Anda di halaman 1dari 33

TUGAS FISIKA SEKOLAH 2

GERAK LURUS KECEPATAN KONSTAN DAN PERCEPATAN


KONSTAN

DISUSUN OLEH :

BAYU SURYA ABDILLAH (A1E019009)


RILI PRANATA (A1E019011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
ANALISI KURIKULUM

NO KELAS/ MATERI STANDAR KOMPETENSI DASAR INTEGRASI MATERI Indikator capaian konsep
SEMESTER KOMPETENSI DENGAN WAWASAN fisika dan wawasan
KEBENCANAAN kebencanaan
1 1/1 Gerak lurus dengan 1. Menghayati dan 1. Menyadari kebesaran Tuhan Gempa Bumi 1. Mendefinisikan
kecepatan konstan dan mengamalkan ajaran yang menciptakan dan pengertian gerak.
percepatan konstan agama yang dianutnya. mengatur alam jagad raya Membedakan antara jarak
2. Menghayati dan melalui pengamatan fenomena dan perpindahan.
mengamalkan perilaku alam fisis dan pengukurannya. 2. Membedakan antara
jujur, disiplin, tanggung 2. Menunjukan perilaku ilmiah kecepatan rata-rata dan
jawab, peduli (gotong (memiliki rasa ingintahu; kecepatan sesaat.
royong, kerjasama, toleran, objektif; jujur; teliti; cermat; Membedakan antara
damai), santun, responsif tekun; hati-hati; bertanggung percepatan rata-rata dan
dan proaktif dan jawab; terbuka; kritis; kreatif; percepatan sesaat.
menunjukan sikap sebagai inovatif; dan peduli 3. Menyimpulkan
bagian dari solusi atas lingkungan) dalam aktifitas karakteristik gerak lurus
berbagai permasalahan sehari-hari sebagai wujud beraturan (GLB) melalui
dalam berinteraksi secara implementasi sikap dalam percobaan dan pengukuran
efektif dengan lingkungan melakukan percobaan, besaran-besaran terkait.
sosial dan alam serta dalam melaporkan, dan berdiskusi. Menganalisis grafik gerak
menempatkan diri sebagai 3. Menganalisis besaran fisis lurus dengan kecepatan
cerminan bangsa dalam pada gerak lurus dengan konstan.
pergaulan dunia. kecepatan konstan dan gerak 4. Menyimpulkan
3. Memahami, lurus dengan percepatan karakteristik gerak lurus
menerapkan, menganalisis konstan. berubah beraturan (GLBB
pengetahuan faktual, 4. Menyajikan hasil melalui percobaan dan
konseptual, prosedural pengukuran besaran fisis pengukuran besaran-
berdasarkan, rasa dengan menggunakan peralatan besaran terkait.
ingintahunya tentang ilmu dan teknik yang tempat untuk 5. Menganalisis grafik
pengetahuan, teknologi, penyelidikan ilmiah. gerak lurus dengan
seni, budaya dan 5. Menyajikan data dan grafik percepatan konstan (grafik
humaniora dengan hasil percobaan untuk s terhadap t dan grafik v
wawasan kemanusiaan, menyelidiki sifat gerak benda terhadap t).
kebangsaan, kenegaraan, yang bergerak lurus dengan 6. Menerapkan besaran-
dan peradaban terkait kecepatan konstan dan gerak besaran fisika dalam GLB
penyebab fenomena dan lurus dengan kecepatan dalam bentuk persamaan.
kejadian, serta menerapkan konstan. 7. Mengunakan besaran-
pengetahuan prosedural besaran GLB dalam
pada bidang kajian yang pemecahan masalah.
spesifik sesuai dengan 8. Menerapkan besaran-
bakat dan minatnya untuk besaran fisika dalam
memecahkan masalah. GLBB dalam bentuk
4. Mengolah, menalar, dan persamaan.
menyaji dalam ranah Menganalisis gerak
konkret, dan ranah abstrak parabola.
terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan
mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan.

I. Konsep-Konsep Esensial
1. Gerak
2. Jarak
3. Perpindahan
4. Posisi
5. Waktu
6. Kelajuan
7. Kelajuan rata-rata
8. Kelajuan sesaat
9. Kecepatan
10. Kecepatan rata-rata
11. Kecepatan sesaat
12. Percepatan
13. Percepatan rata-rata
14. Percepatan sesaat.
15. Gerak lurus beraturan
16. Gerak lurus berubah beraturan
17. Gerak vertikal
18. Gerak lurus berubah tak beraturan
19. Gerak Parabola

II. Peta Konsep

Gerak

Gerak Lurus

Titik Acuan Jarak Perpindahan

Kelajuan Rata-rata

Kelajuan dan
Kelajuan Tetap Kecepatan Rata-rata
Kecepatan
Kecepatan Sesaat

Percepatan Sesaat
Gerak Lurus Dibagi
Percepatan menjadi
Beraturan (GLB)
Percepatan Rata-rata
Digabung
menjadi

Percepatan Tetap
Digabung
Gerak Parabola
menjadi

Contoh
Gerak Jatuh Bebas
penerapan
Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB

Gerak Vertikal Ke Atas


III. Uraian Materi
III.1. Pengertian Gerak

Gerak merupakan sesuatu kata yang tidak asing lagi ditelinga kita. Dalam
kehidupan sehari-hari kata gerak sering kita jumpai berbagai macam gerak seperti gerak
mobil, gerak kipas angin, gerak benda-benda langit, gerak daun yang jatuh dan
sebagainya. Gerak dapat didefinisaikan sebagai perubahan kedudukan atau posisi suatu
benda terhadap titik acuan tertentu.

