Anda di halaman 1dari 4

Pertama-tama, khatib mengajak kepada semua jamaah, hendaklah ِ َ‫ ِرينَ ٱلَّ ِذين‬..‫ل ِإ َّن ۡٱل ٰخَ ِس‬.ۡ .

ِذين‬..‫ل ِإ َّن ۡٱل ٰخَ ِس‬.ۡ .ُ‫ ۡئتُم ِّمن دُونِ ِۗۦه ق‬..‫ا ِش‬..‫ُوا َم‬
ۡ‫هُم‬..‫ا َأنفُ َس‬.ْ‫ر ُٓو‬..‫خَس‬ ْ ‫د‬. ُ‫ٱعب‬ ۡ َ‫ف‬
kita senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allâh
ُ‫َوَأ ۡهلِي ِهمۡ يَ ۡو َم ۡٱلقِ ٰيَ َم ۗ ِة َأاَل ٰ َذلِكَ هُ َو ۡٱل ُخ ۡس َرانُ ۡٱل ُمبِين‬
Subhanahu wa Ta’ala disetiap waktu yang masih Allâh Subhanahu wa
Ta’ala berikan kepada kita semua. Karena taqwa merupakan bekal terbaik
15. Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu
kita untuk menghadap Allâh Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak dan kehendaki selain Dia. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi
tidak ada salah seorang pun di antara kita yang tahu kapan dia dipanggil ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya
menghadap Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Maka marilah pd kesempatan pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.
yang masih Allah ta’ala berikan ini kita manfaatkan dengan sebaik
mungkin untuk mempersiapkan bekal terbaik kita demi meraih kebahagian Kaum muslimin rahimakumullah
abadi di akhirat kelak. Karugian yang disebutkan dalam ayat di atas itulah kerugian yang hakiki,
Semoga shalawat Allah tercurah pada Rasulullah, pada keluarganya, pada yang akan menyebabkan penyesalan yang kekal. Kerugian pada Hari
sahabatnya, dan pada setiap orang yang mengikuti jalan beliau yang luru Kiamat; kerugian di saat kebaikan dan keburukan manusia ditimbang
hingga hari kiamat. dengan timbangan seadil-adilnya, tidak ada satupun yang terlewat, tidak
Kaum muslimin rahimakumullah ada sesuatupun dari keadaan kita yang tersembunyi bagi Allah dari
Semua orang pasti ingin selalu bahagia dan tidak pernah perhitungan tersebut, seta tidak ada kecurangan2 sama sekali. Semua amal
menginginkan kesengsaraan walau sejenak. Semua orang ingin senantiasa manusia telah dicatat, tidak ada yang samar sedikit pun dihadapan
beruntung dan berusaha maksimal menghindari kerugian, namun apa Allah,namun manusia sendiri yang melupakan catatannya. Dalam ayat
hendak dikata, fakta berbicara lain. Tidak semua yang diinginkan manusia disebutkan,
ۚ
di dunia terwujud, terkadang apa yang justru dihindari menjadi fakta yang ‫ ۡي ٖء‬..‫ص ٰىهُ ٱهَّلل ُ َونَسُو ۚهُ َوٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ُكلِّ َش‬
َ ‫ بِ َما َع ِملُ ٓو ْا َأ ۡح‬.‫يَ ۡو َم يَ ۡب َعثُهُ ُم ٱهَّلل ُ َج ِميعٗ ا فَيُنَبُِّئهُم‬
harus diterima, meski terasa pahit. Kerugian terus mendera. Kenyataan
‫َش ِهي ٌد‬
pahit ini disikapi dengan sikap yang berbeda-beda, mulai dari sikap
ekstrim sampai yang biasa-biasa saja. Terkadang sikap itu justru 6. Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-
mendatangkan kerugian atau penderitaan baru bagi seseorang akibat Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah
perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan oleh dirinya, seperti bunuh diri, mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah
melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
merusak harta-benda, mencederai diri sendiri atau bahkan sampai
mencederai orang lain. Tapi ada juga yang menyikapi dengan santai, Amal kita yang baik dan buruk akan dicatat begitu rinci sebagaimana
