Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori kinetik gas digunakan untuk memperkirakan benturan gas antara


satu dengan molekul lainnya. Jika setiap benturan menghasilkan reaksi, maka
secara praktis reaksi akan selesai dalam waktu 10 -9 s. Beberapa reaksi memang
berlangsung dengan laju reaksi secepat itu.. Contohnya yaitu reaksi bimolekuler
antara dua radiasi CH2 menghasilkan C2H6.
2CH2C2H6............................................................................................................................................................................
(2.1)
Dengan tetapan laju yang diamati sebesar 1 x 10 10 L mol-1s -1. Jika tekanan
awal CH2 sekitar 1 atm maka pada suhu 25C konsentrasi awal sekitar 0,4 M.
Menurut hukum laju reaksi orde kedua sesudah 10-9 konsentrasi akan turun
menjadi 0,02 M. Akan tetapi, yang lebih umum reaksi berlangsung dengan laju
yang 1012 kali bahkan lebih atau jauh lebih rendah. Gagasan bahwa setiap
benturan menghasilkan reaksi harus dimodifikasi jika harus laju rekasi seperti ini
diterima. Suatu petunjuk dapat ditentukan dan pengamatan ketergantungan tetapan
laju reaksi pada suhu. Kebanyakan laju reaksi sumber meningkat tajam sejalan
dengan naiknya suhu secara khusus, khas, peningkatan suhu 10C dapat meliputi
dua kali lajunya. Pada tahun 1889 Stanve Arrhenius menyarankan bahwa tetapan
laju bervariasi secara eksponensial dengan kebalikan, dengan persamaan sebagai
berikut:
k=A e -Ea RT..........................................................................................................
(2.2)
E adalah tetapan dengan dimensi energi, A adalah tetapan dengan dimensi
yang sama dengan K, logaritma alami dari persamaan ini menghasilkan:
ln k =ln A- Ea RT....................................................................................................
(2.3)
Dengan demikian, plot ln K terhadap 1/T seharusnya menghasilkan garis
lurus dengan -Ea/RT dan perpotongan ln A, banyak tetapan laju yang
menunjukkan jenis ketergantungan terhadap suhu. Arrhenius percaya bahwa agar
molekul bereaksi setelah benturan, molekul itu harus menjadi teraktivasi dan
parameter Ea kemudian dikenal dengan energi aktivasi. Gagasannya
disempurnakan oleh ilmuwan pengikutnya, pada tahun 1915. Marcelin
menunjukkan bahwa meskipun membuat banyak benturan reaktiv hanya benturan
yang energi benturan (artinya energi kinetik translasi dari molekul yang
berbenturan) melebihi energi kritislah yang menghasilkan reaksinya yaitu reaksi
bimolekuler antara dua radiasi CH2 menghasilkan C2H6.
Ketergantungan tetapan laju yang kuat pada suhu seperti yang dinyatakan
oleh Hukum Arrhenius dapat dikaitkan dengan distribusi Maxwell-Boltzman
mengenai energi molekul, jika Ea merupakan energi benturan relatif yang kritis
yaitu yang harus dimiliki oleh sepasang molekul agar reaksi dapat terjadi, hanya
sebagian kecil molekul sajalah yang mempunyai energi sebesar itu (atau lebih)
jika suatu cukup rendah. Liquid yang volatil pada temperatur kamar akan
menguap persatuan waktu sebanding dengan banyaknya molekul liquid
permukaan. Secara kinetika kimia, kecepatan reaksi mengubah liquid uap
sebanding dengan jumlah spesies yang terlibat di dalamnya.
−dL
V= ....................................................................................................................
dt
(2.4)
Dimana:
V = Kecepatan Reaksi Penguapan
dL = Penguapan Liquid
t = Waktu
k = Tetapan Kesetimbangan
Reaksi kimia menyatakan perubahan suatu zat menjadi zat lain, yaitu
perubahan suatu pereaksi menjadi hasil reaksi.

2.1 Pengertian Laju Reaksi

Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses


berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu
satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Reaksi kimia adalah
proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya
waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi semakin sedikit, sedangkan produk
semakin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau
laju terbentuknya produk. Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi
reaktan atau produk tiap satuan waktu (Bird, 1987).

