Anda di halaman 1dari 15

Makalah Sejarah Pendidikan Islam

“ Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah “


Dosen Pengampu : Muslim,S.Ag,M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 6 :


Fadillah Khiarunnisa (12111323168)
Regita Dwi Pramudea (12111321911)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada Penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertumbuhan ilmu-ilmu
islam di madrasah” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
bapak Muslim,S.Ag,M.Ag pada bidang studi sejarah pendidikan islam. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tetag
khalifah abu bakar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Muslim,S.Ag,M.Ag selaku
dosen pengampu maata kuliah ini yg telah meberikan tugas ini kepada kami sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis.Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru , 6 Maret 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
A. Madrasah dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan.......................................................2
B. Fungsi Madrasah Dalam Menstransmisikan Ilmu Pengetahuan Islam......................8
C. Peranan Ulama Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam..............................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
A. Simpulan...................................................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................................11
Daftar Pustaka......................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan islam mempunyai sejarah yang panjang dalam pengertian seluas-
luasnya, pendidikan islam berkembang seiring dengan kemunculan islam itu sendiri.
Dalam konteks masyarakat Arab, di mana islam lahir dan pertama kali berkembang,
kedatangan islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transformasi
besar. Sebab masyarakat Arab pra Islam pada dasarnya tidak mempunyai sistem
pendidikan formal. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan umumnya bersifat
informal, dan ini pun lebih berkaitan dengan upaya-upaya dakwah islamiyah,
penyebaran dan penanaman dasar-dasar kepercayaan dan ibadah islam.
Keberadaan madrasah dalam pendidikan Islam turut mewarnai pengembangan
ilmu pengetahuan Islam. Hal ini terbukti dari banyaknya ilmu pengetahuan yang
berkembang baik pada masa Dinasti Umayyah maupun Dinasti Abbasiyah. Ada juga
madrasah yang mengkhususkan diri mempelajari satu disiplin ilmu tertentu, misalnya
madrasah nahwu, madrasah tafsir atau madrasah hadits yang pada gilirannya
membawa perkembangan pada ilmu-ilmu tersebut. Dengan demikian madrasah
merupakan media atau wadah pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Para alumni
yang dihasilkan madrasah turut pula menjadikan ilmu pengetahuan Islam berkembang.
Mereka mengembangkan ilmu-ilmu tersebut dalam karirnya di berbagai lembaga
maupun kehidupan bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Madrasah Dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Islam ?
2. Apa Sajakah Fungsi Madrasah Dalam Mentranmisikan Ilmu Pengetahuan
Agama Islam ?
3. Apa Sajakah Peranan Ulama Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Madrasah dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam

Madrasah yang didirikan pertama kali di zaman Rasullulah SAW. Adalah Daar al –
Aqram di Makkah dan guru pertamanya adalah Rasullulah SAW sendiri , dan murid –
murid pertamanya adalah para sahabat nabi terpilih. Kurikulum yang diajarkan di
madrasah pertama ini adalah Ayat – ayat Al – Quran yang turun dibawa oleh malaikat
Jibril ke dalam hati Rasullulah SAW. Adapun metode pengajian yang digunakan
adalah dengan menjelaskan ayat, menafsirkan dan menganalisis dalam bentuk
ceramah, demonstrasi, praktikum dan praktik – praktik lainnya.

1. Pertumbuhan Ilmu – Ilmu Islam Pasca Masa Rasullulah SAW


 Tafsir

Tafsir adalah penjelasan terhadap ayat-ayat Al- Quran. Ada dua bentuk tafsir
yaitu tafsir bi al matsur (ayat Al-Quran ditafsirkan dengan ayat ayat Al-Quran lainnya
atau oleh hadis) dan tafsir bi al rayi’ yaitu (penafsiran Al-Quran dengan berbgai
disiplin ilmu selain ayat Al-Quran dan hadis atau dengan ijtihad)

Tafsir Al-Quran ini belum dikodifikasikan sebelum masa abbasiyah pertama.


