No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Triase adalah tindakan untuk mengelompokkan penderita
berdasar pada beratnya cedera / penyakit yang diprioritaskan
berdasar ada tidaknya gangguan (tingkat kegawat daruratan)
pada Airway, Breathing dan Circulation ( ABC ).
Tindakan triase dilakukan apabila korban/pasien lebih dari satu
orang atau jumlah penolong (petugas) lebih sedikit dari pada
jumlah korban/pasien. Atau dilakukan pada penderita tunggal
untuk menentukan diagnosis.
2. Tujuan Prosedur ini bertujuan memilih atau menggolongkan semua
pasien yang dating ke unit ruang tindakan dan menetapkan
prioritas penanganan.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
Prosedur Pelaksanaan
Tahap orientasi
Berikan salam, panggil klien dengan namanya.Jelaskan tujuan,
prosedur dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga.
Tahap kerja
1. Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Menjaga privasy pasien.
3. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Pasang perlak / pengalas di bawah daerah luka.
5. Membuka peralatan.
6. Memakai sarung tangan.
7. Basahi kasa dengan bethadin kemudian dengan
menggunakan pinset bersihkan area sekitar luka bagian
luar sampai bersih dari kotoran. (gunakan teknik memutar
searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian dengan
menggunakan pinset bersihkan area luka bagian dalam.
(gunakan teknik usapan dari atas ke bawah)
9. Keringkan daerah luka dan Pastikan area daerah luka
bersih dari kotoran.
10. Beri obat luka sesuai kebutuhan jika perlu.
11. Pasang kasa steril pada area luka sampai tepi luka.
12. Fiksasi balutan menggunakan plester atau balautan
verband sesuai kebutuhan.
13. Mengatur posisi pasien seperti semula.
14. Alat-alat dibereskan.
15. Buka sarung tangan.
Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Dokumentasikan tindakan.
3. Berpamitan.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi Bryant, R (2016). Acute and Chronic Wounds. (3rd Ed.). St
Louis : Mosby Year Book
Carvile, K. (2012). WOund Care Manual. (6th ed.). Perth,
WA : Silver Chain Foundation
Doughty, Beckley D, McNichol, Lauwerie L (2016). Wound,
Ostomy and Continence Nurse Society core Curriculum.
Wound Management. Philadelphia : Wolters Kluwer
Kluwer, Wolters (2016). Cire Curriculum Wound
Management. WOCN
Smeltzer SC, Bare BG, et al. Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical Surgical Nursing. 1996. 8th ed.
Philadelphia : Lippincott-Raven Publishers. p. 1491-1477
Dealey C. The Care of Wound : A Guide for Nurses. 2005.
3rd ed. UK : Blackwell Publishing Ltd. p. 10-1.
https://www.nerslicious.com/sop-perawatan-luka/
PEMASANGAN INFUS
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari
pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam
tubuh pasien (Darmawan, 2008).
Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah
memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik)
untuk dilewati cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar
sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui
vena dalam jangka waktu tertentu.
2. Tujuan Menurut Hidayat (2008), tujuan utama pemasangan infus adalah:
Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori
yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,
Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit,
memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi
darah,
Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan
membantu pemberian nutrisi parenteral.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
1. Memperkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Siapkan alat disamping klien
4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran
5. Cuci tangan
6. Atur posisi psien dengan terlentang abduksi
7. Pasang pengalas
8. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka
9. Pasan handschoen on steril
10. Letakkan bengkok diantara kedua paha
11. Cukur rmabut pubis
12. Lepas sarung tangan dan ganti dengan sarung tangan
steril
13. Pasang doek lubang steril
14. Pegang penis dengan tangan kiri lalu preputium ditarik ke
pangkalnya dan bersihkan dengan kassa dan antiseptic
dengan tangan kanan
15. Beri jelly pada ujung kateter ( 12,5 – 17,5 cm).
Pemasangan indwelling pada pria : jellydan lidokain denga
perbandingan 1 : 1 masukkan kedalan uretra dengan spuit
tanpa jarum
16. Ujung uretra ditekan dengan ujung jari kurang lebih 3-5
menit sambil di masase
17. Masukkan kateter pelan – pelan, batang penis diarahkan
tegak lurus deng bidang horisontal sambil anjurkan untuk
menarik napas. Perhatikan ekspresi klien
18. Jika tertahan jangan dipaksa
19. Setelah kateter masuk isi balon dengan caran aquades
bila untuk indwelling, fiksasi ujung kateter di paha pasien.