2.2 Ungkapan Laju Reaksi untuk Sistem Homogen

Laju reaksi pada sistem homogen umumnya dinyatakan sebagai laju


pengurangan konsentrasi molar pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar
produk untuk satu satuan waktu. jika diketahui satuan dari konsentrasi molar
adalah mol/L, maka satuan dari laju reaksi adalah mol/L.det (Sukardjo, 1985).
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dari tiap satuan volume zat
pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas
suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian, pada
molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas
yang tinggi. Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah:

V = k [A]m [B]n.........................................................................................................
(2.5)
Dimana:
V = Laju Reaksi
k = Konstanta Kecepatan Reaksi
m = Orde Reaksi Zat A
n = Orde Reaksi
Zat B Laju dengan molaritas tertentu dapat dibuat dari padatan murni atau
larutan pekatnya membuat larutan dari padatan murni dilakukan dengan
mencampurkan zat tertentu. Sementara itu, untuk membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu dari larutan pekatnya dapat dilakukan dengan cara
pengenceran menggunakan rumus berikut:
V1 x M1 = V2 x M2......................................................................................................................................................................
(2.6)
Dimana:
V1 = Volume Larutan Pekat
M1 = Molaritas Larutan Pekat
V2 = Volume Larutan Encer
M2 = Molaritas Larutan Encer
Tingkat reaksi didefinisikan sebagai jumlah spesifik yang terlibat dalam
reaksi, yakni spesies yang mempengaruhi kecepatan reaksi, misalnya reaksi antara
serbuk Zn dengan larutan HCl.
Zn (s) + 2 HCl (aq ) ZnCl2 (g ) + H2 (g).........................................................................................................................
(2.7)
Kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh ion H+, maka kecepatan reaksi
sama dengan kecepatan pengurangan konsentrasi ion H+, sebagai berikut:
V = - d/ [H ¯ ] = k (H + ).........................................................................................
(2.8)
Dimana:
V = Kecepatan Reaksi
k = Konstanta Kecepatan Reaksi
n = Tingkat Reaksi
Secara pendekatan persamaan (2.8) dapat dilogaritmakan sebagai berikut:
Log 1/ t = Log K’ + n Log ( H + )...........................................................................
(2.9)
Dimana:
K’ = Tetapan Baru
Teori kinetik gas digunakan untuk memperkirakan frekuensi benturan gas
antar satu dengan molekul lain.

2.3 Reaksi Harga dan Persamaan Arrhenius

Reaksi antara senyawa A dan B persamaan tingkat bisa laju = k [A] 2[B].
Persamaan adalah bahwa untuk reaksi orde ketiga tidak umum. Persamaan laju
harus ditemukan secara eksperimental karena tergantung pada mekanisme, dan
tidak berhubungan dengan persamaan stoikiometri, dalam persamaan laju
kuantitas bergantung pada temperatur adalah konstanta laju, k adalah laju
perubahan reaksi dengan perubahan suhu. Sejumlah kecil reaksi, semua yang
melibatkan laju reaksi jatuh dengan peningkatan suhu. Ini berarti energi aktivasi
negatif. Alasan untuk ini keganjilan jelas adalah bahwa meskipun k laju konstan
memang meningkat dengan meningkatnya suhu, mekanisme ini seperti yang lain
konstan, konstanta kesetimbangan untuk salah satu langkah mekanistik, juga
terlibat dalam persamaan laju. Ini jatuh dengan meningkatnya suhu. Reaksi
nitrogen monoksida (oksida, nitrat nitrogen (II) oksida) dengan oksigen adalah:
2NO (g) + O2(g) → 2NO2(g) .........................................................................................................................................
(2.10)
Mekanisme yang disarankan untuk oksidasi NO dengan O2 melibatkan
reaksi pembentukan dimer awal dalam reaksi kesetimbangan, diikuti dengan
reaksi dari dimer dengan oksigen:
2NO(g)(NO)2(g)...................................................................................................................................................................
(2.11)

(NO)2 (g) + O2 (g)  2NO2(g) ..........................................................................................................................................