Ketika terjadi kebangkitan ilmu pengetahuan pada masa itu, tafsir secara sistematis
sesuai susuan Al-Quran dibukukan , orang pertama yang membukukan tafsirya ialah Al
Farra atas Umar ibn bukhair, karena ia sering kali ditanya oleh gubernur irak dijaman
khalifah al Ma’mun mengenai tafsiran ayat-ayat tertentu, maka umar ibn khair meminta
kepada Al Faraa untuk menulis tafsir Al-Quran. 1

 Hadis dan Ilmu hadis

Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammd SAW
baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan terhadap sesuatu yang ia lihat atau
yang diceritakan kepadanya. Sedangkan ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah

1
Ibid, hlm. 202
untuk mengetahui tentang keshahihan atau kelemahan hadis, cara mendapatkannya dan
menyampaikannya pada orang lain.

Hadis adalah sumber syariat islam kedua setelah Al-Quran. Fungsi hadis setelah
Al-Quran adalah sebagai petunjuk praktis teoritis aplikatif. pada masanya, Nabi
Muhammad melarang para sahabat menulis hadis.

Setelah terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan terjadilah perpecahan


dikalangan umat islam yang terdiri dari syiah, khawarij, dan lainnya. hal ini kemudian
menimbulkan terjadinya pemalsuan hadis, karena masing-masing golongan serupa
memperkuat posisinya dengan jalan mencari legalitas dari hadis-hadis nabi yang
dipalsukan itu. Keadaan ini mendorong khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk mengatasi
situasi dengan memerintahkan kepada Ibn Syihab Al- Zuhri untuk mengondisikan
hadis-hadis yang shahih. Pengkodifikasian hadis ini segera di ikuti oleh ulama lainnya. 2

 Fikih

Fikih ilmu untuk mengetahui hukum-hukum Allah SWT. Yang berkaitan dengan taklif
orang-orang mukallaf, mengenai yang wajib,sunnah,haram,makruh,mubah dan lainnya.

Pada masa Rasullulah SAW hukum-hukum islam ini dapat diketahui dan
ditanyakan langsung kepada beliau, karena Rasullulah adalah sumber utama tasri’.
Bahkan diberbagai kasus, pertanyaan para sahabat menjadi dasar turunnya wahyu dari
Allah SWT. Jadi pada masa rasul, fikih tidak menjadi problema karena sumber
utamanya dengan mudah bisa diakses tanpa harus berijtihad. Pasca masa rasullah,
apabila para sahabat dan tabi’in hendak menetapkan hukum, pertama mereka mencari
al-quran. Bila tidak diketemukan, mereka mencari di hadis rasul. Bila tidak juga
diketemukan maka mereka berijtihad. 3

Perkembangan selanjutnya dan timbulnya aliran-aliran (mazhab) fiqih secara


formal baru pada abad ke 2 sampai pada abad ke 4 hijriah. Pada masa itu timbul lah
aliran-aliran (mahzab) fikih hanafi, maliki, syafi’i, dan hambali, mahzab kecil-kecil
lainnya yang tidak bertahan lama.

2
Ramyulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2012) hlm. 134
3
Ibid, hlm. 136
 Nahwu

Ilmu nahwu adalah ilmu tata bahasa, bahasa arab. Pada masa Rasullulah SAW,
bahasa arab masih terjaga keaslianya, bahkan al-quran dihafal dengan baik oleh para
sahabat, begitupun pada masa Abu Bakar. Pada masa khalifah Umar Ibn Khataab,
wilayah islam berkembang keberbagai penjuru dunia, maka banyak orang-orang bukan
arab masuk islam. mereka membaca Al-Quran dan meriwayatkan hadis dalam bahasa
arab, namun sebagian diantara mereka tidak menguasai bahasa arab dengan baik,
akibatnya terjadilah kesalahan dalam membaca dan mengartikannya.

Pada masa ali bin abi thalib, beliau menginstruksikan kepada Abu Aswad Al
Duali untuk menyusun kaidah ilmu nahwu. Oleh sebab itu, disepakatai bahwa penyusun
ilmu nahwu adalah Al-Dualit. Ilmu nahwu ini kemuian berkembang pada masa
Abbasiyah (132 H) di Baghdad, Kuffah dan Basrah, hingga kemudian dua aliran nahwu
yaitu Mahzab Basrah dengah tokohnya Ibn Ahmad dan Sibawarch dan Mahzab Kufah
dengan tokohnya Al Kisaaiy dan Al Faraa.4

 Matematika

Orang-orang islam pada masa abbasiyah tekah berhasil menemukan struktur


angka yang diambil dari struktur angaka india, dari menejemahkan buku-buku india.