Jika seseorang berpindah dari suatu tempat ketempat lain orang tersebut telah
melakukan gerak karena keduduknnya berubah. Tetapi pada kata terhadap titik acuan
tertentu menunjukan bahwa sifat gerak itu relatif, tergantung pada acuan atau
pengamatnya. Misalnya, jika Dewi sedang berada di dalam sebuah mobil yang sedang
bergerak dan ada orang yang sedang berdiri di pinggir jalan, jika orang yang di pinggir
jalan tersebut dijadikan sebagai acuan maka mobil tersebut dikatan bergerak. Ini
dikarenakan posisi mobil setiap saat berubah terhadap orang yang berada di pinggir jalan
tersebut. Namun jika orang yang berada di dalam mobil yang dijadikan acuan maka
mobil tersebut dikatakan diam/ tidak bergerak. Ini dikarenakan posisi mobil setiap saat
tidak berubah terhadap anda. Dari penjelasan diatas maka dikatakan bahwa gerak bersifat
relatif. Untuk menyatakan bahwa suatu benda bergerak atau tidak itu tergantung pada
titik acuannya.

Berdasarkan bentuk lintasan yang ditempuh benda, kita dapat golongkan gerak
menjadi beberapa macam antara lain gerak lurus, gerak melingkar, dan gerak parabola.

III.2. Kedudukan, Jarak, dan Perpindahan


Kedudukan diartikan sebagai letak (posisi) suatu benda pada waktu tertentu
terhadap acuan. Dalam fisika, jarak dan perpindahan memiliki pengertian yang berbeda.
Jarak diartikan sebagai panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dalam selang
waktu tertentu, dan merupakan besaran skalar. Sedangkan Perpindahan didefinisikan
sebagai perubahan posisi benda dalam selang waktu tertentu dan merupakan beasaran
vektor. Jadi, perpindahan adalah seberapa jauh jarak benda tersebut dari titik awalnya.

Perpindahannya adalah :
∆x = x 2 - x1
=5–1
=4
Untuk lebih jelas dalam membedakan jarak dan perpindahan dapat di aplikasikan
dalam contoh soal sebagai berikut :
Suatu benda bergerak dari C ke B kemudian berbalik menuju titik O. Hitung jarak dan
perpindahannya
Pertama kita telah mengetahui jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh benda.
Jarak C ke O melalui C = panjang CBO
= panjang CB + panjang BO = 8 + 4 = 12
Sedangkan perpindahan dengan garis lurus mendatar dihitung dengan persamaan :
∆x12 = x2 - x1
Perpindahan dari C ke O melalui titik B

∆xCO = x O - xC

= 0 – (-4 ) = 4

III.3. Kecepatan dan Kelajuan


Pada kehidupan sehari-hari orang sering menggunakan kata kecepatan meskipun
yang dimaksud sebenarnya adalah kelajuan. Misalnya, kereta itu bergerak dengan
kecepatan 80 km/jam. Pernyataan ini sebenarnya kurang tepat, karena kalau ingin
menyatakan kecepatan, arahnya harus disebutkan. Supaya benar pernyataan tersebut
harus diubah menjadi kereta itu bergerak dengan kecepatan 80 km/jam ke arah barat.
Kelajuan adalah cepat lambatnya perubahan jarak terhadap waktu dan merupakan
besaran scalar yang nilainya selalu positif, sehingga tidak memedulikan arah. Kelajuan
diukur dengan menggunakan spidometer. Kecepatan adalah cepat lambatnya perubahan
kedudukan suatu benda terhadap waktu dan merupakan besaran vektor, sehingga
memiliki arah. Kecepatan diukur dengan menggunakan velocitometer.
III.3.1. Kelajuan Rata-rata dan Kecepatan Rata-rata
Jika kita mengendarai mobil selama tiga jam perjalanan dan menempuh jarak
180 km maka dapat dikatakan bahwa kelajuan rata-rata adalah 180 km/3 jam atau 60
km/jam. Secara umum, kelajuan rata-rata didefinisikan jarak yang ditempuh oleh
suatu benda dibagi waktu yang di perlukan.
Keterangan : v rata-rata = kelajuan rata-rata ms-1,
s = jarak tempuh total (m),
t = waktu yang diperlukan (s).
Konsep kecepatan serupa dengan konsep kelajuan, tetapi berbeda karena
kecepatan mencakup arah gerakan. Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai
perpindahan suatu benda dibagi waktu yang diperlukan benda tersebut untuk
berpindah.

x 2−x 1 ∆ x
v= =
t 2−t 1 ∆t

Keterangan : = kecepatan rata-rata (m/s)

∆x = x2 – x1 = perpindahan (m)
x1 = titik awal (m)
x2 = titik akhir (m)
∆t = selang waktu (s)
Contoh Soal
Dewi berjalan ke Timur sejauh 80 m, kemudian berbalik arah ke Kanan
menempuh jarak 50 m. Perjalanan tersebut memerlukan waktu 50 s. Berapakah kelajuan
rata-rata dan kecepatan rata-rata Rena dalam perjalanannya?
Jawab :
Jarak total = AB + BC
= 80 m + 50 m
= 130 m
Perpindahan = AB – BC
= AB – BC
= 80 m – 50 m
= 30 m