(2.12)

pertimbangan keseimbangan biasa:

Kc = [(NO)2] / [NO]2..................................................................................................................................................
(2.13)
Untuk langkah pembatasan kita dapat menulis:
Laju = k '[(NO)2] [O2]........................................................................................
(2.14)
Sehingga tingkat:
k' Kc = [NO]2 [O2]...............................................................................................
(2.15)

Berikut ini adalah persamaan laju dikutip dengan k = k'Kc. Laju reaksi
mempunyai hubungan dengan selang waktu. Apabila waktu yang diperlukan
singkat, berarti lajunya besar. Sebaliknya, jika selang waktu waktunya panjang,
dikatakan bahwa lajunya kecil. Jadi, laju berbanding terbalik dengan waktu.
Reaksi kimia menyatakan perubahan suatu zat menjadi zat lain, yaitu perubahan
suatu pereaksi menjadi hasil reaksi. Perubahan ini dinyatakan dalam sebuah
persamaan reaksi (Smith,1999).

Temperatur berhubungan dengan energi kinetik yang dimiliki molekul-


molekul reaktan dalam kecenderungannya bertumbukan. Kenaikan suhu
umumnya menyediakan energi yang cukup bagi molekul reaktan untuk
meningkatkan tumbukan antar molekul. Akan tetapi tidak semua reaksi
dipengaruhi oleh temperatur, terdapat reaksi yang independent terhadap
temperatur yaitu reaksi akan berjalan melambat saat temperatur dinaikkan seperti
reaksi yang melibatkan radikal bebas (Petrucci,1985).

2.4 Pengadukan

Pengadukan mempengaruhi laju dari suatu reaksi yang dapat dilihat pada
grafik. Laju reaksi berbanding lurus dengan kecepatan pengadukan (stirrer).
Semakin cepat kecepatan stirrer maka laju reaksi meningkat, semakin lambat
kecepatan stirrer maka laju reaksi lambat (Zemanky, 1995).

2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam


mengontrol kecepatan reaksi sesuai dengan yang diinginkan. Ada 4 faktor yang
dapat mempengaruhi laju reaksi.

a. Sifat Pereaksi
Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang
reaktif dan ada yang kurang reaktif.
b. Konsentrasi Pereaksi
Dua molekul yang akan bereaksi harus berinteraksi secara langsung. Jika
konsentrasi pereaksi diperbesar, maka kecepatan antar partikel bertambah
besar dan akan memperbanyak kemungkinan interaksi dengan reaktan
yang lain sehingga mempercepat reaksi. Akan tetapi harus diingat bahwa
tidak selalu dengan pertambahan konsentrasi pereaksi akan meningkatkan
laju reaksi, karena laju reaksi juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu
persamaan laju reaksi dan kemolekulan reaksi.
c. Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bereaksi apabila suhu dinaikkan.
Peningkatan kecepatan reaksi tersebut dikarenakan kalor yang diberikan
akan bertambah besar sehingga kecepatan untuk melewati energi aktivasi
menjadi lebih besar.
d. Katalis
Laju suatu pereaksi dapat diubah ( pada umumnya dipercepat )dengan
menambahkan zat yang disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam
reaksi organik, termasuk dalam organisme. Katalis dalam organisme
disebut enzim dan dapat mempercepat reaksi ratusan sampai puluhan ribu
kali.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-Alat

Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:

1. Tabung Reaksi 3 buah


2. Rak Tabung 1 buah
3. Termometer 1 buah
4. Stopwatch 1 buah
5. Pipet Volume 1 buah
6. Bola Penghisap 1 buah
7. Spatula 1 buah

3.1.2 Bahan-Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:

1. Serbuk Zn secukupnya
2. HCl 3 N , 3,5 N , 4 N , 4,5N dan 5 N 3 ml

3.2 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:

1. Dimasukkan 3 ml HCl 3 N ke dalam tabung reaksi.


2. Diamati temperaturnya dengan teliti.
3. Dimasukkan serbuk Zn ke dalam tabung reaksi dan dikocok hingga
homogen dengan menggunakan termometer.
4. Diamati waktu yang diperlukan hingga terjadi kenaikan suhu sebesar 2ºC.
5. Diulangi sebanyak 3 kali tiap-tiap konsentrasi HCl 3 N , 3,5 N , 4 N , 4,5
N dan 5 N.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kenaikan Temperatur sebagai Ukuran
Kecepatan Reaksi
Konsentrasi Suhu(oC) t(s) t rata rata(s)
HCl(N) Awal Akhir I II III
3 29 31 134 119 102 118,33
3,5 21,57 26,21 23,80 23,86
4 13,03 13,37 9,03 11,81
4,5 11,12 6,63 5,90 7,88
5 4,50 5,90 4,57 4,99
Sumber : ( Praktikum Kimia Fisika, 2021 )
4.2 Pembahasan
Percobaan kenaikan temperatur sebagai ukuran kecepatan reaksi bertujuan
untuk menentukan tingkat reaksi dan tetapan kecepatan reaksi dengan
menggantikan dan mengamati perubahan temperatur sistem reaksi. Perlakuan
yang diberikan adalah penggunaan konsentrasi HCl yaitu HCl 3 N, 3,5 N, 4 N, 4,5
N dan 5 N direaksikan dengan serbuk Zn. Percobaan ini dilakukan dengan dengan
tiga kali pengulangan. Pada setiap konsentrasi berikut : HCl 3 N, 3,5 N, 4 N, 4,5
N dan 5 N yang bereaksi dengan serbuk Zn untuk menaikkan suhu 2°C
didapatkan waktu rata- rata masing – masing yaitu 118,33 detik, 23,86 detik,
11,81 detik, 7,88 detik, dan 4,99 detik. Melalui kelima perlakuan konsentrasi yang
digunakan tersebut maka diketahui serbuk Zn yang direaksikan dengan
konsentrasi 5 N lebih cepat bereaksi (lebih cepat terlarut dan berubah keruh)
dibandingkan dengan konsentrasi lainnya yang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan
makin besar konsentrasi maka makin cepat reaksi berlangsung. Makin besar
konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar
kemungkinan terjadinya tumbukan makin besar, maka reaksi dapat berlangsung
lebih cepat.
Zn(s) + 2 HCl(aq) ZnCl2(g) + H2(g)……………………………………………………….
……………………..(5.1)

Adapun hubungan antara temperatur yang naik dengan kecepatan reaksi


adalah temperatur yang semakin tinggi mengakibatkan energi molekul atau ion
bertambah sehingga laju molekul atau ion meningkat. Percobaan ini melibatkan
reaksi antara serbuk Zn dan larutan HCl oleh karena itu kecepatan reaksi ini hanya
dipengaruhi oleh ion H+ maka kecepatan reaksi sama dengan kecepatan
pengurangan konsentrasi ion H+.
0.25

0.2
f(x) = − 0.2 x + 0.4
R² = 1

0.15
1 / [ HCl ]

0.1

0.05

0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

Waktu

Gambar 4.1 Orde 2


Seperti yang ditunjukkan pada grafik tersebut, maka nilai intercept 0,4
dan nilai slope yaitu 0,2. Sehingga diperoleh nilai k atau ketetapan reaksi sebagai
berikut:
1 1
= k.t +
[A] [ A ]°
y = m.x + b
y = k.t
k = 0,2
Maka diperoleh nilai ketetapan kecepatan reaksi diperoleh sebesar 0,2 dan
merupakan orde kedua, Grafik orde 2 diambil karena R2 dari orde kedua nilainya
adalah 1.

LAMPIRAN C

TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Mengapa Apa yang dimaksud dengan kecepatan reaksi?


2. kecepatan reaksi tergantung dari konsentrasi zat yang bereaksi?
3. Mengapa banyaknya serbuk Zn tidak mempengaruhi kecepatan reaksi?
4. Tentukan kecepatan reaksi (v)?
5. Buat Grafik laju reaksi (v) dan konsentrasi (N)

Jawaban :
1. Kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi persatuan waktu atau
dengan pengurangan reaktan dan penambahan produk per satuan waktu.
Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan
tiap detik reaksi.
2. Karena larutan yang mempunyai konsentrasi yang besar (pekat)
mengandung partikel yang lebih rapat jika dibandingkan dengan larutan
encer. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul
dalam sekap suatu luas ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul lebih
sering terjadi dan reaksi berlangsung lebih cepat.
3. Karena kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh ion H + maka kecepatan
reaksi sama dengan kecepatan pengurangan konsentrasi ion H+ dan
kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi HCl atau ion H+.
4. a. HCl 3 N
t = 118,33 sekon
N × Volume
mol =
1
3× 5
= = 15 mol
1
15 mol
v = = 0,1267 mol/s
118,33 s