Struktur angka ini lebih praktis dari struktrur angka yang diciptakan oleh orang-
orang romawi. Dalam struktur ini setiap digit mempunyai arti satuan, puluhan, ratusan,
ribuan, dan seterusnya, bandingkan dengan struktur angka romawi yang untuk
menuliskan 383 harus ditulis CCCLXXXIII.

Dalam perkembanga berikutnya, sarjana-sarjana muslim menemukan angka nol


(shifr”) penemuan angka nol ini merupakan penemuan paling berharga dalam ilmu
hitung. Selain itu, umat islam juga menemukan ilmu aljabar. Pada masa khalifah al
ma’mun dari dinasti abbasiyah, beliau mengintruksikan kepada seorang pakar aljabar,
yaitu al khawaizmi untuk menyusun sebuah buku mengenai al jabar tersebut dengan
lengkap. Buku ini akhirnya dijadikan buku wajib di sekolah dan universitas di eropa
hingga akhir abad ke 16 M. Maka dikenal nama-nama cemerlang di duni matematika
diataranya, al khawarizmi (780-847 M), Al Bani, dan Al Baruni (973-1048 M)

4
Ibid, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, hlm. 205
 Ilmu Kedokteran

Pada masa abbasiyah, para khalifah sangat memperhatikan ilmu kedokteran.


Rumah-rumah sakit tidak hanya didirikan di pusat kota melainkan juga di desa-desa.

Diantara ahli-ahli kedokteran muslim pada waktu itu adalah :

a. Ibn Al-Haitsan, ahli kedokteran mata, ia adalah orang yang pertama yang
menjelaskan fungsi mata dengan penjelasan yang sangat jelas dan menjelaskan
juga fungsi retina dan cara kerja syaraf-syaraf mata.
b. Ali Ibn Isa, ahli kedokteran mata, ia adalah pengarang kitab fazkiat, Al-
Kahhalin yang terus di ajarkan di Eropa sampai abad 18 M
c. Ar-Razi adalah seorang tokoh kedokteran yang dapat mencapai puncak
prestasinya dan menjadi dokter khalifah pada waktu itu. Ia bahkan menjadi
rujukan para dokter lain dan mahasiswa kedkokteran untuk bertanya tentang
ilmu kedokteran dan penyembuhan penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan.
d. Ibnu Sina adalah tokoh kedokteran muslim yang termasyhur. Buktinya Al-
Qonun merupakan rujukan terpenting dan terlengkap di dunia kedokteran,
bahkan orang-orang eropa menamakan kitab ini sebagai ensiklopedia
kedokteran karena mencakup penyakit TBC, penyakit kaki gajah, penyakit
cacing dan bahayanya. Al-Qanun dicetak di Eropa pada tahun 1593, dicetak
ulang sebanyak lima belas kali dalam bahasa latin yang kemudian menjadi buku
utama di fakultas-fakultas kedokteran di Eropa hingga akhir abad ke 16 Masehi.

 Geografi

Umat islam pada awal abad ke 3 Hijriyah telah mengenal geografi. Tokoh utama
georgrafi muslim adalah Al-Bakhi ibn Khardazbah (934 M), pengarang buku al-
Masalik wa Al-Malik yaitu kitab yang menjelaskan perjalanan laut dari basrah ke india
dan terus ke cina.

Tokoh geografi muslim yang kedua adalah Al-Yakub yang menulis kitab Al-
Buldan. Kitab ibni memuat geografi berbagai negara di dunia yang mencakup
teritorialnya, penduduknya bahkan pengahsilannya. Kitab ini menjadi kitab ilmu bumi
terlangkap pada masa itu.
 Sejarah

Sejarah adalah cabang ilmu pengetahuan yang mendapat perhatian khusus dari
umat islam. Mereka sangat antusias untuk mengetahui sejarah/sirah Nabi Muhammd
SAW, kemudian sejarah penaklukan wilayah-wilayah di sekitar Arabia atau bahkan
belahan dunia lain.