III.3.2. Kecepatan Sesaat dan Kelajuan Sesaat


Jika kalian mengendarai sepeda motor sepanjang jalan yang lurus sejauh 120
km dalam waktu 2 jam, besar kecepatan rata-rata sepeda motor kalian adalah 60
km/jam. Walaupun demikian, tidak mungkin kalian mengendarai sepeda motor
tersebut tepat 60 km/jam setiap saat. Untuk mengatasi situasi ini kita memerlukan
konsep kecepatan sesaat, yang merupakan kecepatan benda pada saat tertentu. Alat
untuk mngukur kecepatan sesaat adalah velocitimeter, karena adanya jarum yang
mengarah ke positif dan negatif sesuai dengan arah gerak benda. Sedangkan alat
yang digunakan untuk mengukur kelajuan sesaat adalah spidometer. Kecepatan
sesaat pada waktu tertentu adalah kecepatan rata-rata selama selang waktu yang
sangat kecil, yang dinyatakan oleh:

Dapat ditulis juga :

Keterangan :

∆x = Perpindahan (m)

∆t = Selang waktu (s)

III.4. Percepatan Rata-Rata dan Sesaat


Kalau kita mengendarai sepeda motor pada saat awal, mesin motor dihidupkan
tetapi sepeda motor masih belum bergerak. Pada saat sepeda motor mulai bergerak maka
kecepatannya makin lama makin besar. Hal ini berarti telah terjadi perubahan kecepatan.
Pada saat sepeda motor diam kecepatan nol, baru kemudian kecepatan sepeda motor
tersebut makin lama makin cepat.

t0 = 0
v0 = 0

t1 = t
vt = v

Sepeda motor tersebut mengalami perubahan kecepatan dalam selang waktu


tertentu. Dengan kata lain, sepeda motor tersebut mengalami percepatan. Percepatan
adalah besaran vektor. Percepatan ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

III.4.1. Percepatan Rata-Rata

Tiap benda yang mengalami perubahan kecepatan, baik besarnya saja atau
arahnya saja atau kedua-duanya, akan mengalami percepatan. Percepatan rata-rata
( a ) adalah hasil bagi antara perubahan kecepatan dengan selang waktu yang
digunakan selama perubahan kecepatan tersebut . Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut.

Contoh soal :
Andi mengendarai sepeda motor ke arah utara dipercepat dari keadaan
diam sampai kecepatan 72 km/jam dalam waktu 5 s. Tentukan besar dan arah
percepatan Andi!

Jawab :

a. Percepatan rata-rata

b. Tanda positif menunjukkan bahwa arah percepatan searah dengan arah


kecepatan. Jadi, arah percepatan Andi ke utara.

III.4.2. Percepatan Sesaat

Percepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dalam


waktu yang sangat singkat. Sama seperti menghitung kecepatan sesaat,
menghitung percepatan sesaat juga kita perlu mengukur perubahan kecepatan
dalam selang waktu yang singkat (mendekati nol). Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut:

III.5. Gerak Lurus Beraturan

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemukan peristiwa yang berkaitan


dengan gerak lurus beraturan, misalnya orang yang berjalan dengan langkah kaki yang
relatif konstan, mobil yang sedang bergerak, dan sebagainya. Suatu benda dikatakan
mengalami gerak lurus beraturan jika lintasan yang ditempuh oleh benda itu berupa garis
lurus dan kecepatannya selalu tetap setiap saat. Sebuah benda yang bergerak lurus
menempuh jarak yang sama untuk selang waktu yang sama. Sebagai contoh, apabila
dalam waktu 5 sekon pertama sebuah mobil menempuh jarak 100 m, maka untuk waktu 5
sekon berikutnya mobil itu juga menempuh jarak 100 m. Secara matematis, persamaan
gerak lurus beraturan (GLB) adalah:

∆s
v
= ∆t
Keterangan :

v = kecepatan (m/s)

= jarak tempuh (m)

= waktu (s)

Jika kecepatan v mobil yang bergerak dengan laju konstan selama selang waktu t
sekon, diilustrasikan dalam sebuah grafik v-t, akan diperoleh sebuah garis lurus, tampak
seperti pada Gambar 2.13

Dari grafik hubungan s-t tampak pada dapat dikatakan jarak yang ditempuh s
benda berbanding lurus dengan waktu tempuh t. Makin besar waktunya makin besar jarak
yang ditempuh.

Hubungan antara kecepatan ( ) dan waktu (t) serta antara jarak (s) dan waktu (t)

dapat digambarkan pada grafik – t dan s – t


Diagram –t

Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa benda bergerak lurus dengan kecepatan
konstan yaitu 5 m/s.

grafik s-t

Kemudian dari grafik ini kita dapat mengetahui juga bahwa benda bergerak
dengan kecepatan konstan juga. Hal itu dapat dibuktikan menggunakan persamaan : v =
s/t

setiap saat akan memberikan kecepatan yang sama (konstan).

Dari grafik – t tampak bahwa kecepatan selalu tetap, tidak bergantung


terhadap waktu sehingga grafiknya berupa garis lurus yang sejajar dengan sumbu t. Dari
gambar tersebut juga dapat dicari jarak tempuh benda dengan menghitung luasnya. Hal
ini berlaku pula pada beberapa bentuk grafik yaitu lurus maupun lengkung.

Dari grafik diatas, jarak tempuh benda selama 3 sekon dapat kita ketahui dengan
menghitung luas bangun datar yang dibentuk adalah segi empat , maka :
S = Luas segi empat

=pxl

=5x3
= 15 m
Dari grafik s – t tampak bahwa jarak yang ditempuh oleh benda berbanding lurus
dengan waktunya sehingga grafiknya berupa garis lurus condong ke atas. Secara

matematis = tan

= tan
= 12-4 / 3-1
= 8/2
= 4 m/s
Jadi semakin besar sudutnya maka semakin besar pula kecepatan gerak lurus
beraturan tersebut.

Contoh soal (1.4):

Dewi berlari pada lintasan lurus dan menempuh jarak 100 m dalam 10 sekon. Tentukan
kecepatan dan waktu yang diperlukan Budi untuk menempuh jarak 25m!