b. HCl 3,5 N
t = 23,86 sekon
N × Volume
mol =
1
3,5× 5
= = 17,5 mol
1
17,5 mol
v = = 0,7334 mol/s
23,86 s

c. HCl 4 N
t = 11,81 sekon
N × Volume
mol =
1
4x5
= = 20 mol
1
20 mol
v = = 1,6934 mol/s
11,81 s

d. HCl 4,5 N
t = 7,88 sekon
N × Volume
mol =
1
4,5 x 5
= = 22,5 mol
1
22,5 mol
v = = 2,85 mol/s
7,88 s

e. HCl 5 N
t = 4,99 sekon
N × Volume
mol =
1
5x 5
= = 25 mol
1
25 mol
v = = 5,010 mol/s
4,99 s
5.
Hubungan log K vs 1/t
0.25

0.2

0.15
1/t

f(x) = 0.126768891698917 x + 0.247573428457764


R² = 0.821984378472176
0.1

0.05

0
-2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6

Log K

ABSTRAK
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau
produk tiap satuan waktu. Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengamati
waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 2C pada larutan HCl
konsentrasi berbeda-beda dengan serbuk Zn yang kemudian diaduk hingga
homogen. Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan 3 ml HCl 3N ke
dalam tabung reaksi dan amati suhu, selanjutnya dimasukkan serbuk Zn kedalam
tabung reaksi dan dikocok hingga homogen, dan amati waktu yang dibutuhkan
untuk terjadi kenaikan suhu sebesar 2oC, ulangi percobaan sebanyak 3 kali dengan
konsentrasi HCl 3N, 3,5N, 4N, 4,5N dan 5N. Hasil yang didapat pada percobaan
ini yaitu pada konsentrasi HCl 3N, 3,5 N, 4N, 4,5N dan 5 N waktu rata-rata yang
didapat yaitu 118,33 s, 23,86 s, 11,81 s, 7,88 s, dan 4,99 s. Maka terlihat dari
hasil yang didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi HCl, maka semakin
singkat waktu yang dibutuhkan menaikkan suhu sebesar 2C. Hal ini dipengaruhi
oleh kecepatan reaksi yang mengakibatkan semakin banyaknya tumbukan yang
terjadi pada larutan HCl. Dalam praktikum ini diperoleh nilai ketetapan kecepatan
reaksi yaitu 0,2 dari persamaan garis linear y = 0,2 x + 0,4. Maka dapat
disimpulkan intercept yaitu 0,4 dan nilai slope yaitu 0,2 x.
Kata Kunci : HCl, Kecepatan reaksi, Konsentrasi, Suhu dan Waktu.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

A. Dimana log [H+ ] adalah Xi maka dapat dicari (Xi)2


1. HCl 3 N Xi = log [H+ ] = log 3 = 0,477
(Xi)2 = (0,477)2 = 0,2275
2. HCl 3,5 N Xi = log [H+ ] = log 3,5= 0,544
(Xi)2 = (0,544)2 = 0,0296
3. HCl 4 N Xi = log [H+ ] = log 4 N = 0,602
(Xi)2 = (0,602)2 = 0,362
4. HCl 4,5 N Xi = log [H+ ] = log 4,5= 0,653
(Xi)2 = (0,653)2 = 0,426
5. HCl 5 N Xi = log [H+ ] = log 5 = 0,699
(Xi)2 = (0,699)2 = 0,489
B. 1 / Konsentrasi HCl
1. HCl 3N
1 / 3 = 0,333
2. HCl 3,5 N
1 / 3,5 = 0,286
3. HCl 4 N
1 / 4 = 0,25
4. HCl 4,5 N
1 / 4,5 = 0,222
5. HCl 5 N
1 / 5 = 0,2
C. Mencari intercept dan slope
Y = -0,2 x + 0,4
Slope = -0,2 x
Intercept = 0,4
D. Dimana log 1/t rata-rata adalah Yi
1. HCl 3 N
t1= 134 detik ; t2 = 119 detik dan t3 = 102 detik
t rata-rata = 134+119+102
= 118,33 detik
Log 1/ trata-rata(Yi) = log 1/ 118,33 = - 2,0757