2. Madrasah pada Masa Dinasti Umayyah di Spanyol

Kurikulum madrasah di masa klasik, tidak banyak menawarkan mata pelajaran


yang bermacam-macam. Dalam suatu jangka waktu, pengajaran hanya menyajikan
satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa. Sesudah materi tersebut selesai,
baru diperbolehkan mempelajari materi yang lain atau yang lebih tinggi tingkatannya.
Misalnya, pada tahap awal siswa diharuskan belajar baca tulis, berikutnya ia belajar
berhitung dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena belum adanya koordinasi antar
lembaga-lembaga dengan pemerintah seperti pada saat ini. Meskipun pada kasus
tertentu penguasa turut mengendalikan pelaksanaan pengajaran di madrasah-madrasah
sedangkan proses belajar mengajar sepenuhnya tergantung kepada guru yang
memberikan pelajaran. 5

Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak


prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia
kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi
yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari


komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol
yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-
Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi
tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran),
Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang
kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham
intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan

5
Abudin Natta, Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 178
Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.

3. Madrasah pada Masa Dinasti Abbasiyah

Keadaan yang sama juga meliputi pendidikan tinggi di wilayah Dinasti


Abbasiyah. Sejarah mencatat bahwa kemajuan Islam zaman klasik dalam keilmuan
mencapai puncaknya pada zaman Dinasti Abbasiyah khsususnya masa kekhalifahan
Al-Ma'mun. Seluruh lembaga menawarkan pendidikan univesitas dalam cakupan yang
lebih luas, seperti bahasa Arab, astronomi, kedokteran, hukum, logika, metafisika,
aritmetika, pertanian dan lain-lain.

Madrasah yang didirikan Nizham Al-Mulk merupakan salah satu penyebab


perkembangan ilmu pengetahuan menjadi begitu cepat. Abu Usamah menulis:
"sekolah-sekolah Nizham Al-Mulk termasyhur di dunia. Tidak ada satu negeri pun
yang di situ tidak berdiri Nizham Al-Mulk.

Demikianlah Nizhamiyah memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu


aritmetika misalnya, sedangkan madrasah-madrasah yang lain mengajarkan ilmu
nahwu, tafsir, hadits, fiqh, bahkan ada pula yang mengajarkan ilmu kedokteran. Walau
pun memang secara umum madrasah-madrasah mengajarkan ilmu keislaman. Seperti
terlihat dari topik-topik utama dalam kurikulum mereka mempelajari Al-Qur'an, fiqh,
teologi dan lain-lain.6

Berikut ini kronologi Keahlian para pelajar pada Dinasti Abbasiyah, khususnya
pada masa khalifah Al-Ma'mun.

No Nama Mahasiswa Masa Hidup Keahlian


1 Jabir Ibn Hayyan ( 721-815 M ) Kimia
2 Abu Nawas ( 747-815 M ) Syair
3 Imam Syafi'i ( 767-820 M ) Fikih
4 Muhammad Ibn Ummar Al-Waqidi ( 748-823 M ) Sejarah, Fiqh, Hadits
5 Ibn Hisya ( w. 832 M ) Sejarah
6 Al-Nazzam ( 801-835 M ) Teologi
7 Ahmad bin Hanbal ( 780-855 M ) Fikih
8 Ibn Sai'd ( w. 834 M ) Sejarah
9 Muhammad Ibn Sa'i ( 784-845 M ) Sejarah, Hadits
10 Al-Khawarizmi ( 780-847 M ) Astronomi, Matematika
11 Abu Al-Huzail Al-'Allaf ( 752-849 M ) Teologi Mu'tazilah
12 Ashaq Al-Mawshilli ( 767-850 M ) Sya'ir Penyanyi

6
Ibid, hlm. 179-180
13 Al-Jahizh ( 776-869 M ) Sastrawan
14 Imam Bukhari ( 810-870 M ) Hadits
15 Hunayn Ibn Ishaq ( 809-873 M ) Fisika dan Kedokteran
16 Ar-Razi ( 865-925 M) Kedokteran
17 Al-Bakhli Ibn Khardazbah ( 934 M) Geografi
18 Ibna Sina ( 980 -1037 Kedokteran

B. Fungsi Madrasah dalam Mentranmisikan Ilmu Pengetahuan Agama Islam

Ada semacam degree agreement bahwa madrasah dipandang sebagai lembaga


yang khusus mentransmisikan ilmu-ilmu agama dengan memberikan penekanan khusus
pada bidang fiqih, tafsir, dan hadits dan tidak memasukan ilmu-ilmu umum dalam
kurikulumnya. hal ini disebabkan karena 3 alasan:7
1. Ini berkaitan dengan pandangan tentang ketinggian ilmu-ilmu keagamaan
(al-'uluum ad-diniyyah) yang danggap mempunyai supremasi lebih dan
merupakan jalan 'tol' menuju Tuhan.
2. Secara institusi madrasah memang dikuasai oleh mereka yang ahli dalam bidang
agama.
3. Berkenaan dengan kenyataan bahwa hampir seluruh madrasah didirikan dan
dipertahankan dengan dana wakaf dari penguasa politik Muslim atau dermawan
karena didorong adanya motivasi kesalehan.

Madrasah dapat diterima di kalangan masyarakat banyak karena kurikulum


yang terfokus pada bidang keagamaan, seperti pelajaran fiqih misalnya dianggap dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat diberikan pada anggota masyarakat dalam
segala tingkatan umur. Di samping itu pula kerena pengajar madrasah adalah para
ulama yang notebene merupakan panutan masyarakat serta pembela kepentingan
mereka dan memiliki keududukan khusus dalam pemerintahan.

Karena, dapat kita simpulkan bahwa madrasah memiliki fungsi dan peran yang
besar dalam mentransmisikan ilmu pengetahuan Islam. Adapun jenis
pentranmisiannya adalah sebagai berikut :8

1. Ilmu Pengetahuan yang Ditransminsikan Madrasah


Para ahli telah banyak melakukan penelitian tentang hal ini, bahwa ilmu-ilmu

7
Syalabi, Sejarah Perkembangan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hlm. 156
8
Ibid, hlm. 157
yang ditransmisikan oleh madrasah adalah; Al-Qur'an dan tafsirnya, hadits dan
ilmu haditsnya, fiqih dan ushul fiqihnya, ilmu kalam dan bahasa Arab yang
meliputi nahwu, sharaf, balaghah sebagai penunjangnya.
2. Cara Madrasah Mentransmisikan Ilmu Pengetahuan Islam
Di antara madrasah yang cukup populer di masanya adalah madarasah
Nizhamiyah. Bagaimana cara madrasah ini mentransmisikan ilmu pengetahuan
Islam, yaitu dengan menyelenggarakan ujian. Namun pernanan guru masih
sangat mendominasi oleh karena besarnya pengaruh guru secara individual.
Misalnya, ijazah yang seharusnya dikeluarkan atas nama madrasah, tapi
dikeluarkan atas nama guru. Namun demikian dalam hal ini tidak berarti bahwa
madrasah tidak mempunyai fungsi strategi terhadap tansmisi ilmu.

Adapun alur transmisi ilmu pengetahuan di madrasah secara umum dapat dibagi
menjadi 2 bagian:9
a. Transmisi Lewat Lisan
Dunia pendidikan Islam zaman klasik berkeyakinan bahwa belajar kepada
syaikh secara pribadi dan langsung mendengar uraian (bayan) dari syaikh tidak hanya
membaca karya-karya tulisnya dianggap sebagai metode transmisi yang paling baik.
Seorang murid tidak dianggap cukup hanya membaca teks karya gurunya sendiri.
Metode ini dilaksanakan dengan cara guru membaca teks kemudian mensyarahnya dan
murid mendengarkan dan menyimak dengan seksama.
b. Transmisi Lewat Tulisan
Upaya transmisi lewat tulisan ini dilakukan karena pada masa itu harga
kitab/buku sangat mahal, sehingga seorang murid yang berkeinginan memiliki sebuah
buku/kitab maka tidak ada jalan lain kecuali ia harus menyalin dari kitab gurunya.
Usaha keras ini menjadi alasan dan bukti akan adanya transmisi ilmu pengetahuan
lewat tulisan.