Diketahui : a. ∆ x : 100 m

b. ∆ t : 10 s

Ditanyakan : a. v = . . .?
b. t = . . . ? ( jika ∆x = 25m )
∆ x 100
Jawab : a. v= =
∆ t 10

= 10m/s

b. ∆x = v . ∆t

∆x
∆t =
∆v
25
=
10

= 2,5 s

III.6. Gerak Lurus Berubah Betaruran

Suatu benda yang kecepatannya dinaikkan atau diturunkan secara beraturan


terhadap waktu dan lintasannya berupa garis lurus, maka benda tersebut telah melakukan
gerak lurus berubah beraturan adalah gerak suatu benda pada lintasan garis lurus yang
percepatannya tetap. Percepatan tetap menunjukkan bahwa besar dan arahnya sama.

Untuk menunjukkan GLBB maka dapat ditampilkan percobaan yang


menggunakan kereta luncur yang dimiringkan kemudian memakai ticker timer pada pita
kertas. Dari kertas dihasilkan titik-titik yang semakin menjauh. Hal ini menunjukan jarak
antartitik berubah-ubah yang merupakan implikasi adanya percepatan yang konstan.

III.6.1. Hubungan Kecepatan, Percepatan, dan Waktu pada GLBB

Untuk memudahkan notasi ataupun penulisan persamaan, kita anggap


waktu awal untuk setiap pembahasan adalah nol yaitu t1 = t0. Kemudian kita
tentukan t2 = t sebagai waktu yang diperlukan. Posisi awal x1 = x0 dan kecepatan
awal v1 = v0, dan pada waktu t posisi dan kecepatan benda masing-masing adalah
x dan v (bukan x2 dan v2). Berarti kecepatan rata-rata selama waktu t berdasarkan
persamaan untuk kecepatan rata-rata dirumuskan:

Karena t0 = 0 dan percepatan dianggap konstan terhadap waktu, maka diperoleh


persamaan:
Selanjutnya, kita dapat menentukan kecepatan sebuah benda setelah rentang
waktu tertentu jika diketahui percepatannya. Kita kalikan dengan t pada kedua sisi
persamaan tersebut maka akan diperoleh: at = v – v0
sehingga dapat dituliskan:

v = v0 + at

Keterangan :
v0 = kecepatan awal (m/s)
v = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)
t = waktu (s)

III.6.2. Hubungan Perpindahan, Percepatan, dan Waktu dalam GLBB

Kita lihat bagaimana menghitung posisi benda setelah waktu t ketika


benda tersebut mengalami percepatan konstan. Dari definisi kecepatan rata-rata:

Persamaan ini bisa kita tuliskan:


x=x 0 +vt
Ingat, benda yang bergerak dengan percepatan tetap menunjukkan kecepatan
benda tersebut bertambah secara beraturan. Oleh karena itu, jika diketahui
kecepatan awal dan kecepatan akhir, maka kecepatan rata-rata benda sama dengan
separuh dari jumlah kecepatan awal dan kecepatan akhir.

Karena : x=x 0 +vt


v0 + v
x=x 0 + t
2
sementara v=v 0 + at
v 0 + v o+ at
maka x=x 0 + t
2

1
x=x 0 +v o+ a t
2

Keterangan :
x0 = posisi awal (m) v = kecepatan akhir (m/s)
x = posisi akhir (m) a = percepatan (m/s2)
v0 = kecepatan awal (m/s) t = waktu (s)

III.6.3. Hubungan Perpindahan, Kecepatan, dan Percepatan

Untuk dapat menentukan kecepatan akhir sebuah benda yang mengalami


percepatan tetap pada jarak tertentu dari kedudukan awal tanpa mempersoalkan
selang waktunya, dapat dengan menghilangkan peubah t dengan mensubtitusikan
v t −v o
persamaan t= (diperoleh dari persamaan v=v 0 + at ) ke dalam
a
1
x=x 0 +v 0 a t2
2

( )
2
v−v 0 1 v −v 0
x=x 0 +v 0 + a( )
a 2 a

2
v 0 v−v 0 a
x=x 0 + + ¿)
a 2

2
2 v 0 v−2 v 0
x=x 0 + + ¿)
2a

2 2
v −v 0
x=x 0 +
2a
v2 = vo2 + 2a (x – xo )
Kita sekarang mempunyai beberapa persamaan yang merupakan hubungan posisi,
kecepatan, percepatan, dan waktu, jika percepatan konstan.

Pada banyak kasus kita bisa menentukan x0=0, hal ini akan sedikit
menyederhanakan persamaan-persamaan di atas. Perhatikan bahwa x menyatakan
posisi, bukan jarak, dan x – x0 adalah perpindahan.
Persamaan-persamaan di atas dapat diturunkan dari persamaan kecepatan
sesaat. Kenapa kecepatan sesaat dan bukan kecepatan rata-rata? Karena dalam
persamaan, setiap t menandakan waktu tertentu yang artinya waktu saat tersebut
dan bukan rentang waktu yang dipakai pada kecepatan rata-rata. Dan pada
pelaksanaan penggunaan persamaan bisa digunakan kesepakatan bahwa nilai
positif adalah untuk gerak yang arahnya ke kanan sedangkan nilai negatif untuk
gerak yang arahnya ke kiri. Hal ini digunakan untuk menghindari notasi vektor
pada persamaan.

1. Grafik (v - t)
Berdasarkan persamaan v=v 0 + a t , Anda dapat melukiskan grafik

hubungan antara v dan t sebagai berikut.