Pasang urobag disamping tempat tidur
20. Lihat respon klien dan rapikan alat
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan.
1. Memperkenakan diri
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Siapkan alat di samping klien
4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran
5. Cuci tangan
6. Atur posisi pasien dengan telentang abduksi
7. Berdiri disebelah kanan tempat tidur klien
8. Pasang pengalas
9. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka
10. Pasang handschoen on steril
11. Letakkan bnengkok diantara kedua paha
12. Cukur rambut pubis
13. Lepas sarung tangan dang anti dengan sarung tangan
steril
14. Pasang doek
15. Bersikan vulva dengan kasa, buka labia mayoer, dengan
ibu jari dan telunjuk tangan kiri, bersihkan bagian dalam
16. Beri jelly pada ujung kateter ( 2,5 – 5 cm) lalu masukkan
pelan – pelan ujung kateter pada meatus uretra sambil
pasien dianjurkan menarik napas. Perhaikan respon klien
17. Setelah kateter masuk isi balon dengan cairan aquades 10
cc
18. Fiksasi
19. Sambung dengan urobag
20. Rapikan alat
21. Buka handchoen dan cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi Shlamovitz GZ. Urethral Catheterization in Men. Updated 7
Januari 2016. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/80716-overview.
Departement of Emergency Medicine University of Ottawa.
Urinary Catheter Insertion. Updated 2003. Diunduh dari
http://www.med.uottawa.ca/procedures/ucath/.
Cravens DD and Zweig S. Urinary Catheter Management.
Am Fam Physician. 15 Januari 2000: 61(2); p. 369-376.
Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/2000/0115/p369.html
Nicolle, L. (2014). Catheter associated urinary tract
infections. The Journal of BioMed Central. 3 (23).
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases (2014). Urinary Retention.
Healthy Western Australians. What is a catheter?
NHS UK (2017). Urinary catheter.
Sobol, J. National Institutes of Health (2017). Medline Plus.
Urinary catheters.
Cafasso, J. Healthline (2017). Urinary Catheters.
Healthline (2016). The Benefits of Intermittent
Catheterization.
https://www.nerslicious.com/sop-pemasangan-kateter/.
HECTING (MENJAHIT LUKA)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Hecting adalah suatu tindakan menjahit luka yang berfungsi
untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi
yang terpotong. Jahitan menggunakan bahan berupa benang
untuk men gikat atau ligasi pembuluh darah dan menghubungkan
antara dua tepi luka.
2. Tujuan Untuk menghubungkan luka terbuka supaya mempercepat
proses penyembuhan luka.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
4. Prosedur Alat
Pinjet anatomis dan sirurgis
Pemegang jarum/needle holder
Gunting benang
Gunting verban
Jarum
Duk steril
Bahan
Benang
Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 %
Cairan Na Cl 0,9%
Anestesi lokal lidocain 2%.
Sarung tangan.
Kasa steril.
Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien.
Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
Tahap Kerja
Pakai sarung tangan .
Bersihkan luka dengan cairan normal saline (NaCl 0,9%).
Berikan anestesi local (Lidocaine, Pehacaine) di sekitar luka.
Pasang duk steril .
Gunakan jarum untuk menjahit kulit, masukkan benang ke
lubang jarum, pada penggunaan jarum melengkung (curved
needle) dari arah dalam ke luar.
Pegang jarum dengan menggunakan klem kemudian mulai
menjahit luka.
Jika luka dalam sampai jaringan otot, maka di jahit lapis demi
lapis (jenis benang disesuaikan dengan jaringan yang robek.
Contoh catgut, chromic, side, dll.
Ikat benang dengan membentuk simpul.
Potong benang, sisakan sepanjang 1 mm (untuk jahitan
dalam) dan 0,65 cm (jahitan luar).
Lanjutkan jahitan luka sampai terjadi penutupan luka.
Oleskan normal salin/disinfektan pada jahitan.
Tutup dengan kasa steril.
Pasang plester/hipafix.
Tahap Terminasi
Buka sarung tangan.
Merapikan pasien.
Membereskan alat-alat.
Berpamitan dengan pasien.
Mencuci tangan.
Dokumentasi
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi Adams, B., Anwar, J., Wrone, D. A., Alam, M. (200).
Techniques for cutaneous sutured closures: variants and
indications. Semin Cutan Med Surg, 22(4):306-16.
