Pengendalian proses produksi adalah suatu usaha atau aktivitas yang menetapkan atau
mengatur kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana proses
produksi, juga merupakan suatu usaha atau aktivitas yang menetapkan atau mengatur
kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana proses produksi
Untuk mencapai Pengendalian proses produksi yang baik dilakukan setiap tahapan dengan
penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standart Sanitation Operating
Procedure (SSOP). GMP merupakan acuan dalam melaksanakan kegiatan produksi dengan baik.
Setiap tahapan proses harus sesuai dengan GMP untuk menghasilkan produk yang sesuai
standar. Sedangkan SSOP merupakan acuan dalam melakasankan kegiatan produksi dengan
menerapkan sistem sanitasi yang baik untuk menghasilkan produk yang aman. Kegiatannya
berupa: penjaminan mutu, monitoring aktivitas produksi, pengendalian produksi, pelaporan dan
pendataan
Sejarah HACCP berawal pada tahun 1959 oleh Perusahaan Oillsbury yang dipelopori oleh
Howard E. Bauman, Menurut Bauman (1990), bagian paling sulit dari program mutu adalah
untuk mencapai jaminan mutu yang mendekati 100% karena ruang yang digunakan
terkontaminasi pathogen, baik bakteri maupun virus serta racun atau zat-zat kimia yang
menyebabkan penyakit yang menyebabkan wabah. Hal tersebut dapat ditentukan dengan teknik
pengendalian mutu yang saat ini ada karena tidak ad acara yang pasti untuk kita bisa pastikan
bahwa tidak akan ada masalah selama proses sehingga di buatlah suatu system pengendalian
hazard yaitu HACCP
2.2. Kelayakan Dasar Penerapan HACCP
Sertifikat HACCP merupakan sertifikat yang penting untuk menjamin sebuah perusahaan
menerapkan tindakan pencegahan terhadap timbulnya bahaya di setiap proses produksi. Selain
itu, sertifikat HACCP juga digunakan untuk mendapatkan kepercayaan pasar (konsumen)
terhadap produk. Sertifikat HACCP didapatkan setelah perusahaan terlebih dahulu
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standart Sanitation Operational
Procedure (SSOP) sebagai prasyarat dasar penerapan HACCP. Tahap selanjutnya yaitu
dilakukan pembinaan penerapan HACCP dan persiapan sertifikasi HACCP, yang terdiri dari dua
tahap sebagai berikut:
1. Kelayakan dasar, yaitu penerapan sistem jaminan mutu berdasarkan HACCP, meliputi cara
produksi yang baik, penerapan standar sanitasi dan prosedur operasional, ajuran teknologi
produksi, pembibitan, pembudidayaan, pasca panen, pelaksanaan sanitasi, peralatan mesin,
peralatan dan mesin, karyawan dan lain-lain.
2. Tahap persiapan, yaitu mempersiapkan rancangan yang mencakup organisasi, penerapan, dan
evaluasi yang meliputi pemebentukan tim HACCP, deskripsi produk, identifikasi pengguna
produk, penyusunan diagram alir proses, dan verifikasi diagram alir proses tersebut.
1. Deskripsikan Produk
2. Identitifikasi konsumen
a) Pengelompokan konsumen perlu dilakukan karena masing-masing produk
memiliki tingkat resiko berbeda terhadap masing-masing konsumen
b) Tujuan identifikasi pengguna produk adalah memberikan informasi
apakah produk tersebut dapat didistribusikan kepada semua populasi atau
hanya populasi khusus yang sensitif
c) Lima kelompok populasi sensitif:
1) Manula
2) Bayi
3) Wanita hamil
4) Orang sakit
5) Orang dengan daya tahan terbatas (immunocompromised)
Menurut keterangan dari pemilik usaha, kerupuk ikan ini dapat
dikonsumsi secara umum dari semua kalangan. Tapi sangat
disayangkan kerupuk merupakan makanan jahat karena mengandung
karbohidrat sederhana, yang terbuat dari tepung. Jika masuk ketubuh
dan yang mengkonsumsinya tidak beraktivitas maka akan berubah
menjadi lemak.
3. Diagram alir
Persiapan bahan
Penyimpanan
b) Persiapan bahan
Persiapan bahan pertama yang dilakukan umtuk membuat kerupuk ikan
yaitu dengan membuat adonan. Adonan ini terdiri dari campuran semua
bahan diantaranya : Tepung Kanji, terigu, garam, masako, pewarna
makanan, dan ajinomoto yang kemudian ditambahkan dengan air sesuai
takaran. Aduk semua bahan hingga tercampur rata dan mengental.
d) Penyimpanan
Setelah di goreng kerupuk di dinginkan di dalam plastik besar
Analisis bahaya terdiri dari tiga tahap yaitu, identifikasi bahaya, analisa bahaya, dan
penetapan tindakan pencegahan (preventive measure). Bahan sangat berpotensi menjadi sumber
bahaya, baik fisik, biologis maupun kimia. Bahaya tersebut dapat diidentifikasi sengaja
ditambahkan untuk keuntungan, namun dapat pula karena kontaminasi silang yang tidak
diketahui.
Selain menganalisis bahaya pada bahan-bahan yang digunakan, juga dilakukan analisis
bahaya pada tahapan proses produksi hingga menjadi produk akhir. Mulai dari tahap pemilihan
bahan baku, pengupasan kulit, pencucian, perajangan, penirisan I, pengorengan, penirisan II,
pengemasan dan penggudagan. Semua tahapan proses ini memiliki potensi bahaya yang harus
dikendalikan. Bahaya yang muncul seperti bahaya fisik, kimia dan biologi. Jika tidak
dikendalikan dapat mempengaruhi produk akhir yang akibatnya membahayakan konsumen.
Bahaya fisik yang terdapat pada tahapan proses seperti debu, kerikil, pasir, plastik, kulit
ari pada singkong, dan kayu yang berasal dari lingkungan sekitar dan pengemas bahan itu
sendiri. Penanganan untuk bahaya fisik adalah dengan melakukan sortasi dan pengecekan secara
teliti. Bahaya ini memang tidak mempunyai potensi untuk mematikan tetapi akan menurunkan
mutu dari produk akhir. Tingkat keparahannya sedang, tetapi potensi keberadaannya tinngi dan
penting untuk dikendalikan.
Bahaya kimia yang mungkin terjadi pada proses pembuatan keripik singkong adalah
proses yang kontak langsung dengan air, seperti proses perendaman dan pencucian. Karena air
berpotensi besar mengandung kaporit. Hal ini dapat menurunkan kualitas produk dan
membahayakan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Peluang dan tingkat keparahannya
tinggi dan penting untuk dikendalikan. Untuk mencegah hal ini, sebaiknya air yang digunakan
dalam proses pembuatan keripik singkong adalah air yang telah mengalami water treatment,
dengan cara penyaringan atau filtrasi.
Bahaya biologi yang mungkin terdapat pada proses produksi adalah E. Coli, lumut,
Coliform, Staphylococcus, semut dan serangga. Cemaran ini berasal dari lingkungan luar dan
kebersihan pekerja. Lingakugan yang tidak bersih mengakibatkan tercemarnya bakteri E. Coli
dan Coliform. Menurut Widaningrum dan Winarti, (2007), keberadaan E. coli dan bakteri lain
yang di analisis berasal dari air yang mungin tidak bersih. Sumber utama kontaminasi makanan
oleh Staphylococcus aureus adalah dari manusia. Bahaya biologi ini dapat mempengaruhi mutu
dan kesehatan manusia. Potensi keberadaan dan keparahannya dalam level tinggi, jadi penting
untuk dikendalikan.
Analisa bahaya merupakan evaluasi secara sistematik pada makanan spesifik dan bahan
baku atau ingredient untuk menentukan risiko. Risiko keamanan pangan yang harus diperiksa
meliputi : aspek keamanan kontaminasi bahan kimia, aspek keamanan kontaminasi fisik, dan
aspek keamanan kontaminasi biologis termasuk di dalamnya mikrobiologi.
Analisa resiko bahaya bertujuan untuk mengetahui suatu resiko yang berhubungan
dengan bahaya, proses, tindakan atau kejadian. Analisa bahaya keripik singkong dapat dilihat
pada Tabel 4.17 keripik singkong mengandung bahaya B, D dan bahaya E. Bahaya B yaitu
bahaya yang sensitife terhadap bahaya biologi/fisik/kimia, bahaya D kemungkinan mengalami
kontaminasi kembali setelah pengolahan dan bahaya E adanya potensi terjadinya kesalahan
penanganan selama distribusi atau oleh konsumen yang menyebabkan produk berbahaya. Dari
kandungan bahaya yang ada di dalam keripik singkong makaproduk ini dikategorikan dalam
kategori bahaya III.
Tabel Analisis Bahaya Produk
Pemilihan Bahan baku/ bahan mentah Tepung sagu, tepung terigu, dan
tepung kanji dalam kemasan utuh,
bagus, tidak bau apek, dan bersih. Air
bersih, jerinih dan tidak berbau.
Suhu
Peralatan masak
Wadah penyimpanan
Wadah pengemasan
Pengujian fisik
Pengujian kimia
Pengujian mikrobiologi
12. dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Yoseph, H. T. 2009. Pembaharuan Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan ISO 9002:1994 Menjadi Sistem
Manajemen Keamanan Pangan berdasar 22000: 2005 di PT.XYZ. Jurnal Organisasi dan
Manajemen. 23 (2): 1-32.