Grafik kecepatan terhadap waktu untuk gerak lurus berubah beraturan di
percepatan dari grafik tersebut dapat kita tentukan percepatan gerakan benda
dengan persamaan :

a=

a=

a =
a = 4/3 m/s2

2. Grafik s – t

Berdasarkan persamaan x = 0t + ½ at2, dengan 0 dan a dianggap


konstan maka dapat dibuat grafik s – t sebagai berikut.
III.7. Gerak Jatuh Bebas
Salah satu contoh gerak yang paling umum mengenai gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) adalah benda yang mengalami jatuh bebas dengan jarak yang tidak
jauh dari permukaan tanah. Galileo menemukan bahwa semua benda akan jatuh dengan
percepatan konstan yang sama jika tidak ada udara atau hambatan lainnya. Ia
menyatakan bahwa sebuah benda yang jatuh dari keadaan diam, jarak yang ditempuh
akan sebanding dengan kuadrat waktu, h ~ t2 . Untuk memperkuat penemuannya bahwa
laju benda yang jatuh bertambah ketika benda itu jatuh, Galileo menggunakan argumen
yang cerdik. Sebuah batu berat yang dijatuhkan dari ketinggian 2 m akan memukul
sebuah tiang pancang lebih dalam ke tanah dibandingkan dengan batu yang sama tetapi
dijatuhkan dari ketinggian 0,2 m. Jelas batu tersebut bergerak lebih cepat dari ketinggian
yang pertama. Ketika membahas benda-benda yang jatuh bebas kita bisa memakai
persamaan dimana untuk a kita gunakan nilai percepatan gravitasi bumi (g) yaitu sebesar
9,8 m/s2. Selain itu, karena gerak tersebut vertikal kita akan mengganti x dengan y dan
menempatkan yo = 0 kecuali jika ditentukan lain.tidak masalah apakah kita memilih y
positif pada arah ke atas atau arah ke bawah, yang penting kita harus konsisten sepanjang
penyelesaian soal. Secara matematis persamaan pada gerak jatuh bebas dirumuskan
sebagai berikut :
Keterangan :
v = v0 ± gt
vo = kecepatan awal (m/s)
y = y0 + v0t ± ½ gt2
v = kecepatan akhir (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
v2 = vo2 ± 2g (y-y0)
y = jarak tempuh benda (m)
v + vo
v = t = waktu (s)
2

III.8. Gerak Vertikal ke Atas


III.8.1. Ketinggian Maksimum Ymaks
Untuk menentukan ketinggian maksimum kita hitung posisi bola ketika
kecepatannya = 0 pada titik tertinggi. Pada saat mula-mula t = 0 ketinggian mula-
mula yo = 0 kecepatan awal vo dan percepatannya a = -g . sehingga kita dapatkan
persamaan :
v2 = vo2 – 2gy
= vo2 – 2gy
2
vo
Ymaks =
2g

III.8.2. Lama Benda di Udara tc = 2 tmaks


perhatikan gerak dari A ke B ke C pada
gambar disamping. Pada titik A dan C posisi
benda adalah y = 0. Dengan menggunakan
persamaan GLBB dan a = -g diperoleh hal-
hal berikut ini :

a. Waktu yang dibutuhkan benda untuk mencapai titik tertinggi :


v = vo – gt
0 = vo – gt

vo
tB = tmaks = g

b. Waktu yang diperlukan untuk jatuh kembali :


yo = vot – ½ gt2
1 = vot – ½ gt2

2 vo
tc = 2tmaks = g

III.9. Gerak Parabola


Gerak Parabola merupakan gabungan antara Gerak Lurus Berubah Beraturan dan
Gerak Lurus Beraturan. Lintasan Gerak Parabola dibentuk berdasarkan resultan antara
dua vektor dalam arah vertikal dan horizontal.

Lintasan gerak parabola:

Gambar diatas menunjukkan uraian vektor kecepatan dalam arah vertikal dan

horizontal. Ketika bola bergerak keatas, maka dalam arah horizontal benda akan

mengalami perlambatan sebesar g hingga mencapai titik tertinggi, dan ketika bola

bergerak turun maka bola mengalami perlambatan sebesar g karena dalam kasus ini kita

beranggapan hanya gaya gravitasi yang mempengaruhi gerak vertikal, sedangkan dalam

gerak horizontal benda tidak dikenai gaya eksternal maka dalam arah horizontal

kecepatan benda adalah konstan.

Perhatikan sebuah partikel yang diluncurkan dengan suatu kecepatan awal yang

mempunyai komponen vertikal dan horizontal relative terhadap titik asal yang tetap. Jika

kita ambil sumbu vertikal y dengan arah positif ke atas dan sumbu horizontal x dengan
arah positif searah komponen horizontal awal kecepatan proyektil, maka percepatan

proyektil :

a y =−g

a x =0

Misalkan kita luncurkan sebuah proyektil dari titik asal dengan kelajuan awal v 0

dengan sudut θ terhadap sumbu horizontal. Jadi kecepatan awal mempunyai

komponen :

v 0 x =v 0 cos θ

v 0 y =v 0 sin θ

Karena tidak ada percepatan horizontal, komponen x kecepatan adalah konstan :

v x =v 0 x

Komponen y berubah dengan waktu sesuai dengan :

v y =v 0 y −¿

Komponen perpindahan proyektil adalah :

x=v 0 x t

1 2
y= y 0+ v 0 y t− g t
2

Pada saat di puncak lintasan atau H max , v y =0 . Sehingga :

v y =v 0 y −¿

0=v 0 y −¿

v 0 sinθ
tH =
max
g
Pada saat mendarat atau X max, y= y 0=0 . Sehingga :

1 2
y= y 0+ v 0 y t− g t
2

1 2
0=v 0 y t− g t
2

v 0 sinθ
t X =2
max
g

Di dapat bahwa :

t X =2 t H
max max

Kita dapat mensubstitusi nilai t ini pada persamaan perpindahan proyektil pada arah

vertikal untuk mendapatkan persamaan jarak tertinggi (H max ):

1 2
H max = y 0 + v 0 y t H − g t H
2
max max

( ) ( )
2
v sinθ 1 v 0 sinθ
¿ v 0 sinθ 0 − g
g 2 g

v 02 sin 2 θ v 0 y 2
H max = =
2g 2g

Sedangkan pada arah horizontal untuk mendapatkan persamaan jaraj terjauh ( X max ) :

X max=v 0 x t X max

v 0 sinθ
¿ v 0 cos θ 2
g

v 02 cos θ sin θ v0 y v0 x
X max=2 =2
g g
Kita dapat menentukan persamaan gerak parabola ini melalui data hasil pengamatan,

jika kecepatan awal v 0, jarak tertinggi H max dan jarak terjauh X max diketahui memalui

video tracker, maka kita dapat menurunkan persamaan gerak untuk gerak parabola

ini. Dengan memvariasikan nilai sudut elevasi maka kita dapat menentukan posisi

titik tertinggi dan titik terjauh.

Hubungan Materi dengan Kebencanaan


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin
dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Faktor Penyebab Gerakan TanahBerdasarkan Faktor Sifat Fisik dan Mekanik Batuan:1.
Besarnya nilai kadar air pada daerah telitian yang mempunyai nilai rata-rata 39,64%
dimungkinkan untuk terjadinya gerakan tanah, karena akan mempengaruhi sifat fisik
dan mekanik batuan. Apabila sifat fisik dan mekanik ini tidak dapat membentuk suatu
harga tahanan geser yang cukup besar di dalam tubuh lereng, sampai harga batas
maksimal harga kadar air tertentu, maka akan menyebabkan lereng menjadi labil
(longsor). Selain itu, batuan penyusun juga mempunyai nilai berat jenis yang tinggi
yang berkisar antara 2,5 - 2,68, derajat kejenuhan tinggi, serta mempunyai angka pori
yang tinggi pula.
2. Daerah telitian mempunyai nilai permeabilitas yang berkisar antara 1,47x10-5 sampai
dengan 9,723x10-4
3. Kecilnya nilai sudut geser dalam pada daerah telitian yang berkisar antara
22o-380, maka dimungkinkan terjadi gerakan tanah, karena semakin besar sudut geser
dalam, maka material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan luar yang dikenakan
terhadapnya selain itu rendahnya nilai kohesifitas pada daerah telitian yang berkisar
antara 0,2-0,5 juga dimungkinkan terjadinya gerakan tanah karena gaya tarik menarik
antar partikel dalam batuan dan tanah rendah.4. Kestabilan lereng bergantung pada gaya
penggerak dan gaya penahan yang bekerja pada bidang gelincir. Gaya penahan adalah
gaya yang menahan agar tidak terjadi longsoran, sedangkan gaya penggerak adalah gaya
yang menyebabkan terjadinya longsoran.
Perbandingan antara gaya penahan dan penggerak disebut Faktor Keamanan (FK),
semakin kecil nilai FK maka gerakan tanah sering terjadi, sebaliknya semakin besar FK
gerakan tanah sangat jarang terjadi. (Tabel 3)Berdasarkan Faktor Geologi:1. Faktor
KelerenganKelerengan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam analisis
gerakan tanah, karena kestabilan lereng berkurang pada morfologi berlereng terjal,
sehingga menyebabkan semakin besarnya gaya penggerak massa tanah/batuan penyusun
lereng. Banyak wilayah di Kota Balikpapan yang termasuk ke dalam wilayah kelas
lereng dan ketinggian rawan longsor. (Tabel 4).2. Faktor Litologi Kondisi litologi pada
daerah telitian sebagian besar telah mengalami pelapukan dan reaksi kimia-fisika,
keadaan atau intensitas ini tergantung dari iklim setempat dan berakibat pada
pembentukan rongga batuan karena proses amplitudo temperatur harian.(Gambar 4)3.
Faktor Struktur GeologiFaktor pengaruh struktur geologi berupa kekar dan bidang
perlapisan batuan, akan sangat besar peranannya terhadap peristiwa gerakan tanah.
Batuan yang terkekarkan, merupakan zona lemah, yang merupakan salah satu jalan
masuknya air kedalam tanah, akibat adanya zona lemah akan menyebabkan
berkurangnya kekuatan geser batuan dalam menahan gerakan serta penjenuhan air
dalam tanah/batuan yang dapat meningkatkan atau memicu kenaikan tekanan air pori
dalam masa tanah/batuan, dan akhirnya mendorong massa tersebut untuk bergerak
longsor.
4. Faktor Curah HujanCurah hujan sebagai salah satu komponen iklim, akan
mempengaruhi kadar air dan kejenuhan air. Hujan dapat meningkatkan kadar air dalam
tanah lebih jauh akan menyebabkan kondisi fisik tubuh lereng berubah-ubah. Kenaikan
kadar air akan memperlemah sifat fisik mekanik batuan, sehingga mempengaruhi
kondisi internal tubuh lereng dan menurunkan faktor keamanan lereng. Pengaruh air
saat terjadi hujan lebat akan menyebabkan perubahan terhadap sifat fisik batuan, yaitu
menurunnya harga kohesi batuan, sehingga kekuatan geser batuan berkurang,
sedangkan bobot masa batuan bertambah. Seiring dengan meningkatnya bobot masa
batuan maka kuat geser batuannya akan menurun

IV. Referensi

Tipler, P.A 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik jilid I (terjemahan). Jakarta: Erlangga

Sumarsono, Joko. 2008. Fisika untuk SMA/MA kelas X. Jakarta : CV Teguh Karya

Kanginan, Martin. 2002. Fisika kelas X SMA. Jakarta: Erlangga


Astra, I Made. 2006. Fisika kelas X SMA. Jakarta: Priranti Darma

Contoh Soal :
1. Sebuah mobil meluncur dengan kelajuan tetap, berdasarkan alat ukur speedometer
sebesar 90 km/jam, selama 15 menit. Berapa jarak yang ditempuh selama selang waktu
tersebut?
Jawab:
V = 90 km/jam = 25 m/s
t = 15 menit = 720 s
S = v. t = (25 m/s) × 600 s = 15.000 m = 15 km.
Jadi, jarak yang ditempuh selama selang waktu tersebut adalah 15 kilometer.

2. Seorang pengendara sepeda motor pada detik pertama mempunyai kecepatan 5 m/s
dan pada detik kedua kecepatannya berubah menjadi 10 m/s. Tentukan percepatan rata-
rata sepeda motor tersebut ?
Jawab:
t=2–1=1
V0 = 5 m/s
Vt = 10 m/s
A = Vt –V0 / t = (10-5) / 1 = 5
Jadi, percepatan rata-rata sepeda motor tersebut adalah 5 m/s².

3. Sebuah mobil bergerak dari keadaan diam mendapat percepatan tetap 6 m/s².
Tentukan jarak yang ditempuh mobil setelah 7 sekon
Vo = 0 m/s
a = 6 m/s²
t=7s
Ditanyakan:
Jarak yang ditempuh mobil (s)
Penyelesaian:
s = Vot + 1/2 (at²)
s = (0)(7) + (1/2)(6)(7²)
s = 0 + 147
s = 147 m

4. Mobil bergerak dengan kecepatan tetap 108 km/jam. Hitung perpindahan mobil
selama 15 detik!
Penyelesaian:
Diketahui:
v=108kmjam=30 m/s
t=15 detik
maka jarak yang ditempuh adalah Δs=vt=30×15=450 m
5. Rosi berada 150 meter di sebelah utara stadion. Dia bergeak dengan kecepatan
konstan sebesar 12 m/s selama 1 menit ke arah utara. Tentukan posisi Rosi terhadap
stadion dan jarak yang ditempuh selama waktu tersebut!
Penyelesaian:
Diketahui:
x0=150 m
v=12 m/s
t=60 detik
maka posisi Rosi setelah 1 menit x=x0+vt=150 m+12 m/s×60 s=870 m. Jarak yang
ditempuh sama dengan besar perpindahan Rosi yaitu: Δx=x−x0=720 m

6. Dua buah mobil yang terpisah sejauh 75 km bergerak saling mendekati pada saat
yang bersamaan, masing-masing dengan kecepatan 90 km/jam dan 60 km/jam. Maka
waktu mereka berpapasan adalah…
Jawab :
V1.t=V2.t=S tot
90t+60t=75
150t=75
t=0,5

Hubungan Materi dengan Kebencanaan


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin
dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Seringkali kita menemukan peristiwa yang berkaitan dengan gerak lurus


beraturan, misalnya orang yang berjalan dengan langkah kaki yang relatif konstan, mobil
yang sedang bergerak, dan sebagainya. Suatu benda dikatakan mengalami gerak lurus
beraturan jika lintasan yang ditempuh oleh benda itu berupa garis lurus dan
kecepatannya selalu tetap setiap saat. Sebuah benda yang bergerak lurus menempuh jarak
yang sama untuk selang waktu yang sama. Sebagai contoh, apabila dalam waktu 5 sekon
pertama sebuah mobil menempuh jarak 100 m, maka untuk waktu 5 sekon berikutnya
mobil itu juga menempuh jarak 100 m. Secara matematis, persamaan gerak lurus
beraturan (GLB) adalah:
V=delta S/delta t

Keterangan :

v = kecepatan (m/s)

= jarak tempuh (m)

= waktu (s)

Jika kecepatan v mobil yang bergerak dengan laju konstan selama selang waktu t
sekon, diilustrasikan dalam sebuah grafik v-t, akan diperoleh sebuah garis lurus, tampak
seperti pada Gambar 2.13

Dari grafik hubungan s-t tampak pada dapat dikatakan jarak yang ditempuh s
benda berbanding lurus dengan waktu tempuh t. Makin besar waktunya makin besar jarak
yang ditempuh.

Hubungan antara kecepatan ( ) dan waktu (t) serta antara jarak (s) dan waktu (t)

dapat digambarkan pada grafik – t dan s – t

Diagram –t
Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa benda bergerak lurus dengan kecepatan
konstan yaitu 5 m/s.

semakin besar sudutnya maka semakin besar pula kecepatan gerak lurus beraturan
tersebut.

Contoh soal (1.4):

Dewi berlari pada lintasan lurus dan menempuh jarak 100 m dalam 10 sekon. Tentukan
kecepatan dan waktu yang diperlukan Budi untuk menempuh jarak 25m!

Diketahui : a. Delta x: 100 m

b. delta t : 10 s

Ditanyakan : a. = . . .?
b. = . . . ? ( jika ∆x = 25m )
Jawab : a.

= 10m/s

b. ∆x = . ∆t

∆t = 25/10

= 2,5 s

Pada gerak tanah longsor juga terdapat gerak lurus beruah beraturan. Suatu benda
yang kecepatannya dinaikkan atau diturunkan secara beraturan terhadap waktu dan
lintasannya berupa garis lurus, maka benda tersebut telah melakukan gerak lurus berubah
beraturan adalah gerak suatu benda pada lintasan garis lurus yang percepatannya tetap.
Percepatan tetap menunjukkan bahwa besar dan arahnya sama.

Untuk menunjukkan GLBB maka dapat ditampilkan percobaan yang


menggunakan kereta luncur yang dimiringkan kemudian memakai ticker timer pada pita
kertas. Dari kertas dihasilkan titik-titik yang semakin menjauh. Hal ini menunjukan jarak
antartitik berubah-ubah yang merupakan implikasi adanya percepatan yang konstan.
Faktor Penyebab Gerakan Tanah
Berdasarkan Faktor Sifat Fisik dan Mekanik Batuan:
1. Besarnya nilai kadar air pada daerah telitian yang mempunyai nilai rata-rata 39,64%
dimungkinkan untuk terjadinya gerakan tanah, karena akan mempengaruhi sifat fisik
dan mekanik batuan. Apabila sifat fisik dan mekanik ini tidak dapat membentuk suatu
harga tahanan geser yang cukup besar di dalam tubuh lereng, sampai harga batas
maksimal harga kadar air tertentu, maka akan menyebabkan lereng menjadi labil
(longsor). Selain itu, batuan penyusun juga mempunyai nilai berat jenis yang tinggi
yang berkisar antara 2,5 - 2,68, derajat kejenuhan tinggi, serta mempunyai angka pori
yang tinggi pula.
2. Daerah telitian mempunyai nilai permeabilitas yang berkisar antara 1,47x10-5 sampai
dengan 9,723x10-4
3. Kecilnya nilai sudut geser dalam pada daerah telitian yang berkisar antara
22o-380, maka dimungkinkan terjadi gerakan tanah, karena semakin besar sudut geser
dalam, maka material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan luar yang dikenakan
terhadapnya selain itu rendahnya nilai kohesifitas pada daerah telitian yang berkisar
antara 0,2-0,5 juga dimungkinkan terjadinya gerakan tanah karena gaya tarik menarik
antar partikel dalam batuan dan tanah rendah.
4. Kestabilan lereng bergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan yang bekerja
pada bidang gelincir. Gaya penahan adalah gaya yang menahan agar tidak terjadi
longsoran, sedangkan gaya penggerak adalah gaya yang menyebabkan terjadinya
longsoran.
Perbandingan antara gaya penahan dan penggerak disebut Faktor Keamanan (FK),
semakin kecil nilai FK maka gerakan tanah sering terjadi, sebaliknya semakin besar FK
gerakan tanah sangat jarang terjadi. (Tabel 3)
Berdasarkan Faktor Geologi:
1. Faktor Kelerengan
Kelerengan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam analisis gerakan
tanah, karena kestabilan lereng berkurang pada morfologi berlereng terjal, sehingga
menyebabkan semakin besarnya gaya penggerak massa tanah/batuan penyusun lereng.
Banyak wilayah di Kota Balikpapan yang termasuk ke dalam wilayah kelas lereng dan
ketinggian rawan longsor. (Tabel 4).
2. Faktor Litologi
Kondisi litologi pada daerah telitian sebagian besar telah mengalami pelapukan dan
reaksi kimia-fisika, keadaan atau intensitas ini tergantung dari iklim setempat dan
berakibat pada pembentukan rongga batuan karena proses amplitudo temperatur harian.
(Gambar 4)
3. Faktor Struktur Geologi
Faktor pengaruh struktur geologi berupa kekar dan bidang perlapisan batuan, akan
sangat besar peranannya terhadap peristiwa gerakan tanah. Batuan yang terkekarkan,
merupakan zona lemah, yang merupakan salah satu jalan masuknya air kedalam tanah,
akibat adanya zona lemah akan menyebabkan berkurangnya kekuatan geser batuan
dalam menahan gerakan serta penjenuhan air dalam tanah/batuan yang dapat
meningkatkan atau memicu kenaikan tekanan air pori dalam masa tanah/batuan, dan
akhirnya mendorong massa tersebut untuk bergerak longsor.
4. Faktor Curah Hujan
Curah hujan sebagai salah satu komponen iklim, akan mempengaruhi kadar air dan
kejenuhan air. Hujan dapat meningkatkan kadar air dalam tanah lebih jauh akan
menyebabkan kondisi fisik tubuh lereng berubah-ubah. Kenaikan kadar air akan
memperlemah sifat fisik mekanik batuan, sehingga mempengaruhi kondisi internal
tubuh lereng dan menurunkan faktor keamanan lereng. Pengaruh air saat terjadi hujan
lebat akan menyebabkan perubahan terhadap sifat fisik batuan, yaitu menurunnya harga
kohesi batuan, sehingga kekuatan geser batuan berkurang, sedangkan bobot masa
batuan bertambah. Seiring dengan meningkatnya bobot masa batuan maka kuat geser
batuannya akan menurun.

TAHAPAN MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR


Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan
provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari
bencana.
Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam
perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui
penyebab dan cara penanggulangannya.
Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi
dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah tersebut.
Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat
yangditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan
•poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan
aparat pemerintah.
•Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
SELAMA DAN SESUDAH TERJADI BENCANA
Rekonstruksi Bencana Longsor
1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain:
•Kondisi medan
•Kondisi bencana
•Peralatan
•Informasi bencana
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan
sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban
tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor
hampir 100%.
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempattempat hunian, antara lain:
● Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
● Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-bangunan)
● Vegetasi kembali lereng-lereng.
● Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.

Anda mungkin juga menyukai