Anda di halaman 1dari 2

1.

Legenda Goa Kreo dan Rawa Pening


a. Legenda Goa Kreo
Mendengar Goa Kreo tentu tidak lepas dari sejarah penamaannya. Berawal dari
sebutan Mangreho atau ngreho yang diutarakan oleh Sunan Kalijaga kepada empat kera
(kera tersebut berwarna merah, kuning, putih dan hitam). Peristiwanya bermula ketika
Sunan Kalijaga hendak mengambil kayu jati untuk membangun masjid di Demak. Namun
dalam proses pengambilan kayu tersebut terdapat kendala, kayu menyangkut di tebing
sehingga mengharuskan Sunan Kalijaga untuk beristirahat.
Seusai beristirahat sejenak Sunan Kalijaga beserta pengikutnya mengambil kayu jati
tersebut dan dibantu oleh para kera. Setelah kayu jati berhasil didapatkan, Sunan
Kalijaga dan rombongan akan kembali melanjutkan perjalanan ke Demak. Keempat kera
ingin ikuti Sunan kalijaga beserta rombongan, namun Sunan Kalijaga melarang dan
memberikan perintah pada para kera untuk menjaga gua dengan mengucap mangreho.
Sehingga Mangreho memiliki arti perintah untuk menjaga atau memelihara, dan sampai
sekarang terkenal dengan sebutan Goa Kreo yang menjadi Petilasan Sunan Kalijaga.

b. Legenda Rawa Pening


Dahulu, di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo terdapat sebuah
desa bernama Ngasem. Di desa itu tinggal sepasang suami isti bernama Ki
Hajar dan Nyai Selakanta. Suatu ketika Nyai Selakanta bersedih karena
pernikahan mereka juga belum dikaruniakan seorang anak. Akhirnya, Ki
Hajar memutuskan untuk bertapa di goa guna memohon pada Tuhan agar
diberi anak.
Setelah lama bertapa, Nyai Selakanta akhirnya hamil dan melahirkan
seorang anak. Ternyata anak tsb adalah seekor naga yang bisa bicara
bernama Baru Klinthing. Setelah Baru Klinthing besar, dia bertemu dengan
ayahnya, Ki Hajar yang masih bertapa di goa dan menjelaskan bahwa dia
adalah anaknya Ki Hajar. Kemudian Ki Hajar memerintahkan anaknya untuk
bertapa di Bukit Tugur. Sigkat cerita, Baru Klinthing ditangkap oleh warga
Desa Pathok ,dipotong-potong, dan dimasak sebagai makanan pesta.
Ternyata Baru Klinthing menjelma menjadi manusia. Baru Klinthing yang
merasa lapar meminta makanan pada warga Desa Pathok yang sedang
berpesta. Akan tetapi tidak ada yang menggubris. Sebagai bentuk balasan,
Baru Klinthing menancapkan lidi ke tanah dan menantang warga desa untuk
mencabutnya. Tidak ada satu pun warga desa yang dapat mencabut lidi tsb.
Dengan kesaktiannya, Baru Klinthing mancabut lidi tsb dan dari bekas
cabutan lidi itu, keluar lah air yang kemudian menenggelamkan seluruh desa
sehingga terbentuklah danau bernama Rawa Pening
2. Srikandi Madeg Senapati
(Cerita ada di buku paket)
Sifat yang bisa diteladani :
- Mandiri
- Bersungguh - sungguh untuk belajar
- Tegas dan pemberani

3. Pandawa Lima
Ciri werkudara lan arjuna
1.Yudistira:bijaksana, tidak memiliki musuh, hampir tidak pernah berdusta
seumur hidupnya, suka memaafkan, memiliki moral yang sangat tingggi,
jujur, sabar, adil, taat terhadap ajaran agama, percaya diri, dan berani
berspekulasi.
2.werkudara atau Bima :gagah berani, kuat, teguh, tabah, patuh dan jujur.
3.Arjuna (Janaka) : cerdik, pendiam, lemah lembut, teliti, sopan santun,
berani dan suka melindungi yang lemah.
4.Nakula:perwatakannya jujur, setia, taat terhadap orang tua, tahu
membalas budi dan dapat menjaga rahasia.
5. Sadewa : jujur, setia, taat kepada orang tua, tahu membalas budi, serta
pandai menjaga rahasia.

4. Translit Huruf Jawa

Anda mungkin juga menyukai