Anda di halaman 1dari 31

TUGAS LAPANGAN PKP

MAR DAN FSC


PADA WANITA DEWASA
KELOMPOK 2
1. Resti 1911221005 9. Arthala Citra Paramitha 191221017
2. Aldi Ananda Saputra 1911221001 10. Mutiara Farisca 1911221023
3. Fakhmad Siddiq Meidila 1911222010 11. Mutia Annisa Fadila 1911222002
4. Riska Febriani 1911222007 12. Resi Khairunnisyah 1911222008
5. Novia Ramadhani 1911222016 13. Anggun Dwi Syakirah 1911222009
6. Naura Mardhiyah 1911221007 14. Alvina Rasheeda Basri 1911223010
7. Salsha Nadhirah 1911222017 15. Nelvi Yanda 1911221006
8. Dea Ananda Dn 1911222001
Materi MAR
dan FCS
MAR (Mean Adequacy Rations)

Pertama kali dikembangkan pada 1970-an sebagai cara untuk mengevaluasi


efektivitas kupon makanan di pedesaan Pennsylvania.
MAR merupakan nilai rata-rata dari NAR.
Dihitung sebagai jumlah NAR untuk semua nutrisi yang dievaluasi dibagi dengan
jumlah nutrisi yang dievaluasi, yang dinyatakan sebagai persentase.
MAR digunakan sebagai indikator komposit untuk kecukupan mikronutrien
(Kelompok zat gizi yang sering diukur menggunakan MAR adalah kelompok
mikronutrient seperti vitamin dan mineral).
MAR (Mean Adequacy Rations)

MAR = (⅀TKGi / n)

Yang perlu diperhatikan à Nilai tingkat kecukupan gizi maksimal sebesar 100 (truncated at 100).

SANGAT KURANG = <55 CUKUP = 70,1-84,9


KURANG = 55,1-70 BAIK = 85≥
Sumber : Hardinysah 1996
MAR (Mean Adequacy Rations)

Seorang perempuan, usia 20 tahun dengan diketahui Berdasarkan AKG tahun 2013 untuk perempuan usia 20
mempunyai asupan zat gizi seperti data berikut ini : tahun, angka kecukupan gizinya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan pernyataan diatas, tentukanlah : Nilai Mean Adequacy Ratio (MAR) untuk
mikronutrient (Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B3, Kalsium dan Besi)
MAR (Mean Adequacy Rations)

Nilai Nutrient Adequacy Ratio (NAR) untuk semua zat gizi (Vitamin A,
Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B3, Kalsium dan Besi)
MAR (Mean Adequacy Rations)

Nilai Mean Adequacy Ratio (MAR) untuk mikronutrient (Vitamin A, Vitamin


C, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B3, Kalsium (Ca) dan Besi (Fe))

Jadi nilai Mean Adequacy Ratio (MAR) untuk mikronutrient (Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin
B2, Vitamin B3, Kalsium (Ca) dan Besi (Fe)) adalah 0,66.
FCS (Food Consumption Score)

World Food Programme mengembangkan sebuah metode yang disebut dengan Food
Consumption Score (FCS), metode tersebut dibuat berdasarkan keragaman pangan,
frekuensi makan dan mengelompokkan pangan berdasarkan kandungan gizi. FCS merupakan
salah satu indikator untuk mengukur kerawanan pangan rumah tangga atau individu karena
mencakup beberapa elemen dari akses pangan dan konsumsi pangan.
FCS pertama kali di buat di Afrika Selatan pada tahun 1996 dan telah digunakan sebagai
bagian dari Community Household Surveillance (CHS).
Perhitungan skor FCS dilakukan dengan menggunakan data keragaman dan frekuensi
kelompok makanan yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga selama tujuh hari sebelumnya.
FCS (Food Consumption Score)

Ada 5 istilah utama :


1. Dietary Diversity/Keanekaragaman pangan, didefinisikan sebagai jumlah pangan yang berbeda atau
kelompok pangan yang dimakan selama periode waktu referensi, bukan mengenai frekuensi konsumsi
2. Food Frequency/Frekuensi pangan, dalam konteks ini, didefinisikan sebagai frekuensi (dalam hal hari
konsumsi selama periode referensi) pangan atau kelompok pangan tertentu yang dimakan di tingkat
rumah tangga.
3. Food Group/Kelompok Pangan, didefinisikan sebagai pengelompokan bahan makanan/pangan yang
memiliki kandungan kalori dan gizi yang sama.
4. Food Item/Item makanan
5. Condiment (bumbu-bumbu)
FCS (Food Consumption Score)

Pengumpulan Data

1. Subyek rumah tangga atau individu
2. Menggunakan FFQ 7 hari
3. Jumlahkan frekuensi konsumsi kelompok makanan yang sama
4. Skor masing-masing kelompok makanan, jika frekuensi kelompok makanan >7 maka mendapat skor maksimal 7
5. Kalikan frekuensi dan bobot masing-masing kelompok berdasarkan tabel