2. HCl 3,5
t1 = 21,57 detik ; t2 = 26,21 detik dan t3 = 23,80 detik
21,57+26,21+23,80
t rata-rata = 3
= 23,86 detik
log 1/ trata-rata(Yi) = Log 1 / 23,86 = - 0,3776
3. HCl 4 N
t1 = 13,03 detik ; t2 = 13,37 detik dan t3 = 9,03 detik
13,03+ 13,37+9,03
t rata-rata = 3
= 11,81 detik
log 1/ t rata-rata(Yi) = Log 1 / 11,81
= - 1,0726

4. HCl 4,5 N
t1 = 11,21 detik ; t = 6,63 detik dan t3 = 5,90 detik
2

11,21+ 6,63+ 5,90


t rata-rata = 3
= 7,88 detik
log 1/ trata-rata(Yi) = Log 1 / 7,88 = - 0,8965

5. HCl 5N
t1 = 4,50 detik ; t2 = 5,90 detik dan t3 = 4,57 detik
4,50+5,90+ 4,57
t rata-rata =
3
= 4,99 detik
log 1/ t rata-rata(Yi) = Log 1 / 4,99 = 0,6981

E. Mencari Tetapan Ketetapan Reaksi


1. HCl 3 N
K = [ H+] = -d [ H+] / dt = - 3 / 118,33 = - 0, 0253
2. HCl 3,5 N
K = [ H+] = -d [ H+] / dt = - 3,5 / 23,86 = - 0, 1466
3. HCl 4 N
K = [ H+] = -d [ H+] / dt = - 4 / 11,81 = - 0, 3386
4. HCl 4,5 N
K = [ H+] = -d [ H+] / dt = -4,5 / 7,88 = - 0, 5710
5. HCl 5 N
K = [ H+] = -d [ H+] / dt = -5 / 4,99 = - 1, 0020

0.25

0.2
f(x) = − 0.2 x + 0.4
R² = 1
0.15
1 / [ HCl ]

0.1

0.05

0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

Waktu

DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, K.H, 1985. Kimia Dasar Edisi IV Jilid II Penerjemah Seminar
S.Achmadani. Jakarta.Erlangga.
Smith, C. Julian, Peter Harriot and Warren I. MC Cabe. 1999. Operasi Teknik
Kimia. Jakarta. Erlangga.
Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Zemansky, M. W. dan Sears, F. W. 1995. University Physic. New York : Addison
Wesley Publishing Company. Inc
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Waktu yang paling cepat untuk menaikan suhu sebesar 2 º C terjadi pada
larutan HCl 5 N yang bereaksi dengan serbuk Zn yaitu dengan waktu
rata-rata sebesar 4,99 detik.
2. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin banyak tumbukan
yang terjadi pada larutan tersebut sehingga kecepatan reaksi semakin besar
pula kecepatan reaksi.
3. Nilai ketetapan kecepatan reaksi pada percobaan ini yaitu 0,2 dan
merupakan orde kedua karena R2 nya adalah 1.
4. Faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu pengadukan,
konsentrasi, katalisator, dan temperatur.

5.2 Saran
Pada percobaan ini larutan HCl dapat digantikan dengan larutan
asam kuat lainnya seperti H₂SO₄ ataupun dengan HNO₃.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
KENAIKAN TEMPERATUR SEBAGAI UKURAN
KECEPATAN REAKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Fisika

Disusun Oleh:
Kelompok II (A4)

Arini Dwi Astuti NIM. 200140107

M.Alif Furqan NIM. 200140111

Nelly Azwarni Tarihoran NIM. 200140114

Haqqul Yaqinas NIM. 200140121

Ummul Fitri NIM. 200140124

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS


TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021

LAMPIRAN C
GAMBAR GRAFIK
1. Grafik hubungan log k vs 1/t
Hubungan log K vs 1/t
0.25

0.2

0.15
1/t

f(x) = 0.126768891698917 x + 0.247573428457764


R² = 0.821984378472176
0.1

0.05

0
-2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6

Log K

2. Grafik hubungan antara waktu dan 1/HCl

0.25

0.2
f(x) = − 0.2 x + 0.4
R² = 1
0.15
1 / [ HCl ]

0.1

0.05

0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

Waktu

Anda mungkin juga menyukai