C. Peranan Ulama dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam

Lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam


transpormasi ilmu pengetahuan. Kegiatan intelektual dalam sejarah peradaban Islam
merupakan mata rantai dari serangkaian perjalanan sejarah lembaga pendidikan Islam
pada masa nabi dan khulafa'ur rosyidin dengan adanya syufah dan dilanjutkan pada
9
Ibid, hlm. 161
masa Bani Umayyah dan mencapai puncak kejayaannya adalah pada masa Bani
Abbasiyah yang ditandai dengan berdirinya lembaga pendidikan seperti madrasah
Nidzamiyah dan Al-Azhar. Maka pengaruh ulama dalam mengembangkan tradisi
keilmuan Islam tidak terlepas dari lembaga pendidikan tersebut.

Adapun di antara ulama yang memiliki peranan penting dalam


mengembangkan ilmu pengetahuan Islam, baik selama mendalami ilmu di lembaga
madrasah maupun selama menjadi tenaga pengajar di lembaga tersebut adalah Al-
Ghazali. Beliau merupakan alumni sekaligus sebagai salah satu tenaga pengajar pada
madrasah Nidzhamiyah. Ia dikenal sebagai seorang filosof, ahli fiqih, ahli sufi dan
juga seorang negarawan. Ia tidak kurang menulis 400 buku besar dan risalah. Ia juga
dikenal sebagai ilmuan Islam yang ensiklopedis. Banyak peneliti yang mengaitkan
perkembangan keilmuan dengan peran yang dimainkannya, khususnya selama ia
menjadi syaikh di madrasah tersebut.

Al-Ghazali berasal dari Tus Persia, setelah menyelesaikan pendidikan dasar di


negerinya, ia menuntut ilmu di Jurjan pada syaikh Abu nasr Al-Islami. Setelah itu
meneruskan pendidikannya ke Naisabur. Di sana ia menjadi pengikut tetap pengajian
imam Al- Haramain Al-Juwaini yang menjadi syaikh madrasah Nizhamiyah. Ia
menguasai berbagai cabang ilmu, seperti fiqih Syafi'I, perbandingan madzhab, debat,
ushul fiqih, ushuluddin dan mantiq. Sementara itu, ia pun menulis buku-buku, di antara
karyanya; Ihya Ulumuddin Maqasid, dan Tahafatul Falasifah, al-Mustafz, al-Basit, al-
Wasit serta Al-Wajiz. Walaupun sudah kurang luas peredarannya, tetapi sebagian besar
fiqih yang menjadi buku daras atau ulama syafi'iyah sekarang adalah turunan dari
kitab-kitab itu.10

BAB III
10
Ibid, Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan Pertengahan, hlm. 198
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Hal ini terbukti dari


banyaknya ilmu pengetahuan yang berkembang baik yang dikembangkang pada masa
Dinasti Umayyah maupun Dinasti Abbasiyah.

Ada juga madrasah yang mengkhususkan diri mempelajari satu disiplin ilmu
tertentu, misalnya madrasah nahwu, madrasah tafsir atau madrasah hadits yang pada
gilirannya membawa perkembangan pada ilmu-ilmu tersebut. Dengan demikian
madrasah merupakan media atau wadah pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Para
alumnus yang dihasilkan madrasah turut pula menjadikan ilmu pengetahuan Islam
berkembang. Mereka mengembangkan ilmu-ilmu tersebut dalam karirnya di berbagai
lembaga maupun kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian madrasah berfungsi sebagai :


1. Transfer Ilmu – ilmu islam paling dasar.
2. Pemeliharaan tradisi.
3. Usaha dalam memproduksi ulama.

B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi teman-teman sekalian untuk
menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang kisah peradabann Khakifah Abu
Bakar. Semoga isi makalah ini dapat dipahami dengan baik dan kita semua memperoleh
ilmunya. Kami juga memohon kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan
makalah dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Natta. 2004. Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan
Pertengahan, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Ramyulis. 2012. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Suwito dan Fauzan .2003. Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Prenanda
Media, 2005
Syalabi. 2002. Sejarah Perkembangan Islam, Jakarta : Bulan Bintang

Anda mungkin juga menyukai