Brown, John Stuart. (1995). Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Reksoprodjo, S. (2000).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Richey, M,. L., &Roe, S. C. (2005). Assessment of knot
security in continuous intradermal wound closures. J Surg
Res, 123(2):284-8.
Schwartz, Seymourl. (1994). Principles of Surgery2 Vol.10th
ed. New York: Mc-Graw Hill Publishing Company.
Sjamsuhidajat R., &De Jong, W. (editor). (1997).Buku Ajar
Ilmu BedahEdisi Revisi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
AFF HECTING (MENGANGKAT
JAHITAN)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Mengangkat Jahitan (Aff Hecting/ Hecting Up) adalah satu
tindakan melepaskan jahitan yang biasanya dilakukan hari ke 5-7
(atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).
2. Tujuan Untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan.
Untuk mencegah infeksi.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
TAHAP KERJA
Tahap Orientasi
o Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
o Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien.
o Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
Tahap Kerja
o Memosisikan pasien semifowler atau fowler.
o Menghubungkan antara selang oksigen dengan
kanul/mask/venture ke tabung oksigen atau port oksigen
central.
o Cek fungsi dari slowmeter dengan memutar pengatur
konsetrasi oksigen & mengamati adanya gelembung udara
dalam humidifier.
o Mengecek aliran udara pada kanul/mask/venturidengan cara
merakan ke punggung tangan perawat.
o Memasang kanul/mask/venture ke pasien dan atur pengikat
dengan benar, janganlah terlalu kencang & jangan sampai
terlalu kendur.
o Atur aliran oksigen sesuai dengan program yang telah
ditentukan.
Tahap Terminasi
o Berpamitan dengan pasien.
o Mencuci tangan.
o Dokumentasi keperawatan.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi Butterworth, J. F., Mackey, D. C., Wasnick, J. D., Morgan &
Mikhail’s. (2013). Clinical Anesthesiology.Edisi V. New York:
McGraw-Hill Companies.
Fishman, A. P., Elias, J. A., Fishman, J. A., Grippi, M. A.,
Senior, R. M., Pack, A. I. Fishman’s. (2008). Pulmonary
Diseases and Disorders. Edisi IV. New York: McGraw-Hill
Companies.
Guyton, A. C& Hall, J. E. (2006). Textbook of Medical
Physiology. Edisi XI. Philadel- phia: W. B. Saunders Company.
Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan, M. R. (2002). Petunjuk
Praktis Anestesiologi.
Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Levitzky MG. (2007). Pulmonary Physiology. Edisi VII.
New York. McGraw- HillCompanies.
Mangku, G &Senapathi, T. G. E. (2017). Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi.
Edisi II. Jakarta: Indeks.
Rilantono L. I. (2012). Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5
Rahasia. Edisi I. Jakarta: FakultasKedokteran Universitas
Indonesia.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati,
S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing.
Widiyanto, B & Yasmin, L. S. (2014). Terapi Oksigen terhadap
Perubahan Saturasi Oksigenmelalui Pemeriksaan Oksimetri
pada Pasien Infark Miokard Akut (IM-A).Prosiding Konferensi
Nasional II PPNI Jawa Tengah. 1(1): 138-43.
TINDAKAN NEBULIZER
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Nebulizer adalah suatu alat yang bisa menyemburkan medikasi
atau agens pelembab seperti agens bronkodilator atau mukolitik
menjadi partikel mikroskopik dan mengirimkannya ke dalam
paru-paru ketika pasien menghirup napas.
Nebulasia dalah cara pengobatan dengan memberi obat untuk
dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai
organ sasaran..
2. Tujuan 1. Mengobati peradangan saluran pernapasan bagian atas
menghilangkan sesak selaput lendir saluran napas bagian
atas sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
2. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
3. Melegakan pernapasan.
4. Mengurangi pembekakan selaput lendir.
5. Mencegah pengeringan selaput lendir.
6. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.
7. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
Tahap Orientasi
Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien.
Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
Tahap Kerja
Mengatur pasien dalam posisi duduk.
Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set
nebulizer.
Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran.
Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik.
Memasukkan obat sesuai dosis.
Memasang masker pada pasien.
Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien napas dalam
sampai obat habis.
Bersihkan mulut dan hidung dengan tisu.
Tahap Terminasi
Membereskan alat-alat.
Berpamitan dengan pasien.
Mencuci tangan.
Dokumentasi keperawatan.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi AIP. (2006). SOP Keperawatan. Asosiasi Institusi Pendidikan
D III Keperawatan Jawa Tengah.
