TINJAUAN PUSTAKA
V = k [A]m [B]n.........................................................................................................
(2.5)
Dimana:
V = Laju Reaksi
k = Konstanta Kecepatan Reaksi
m = Orde Reaksi Zat A
n = Orde Reaksi
Zat B Laju dengan molaritas tertentu dapat dibuat dari padatan murni atau
larutan pekatnya membuat larutan dari padatan murni dilakukan dengan
mencampurkan zat tertentu. Sementara itu, untuk membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu dari larutan pekatnya dapat dilakukan dengan cara
pengenceran menggunakan rumus berikut:
V1 x M1 = V2 x M2......................................................................................................................................................................
(2.6)
Dimana:
V1 = Volume Larutan Pekat
M1 = Molaritas Larutan Pekat
V2 = Volume Larutan Encer
M2 = Molaritas Larutan Encer
Tingkat reaksi didefinisikan sebagai jumlah spesifik yang terlibat dalam
reaksi, yakni spesies yang mempengaruhi kecepatan reaksi, misalnya reaksi antara
serbuk Zn dengan larutan HCl.
Zn (s) + 2 HCl (aq ) ZnCl2 (g ) + H2 (g).........................................................................................................................
(2.7)
Kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh ion H+, maka kecepatan reaksi
sama dengan kecepatan pengurangan konsentrasi ion H+, sebagai berikut:
V = - d/ [H ¯ ] = k (H + ).........................................................................................
(2.8)
Dimana:
V = Kecepatan Reaksi
k = Konstanta Kecepatan Reaksi
n = Tingkat Reaksi
Secara pendekatan persamaan (2.8) dapat dilogaritmakan sebagai berikut:
Log 1/ t = Log K’ + n Log ( H + )...........................................................................
(2.9)
Dimana:
K’ = Tetapan Baru
Teori kinetik gas digunakan untuk memperkirakan frekuensi benturan gas
antar satu dengan molekul lain.
Reaksi antara senyawa A dan B persamaan tingkat bisa laju = k [A] 2[B].
Persamaan adalah bahwa untuk reaksi orde ketiga tidak umum. Persamaan laju
harus ditemukan secara eksperimental karena tergantung pada mekanisme, dan
tidak berhubungan dengan persamaan stoikiometri, dalam persamaan laju
kuantitas bergantung pada temperatur adalah konstanta laju, k adalah laju
perubahan reaksi dengan perubahan suhu. Sejumlah kecil reaksi, semua yang
melibatkan laju reaksi jatuh dengan peningkatan suhu. Ini berarti energi aktivasi
negatif. Alasan untuk ini keganjilan jelas adalah bahwa meskipun k laju konstan
memang meningkat dengan meningkatnya suhu, mekanisme ini seperti yang lain
konstan, konstanta kesetimbangan untuk salah satu langkah mekanistik, juga
terlibat dalam persamaan laju. Ini jatuh dengan meningkatnya suhu. Reaksi
nitrogen monoksida (oksida, nitrat nitrogen (II) oksida) dengan oksigen adalah:
2NO (g) + O2(g) → 2NO2(g) .........................................................................................................................................
(2.10)
Mekanisme yang disarankan untuk oksidasi NO dengan O2 melibatkan
reaksi pembentukan dimer awal dalam reaksi kesetimbangan, diikuti dengan
reaksi dari dimer dengan oksigen:
2NO(g)(NO)2(g)...................................................................................................................................................................
(2.11)
Kc = [(NO)2] / [NO]2..................................................................................................................................................
(2.13)
Untuk langkah pembatasan kita dapat menulis:
Laju = k '[(NO)2] [O2]........................................................................................
(2.14)
Sehingga tingkat:
k' Kc = [NO]2 [O2]...............................................................................................
(2.15)
Berikut ini adalah persamaan laju dikutip dengan k = k'Kc. Laju reaksi
mempunyai hubungan dengan selang waktu. Apabila waktu yang diperlukan
singkat, berarti lajunya besar. Sebaliknya, jika selang waktu waktunya panjang,
dikatakan bahwa lajunya kecil. Jadi, laju berbanding terbalik dengan waktu.
Reaksi kimia menyatakan perubahan suatu zat menjadi zat lain, yaitu perubahan
suatu pereaksi menjadi hasil reaksi. Perubahan ini dinyatakan dalam sebuah
persamaan reaksi (Smith,1999).
2.4 Pengadukan
Pengadukan mempengaruhi laju dari suatu reaksi yang dapat dilihat pada
grafik. Laju reaksi berbanding lurus dengan kecepatan pengadukan (stirrer).