tenang dan penuh kesabaran. Dia menyadari bahwa kerugian yang dialami ,disebutkan dalam firman Allah Ta’ala
di dunia ini bukanlah kerugian hakiki, bukan kerugian yang akan
ِ ‫ ۡٱل ُم ۡج ِر ِمينَ ُم ۡشفِقِينَ ِم َّما فِي ِه َويَقُولُونَ ٰيَ َو ۡيلَتَنَا َم‬.‫ض َع ۡٱل ِك ٰتَبُ فَتَ َرى‬
‫ال ٰهَ َذا‬
mendatangkan penderitaan abadi bagi dirinya; itu bukanlah kerugian yang
ِ ‫َو ُو‬
disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam fiman-Nya:
‫ا َواَل‬.ۗ‫اض ٗر‬
ِ ‫وا َح‬ .ْ ‫ص ٰىهَ ۚا َو َو َجد‬
ْ ُ‫ُوا َما َع ِمل‬ َ ‫يرةً ِإٓاَّل َأ ۡح‬
َ ِ‫ير ٗة َواَل َكب‬ ِ َ‫ۡٱل ِك ٰت‬
َ ‫ب اَل يُغَا ِد ُر‬
َ ‫ص ِغ‬ mengerjakan shalat lima waktu, merutinkan shalat berjamaah di masjid
‫يَ ۡظلِ ُم َربُّكَ َأ َح ٗدا‬ bagi laki-laki, menutup aurat bagi wanita muslimah, dan lain
sebagainya.
49. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:  Masihkah kita dengan seenak dan gampangnya melakukan perbuatan2-
"Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil yang diharamkan seperti membuka aurat bagi wanita, melakukan dosa
dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan besar (seperti mabuk, berjudi, berzina), hingga durhaka pada orang tua.
mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan
Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun".  Masihkah kita selalu tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia yang
melalaikan kita dari semua kewajiban2 kita kepada Allah?
Dalam Tafsir Al-Jalalain (hlm. 310) disebutkan, “Diletakkan kitab setiap
orang beriman di sisi kanannya dan orang kafir di sisi kirinya. Orang- sungguh merugilah diri ini jika hanya beribadah kepada Allah Subhanahu
orang kafir akhirnya melihat dan merasa ketakutan terhadap apa yang wa Ta’ala di saat diri ini mendapatkan anugerah kebaikan, di saat diri ini
tertulis dalam kitab catatan amal tersebut. Ketika mereka melihat dosa- hidupnya nyaman, enak dan makmur atau bahkan beribadah kepada Allah
dosa mereka, mereka berkata, “Celakalah kami.” Kitab apakah ini yang Subhanahu wa Ta’ala disaat apa yang dilakukan itu bisa mendatangkan
tidak meninggalkan catatan dosa yang kecil maupun yang besar, semuanya keuntungan atau kebaikan bagi dunianya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
benar-benar tercatat? Mereka pun dapati bahwa semuanya tercatat dalam berfirman,
kitab tersebut. Allah akan memberi hukuman kepada mereka yang penuh
dosa secara zalim. Untuk orang-orang beriman pun tak mungkin dikurangi
ُ‫ابَ ۡته‬.‫ص‬ ۡ ‫ ٌر‬.‫ابَهۥُ خ َۡي‬.‫ص‬
َ ‫ َأ َّن بِ ِۖۦه َوِإ ۡن َأ‬.‫ٱط َم‬ َ ‫ِإ ۡن َأ‬.َ‫ف ف‬ ٖۖ ‫اس َمن يَ ۡعبُ ُد ٱهَّلل َ َعلَ ٰى َح ۡر‬
pahala mereka akibat amal2 kebaikan yang pernah mereka lakukan.” ِ َّ‫َو ِمنَ ٱلن‬
Kaum muslimin rahimakumullah ُ‫ك هُ َو ۡٱل ُخ ۡس َرانُ ۡٱل ُمبِين‬ ٰ
َ ِ‫َس َر ٱل ُّد ۡنيَا َوٱأۡل ٓ ِخ َر ۚةَ َذل‬
ِ ‫ب َعلَ ٰى َو ۡج ِهِۦه خ‬َ َ‫فِ ۡتنَةٌ ٱنقَل‬
Diantara ciri orang yang menderita kerugian dengan kerugian hakiki
adalah dimana saat ia melalaikan kesempatan beramal shaleh dalam 11. Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan
kehidupannya. Dia membiarkan kesempatan itu lewat begitu saja, sehingga berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam
keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke
akhirnya saat kematian tiba menjemput dirinya,mk amal kebaikan yang
belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah
pernah dilakukannya itu masih sedikit, sementara semua keburukan2 yang kerugian yang nyata.