Boe, J., Dennis,J. H., and O’Driscoll,B. R.(2001). European
Respiratory Society Guidelines on the use of nebulizers. Eur
Respir J, 18(1): 228–242.
Harris, David. (2006). Nebulizer guidelines. United Bristol
Health care. Directorate ofchildren’s services.
Rasmin, M., Rogayah, R., Wihastuti, R., Fordiastiko.,
Zubaedah., Elsina, S. (2001). Prosedur Tindakan Bidang Paru
dan Pernapasan–Diagnostik dan Terapi. Bagian Pulmonologi
FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Setiawati, A., Zunilda S.B., Suyatna FD. (1995). Pengantar
Farmakologi. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna
FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan Terapi.
Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI.
Supriyatno, B., &Kaswandani, N. (2010). Terapiinhalasi pada
Penyakit Respiratorik.
EdisiPertama. Jakarta: IDAI..
PENGUKURAN TANDA-TANDA
VITAL (SUHU TUBUH)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Pemeriksaan tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh.
Suatu tindakan pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer untuk mendeteksi adanya perubahan sistem
khususnya metabolisme dalam tubuh.
2. Tujuan Mengetahui rentang suhu tubuh pasien
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
Tahap Kerja
Mengatur posisi pasien.
Menentukan lokasi nadiyang akan diukur.
Meraba denyut nadi dengan 2 jari (telunjuk dan tengah).
Menghitung nadi sekurang-kurangnya ½ menit, dan 1 menit
untuk pasien aritmia dan pasien anakdengan menggunakan
jam.
Tahap Kerja
Mengatur posisi pasien.
Manual: Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks
menyilang abdomen ataudada bagian bawahnya, atau
tempatkan tangan pemeriksa langsung pada abdomen atas
pasien.
Dengan menggunkan stetoskop: letakkan stetoskop pada
abdomen, lalu hitung dan dengarkan pernapasan.
Hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan 2 bila irama
teratur. Apabila respirasi tidak teratur hitung satu menit penuh.
Catat jumlah dan tipe pernapasan.
Tahap Kerja
Mengatur posisi pasien (berbaring atau duduk).
Membebaskan lengan pasien dari baju.
Memasang manset di lengan atas 2 jari (2,5 cm) di atas
branchialis, selang sejajar arteri brachiallis.
Hitung estimasi sistolik pasien engan cara: Palpasi arteri
radialis, kemudian pompa manset sampai tidak teraba
denyutan arteri.
Raba denyut arteri brachialis kemudian gunakan stetotoskop
dan tempatkan tepat pada arteri branchialis.
Pompa manset hingga 30 mm dari estimasi sistolik
pengukuran sebelumnya.
Membuka sekrup balon perlahan-lahan sambil melihat
turunnya air raksa/jarum dan dengarkan bunyi denyut pertama
(systole) hingga bunyi terakhir (diastole), sampai tekanan nol.
Mengunci air raksa, dan melepas manset.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC
PERAWATAN LUKA BAKAR
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Perawatan luka bakar adalah suatu tindakan untuk merawat luka
pada kulit akibat terbakar atau karena reaksi hipersensitivitas
yang menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit
2. Tujuan Untuk memberisikan luka dan merawat jaringan kulit yang
terbakar.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
Tahap Kerja
Menjaga privasi pasien.
Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas.
Memakai sarung tangan.
Membuka balutan dengan hati-hati bila sulit basahi dengan
NaCl.
Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl.
Melakukan debridement bila terdapat jaringan nekrotik (bila
ada bulla jangan dipecah tapi dihisap dengan spuit steril).
Mengeringkan luka dengan menggunakan kassa steril.
Memberikan obat topikal sesuai order pada luka.
Mentup luka dengan dressing khusus luka bakar (bila ada)
atau menggunakan kassa steril.
Memasang verband dan diplester.
Tahap Kerja
Posisikan pasien baring.
Mengukur tekanan darah pasien.
Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan (MAP
atau MABP).
Tahap Kerja
Pakai sarung tangan.
Kaji dan periksa telinga dengan menggunakan otoskop.
Pasang lampu kepala.
Atur posisi pasien tidur agak miring atau duduk tegak dengan
kepala miring dengan posisi telinga yang akan dirawat di
bagian atas.
Meletakan perlak kemudian handuk di sekitar bahu dan
letakan bengkok di bawah telinga.
Isikan cairan irigasi ke dalam spuit/irigator, cairan disesuaikan
dengan temperatur tubuh, cek dengan pergelangan tangan
bagian dalam/gunakan termometer.