Semakin cepat kecepatan stirrer maka laju reaksi meningkat, semakin lambat
kecepatan stirrer maka laju reaksi lambat (Zemanky, 1995).
a. Sifat Pereaksi
Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang
reaktif dan ada yang kurang reaktif.
b. Konsentrasi Pereaksi
Dua molekul yang akan bereaksi harus berinteraksi secara langsung. Jika
konsentrasi pereaksi diperbesar, maka kecepatan antar partikel bertambah
besar dan akan memperbanyak kemungkinan interaksi dengan reaktan
yang lain sehingga mempercepat reaksi. Akan tetapi harus diingat bahwa
tidak selalu dengan pertambahan konsentrasi pereaksi akan meningkatkan
laju reaksi, karena laju reaksi juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu
persamaan laju reaksi dan kemolekulan reaksi.
c. Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bereaksi apabila suhu dinaikkan.
Peningkatan kecepatan reaksi tersebut dikarenakan kalor yang diberikan
akan bertambah besar sehingga kecepatan untuk melewati energi aktivasi
menjadi lebih besar.
d. Katalis
Laju suatu pereaksi dapat diubah ( pada umumnya dipercepat )dengan
menambahkan zat yang disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam
reaksi organik, termasuk dalam organisme. Katalis dalam organisme
disebut enzim dan dapat mempercepat reaksi ratusan sampai puluhan ribu
kali.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.1 Alat-Alat
3.1.2 Bahan-Bahan
1. Serbuk Zn secukupnya
2. HCl 3 N , 3,5 N , 4 N , 4,5N dan 5 N 3 ml
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kenaikan Temperatur sebagai Ukuran
Kecepatan Reaksi
Konsentrasi Suhu(oC) t(s) t rata rata(s)
HCl(N) Awal Akhir I II III
3 29 31 134 119 102 118,33
3,5 21,57 26,21 23,80 23,86
4 13,03 13,37 9,03 11,81
4,5 11,12 6,63 5,90 7,88
5 4,50 5,90 4,57 4,99
Sumber : ( Praktikum Kimia Fisika, 2021 )
4.2 Pembahasan
Percobaan kenaikan temperatur sebagai ukuran kecepatan reaksi bertujuan
untuk menentukan tingkat reaksi dan tetapan kecepatan reaksi dengan
menggantikan dan mengamati perubahan temperatur sistem reaksi. Perlakuan
yang diberikan adalah penggunaan konsentrasi HCl yaitu HCl 3 N, 3,5 N, 4 N, 4,5
N dan 5 N direaksikan dengan serbuk Zn. Percobaan ini dilakukan dengan dengan
tiga kali pengulangan. Pada setiap konsentrasi berikut : HCl 3 N, 3,5 N, 4 N, 4,5
N dan 5 N yang bereaksi dengan serbuk Zn untuk menaikkan suhu 2°C
didapatkan waktu rata- rata masing – masing yaitu 118,33 detik, 23,86 detik,
11,81 detik, 7,88 detik, dan 4,99 detik. Melalui kelima perlakuan konsentrasi yang
digunakan tersebut maka diketahui serbuk Zn yang direaksikan dengan
konsentrasi 5 N lebih cepat bereaksi (lebih cepat terlarut dan berubah keruh)
dibandingkan dengan konsentrasi lainnya yang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan
makin besar konsentrasi maka makin cepat reaksi berlangsung. Makin besar
konsentrasi makin banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar
kemungkinan terjadinya tumbukan makin besar, maka reaksi dapat berlangsung
lebih cepat.
Zn(s) + 2 HCl(aq) ZnCl2(g) + H2(g)……………………………………………………….
……………………..(5.1)
0.2
f(x) = − 0.2 x + 0.4
R² = 1
0.15
1 / [ HCl ]
0.1
0.05
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
Waktu
LAMPIRAN C
Jawaban :
1. Kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi persatuan waktu atau
dengan pengurangan reaktan dan penambahan produk per satuan waktu.
Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan
tiap detik reaksi.
2. Karena larutan yang mempunyai konsentrasi yang besar (pekat)
mengandung partikel yang lebih rapat jika dibandingkan dengan larutan
encer. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul
dalam sekap suatu luas ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul lebih
sering terjadi dan reaksi berlangsung lebih cepat.
3. Karena kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh ion H + maka kecepatan
reaksi sama dengan kecepatan pengurangan konsentrasi ion H+ dan
kecepatan reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi HCl atau ion H+.
4. a. HCl 3 N
t = 118,33 sekon
N × Volume
mol =
1
3× 5
= = 15 mol
1
15 mol
v = = 0,1267 mol/s
118,33 s
b. HCl 3,5 N
t = 23,86 sekon
N × Volume
mol =
1
3,5× 5
= = 17,5 mol
1
17,5 mol
v = = 0,7334 mol/s
23,86 s
c. HCl 4 N
t = 11,81 sekon
N × Volume
mol =
1
4x5
= = 20 mol
1
20 mol
v = = 1,6934 mol/s
11,81 s
d. HCl 4,5 N
t = 7,88 sekon
N × Volume
mol =
1
4,5 x 5
= = 22,5 mol
1
22,5 mol
v = = 2,85 mol/s
7,88 s
e. HCl 5 N
t = 4,99 sekon
N × Volume
mol =
1
5x 5
= = 25 mol
1
25 mol
v = = 5,010 mol/s
4,99 s
5.
