipan
88C UU Ciptaker.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada banyak pengertian soal Omnibus Law. Secara harfiah, kata omnibus berasal
dari bahasa Latin omnis yang berarti banyak. Vietnam dan Philipina adalah dua
negara di Asia Tenggara yang sudah lebih dulu mempraktikan omnibus law. Omnibus
law artinya aturan yang dibuat lintas sektor.Indonesia dari dulu terkenal UU yang satu
dengan lainnya saling tabrakan. Dari 79 UU disatukan dalam keranjang Omnibuslaw
dan ada 11 klaternya. Salah satu klaster yang mendapatkan retensi cukup terasa
adalah klaster UU Cipta Lapangan Kerja. Undang-undang ini dimaksudkan untuk
merampingkan regulasi dari segi jumlah. Secara keseluruhan RUU yang disusun
dengan metode omnibus law itu terdiri dari 15 bab dan 174 pasal dari yang
sebelumnya 15 bab dengan 185 pasal. Ada 1.203 pasal dari 73 undang-undang terkait
dan terbagi atas 7,197 daftar inventarisir masalah (DIM) yang terdampak RUU
tersebut.Selama ini Indonesia terkenal menjadi negara yang tidak terlalu seksi bagi
investor. Negara itu disukai investor karena punya kepastian hukum yang kuat, dari
pusat sampai daerah. Perizinan mudah, kemudian banyak insentif yang disediakan.
Dalam pidatonya Jokowi memberikan beberapa hal yang beliau pertimbangkan
untuk mengesahkan undang-undang ini, dan mengkoreksi isu miring terkait undang-
undang ini. Pertama, setiap tahun ada sekitar 2,9 juta penduduk usia kerja baru, anak
muda yang masuk ke pasar kerja. Kedua, dengan UU Cipta Kerja akan memudahkan
masyarakat khususnya usaha mikro kecil untuk membuka usaha baru, regulasi yang
tumpang tindih dan prosedur yang rumit dipangkas, perizinan usaha untuk usaha
mikro kecil tidak diperlukan lagi hanya pendaftaran saja, sangat simple. Ketiga, UU
Cipta Kerja mendukung upaya pemberantasan korupsi. Ada juga yang menyebutkan
upah minimum dihitung per jam, ini juga tidak benar. Tidak ada perubahan dengan
sistem yang sekarang, upah bisa dihitung berdasarkan waktu dan berdasarkan hasil.
Yang juga sering diberitakan tidak benar adalah dihapusnya AMDAL, AMDAL tetap
ada bagi industri besar harus studi AMDAL yang ketat tapi bagi UMKM lebih
ditekankan pada pendampingan dan pengawasan Ada juga berita UU Cipta Kerja ini
mendorong komersialisasi pendidikan, ini juga tidak benar, karena yang diatur
hanyalah pendidikan formal di kawasan ekonomi khusus, di KEK, sedangkan
perizinan pendidikan tidak diatur dalam UU Cipta Kerja ini apalagi perizinan di
pondok pesantren tidak diatur sama sekali dalam UU Cipta Kerja dan aturannya yang
selama ini ada tetap berlaku.
Undang-undang ini sendiri juga menuai tanggapan pro dan kontra dari beberapa
elemen masyarakat, ada yang menyoroti dampak positif dari adanya undang-undang
ini ada juga yang membandingkan dengan undang-undang sebelumnya dan menilai
bahwa undang-undang ini akan merugikan masyarakat.
B. Saran
Pemerintah seharusnya lebih bisa berkomunikasi yang baik kepada rakyatnya
agar tidak terjadi miskom yang membuat kegaduhan dimasyarakat. Setiap uu juga
pasti ada pro dan kontra juga, padahal negara kita juga dilanda over regulasi juga
maka dari itu pemerintah mengeluarkan omnibus law. Omnibus law juga mendorong
upaya perkuat perekonomian nasional melalui penciptaan lapangan kerja dan
pemberitan fasilitas perpajakan. Salah satu sisi positif dari tujuan RUU Omnibus Law
tersebut adalah untuk menciptakan lapangan kerja bagi para pengangguran. Salah satu
fokus dari omnibus law, adalah untuk menciptakan pekerjaan bagi 7 juta penganggur
yang ada. Omnibus law diyakini berdampak positif bagi pengembangan properti.
Pengembang berharap agar rencana pemerintah menerbitkan UU Omnibus law bisa
memberi dampak positif terhadap kinerja sektor properti pada 2020.
References
Indonesia, C., 2020. cnnindonesia.com. [Online]
Available at: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201006135421-532-554944/5-dampak-
omnibus-law-ciptaker-bagi-pekerja-di-indonesia
[Accessed 06 October 2020].

Kompas.com, 2020. Kompas.com. [Online]


Available at: https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/04/175516265/nasib-pekerja-jika-
omnibus-law-cipta-kerja-disahkan?page=all
[Accessed 04 October 2020].

Kompas.com, 2020. Kompas.com. [Online]


Available at: https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/09/144500565/mengapa-banyak-
pelajar-ikut-demo-tolak-omnibus-law-cipta-kerja-ini-kata?page=all
[Accessed 09 October 2020].

talenta.co.id, 2020. insight talenta. [Online]


Available at: https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/poin-poin-uu-omnibus-law-cipta-kerja-
yang-disahkan/
[Accessed 08 October 2020].

TribunJogjga.com, 2020. jogja.tribunnews.com. [Online]


Available at: https://jogja.tribunnews.com/2020/10/09/presiden-jokowi-dan-wapres-rapat-bahas-
omnibus-law-uu-cipta-kerja-yang-disahkan-dpr?page=all
[Accessed 09 October 2020].

Kompas.com, 2020. Kompas.com. [Online]


https://money.kompas.com/read/2020/10/11/124134526/apakah-pasal-pasal-uu-cipta-kerja-
rugikan-buruh-ini-kata-serikat-pekerja?page=all.
[Accessed 11 October 2020].

www.cnnindonesia.com[Online]
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201019190416-20-560238/bem-si-klaim-5000-
mahasiswa-bakal-demo-omnibus-law-besok
[Accessed 19 October 2020].

Anda mungkin juga menyukai