Masukan cairan ke dalam telinga (Daun telinga ditarik ke
belakang, semprotkan cairan secara perlahan).
Atur posisi miring dengan posisi telinga yang dirawat berada
di bawah untuk membantu pengeluaran cairan.
Setelah irigasi, inspeksi kanal telinga untuk melihat kemajuan
dari tindakan atau cek cairan irigasi yang keluar dari serumen
atau benda- benda asing.
Ulangi irigasi sesuai kebutuhan, istirahatkan pasien di antara
irigasi.
Keringkan telingan dengan kapas, taruh kapas 5-10 menit
untuk absorb dari kemungkinan lembab.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi Anonim. (2013). Sumbatan di Telinga Luar. Internet.
Available: http://m.medicastore.com/index.php?
mod=penyakit&id=3330
Lotterman, S., &Sohal, M. (2019). Ear Foreign Body
Removal.. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/
Loveman, E., Gospodarevskaya, E., Clegg, A., Bryant, J.,
Harris, P., Bird, A., … Coppin,
R. (2011). Ear wax removal interventions: a systematic
review and economic evaluation. The British journal of
general practice : the journal of
the Royal College of General Practitioners, 61(591), e680–
e683. doi:10.3399/bjgp11X601497
Schumann, J. A., Pfleghaar, N. (2019). Ear Irrigation.. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2019 Jan-.Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459335/
Sulaifi, F. (2013). Benda Asing di Telinga.
Internet. Available:
http://rumahusahaku.wordpress.com/2012/09/07/benda-
asing-di- telinga/
Wright T. (2015). Ear wax. BMJ clinical evidence, 2015,
0504.
PEMBERIAN INJEKSI (IC, SC, IV,IM)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :4
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan tubuh
dengan menggunakan spuit dan jarum
2. Tujuan Agar penyerapan obat cepat.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
TAHAP KERJA
2. Cara Kerja
Tindakan awal adalah melakukan tindakan standar
kedaruratan berupa ABC, oksigenasi dan penilaian tanda
vital
Pasien ditempatkan pada posisi semi prone dengan kepala
diletakkan menghadap samping untuk menghindari
aspirasi
Diberikan spatel lidah yang diletakkan dalam rongga mulut
untuk mencegah tergigitnya lidah
Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya
adalah dengan:
a. Pemberian diazepam rektal dengan dosis 0,5-0,75
mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg dan diazepam
rektal 10 mg utk anak dengan dengan berat badan
diatas 10 kg. Atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak
diatas usia 3 tahun
b. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum
berhenti, dapat diberikan dosis yang sama dengan jeda
5 menit sambil mencari akses intravena
c. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih
tetap kejang, dianjurkan dirujuk ke rumah sakit. Dapat
diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg.
Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak
keluarga mengatasi pengalaman menegangkan akibat
kejang demam dengan memberikan informasi mengenai :
a. Prognosis dari kejang demam umumnya baik
b. Memberitahukan cara penanganan kejang
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang
efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat
Kriteria rujukan :
a. Kejang tidak berhenti setelah pemberian obat
antikonvulsan
b. Kejang demam sering berulang disarankan
pemeriksaan EEG.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014, Konsensus
penatalaksanaan kejang demam 2014
PENATALAKSANAAN SYOK
ANAFILAKTIK
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :3
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi
darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolism jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat
tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume
darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor
penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan
kompensasi maka akan terjadi syok.
Anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana yang
berarti jauh dan phylaxis yang berarti perlindungan. Secara
harfiah artinya adalah menghilangkan perlindungan
Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat dan
dapat menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba segera
setelah terpapar oleh allergen atau pencetus lainnya.
Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari
anafilaksis dan merupakan bagian dari syok distributif yang
ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat vasodilatasi
mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada
sirkulasi darah yang menyebabkan terjadinya sinkop dan
kematian pada beberapa pasien.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menerapkan langkah-langkah dalam
penanganan syok anafilaktik dalam rangka peningkatan mutu
kinerja di Puskesmas Kampung Baru.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
1. Tindakan Segera
Tindakan pertama yang paling penting dilakukan
menghadapi pasien dengan syok anafilaktik adalah
mengidentifikasi dan menghentikan kontak dengan alergen
yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis.
Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki
diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran
darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung
dan menaikkan tekanan darah.
Selanjutnya dilakukan penilaian airway, breathing dan
circulation dari tahapan resusitasi jantung paru untuk
memberikan kebutuhan bantuan hidup dasar.