pernah dilakukannya semakin menumpuk.
Jamaah kaum muslimin rahimahullah Sungguh merugi Orang yang sudah banyak beramal namun tidak
 Masihkah kita berbuat syirik kepada Allah, sedangkan syirik adalah mendapatkan manfaat apa-apa dari amalannya tersebut, bahkan yang
dosa besar yang amat besar dan tidak Allah maafkan jika dibawa mati? paling merugi lagi, yaitu orang yang tidak mendapatkan manfaat apa-apa
 Masihkah kita mengoreksi amalan yang diwajibkan pada kita, apa kita dari amalannya namun ia tidak menyadarinya.
sudah mengerjakannya ataukah malah sering melalaikannya?, seperti sungguh Sesuatu yang kita khawatirkan, ketika amalan yang kita anggap
benar itu ternyata sesuatu yang merugi di sisi Allah. Akibat karena kita
tidak melihat kebenaran dengan dalil. Tapi hanya sebatas dengan dugaan- Tentunya Kita sangat khawatir apabila kita termasuk orang-orang
dugaan semata. Sebatas dengan perasaan dan ra’yu serta akal semata. Atau yang paling merugi amalnya. Akibat kita tidak mau menuntut ilmu Allah,
sebatas karena ikut-ikutan terhadap nenek-moyang. Lalu kemudian kita tidak berusaha mengkaji Al-Qur’an dan hadits sesuai dengan pemahaman
menganggap itu amalan yang benar. Padahal itu disisi Allah tidak benar. para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita lebih bangga
Oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa orang dengan akal-akal kita dan kecerdasan kita, kita lebih bangga dengan nenek
yang seperti ini adalah orang yang paling merugi amalannya. Allah ta’ala moyang kita, semua perkara ini adalah hanyalah mengira-ngira dan bukan
berfirman dalam surat Al-Kahfi: kebenaran yang Allah inginkan. Karena kebenaran itu hakikatnya yang
ٰ َ‫ ۡعيُهُمۡ فِي ۡٱل َحي‬..‫ َّل َس‬..‫ض‬
ۡ‫ ُّد ۡنيَا َوهُم‬..‫و ِة ٱل‬.. َ َ‫ ِرينَ َأ ۡع ٰ َماًل ٱلَّ ِذين‬..‫ل نُنَبُِّئ ُكم بِٱَأۡل ۡخ َس‬..َ ۡ ُ‫ق‬
ۡ ‫ل ه‬.. berasal dari Allah rabbul ‘azzati wal jalalah.

‫يَ ۡح َسبُونَ َأنَّهُمۡ ي ُۡح ِسنُونَ ص ُۡنعًا‬


103. Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang Khutbah ke 2
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
Jamaah kau muslimin rahimahullah, diakhirat kelak ada orang2 sholeh
104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
yang bangkrut, orang sholeh tersebut membwa segudang amal kebaikan
dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-
baiknya. namun pada hakikatnya, ia bangkrut di akhirat.jamaah kaum muslimin
Kenapa demikian?
Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan tentang orang yang Ketahuilah jamaah sekalian sungguh bangkrutnya kita diakhirat sangat
paling merugi amalnya. Yaitu mereka yang melakukan kesesatan dimuka berbeda dengan bangkrut nya seorang di dunia, kebangkrutan dalam hal
bumi tapi mereka mengira bahwasannya yang mereka lakukan itu sebagai harta benda, seseorang masih mungkin bagi dirinya untuk bangkit kembali.
sebuah kebaikan. Atau setidaknya ada orang yang masih punya hati sehingga membantu
Jamaah sekalian mereka adalah orang-orang yang kafir kepada meringankan bebannya.Akan tetapi, hal ini akan berbeda dengan
Allah lah. Yang mereka tidak beriman kepada Allah, yang mereka kebangkrutan pada hari kiamat nanti, hari yang tiada berguna lagi
mempersekutukan Allah dan mereka menyangka bahwa perbuatan mereka harta dan anak bagi mereka.
adalah perbuatan yang baik. Karena mereka beragama hanya sebatas
dengan pendapat belaka atau mengikuti nenek moyang mereka atau Hakikat orang yang bangkrut pada hari kiamat adalah orang yang
pembesar-pembesar mereka. Mereka menjadikan pendeta dan ulama membawa segudang amal kebaikan, tetapi dia membawa beragam
mereka seakan-akan sebanding dengan Allah dalam menghalalkan apa kezaliman terhadap manusia, baik dalam bentuk merampas harta, melukai
yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan. kehormatan, mencederai tubuh orang, atau melenyapkan nyawa orang
Sebagaimana Allah mengecam orang-orang musyrikin yang mereka lebih tanpa alasan syar’i. Inilah yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu
ridha mengikuti nenek moyang mereka, bapak-bapak mereka daripada ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya,
mengikuti Allah dan RasulNya. “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita menyelamatkan kita dari pedihnya siksa di nerakanya Allah, selalu
adalah orang yang tidak punya dirham (uang perak) dan tidak punya senantiasa menjaga kita dari perbuatan-perbuatan mendzolimi orang lain
harta.” yang dapat menghantarkan kita ke dalam nerakanya..aamiin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang
bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan
membawa (amal) shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah mencerca
(seseorang), menuduh orang (berzina), memakan harta orang,
menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang. (Orang) ini akan
diberi (amal) kebaikannya dan yang ini diberi dari kebaikannya. Apabila
amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) tanggungannya, dosa-
dosa mereka (yang dizalimi) diambil lalu ditimpakan kepadanya,
kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim).
Maksudnya Jika kita mempunyai segudang pahala kebaikan seperti
pahala shalat dan puasa,namun kita masih mendzolimi atau
menyakiti orang lain tanpa meminta maaf kpd mereka maka semua
pahala kita akan dibagi-bagikan kepada mereka yang didzalimi oleh
kita ketika di dunia dan Jika yang mendzalimi (mencela dan memaki)
tersebut sudah habis pahalanya, maka dosa orang yang didzalimi tadi akan
ditimpakan dan diberikan kepada orang yang mendzalimi.
Orang yang menzalimi orang lain sebenarnya sedang menghancurkan
dirinya sendiri,
Bisa dibayangkan betapa rugi dan menyesalnya orang tersebut nanti. Saat
ia mengharapkan amal kebaikannya akan menolongnya dari kedahsyatan
kiamat, maka sungguh kebaikan2nya justru lenyap diambil orang lain,
bahkan dia dicampakkan ke dalam neraka.
Kalau orang zalim yang masih punya amal kebaikan saja seperti ini
nasibnya, lantas bagaimana halnya dengan kita yang belum tentu
mempunyai banyak amalan bahkan mungkin tidak punya kebaikan sama
sekali, bahkan mungkin kitab catatan amal kita semuanya berisi
kejelekan?. Kita berdoa kepada Allah, semoga Allah ta’ala menjauhkan
kita dari golongan orang-orang yang merugi ketika di akhirat,

Anda mungkin juga menyukai