Hubungan log K vs 1/t
0.25
0.2
0.15
1/t
0.05
0
-2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6
Log K
ABSTRAK
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau
produk tiap satuan waktu. Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengamati
waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 2C pada larutan HCl
konsentrasi berbeda-beda dengan serbuk Zn yang kemudian diaduk hingga
homogen. Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan 3 ml HCl 3N ke
dalam tabung reaksi dan amati suhu, selanjutnya dimasukkan serbuk Zn kedalam
tabung reaksi dan dikocok hingga homogen, dan amati waktu yang dibutuhkan
untuk terjadi kenaikan suhu sebesar 2oC, ulangi percobaan sebanyak 3 kali dengan
konsentrasi HCl 3N, 3,5N, 4N, 4,5N dan 5N. Hasil yang didapat pada percobaan
ini yaitu pada konsentrasi HCl 3N, 3,5 N, 4N, 4,5N dan 5 N waktu rata-rata yang
didapat yaitu 118,33 s, 23,86 s, 11,81 s, 7,88 s, dan 4,99 s. Maka terlihat dari
hasil yang didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi HCl, maka semakin
singkat waktu yang dibutuhkan menaikkan suhu sebesar 2C. Hal ini dipengaruhi
oleh kecepatan reaksi yang mengakibatkan semakin banyaknya tumbukan yang
terjadi pada larutan HCl. Dalam praktikum ini diperoleh nilai ketetapan kecepatan
reaksi yaitu 0,2 dari persamaan garis linear y = 0,2 x + 0,4. Maka dapat
disimpulkan intercept yaitu 0,4 dan nilai slope yaitu 0,2 x.
Kata Kunci : HCl, Kecepatan reaksi, Konsentrasi, Suhu dan Waktu.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
2. HCl 3,5
t1 = 21,57 detik ; t2 = 26,21 detik dan t3 = 23,80 detik
21,57+26,21+23,80
t rata-rata = 3
= 23,86 detik
log 1/ trata-rata(Yi) = Log 1 / 23,86 = - 0,3776
3. HCl 4 N
t1 = 13,03 detik ; t2 = 13,37 detik dan t3 = 9,03 detik
13,03+ 13,37+9,03
t rata-rata = 3
= 11,81 detik
log 1/ t rata-rata(Yi) = Log 1 / 11,81
= - 1,0726
4. HCl 4,5 N
t1 = 11,21 detik ; t = 6,63 detik dan t3 = 5,90 detik
2
5. HCl 5N
t1 = 4,50 detik ; t2 = 5,90 detik dan t3 = 4,57 detik
4,50+5,90+ 4,57
t rata-rata =
3
= 4,99 detik
log 1/ t rata-rata(Yi) = Log 1 / 4,99 = 0,6981
0.25
0.2
f(x) = − 0.2 x + 0.4
R² = 1
0.15
1 / [ HCl ]
0.1
0.05
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
Waktu
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, K.H, 1985. Kimia Dasar Edisi IV Jilid II Penerjemah Seminar
S.Achmadani. Jakarta.Erlangga.
Smith, C. Julian, Peter Harriot and Warren I. MC Cabe. 1999. Operasi Teknik
Kimia. Jakarta. Erlangga.
Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Zemansky, M. W. dan Sears, F. W. 1995. University Physic. New York : Addison
Wesley Publishing Company. Inc
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Waktu yang paling cepat untuk menaikan suhu sebesar 2 º C terjadi pada
larutan HCl 5 N yang bereaksi dengan serbuk Zn yaitu dengan waktu
rata-rata sebesar 4,99 detik.
2. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka semakin banyak tumbukan
yang terjadi pada larutan tersebut sehingga kecepatan reaksi semakin besar
pula kecepatan reaksi.
3. Nilai ketetapan kecepatan reaksi pada percobaan ini yaitu 0,2 dan
merupakan orde kedua karena R2 nya adalah 1.
4. Faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu pengadukan,
konsentrasi, katalisator, dan temperatur.
5.2 Saran
Pada percobaan ini larutan HCl dapat digantikan dengan larutan
asam kuat lainnya seperti H₂SO₄ ataupun dengan HNO₃.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
KENAIKAN TEMPERATUR SEBAGAI UKURAN
KECEPATAN REAKSI
Disusun Oleh:
Kelompok II (A4)
LAMPIRAN C
GAMBAR GRAFIK
1. Grafik hubungan log k vs 1/t
Hubungan log K vs 1/t
0.25
0.2
0.15
1/t
0.05
0
-2.2 -2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6
Log K
0.25
0.2
f(x) = − 0.2 x + 0.4
R² = 1
0.15
1 / [ HCl ]
0.1
0.05
0
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
Waktu