Airway, penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga
teap bebas agar tidak ada sumbatan sama sekali.
Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher
diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan
napas, yaitu dengan melakukan triple airway maneuver
yaitu ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka
mulut.
Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus
segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi
endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi. Breating
support, segera memberikan bantuan napas buatan bila
tidak ada tanda-tanda bernapas spontan, baik memalui
mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau
parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas
total atau parsial.
Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial,
selain ditolong dengan obat- obatan, juga harus diberikan
bantuan napas dan oksigen 5-10 liter/menit. Circulation
support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung
luar.
2. Pemberian Obat-Obatan
Obat pilihan pertama untuk mengobati syok anafilaktik
adalah adrenalin. Obat ini berpengaruh untuk
meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh
darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan aktivitas
otot jantung.
Pengobatan tambahan dapat diberikan pada penderita
anafilaksis, obat-obat yang sering dimanfaatkan adalah
antihistamin, kortikosteroid, dan bronkodilator.
3. Pencegahan
Pencegahan merupakan langkah terpenting dalam
penatalaksanaan syok anafilaktik terutama yang
disebabkan oleh obat-obatan. Melakukan anamnesis
riwayat alergi penderita dengan cermat akan sangat
membantu menentukan etiologi dan faktor risiko
anafilaksis. Individu yang mempunyai riwayat penyakit
asma dan orang yang mempunyai alergi terhadap banyak
obat, mempunyai resiko lebih tinggi terhadap kemungkinan
terjadinya syok anafilaktik.
Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu
diperhatian bahwa tes kulit negative pada umumnya
penderita dapat mentoleransi pemberian obat-obat
tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak akan
mengalami reaksi anafilaksis.
Dalam pemberian obat juga harus berhati-hati, encerkan
obat bila pemberian dengan jalur subkutan, intradermal,
intramuscular ataupun intravena dan observasi selama
pemberian.
Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat
dan tepat.
Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok
anafilaktik.
Catat obat penderita pada status yang menyebabkan
alergi.
Jelaskan kepada penderita supaya menghindari makanan
atau obat yang menyebabkan alergi.
Hal yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat
penawar untuk mengantisipasi reaksi anafilaksis serta
adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.
Desensitisasi alergen spesifik adalah pencegahan untuk
kebutuhan jangka panjang.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi Stephen FK, 2011, Anaphylaxis, Medscape. Available from
URL: http://emedicine.medscape.com
Anonym, 2011, Anaphylaxis. Available from URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/Anaphylaxis
Neugut AI, Ghatak AT, Miller RL, 2001, Anaphylaxis in the
United States, An Investigation Into Its Epidemiology, Arch
Intern Med, Page 161:15-21
Johnson RF, Peebles RS, 2011, Anaphylaxis Syok:
Pathopysiology, Recognition and Treatment, Medscape,
Available from URL:
http://www.medscape.com/viewarticle/497498
Ewan, PW, 1998, Anaphylaxis, ABC Allergies, BMJ, Vol 316,
Page 1442- 1445
EKSTRAKSI KUKU
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Ekstraksi kuku (Rosser Plasty) adalah suatu Tindakan
pengangkatan sebagian atau seluruh bagian kuku yang tumbuh
kearah dalam (ingrown toenail removal) berikut matrik tunasnya,
dilanjutkan reposisi jaringan lunak tepi kuku.
2. Tujuan mampu mengangkat kuku yang tumbuh ke arah dalam.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:
Teknik Pemeriksaan
1. Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan
prosedurnya.
2. Pada tindakan ada 3 pilihan terapi, tergantung dengan
kesembuhan pada setiap tahap:
1. Tahap 1
Rawat paronikia secara konservatif dengan soda
baths.
Kurangi tekanan pada kuku dengan mengisi alur
pada lengkungan kuku dengan kasa kecil atau
kapas.
Lakukan seperti ini dalam 3 bulan.
2. Tahap 2
Ekstraksi kuku dan pada tahap berikutnya, eksisi
bagian yang ada pus untuk mengeluarkan pus atau,
Ekstraksi kuku parsial diikuti dab dengan phenol 80%
dalam air dan dicuci dengan alkohol 70%.
3. Tahap 3
Ekstraksi kuku parsial diikuti dab dengan phenol 80%
dalam air dan dicuci dengan alkohol 70%.
Eksisi bagian yang ada pus untuk mengeluarkan pus.