Kelebihanmetode FCS yaitu mampu memberikan informasi yang lebih baik tentang konsumsi pangan, lebih
sederhana, hemat biaya dan pengumpulan data yang lebih mudah jika dibandingkan dengan metode lainnya.
Kelemahan metode FCS antara lain hanya dapat menggambarkan konsumsi energi dan protein sehingga tidak
dapat menggambarkan konsumsi zat gizi mikro.
FCS (Food Consumption Score)
Entry Data
Data Responden
Karakteristik
MAR (Mean Adequacy Rations)
FCS (Food Consumption Score)
Tabel, Grafik, dan
Kesimpulan dari
Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
b. Grafik
a. Tabel

c. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 31 orang responden yang terdiri dari rentangan
umur 20-29 tahun dengan jumlah 12 orang. Lalu, responden terbanyak kedua dari rentangan umur 40-49 tahun
dengan jumlah 9 orang dan rentangan 30-39 tahun serta 50-59 tahun memiliki jumlah masing-masing 5 orang.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

b. Grafik
a. Tabel

c. Kesimpulan
Pada data ini, responden sepenuhnya berjenis kelamin perempuan.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan IMT
a. Tabel b. Grafik

c. Kesimpulan
Berdasarkan ambang batas IMT menurut Kemenkes RI, kategori IMT terbagi atas :
a. Kurus
Kurus Tingkat Berat : <17,0 kg/m2
Kurus Tingkat Ringan : 17,0-18,4 kg/m2
b. Normal : 18,5-25,0 kg/m2 Sehingga dari ambang batas ini, didapatkan hasil bahwa sebanyak 27 orang responden
c. Gemuk dapat dikategorikan memiliki status gizi normal dan masing-masing 2 orang responden
Gemuk Tingkat Ringan : 25,1-27,0 kg/m2 dikategorikan memiliki status gizi gemuk tingkat ringan serta gemuk tingkat berat.
Gemuk Tingkat Berat : >27,0 kg/m2
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
a. Tabel b. Grafik

c. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa 3 orang responden memiliki pekerjaan karyawan
swasta, 4 orang responden bekerja sebagai guru, 12 orang responden merupakan ibu rumah tangga, 5
orang sebagai mahasiswa dan 7 orang terkategori pekerjaan lain-lain. Pekerjaan lain-lain yang dimaksud di
sini yaitu bidan, PNS, pegawai tata usaha, Freelancer, wirausaha, dan ada yang tidak memiliki pekerjaan.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
b. Grafik
a. Tabel

c. Kesimpulan
Berdasarkan data di atas, didapatkan hasil bahwa sebanyak 21 orang responden memiliki pendapatan
yang kurang dari Rp2.500.000. Hal ini disebabkan karena rata-rata responden adalah ibu rumah tangga.
Lalu, sebanyak 9 orang responden memiliki pendapatan Rp2.500.000-Rp5.000.000 dan 1 orang
responden memiliki pendapatan di atas Rp5.000.000.
Tabel dan Grafik MAR
Beserta Keterangan dan
Kesimpulan
b. Grafik
a. Tabel

c. Kesimpulan
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar wanita dewasa (48,4%) memiliki tingkat kecukupan rata-rata zat gizi pada kategori cukup, dan
12,9% pada kategori baik. Sedangkan 38,7% wanita dewasa memiliki tingkat kecukupan rata-rata zat gizi rendah, dengan 32,2% pada kategori kurang
dan 6,5% pada kategori sangat kurang.
Untuk kecukupan rata-rata zat gizi makro wanita dewasa , 35,5% pada kategori baik, 22,6% pada kategori cukup, 32,2% pada kategori kurang, dan
9,7% pada kategori sangat kurang. Sedangkan untuk kecukupan rata-rata zat gizi mikronya, 12,9% pada kategori baik, 38,7% pada kategori cukup,
45,2% pada kategori kurang, dan 3,2% pada kategori sangat kurang.
Dapat disimpulkan bahwa kecukupan rata-rata zat gizi pada wanita dewasa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya persentase zat
gizi keseluruhan yang kurang dan sangat kurang (38,7%). Begitupun dengan kecukupan rata-rata zat gizi makro 41,9% dan zat gizi mikro 48,4% pada
kategori kurang dan sangat kurang.
Tambahan Tabel,
Grafik, dan
Kesimpulan FCS
a. Tabel b. Grafik

c. Kesimpulan
Hasil ini diperoleh dari rata-rata konsumsi pangan menurut 9 kelompok pangan yang terdiri dari main staples, pulses, vegetables, fruit, meat
& fish, milk, sugar, oil, dan condiments oleh 31 responden wanita dewasa dikali bobot menurut FCS didapatkan yang paling banyak dikonsumsi
adalah main staples/makanan pokok (15%). Sebagian besar responden mengonsumsi kelompok pangan vegetables/sayur-sayuran (14%), meat
and fish (14%), dan oils (14%). Selain itu, responden dewasa juga mengonsumsi kelompok pangan pulses/kacang-kacangan (12%), Fruits (12%),
Sugar (9%), serta condiments (9%). Kelompok pangan yang paling sedikit dikonsumsi oleh responden adalah Milk (1%).
Tambahan Tabel, Grafik,
dan Kesimpulan Kelompok
Wanita Dewasa
a. Tabel

b. Grafik
c. Kesimpulan

Skor konsumsi pangan (FCS) ini berlaku untuk semua jenis pangan yang dikonsumsi. Skor
dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: poor (0 - 21), borderline (21,5 – 35) dan
acceptable (>35) sebagaimana yang telah ditetapkan WFP. Dari tabel dan grafik diatas
dapat dilihat bahwasanya dari 31 responden, 30 responden berada pada kategori
acceptable dengan persentase 96,77% dan 1 responden berada pada kategori borderline
dengan persentase 3,23%. Berdasarkan tabel dan grafik dapat dilihat juga bahwasanya
tidak ada responden yang berada pada kategori poor. Sehingga dapat disimpulkan
keragaman pangan dari responden pada pengumpulan data melalui metode FCS ini
sebagian besar telah berada pada kategori acceptable yaitu 30 responden, 1 responden
yang berada pada borderline, dan tidak ada yang berada pada kategori poor.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai