Anda di halaman 1dari 40

TRIASE

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Triase adalah tindakan untuk mengelompokkan penderita
berdasar pada beratnya cedera / penyakit yang diprioritaskan
berdasar ada tidaknya gangguan (tingkat kegawat daruratan)
pada Airway, Breathing dan Circulation ( ABC ).
Tindakan triase dilakukan apabila korban/pasien lebih dari satu
orang atau jumlah penolong (petugas) lebih sedikit dari pada
jumlah korban/pasien. Atau dilakukan pada penderita tunggal
untuk menentukan diagnosis.
2. Tujuan Prosedur ini bertujuan memilih atau menggolongkan semua
pasien yang dating ke unit ruang tindakan dan menetapkan
prioritas penanganan.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur 1. Petugas menerima pasien di unit UGD


2. Petugas meminta keluarga untuk mendaftar ke pendaftaran.
3. Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan
cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya.
4. Petugas menentukan tingkat kegawatan pasien dan prioritas
pelayanan.
a. MERAH adalah penderita gawat darurat (pasien dengan
kondisi mengancam), harus segera dilakukan intervensi
medis dalam waktu 60 detik
Misalnya : Syok, gawat napas, gawat jantung, koma,
kejang
b. KUNING adalah penderita yang gawat tetapi tidak
darurat,misalnya : apendisitis akut, kanker stadium lanjut,
fraktur femur; dan darurat tidak gawat, misalnya: luka
sayat baru
c. HIJAU adalah penderita tidak gawat dan tidak darurat.
Misalnya : penderita rawat jalan, abses, vulnus
excoriativum
d. HITAM untuk penderita yang meninggal (Death On
Arrival=DOA)
5. Petugas memberikan tanda pita berwarna sesuai urutan
prioritas pelayanan pada tangan pasien jika pasien yang
datang lebih dari 3 bersamaan.
6. Petugas memberikan pelayanan sesuai urutan warna merah,
kuning, hijau, hitam.
7. Petugas melakukan pengkajian ulang bila perlu, karena status
pasien dapat berubah.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Pedoman kerja Perawat IGD di RS tahun 1999
 Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Pusat Pendidikan
dan Pelatihan PMI Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun 2012.
PERAWATAN LUKA
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Perawatan Luka adalah Membersihkan luka, mengobati luka dan
menutup kembali luka dengan tekhnik steril..
2. Tujuan  Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka.
 Memberi pengobatan pada luka.
 Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.
 Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan bahan Perawatan Luka


1. Pinset anatomis
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand / gunting jaringan.
4. Kassa steril.
5. Kom kecil 2 buah.
6. Peralatan lain terdiri dari :
o Sarung tangan.
o Gunting plester.
o Plester.
o Desinfektan (Bethadin).
o Cairan NaCl 0,9%
o Bengkok
o Perlak / pengalas.
o Verband.
7. Obat luka sesuai kebutuhan.

Prosedur Pelaksanaan

Tahap pra interaksi


1. Cek catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan

Tahap orientasi
Berikan salam, panggil klien dengan namanya.Jelaskan tujuan,
prosedur dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga.

Tahap kerja
1. Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Menjaga privasy pasien.
3. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Pasang perlak / pengalas di bawah daerah luka.
5. Membuka peralatan.
6. Memakai sarung tangan.
7. Basahi kasa dengan bethadin kemudian dengan
menggunakan pinset bersihkan area sekitar luka bagian
luar sampai bersih dari kotoran. (gunakan teknik memutar
searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian dengan
menggunakan pinset bersihkan area luka bagian dalam.
(gunakan teknik usapan dari atas ke bawah)
9. Keringkan daerah luka dan Pastikan area daerah luka
bersih dari kotoran.
10. Beri obat luka sesuai kebutuhan jika perlu.
11. Pasang kasa steril pada area luka sampai tepi luka.
12. Fiksasi balutan menggunakan plester atau balautan
verband sesuai kebutuhan.
13. Mengatur posisi  pasien seperti semula.
14. Alat-alat dibereskan.
15. Buka sarung tangan.

Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Dokumentasikan tindakan.
3. Berpamitan.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Bryant, R (2016). Acute and Chronic Wounds. (3rd Ed.). St
Louis : Mosby Year Book
 Carvile, K. (2012). WOund Care Manual. (6th ed.). Perth,
WA : Silver Chain Foundation
 Doughty, Beckley D, McNichol, Lauwerie L (2016). Wound,
Ostomy and Continence Nurse Society core Curriculum.
Wound Management. Philadelphia : Wolters Kluwer
 Kluwer, Wolters (2016). Cire Curriculum Wound
Management. WOCN
 Smeltzer SC, Bare BG, et al. Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical Surgical Nursing. 1996. 8th ed.
Philadelphia : Lippincott-Raven Publishers. p. 1491-1477
 Dealey C. The Care of Wound : A Guide for Nurses. 2005.
3rd ed. UK : Blackwell Publishing Ltd. p. 10-1.
 https://www.nerslicious.com/sop-perawatan-luka/
PEMASANGAN INFUS
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari
pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam
tubuh pasien (Darmawan, 2008).
Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah
memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik)
untuk dilewati cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar
sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui
vena dalam jangka waktu tertentu.
2. Tujuan Menurut Hidayat (2008), tujuan utama pemasangan infus adalah:
 Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori
yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,
 Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit,
memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi
darah,
 Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan
membantu pemberian nutrisi parenteral.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan Pemasangan Infus

Sebelum melaksanakan pemasangan infus, berikut adalah alat


dan bahan yang harus dipersiapkan ketika hendak melakukan
tindakan pemasangan infus. Pastikan bahwa ke 12 alat dan
bahan ini sudah tersedia.
1. Standar infus
2. Cairan infus sesuai kebutuhan
3. IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai kebutuhan
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
9. Sarung tangan bersih
10. Kassa steril
11. Kapal alkohol / Alkohol swab
12. Betadine
Prosedur Pemasangan Infus
Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus
yang digunakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang
akan dirasakan selama pemasangan infus
4. Atur posisi pasien / berbaring
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan
selang infus dan gantungkan pada standar infus
6. Menentukan area vena yang akan ditusuk
7. Pasang alas
8. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang
akan ditusuk
9. Pakai sarung tangan
10. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10
cm
11. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke
jantung
12. Pastikan jarum IV masuk ke vena
13. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
16. Atur tetesan infus sesuai program medis
17. Lepas sarung tangan
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama
pelaksana, tanggal dan jam pelaksanaan
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada
dokumentasi keperawatan
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Dougherty L, Bravery K, Gabriel J, Kayley J, Malster M, Scales
K, et al. Standards for infusion therapy (third edition). Royal
College of Nursing; 2010.
 https://www.nerslicious.com/sop-pemasangan-infus/
PEMASANGAN KATETER
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :4
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu tindakan
keperawatan memasukan kateter kedalam kandung kemih
melalui uretra.
Pemasangan kateter ini seringkali digunakan pada pasien-pasien
yang tidak mampu untuk membuang air kecil sendiri dengan
normal – semisal pada pasien-pasien dengan pembesaran
prostat-, sehingga memerlukan alat bantuan kateter..
2. Tujuan Pemasangan kateter urine mempunyai berbagai tujuan,
diantaranya ;
 Menghilangkan distensi pada kandung kemih
 Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
 Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi
 Mengetahui residual urine setelah miksi
 Memasukan kontras kedalam buli – buli
 Mendapatkan specimen urine steril
 Therapeutic : memenuhi kebutuhan eliminasi urine
 Kateterisasi menetap ( indwelling catherezation )
 Kateterisasi sementara ( intermitter catherization )
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan Pemasangan kateter


1. Handshoen steril
2. Handschoen on steril
3. Kateter steril sesuai ukuran dan jenis
4. Urobag
5. Doek lubang steril
6. Jelly
7. Lidokain 1% dicampur jelly ( perbandingan 1 :1 )
masukkan dalam spuit ( tanpa jarum )
8. Larutan antiseptic + kassa steril
9. Perlak dan pengalas
10. Pinset anatomis
11. Bengkok
12. Spuit10 cc berisi aquades
13. Urinal bag
14. Plester / hypavik
15. Gunting
16. Sampiran
SOP Pemasangan Kateter Urine secara Umum
1. Tahap Pra Interaksi
 Melakukan pengecekan program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan menyapa nama pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
 Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
 Menjaga privacy Pasien dengan memasang sampiran dan
selimut extra
 Mengatur posisi pasien dalam posisi terlentang dan
melepaskan pakaian bawah
 Memasang perlak dan pengalas
 Memasang pispot di bawah bokong pasien
 Menyiapkan plester fiksasi kateter dan label waktu
pemasangan kateter, membuka kemasan luar kateter
dengan tetap mempertahankan kesterilannya, menyiapkan
pelumas pada kasa steril dan dijaga kesterilannya.
 Memakai sarung tangan
 Tangan tidak dominan pegang penis pakai kasa steril,
desinfeksi dengan tangan dominan dengan menggunakan
kapas sublimat/betadin sol pada metaus uretra.
 Mengganti sarung tangan steril, memasang duk steril
 Masukkan jelly anestesi atau pelumas pada uretra kira-kira
10 cc, tahan ujung penis dan meatus uretra dengan ibu jari
dan telunjuk untuk mencegah refluk jelly, tunggu sebentar
kira-kira 5 menit agar efek anestesi bekerja.
 Pilih foley kateter sesuai ukuran, (besar : 18 dan 20, kecil :
8 dan 10 french catheter) atau sesuai persediaan
 Masukkan foley kateter ke uretra secara perlahan dengan
sedikit mengangkat penis hingga urin keluar (klien
dianjurkan tarik napas panjang)
 Menampung urin pada botol bila diperlukan untuk
pemeriksaan
 Mendorong lagi foley kateter kira-kira 5 cm ke dalam
 bladder (1-2 inc)
 Kembungkan balon dengan cairan aquadest sesuai
ukuran, kira-kira 20 cc
 Menarik kateter dengan perlahan sampai terasa ada
tahanan dan meletakkannya di atas abdomen bagian
bawah.
 Menyambungkan kateter dengan urine bag
 Melepas duk, pengalas dan sarung tangan
 Memfiksasi kateter di atas abdomen bagian bawah
 Menempel label waktu pemasangan kateter
4. Tahap Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
 Merapikan pasien dan lingkungan
 Berpamitan dengan klien
 Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ketempat
semula
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan.

SOP Pemasangan Kateter Urine Pada Pria

1. Memperkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Siapkan alat disamping klien
4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran
5. Cuci tangan
6. Atur posisi psien dengan terlentang abduksi
7. Pasang pengalas
8. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka
9. Pasan handschoen on steril
10. Letakkan bengkok diantara kedua paha
11. Cukur rmabut pubis
12. Lepas sarung tangan dan ganti dengan sarung tangan
steril
13. Pasang doek lubang steril
14. Pegang penis dengan tangan kiri lalu preputium ditarik ke
pangkalnya dan bersihkan dengan kassa dan antiseptic
dengan tangan kanan
15. Beri jelly pada ujung kateter ( 12,5 – 17,5 cm).
Pemasangan indwelling pada pria : jellydan lidokain denga
perbandingan 1 : 1 masukkan kedalan uretra dengan spuit
tanpa jarum
16. Ujung uretra ditekan dengan ujung jari kurang lebih 3-5
menit sambil di masase
17. Masukkan kateter pelan – pelan, batang penis diarahkan
tegak lurus deng bidang horisontal sambil anjurkan untuk
menarik napas. Perhatikan ekspresi klien
18. Jika tertahan jangan dipaksa
19. Setelah kateter masuk isi balon dengan caran aquades
bila untuk indwelling, fiksasi ujung kateter di paha pasien.
Pasang urobag disamping tempat tidur
20. Lihat respon klien dan rapikan alat
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan.

SOP Pemasangan Kateter Urine Pada Wanita

1. Memperkenakan diri
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Siapkan alat di samping klien
4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran
5. Cuci tangan
6. Atur posisi pasien dengan telentang abduksi
7. Berdiri disebelah kanan tempat tidur klien
8. Pasang pengalas
9. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka
10. Pasang handschoen on steril
11. Letakkan bnengkok diantara kedua paha
12. Cukur rambut pubis
13. Lepas sarung tangan dang anti dengan sarung tangan
steril
14. Pasang doek
15. Bersikan vulva dengan kasa, buka labia mayoer, dengan
ibu jari dan telunjuk tangan kiri, bersihkan bagian dalam
16. Beri jelly pada ujung kateter ( 2,5 – 5 cm) lalu masukkan
pelan – pelan ujung kateter pada meatus uretra sambil
pasien dianjurkan menarik napas. Perhaikan respon klien
17. Setelah kateter masuk isi balon dengan cairan aquades 10
cc
18. Fiksasi
19. Sambung dengan urobag
20. Rapikan alat
21. Buka handchoen dan cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Shlamovitz GZ. Urethral Catheterization in Men. Updated 7
Januari 2016. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/80716-overview.
 Departement of Emergency Medicine University of Ottawa.
Urinary Catheter Insertion. Updated 2003. Diunduh dari
http://www.med.uottawa.ca/procedures/ucath/.
 Cravens DD and Zweig S. Urinary Catheter Management.
Am Fam Physician. 15 Januari 2000: 61(2); p. 369-376.
Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/2000/0115/p369.html
 Nicolle, L. (2014). Catheter associated urinary tract
infections. The Journal of BioMed Central. 3 (23).
 National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases (2014). Urinary Retention.
 Healthy Western Australians. What is a catheter?
 NHS UK (2017). Urinary catheter.
 Sobol, J. National Institutes of Health (2017). Medline Plus.
Urinary catheters.
 Cafasso, J. Healthline (2017). Urinary Catheters.
 Healthline (2016). The Benefits of Intermittent
Catheterization.
 https://www.nerslicious.com/sop-pemasangan-kateter/.
HECTING (MENJAHIT LUKA)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Hecting adalah suatu tindakan menjahit luka yang berfungsi
untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi
yang terpotong. Jahitan menggunakan bahan berupa benang
untuk men gikat atau ligasi pembuluh darah dan menghubungkan
antara dua tepi luka.
2. Tujuan Untuk menghubungkan luka terbuka supaya mempercepat
proses penyembuhan luka.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat
 Pinjet anatomis dan sirurgis
 Pemegang jarum/needle holder
 Gunting benang
 Gunting verban
 Jarum
 Duk steril

Bahan
 Benang
 Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 %
 Cairan Na Cl 0,9%
 Anestesi lokal lidocain 2%.
 Sarung tangan.
 Kasa steril.

Tahap Pra Interaksi


 Melakukan verifikasi data dan program pengobatan pasien.
 Mencuci tangan.
 Mempersiapkan dan menempatkan alat di dekat pasien.

Tahap Orientasi
 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien.
 Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
Tahap Kerja
 Pakai sarung tangan .
 Bersihkan luka dengan cairan normal saline (NaCl 0,9%).
 Berikan anestesi local (Lidocaine, Pehacaine) di sekitar luka.
 Pasang duk steril .
 Gunakan jarum untuk menjahit kulit, masukkan benang ke
lubang jarum, pada penggunaan jarum melengkung (curved
needle) dari arah dalam ke luar.
 Pegang jarum dengan menggunakan klem kemudian mulai
menjahit luka.
 Jika luka dalam sampai jaringan otot, maka di jahit lapis demi
lapis (jenis benang disesuaikan dengan jaringan yang robek.
Contoh catgut, chromic, side, dll.
 Ikat benang dengan membentuk simpul.
 Potong benang, sisakan sepanjang 1 mm (untuk jahitan
dalam) dan 0,65 cm (jahitan luar).
 Lanjutkan jahitan luka sampai terjadi penutupan luka.
 Oleskan normal salin/disinfektan pada jahitan.
 Tutup dengan kasa steril.
 Pasang plester/hipafix.

Tahap Terminasi
 Buka sarung tangan.
 Merapikan pasien.
 Membereskan alat-alat.
 Berpamitan dengan pasien.
 Mencuci tangan.
 Dokumentasi
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Adams, B., Anwar, J., Wrone, D. A., Alam, M. (200).
Techniques for cutaneous sutured closures: variants and
indications. Semin Cutan Med Surg, 22(4):306-16.
 Brown, John Stuart. (1995). Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
 Reksoprodjo, S. (2000).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
Binarupa Aksara.
 Richey, M,. L., &Roe, S. C. (2005). Assessment of knot
security in continuous intradermal wound closures. J Surg
Res, 123(2):284-8.
 Schwartz, Seymourl. (1994). Principles of Surgery2 Vol.10th
ed. New York: Mc-Graw Hill Publishing Company.
 Sjamsuhidajat R., &De Jong, W. (editor). (1997).Buku Ajar
Ilmu BedahEdisi Revisi.
 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
AFF HECTING (MENGANGKAT
JAHITAN)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Mengangkat Jahitan (Aff Hecting/ Hecting Up) adalah satu
tindakan melepaskan jahitan yang biasanya dilakukan hari ke 5-7
(atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).
2. Tujuan  Untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan.
 Untuk mencegah infeksi.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur ALAT DAN BAHAN


 Set angkat jahitan steril (pinset anatomis, kasa steril, dan lidi
kapas)
 Kasa steril tambahan atau bantalan penutup (kalau perlu)
 Handscoen
 Kapas alkohol
 Bengkok
 Korentang steril
 Kantong plastik tempat sampah
 Perlak/pengalas

TAHAP KERJA

 Menjaga privasi pasien.


 Meletakkan perlak dibawah luka.
 Mengatur posisi yang nyaman dan tepat untuk perawatan
luka.
 Memakai handscoen.
 Membuka plester dan membuka balutan secara hati-hati, bila
susah basahi plester dengan alkohol.
 Membersihkan luka dengan NaCl.
 Memegang vinset anatomis dengan tangan yang tidak
dominan dan gunting pada tangan yang dominan.
 Mengangkat simpul benang dengan vinset dan memasukkan
ujung gunting disela-sela antara benang dengan kulit.
 Menggunting benang jahitan dan tarik secara perlahan-lahan.
 Menggunting sisa benang yang ada dengan prosedur yang
sama satu-persatu, sambil diobservasi adanya luka jahitan
yang masih belum tertutup.
 Membersihkan luka kembali dengan cairan NaCl dan berikan
antiseptic/bethadine.
 Menutup luka dengan kasa steril, lalu fiksasi dengan plester.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Adams, B., Anwar, J., Wrone, D. A., Alam, M. (200).
Techniques for cutaneous sutured closures: variants and
indications. Semin Cutan Med Surg, 22(4):306-16.
 Brown, John Stuart. (1995). Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
 Reksoprodjo, S. (2000).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
Binarupa Aksara.
 Richey, M,. L., &Roe, S. C. (2005). Assessment of knot
security in continuous intradermal wound closures. J Surg
Res, 123(2):284-8.
 Schwartz, Seymourl. (1994). Principles of Surgery2 Vol.10th
ed. New York: Mc-Graw Hill Publishing Company.
 Sjamsuhidajat R., &De Jong, W. (editor). (1997).Buku Ajar
Ilmu BedahEdisi Revisi.
 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
PEMBERIAN OKSIGEN
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Pemberian oksigen adalah suatu kegiatan memberikan oksigen
ke dalam paru- paru melaluisaluranpernapasan dengan
menggunakan alat khusus sesuai kebutuhan.
Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa
upaya pengobatan dengan pemberian oksigen untuk mencegah
atau memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan
oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara
meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem respirasi,
meningkatkan daya angkut oksigen ke dalam sirkulasi dan
meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen ke jaringan.
2. Tujuan 1. Untuk mengatasi hipoksemia/hipoksia.
2. Sebagai tindakan pengobatan.
3. Untuk mempertahankan metabolisme.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


o Oksigen device yang dibutuhkan sesuai order dokter (tabung
oksigen/port oksigen central, kanul/mask/venture beserta
selang oksigen, humidifier dan air steril, oksigen flowmeter).

Tahap Pra Interaksi


o Melakukan verifikasi data dan program pengobatan pasien.
o Mencuci tangan.
o Mempersiapkan dan menempatkan alat di dekat pasien.

Tahap Orientasi
o Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
o Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien.
o Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.

Tahap Kerja
o Memosisikan pasien semifowler atau fowler.
o Menghubungkan antara selang oksigen dengan
kanul/mask/venture ke tabung oksigen atau port oksigen
central.
o Cek fungsi dari slowmeter dengan memutar pengatur
konsetrasi oksigen & mengamati adanya gelembung udara
dalam humidifier.
o Mengecek aliran udara pada kanul/mask/venturidengan cara
merakan ke punggung tangan perawat.
o Memasang kanul/mask/venture ke pasien dan atur pengikat
dengan benar, janganlah terlalu kencang & jangan sampai
terlalu kendur.
o Atur aliran oksigen sesuai dengan program yang telah
ditentukan.

Tahap Terminasi
o Berpamitan dengan pasien.
o Mencuci tangan.
o Dokumentasi keperawatan.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Butterworth, J. F., Mackey, D. C., Wasnick, J. D., Morgan &
Mikhail’s. (2013). Clinical Anesthesiology.Edisi V. New York:
McGraw-Hill Companies.
 Fishman, A. P., Elias, J. A., Fishman, J. A., Grippi, M. A.,
Senior, R. M., Pack, A. I. Fishman’s. (2008). Pulmonary
Diseases and Disorders. Edisi IV. New York: McGraw-Hill
Companies.
 Guyton, A. C& Hall, J. E. (2006). Textbook of Medical
Physiology. Edisi XI. Philadel- phia: W. B. Saunders Company.
 Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan, M. R. (2002). Petunjuk
Praktis Anestesiologi.
 Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
 Levitzky MG. (2007). Pulmonary Physiology. Edisi VII.
New York. McGraw- HillCompanies.
 Mangku, G &Senapathi, T. G. E. (2017). Buku Ajar Ilmu
Anestesia dan Reanimasi.
 Edisi II. Jakarta: Indeks.
 Rilantono L. I. (2012). Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5
Rahasia. Edisi I. Jakarta: FakultasKedokteran Universitas
Indonesia.
 Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati,
S. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing.
 Widiyanto, B & Yasmin, L. S. (2014). Terapi Oksigen terhadap
Perubahan Saturasi Oksigenmelalui Pemeriksaan Oksimetri
pada Pasien Infark Miokard Akut (IM-A).Prosiding Konferensi
Nasional II PPNI Jawa Tengah. 1(1): 138-43.
TINDAKAN NEBULIZER
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Nebulizer adalah suatu alat yang bisa menyemburkan medikasi
atau agens pelembab seperti agens bronkodilator atau mukolitik
menjadi partikel mikroskopik dan mengirimkannya ke dalam
paru-paru ketika pasien menghirup napas.
Nebulasia dalah cara pengobatan dengan memberi obat untuk
dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai
organ sasaran..
2. Tujuan 1. Mengobati peradangan saluran pernapasan bagian atas
menghilangkan sesak selaput lendir saluran napas bagian
atas sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
2. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
3. Melegakan pernapasan.
4. Mengurangi pembekakan selaput lendir.
5. Mencegah pengeringan selaput lendir.
6. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.
7. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


 Set nebulizer
 Obat bronkodilator
 Bengkok satu buah
 Tisu
 Spuit 5 cc
 Aquades

Tahap Pra Interaksi


 Melakukan verifikasi data dan program pengobatan pasien.
 Mencuci tangan.
 Mempersiapkan dan menempatkan alat di dekat pasien.

Tahap Orientasi
 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien.
 Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
Tahap Kerja
 Mengatur pasien dalam posisi duduk.
 Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set
nebulizer.
 Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran.
 Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik.
 Memasukkan obat sesuai dosis.
 Memasang masker pada pasien.
 Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien napas dalam
sampai obat habis.
 Bersihkan mulut dan hidung dengan tisu.

Tahap Terminasi
 Membereskan alat-alat.
 Berpamitan dengan pasien.
 Mencuci tangan.
 Dokumentasi keperawatan.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  AIP. (2006). SOP Keperawatan. Asosiasi Institusi Pendidikan
D III Keperawatan Jawa Tengah.
 Boe, J., Dennis,J. H., and O’Driscoll,B. R.(2001). European
Respiratory Society Guidelines on the use of nebulizers. Eur
Respir J, 18(1): 228–242.
 Harris, David. (2006). Nebulizer guidelines. United Bristol
Health care. Directorate ofchildren’s services.
 Rasmin, M., Rogayah, R., Wihastuti, R., Fordiastiko.,
Zubaedah., Elsina, S. (2001). Prosedur Tindakan Bidang Paru
dan Pernapasan–Diagnostik dan Terapi. Bagian Pulmonologi
FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
 Setiawati, A., Zunilda S.B., Suyatna FD. (1995). Pengantar
Farmakologi. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna
FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan Terapi.
Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI.
 Supriyatno, B., &Kaswandani, N. (2010). Terapiinhalasi pada
Penyakit Respiratorik.
 EdisiPertama. Jakarta: IDAI..
PENGUKURAN TANDA-TANDA
VITAL (SUHU TUBUH)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian  Pemeriksaan tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh.
 Suatu tindakan pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer untuk mendeteksi adanya perubahan sistem
khususnya metabolisme dalam tubuh.
2. Tujuan Mengetahui rentang suhu tubuh pasien
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


 Termometer air raksa/digital
 Tiga botol berisi larutan sabun, desinfektan dan air bersih
 Sarung tangan
 Tisu
 Vaselin (bila dilakukan melalui rectal)

Pengukuran melalui axilla


 Mengatur posisi pasien.
 Membebaskan axilla dan membersihkan dengan tisu.
 Memeriksa termometer, pastikan pada skala dibawah 35C.
 Memasang reservoir termometer tepat pada tengah axilla.
 Menyilangkan tangan di depan, memegang bahu.
 Mengangkat termometer setelah 10 menit.
 Mengusap termometer dengan tisu ke arah reservoir.
 Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
 Membersihkan termometer: mencelupkan ke dalam air sabun
kemudian usap ke arah reservoir, mencelupkan ke dalam
larutan disinfektan selanjutnya dibersihkan dengan air bersih
dan lap menggunakan tisu.
 Menurunkan air raksa.

Pengukuran melalui rektal


 Menjaga privasi pasien.
 Mengatur posisi pasien.
 Membebaskan tempat pemeriksaan.
 Memeriksa termometer, pastikan pada skala dibawah 35C.
 Oleskan vaselin pada ujung termometer.
 Masukkan dengang perlahan termometer ke dalam anus.
 Keluarkan termometer setelah 2 menit.
 Mengusap termometer dengan tisu ke arah reservoir.
 Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
 Membersihkan termometer: mencelupkan ke dalam air sabun
kemudian usap ke arah reservoir, mencelupkan ke dalam
larutan disinfektan selanjutnya dibersihkan dengan air bersih
dan lap menggunakan tisu.
 Menurunkan air raksa.

Pengukuran melalui telinga


 Mengatur posisi pasien.
 Tarik telinga ke arah luar belakang.
 Masukkan termometer dan tahan alat di telingga pasien.
 Tunggu sampai 2-5 detik kemudia keluarkan termometer.
 Mengusap termometer dengan tisu.
 Membaca dan mencatat hasil pengukuran.

5. Unit terkait - Ruangan UGD


6. Referensi  AIP. (2006).SOP Keperawatan. Semarang: Asosiasi Institusi
Pendidikan D III Keperawatan Jawa Tengah
 Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC
 Hidayat, A. aziz Alimul, &Musrifatul Uliyah. (2004).Buku Saku
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
 K. WP, M. CR, S. AW, et al. (2017) ACC/AHA/AAPA
 /ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA Guideline for
the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of
High Blood Pressure in Adults: A Report of the American
College of Cardiology/American Heart Association Task Force
on Clinical Practice Guidelines. Hypertension. 2018;71(6):e13-
e115. doi:10.1161/HYP.0000000000000065
 Perry, A. G & Potter, P. A (2005). Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik.Jakarta: EGC
 Tamsuri, Anas.(2008). Asuhan Keperawatan Pasien
Gangguan Pernapasan.Jakarta:EGC
 Whaley dan Wong. (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik
edisi 2, Jakarta: EGC
PENGUKURAN TANDA-TANDA
VITAL (DENYUT NADI)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian  Pemeriksaan tanda vital adalah suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh.
 Pemeriksaan denyut nadi merupakan pemeriksaan pada
pembuluh nadi atau arteri, dengan cara menghitung
kecepatan/loncatan aliran darah yang dapat teraba pada
berbagai titik tubuh melalui perabaan. Pemeriksaan nadi
dihitung selama satu menit penuh, meliputi frekuensi,
keteraturan dan isi. Selain melalui perabaan dapat juga
diperiksa melalui stetoskop..
2. Tujuan  Mengetahui keadaan umum pasien.
 Mengetahui integritas sistem kardiovaskuler.
 Mengetahui jumlah denyut nadi dan karakteristik denyutan.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


 Arloji tangan dengan jarum detik atau stopwatch.

Tahap Kerja
 Mengatur posisi pasien.
 Menentukan lokasi nadiyang akan diukur.
 Meraba denyut nadi dengan 2 jari (telunjuk dan tengah).
 Menghitung nadi sekurang-kurangnya ½ menit, dan 1 menit
untuk pasien aritmia dan pasien anakdengan menggunakan
jam.

5. Unit terkait - Ruangan UGD


6. Referensi  AIP. (2006).SOP Keperawatan. Semarang: Asosiasi Institusi
Pendidikan D III Keperawatan Jawa Tengah
 Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC
 Hidayat, A. aziz Alimul, &Musrifatul Uliyah. (2004).Buku Saku
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
 Tamsuri, Anas.(2008). Asuhan Keperawatan Pasien
Gangguan Pernapasan.Jakarta:EGC
 Whaley dan Wong. (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik
edisi 2, Jakarta: EGC
PENGUKURAN TANDA-TANDA
VITAL (PERNAPASAN)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Suatu tindakan menghitung jumlah/frekuensi pernapasan, ke
dalaman dan irama gerakan ventilasi (jenis/sifat pernapasan)
pada saat inspirasi yang diikuti ekspirasi dalam satu menit penuh.
2. Tujuan  Mengetahui keadaan umum pasien.
 Mengetahui jumlah dan jenis pernapasan.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


 Arloji tangan dengan jarum detik atau stopwatch.
 Steroskop.

Tahap Kerja
 Mengatur posisi pasien.
 Manual: Meletakkan lengan pasien pada posisi rileks
menyilang abdomen ataudada bagian bawahnya, atau
tempatkan tangan pemeriksa langsung pada abdomen atas
pasien.
 Dengan menggunkan stetoskop: letakkan stetoskop pada
abdomen, lalu hitung dan dengarkan pernapasan.
 Hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan 2 bila irama
teratur. Apabila respirasi tidak teratur hitung satu menit penuh.
 Catat jumlah dan tipe pernapasan.

5. Unit terkait - Ruangan UGD


6. Referensi  AIP. (2006).SOP Keperawatan. Semarang: Asosiasi Institusi
Pendidikan D III Keperawatan Jawa Tengah
 Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC
 Tamsuri, Anas.(2008). Asuhan Keperawatan Pasien
Gangguan Pernapasan.Jakarta:EGC
 Whaley dan Wong. (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik
edisi 2, Jakarta: EGC
PENGUKURAN TANDA-TANDA
VITAL (TEKANAN DARAH)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta
kekentalan (viskositas) darah. Pemeriksaan tekanan darah
merupakan suatu tindakan melakukan pengukuran tekanan
darah, yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer,
menggunakan Sphygmomanometer.
2. Tujuan  Mengetahui keadaan umum pasien
 Menilai sistem kardiovaskular/keadaan hemodinamik pasien
(curah jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan
viskositas, dan elastisitas arteri).
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


 Stetoskop
 1 Set Spigmomanometer

Tahap Kerja
 Mengatur posisi pasien (berbaring atau duduk).
 Membebaskan lengan pasien dari baju.
 Memasang manset di lengan atas 2 jari (2,5 cm) di atas
branchialis, selang sejajar arteri brachiallis.
 Hitung estimasi sistolik pasien engan cara: Palpasi arteri
radialis, kemudian pompa manset sampai tidak teraba
denyutan arteri.
 Raba denyut arteri brachialis kemudian gunakan stetotoskop
dan tempatkan tepat pada arteri branchialis.
 Pompa manset hingga 30 mm dari estimasi sistolik
pengukuran sebelumnya.
 Membuka sekrup balon perlahan-lahan sambil melihat
turunnya air raksa/jarum dan dengarkan bunyi denyut pertama
(systole) hingga bunyi terakhir (diastole), sampai tekanan nol.
 Mengunci air raksa, dan melepas manset.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC
PERAWATAN LUKA BAKAR
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Perawatan luka bakar adalah suatu tindakan untuk merawat luka
pada kulit akibat terbakar atau karena reaksi hipersensitivitas
yang menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit
2. Tujuan  Untuk memberisikan luka dan merawat jaringan kulit yang
terbakar.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


 Bak instrumen yang berisi: Pinset anatomi, Pinset chirurgis,
Gunting debridemant, Kassa steril, Kom: 3 buah
 Spuit 5 cc atau 10 cc
 Sarung tangan
 Gunting plester
 Plester
 Disenfektan
 NaCl 0,9%
 Bengkok: 2 buah, 1 buah berisi larutan disenfektan
 Verband
 Obat luka sesuai kebutuhan

Tahap Kerja
 Menjaga privasi pasien.
 Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas.
 Memakai sarung tangan.
 Membuka balutan dengan hati-hati bila sulit basahi dengan
NaCl.
 Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl.
 Melakukan debridement bila terdapat jaringan nekrotik (bila
ada bulla jangan dipecah tapi dihisap dengan spuit steril).
 Mengeringkan luka dengan menggunakan kassa steril.
 Memberikan obat topikal sesuai order pada luka.
 Mentup luka dengan dressing khusus luka bakar (bila ada)
atau menggunakan kassa steril.
 Memasang verband dan diplester.

5. Unit terkait - Ruangan UGD


6. Referensi  Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC
PEMERIKSAAN RUMPLE LEED /
TOURNIQUET TEST
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Rumple leed adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan
melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 2-5
menit untuk uji diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi
trombosit. Rumple leed test adalah salah satu cara yang paling
mudah dan cepat untuk menentukan apakah terkena demam
berdarah atau tidak.
2. Tujuan  Untuk mengetahui ketahanan/kerapuhan dinding pembuluh
darah.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


 Tensimeter
 Penggaris dan Alat tulis

Tahap Kerja
 Posisikan pasien baring.
 Mengukur tekanan darah pasien.
 Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan (MAP
atau MABP).

2 (diastole) + sistole = x mmHg


3

 Memompa kembali mansetnya pada batas x mmHg dan


mempertahankan selama 2-5 menit.
 Perhatikan timbulnya petekie pada kulit di bawah lengan
bawah bagian medial pada sepertiga proximal.
 Baca hasil tes apakah positif/negative (Uji dinyatakan positif
apabila pada 1 inci persegi (2.8 x 2.8 cm) didapat lebih dari 10
atau lebih petekie).
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC
IRIGASI TELINGGA
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Irigasi Telinga adalah proses pembilasan saluran telinga
eksternal dengan air steril atau saline steril. Irigasi telinga adalah
suatu cara untuk membersihkan dan/atau mengeluarkan benda
asing dari dalam telinga..
2. Tujuan  Irigasi telinga bertujuan untuk mengobati pasien yang
mengeluh benda asing atau cerumen (lilin telinga) impaksi.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


 Spuit/irigator
 Air hangat suhu 370C
 Bengkok
 Handuk
 Lampu kepala
 Otoskop
 Sarung tangan
 Termometer
 Kapas/kassa
 Perlak

Tahap Kerja
 Pakai sarung tangan.
 Kaji dan periksa telinga dengan menggunakan otoskop.
 Pasang lampu kepala.
 Atur posisi pasien tidur agak miring atau duduk tegak dengan
kepala miring dengan posisi telinga yang akan dirawat di
bagian atas.
 Meletakan perlak kemudian handuk di sekitar bahu dan
letakan bengkok di bawah telinga.
 Isikan cairan irigasi ke dalam spuit/irigator, cairan disesuaikan
dengan temperatur tubuh, cek dengan pergelangan tangan
bagian dalam/gunakan termometer.
 Masukan cairan ke dalam telinga (Daun telinga ditarik ke
belakang, semprotkan cairan secara perlahan).
 Atur posisi miring dengan posisi telinga yang dirawat berada
di bawah untuk membantu pengeluaran cairan.
 Setelah irigasi, inspeksi kanal telinga untuk melihat kemajuan
dari tindakan atau cek cairan irigasi yang keluar dari serumen
atau benda- benda asing.
 Ulangi irigasi sesuai kebutuhan, istirahatkan pasien di antara
irigasi.
 Keringkan telingan dengan kapas, taruh kapas 5-10 menit
untuk absorb dari kemungkinan lembab.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Anonim. (2013). Sumbatan di Telinga Luar. Internet.
Available: http://m.medicastore.com/index.php?
mod=penyakit&id=3330
 Lotterman, S., &Sohal, M. (2019). Ear Foreign Body
Removal.. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/
 Loveman, E., Gospodarevskaya, E., Clegg, A., Bryant, J.,
Harris, P., Bird, A., … Coppin,
 R. (2011). Ear wax removal interventions: a systematic
review and economic evaluation. The British journal of
general practice : the journal of
 the Royal College of General Practitioners, 61(591), e680–
e683. doi:10.3399/bjgp11X601497
 Schumann, J. A., Pfleghaar, N. (2019). Ear Irrigation.. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2019 Jan-.Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459335/
 Sulaifi, F. (2013). Benda Asing di Telinga.
Internet. Available:
http://rumahusahaku.wordpress.com/2012/09/07/benda-
asing-di- telinga/
 Wright T. (2015). Ear wax. BMJ clinical evidence, 2015,
0504.
PEMBERIAN INJEKSI (IC, SC, IV,IM)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :4
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan tubuh
dengan menggunakan spuit dan jarum
2. Tujuan  Agar penyerapan obat cepat.
3. Kebijakan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur ALAT DAN BAHAN


a. spuit disposable 1 cc / spuit insulin ( Intra Kutan )
b. Spuit disposable 3 cc / 5 cc/ 10 cc
c. kapas alcohol
d. sarung tangan
e. kikir ampul dan obat ampul
f. Obat vial dan Cairan pelarut
g. Bak injeksi
h. Bengkok
i. Perlak dan alasnya
j. Korentang

TAHAP KERJA

1. Pemberian obat melalui intrakutan


 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik
aseptic , mencuci tangan
 Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan
 Memasang perlak / pengalas pada bawah daerah yang akan
dilakukan injeksi intrakutan.
 Memasang sarung tangan.
 Mengambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian
larutkan / encerkan dengan Aguadest ( cairan pelarut ), ambil
0,5 cc dan encerkan lagi sampai 1 cc , lalu siapkan pada bak
steril ( bak injeksi ).
 Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan
kapas alcohol.
 Menegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik
/ diinjeksi.
 Melakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke
atas membentuk sudut 15 – 20 derjat terhadap permukaan
kulit.
 Menyemprotkan obat hingga terjadi gelembung.
 Menarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
 Mencatat reaksi pemberian
 Membereskan alat –alat.
 Membuka sarung tangan
 Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
 Mendokumentasikan prosedur pemberian obat atau tes alergi
dan respon klien.

2. Pemberian obat melalui subkutan


 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik
aseptic dengan 6 prinsip pemberian obat benar.
 Mencuci tangan
 Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan.
Bebaskan daerah suntikan bila klien menggunakan pakaian
berlengan
 Memasang sarung tangan
 Mengambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang
akan diberikan . kemudian tempatkan pada bak injeksi
 Desinfeksi dengan kapas alcohol
 Menegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan
suntikan subcutan
 Melakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap
keatas membentuk sudut 45 derjat terhadap permukaan kulit
 Melakukan aspirasi , nbila tidak ada darah semprotkan obat
perlahan hingga habis
 Menarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol, spuit bekas
suntikkan dimasukkan ke dalam bengkok
 Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
 Mencatat prosedur pemberian obat dan respon klien

3. Pemberian obat melalui intra vena


 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik
aseptic, membaca etiket obat dan dosis obat sesuai 6 prinsip
pemberian obat benar.
 Mencuci tangan
 Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan dengan
cara membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan
dengan menyingsingkan lengan
 Mengambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai
dengan takaran / dosis yang akan diberikan . Bila obat dalam
sediaan bubuk makan larutkan dengan cairan pelarut
( aquades steril ) .Tempatkan obat yang telah diambil pada
bak injeksi
 Memasang perlak / pengalas di bawah vena yang akan
dilakukan penyuntikan
 Melakukan pengikatan dengan karet pembendung pada
bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau
minta bantuan untuk membendung vena diatas area yang
akan dilakukan penyuntikan
 Memasang sarung tangan.
 Desinfeksi dengan kapas alcohol.
 Melakukan penusukkan dengan lubang jarum menghadap
keatas dengan dengan memasukkan ke pembuluh darah.
 Melakukan aspirasi bila sudah ada darah.
 Melepaskan karet membendung dan langsung
menyemprotkan obat hingga habis.
 Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan
penekanan pada daerah dengan kapas alcohol . Masukkan
spuit yang telah digunakan ke dalam bengkok
 Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
 Mencatat prosedur dan reaksi pemberian obat

4. Pemberian obat melalui intra vena ( bolus )


 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik
aseptic, membaca etiket obat dan dosis obat sesuai 6 prinsip
pemberian obat benar.
 Mencuci tangan
 Memasang sarung tangan.
 Mengambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai
dengan takaran / dosis yang akan diberikan . Bila obat dalam
sediaan bubuk makan larutkan dengan cairan pelarut
( aquades steril ) .Tempatkan
 obat yang telah diambil pada bak injeksi
 Observasi tempat pemasangan infuse terhadap plebitis jika
tidak ada plebitis dan jalan infuse masih lancar
 Memasang perlak / pengalas di bawah vena yang akan
dilakukan penyuntikan ( pada daerah pemasangan infuse)
 Turunkan drak infuse sehingga tetesan infuse terhenti.
 Desinfeksi daerah infuse yang akan diinjeksi
 Melakukan penusukkan dengan lubang jarum menghadap
keatas pada tempat injeksi pada infuse set.
 Menyemprotkan obat hingga habis dengan pelan-pelan
 Setelah obat habis, tarik spuit dan desinfeksi daerah
tempat injeksi pada infuse set dengan kapas alcohol .
Masukkan spuit yang telah digunakan ke dalam bengkok
 Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
 Mencatat prosedur dan reaksi pemberian obat

5. Pemberian Obat Intra Muskular


 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Cuci tangan , pasang sarung tangan .
 Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis,
kemudian letakkan dalam bak injeksi
 Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan
( lokasi paha ( vaskus lateralis ) , ventrogluteal
( pasien harus berbaring miring , dorsogluteal
( pasiewn harus telungkup , lengan atas ( deltoid ).
 Desinfektan dengan kapas alcohol
 Lakukan penyuntikan :
 Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara meminta
klien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi
 Pada ventrogluteal dengan cara meminta klien miring ,
telengkup atau telentang dengan lutut dan panggul pada
sisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi
 Pada dorsogluteal dengan meminta klen untuk telungkup
dengan lutut diputar kea rah dalam atau miring dengan
lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan
tungkai bawah
 Pada deltoid ( lengan atas ) dengan meminta klien untuk
duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi
 Lakukan penusukan dengan jarum posisi tegak lurus
 Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi spuit bila tidak ada
darah semprotkan obat secara perlahan hingga habis.
 Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan
daerah penyuntikan dengan kapas alcohol , kemudian spuit
yang telah digunakan diletakkan di bengkok
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
 Catat prosedur dan reaksi pemberian.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Anonim. (2013). Sumbatan di Telinga Luar. Internet.
Available: http://m.medicastore.com/index.php?
mod=penyakit&id=3330
 Lotterman, S., &Sohal, M. (2019). Ear Foreign Body
Removal.. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459136/
 Loveman, E., Gospodarevskaya, E., Clegg, A., Bryant, J.,
Harris, P., Bird, A., … Coppin,
 R. (2011). Ear wax removal interventions: a systematic
review and economic evaluation. The British journal of
general practice : the journal of
 the Royal College of General Practitioners, 61(591), e680–
e683. doi:10.3399/bjgp11X601497
 Schumann, J. A., Pfleghaar, N. (2019). Ear Irrigation.. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2019 Jan-.Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459335/
 Sulaifi, F. (2013). Benda Asing di Telinga.
Internet. Available:
http://rumahusahaku.wordpress.com/2012/09/07/benda-
asing-di- telinga/
 Wright T. (2015). Ear wax. BMJ clinical evidence, 2015,
0504.
PASIEN RAWAT INAP SELAMA MASA
PANDEMI COVID 19
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian  Pasien yang telah melewati waktu observasi dan belum
mengalami perubahan atau perbaikan yang maksimal
sehingga harus menjalani perawatan lebih lama di
Puskesmas. Keputusan rawat inap ditentukan oleh dokter dan
disetujui oleh pasien.
 Masa pandemi covid 19 adalah periode sejak ditetapkannya
Covid 19 sebagai bencana non-alam oleh Presiden RI sampai
aturan tersebut dicabut.
2. Tujuan  Sebagai acuan untuk penerimaan pasien rawat inap di
Puskesmas Kampung Baru
3. Kebijakan  SK Kepala Puskesmas Kampung Baru No
02/445.PKM-KB/A.I/II/2020 tentang Jenis-jenis Pelayanan di
UPTD Puskesmas Kampung Baru
 SK Kepala Puskesmas Kampung Baru
No.25/445.PKM-KB/A.I/II/2020 tentangPenetapan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Selama Pandemi COVID-19 di
UPTD Puskesmas Kampung Baru
4. Prosedur PROSEDUR

 Dokter memberikan instruksi rawat inap kepada pasien


 Petugas menyiapkan lembar administrasi rawat inap.
 Petugas menjelaskan peraturan dan tata tertib di ruang rawat
inap Puskesmas Kampung Baru.
 Petugas menjelaskan dan meminta keluarga pasien untuk
menandatangani Inform Consent baik persetujuan ataupun
penolakan rawat inap apabila pasien tidak bersedia mematuhi
tata tertib di ruang rawat inap.
 Petugas melakukan skrining Covid 19 dan pemeriksaan
antigen kepada semua pasien sebelum pindah ke ruang rawat
inap tanpa terkecuali. Jika hasil pasien positif, pasien akan
dirujuk ke Pusat Pelayanan Perawatan Covid 19 Kabupaten
Banggai.
 Petugas menyiapkan ruang rawat inap.
 Pasien dipindahkan ke ruang rawat inap.
 Pendamping pasien selama perawatan hanya 1 orang.
 Pengunjung pasien tidak diperbolehkan masuk ke ruang rawat
inap.
 Selain pasien, anak dibawah usia 12 tahun tidak
diperbolehkan untuk berkunjung.
 Jika disaat perawatan pasien mengalami gejala yang
mengarah pada gejala Covid 19, pasien akan dilakukan
pemeriksaan kembali dan dirujuk ke Pusat Pelayanan
Perawatan Covid 19 Kabupaten Banggai.
 Dokter mengevaluasi hasil perawatan, dan menentukan
kepulangan atau rujukan pasien berdasarkan prosedur
pemulangan dan rujukan rawat inap pasien.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  KEPPRES NO. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana
Nonalam Penyebaran Covid 19 sebagai bencana nasional
 SK Menkes RI No.HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang
pedoman pencegahan dan pengendalian Covid 19
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
PADA ANAK
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian  Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 o C) akibat dari
suatu proses ekstra kranial. Kejang berhubungan dengan
demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab lain.
2. Tujuan  Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk mengatur tatacara
melakukan penanganan penderita kejang demam agar tidak
terjadi kerusakan otak lebih lanjut dan tidak terjadi kejang
berulang.
3. Kebijakan  Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur 1. Persiapan Alat


 Tempat tidur
 Termometer
 Stetoskop
 Timbang Badan
 Stesolid 5mg/10mg, inj. diazepam
 Spatel lidah

2. Cara Kerja
 Tindakan awal adalah melakukan tindakan standar
kedaruratan berupa ABC, oksigenasi dan penilaian tanda
vital
 Pasien ditempatkan pada posisi semi prone dengan kepala
diletakkan menghadap samping untuk menghindari
aspirasi
 Diberikan spatel lidah yang diletakkan dalam rongga mulut
untuk mencegah tergigitnya lidah
 Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya
adalah dengan:
a. Pemberian diazepam rektal dengan dosis 0,5-0,75
mg/kgBB atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg dan diazepam
rektal 10 mg utk anak dengan dengan berat badan
diatas 10 kg. Atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak
diatas usia 3 tahun
b. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum
berhenti, dapat diberikan dosis yang sama dengan jeda
5 menit sambil mencari akses intravena
c. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih
tetap kejang, dianjurkan dirujuk ke rumah sakit. Dapat
diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kg.
 Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak
keluarga mengatasi pengalaman menegangkan akibat
kejang demam dengan memberikan informasi mengenai :
a. Prognosis dari kejang demam umumnya baik
b. Memberitahukan cara penanganan kejang
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang
efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat
 Kriteria rujukan :
a. Kejang tidak berhenti setelah pemberian obat
antikonvulsan
b. Kejang demam sering berulang disarankan
pemeriksaan EEG.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014, Konsensus
penatalaksanaan kejang demam 2014
PENATALAKSANAAN SYOK
ANAFILAKTIK
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :3
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian  Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi
darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolism jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat
tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume
darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor
penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan
kompensasi maka akan terjadi syok.
 Anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana yang
berarti jauh dan phylaxis yang berarti perlindungan. Secara
harfiah artinya adalah menghilangkan perlindungan
Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat dan
dapat menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba segera
setelah terpapar oleh allergen atau pencetus lainnya.
 Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari
anafilaksis dan merupakan bagian dari syok distributif yang
ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat vasodilatasi
mendadak pada pembuluh darah dan disertai kolaps pada
sirkulasi darah yang menyebabkan terjadinya sinkop dan
kematian pada beberapa pasien.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menerapkan langkah-langkah dalam
penanganan syok anafilaktik dalam rangka peningkatan mutu
kinerja di Puskesmas Kampung Baru.
3. Kebijakan  Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Pada renjatan yang berat (syok anafilaktik), penatalaksanaan


pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan sirkulasi yang
adekuat, dan memberikan ventilasi yang bagus, dan bila
mungkin dilakukan upaya pencegahan

1. Tindakan Segera
 Tindakan pertama yang paling penting dilakukan
menghadapi pasien dengan syok anafilaktik adalah
mengidentifikasi dan menghentikan kontak dengan alergen
yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis.
 Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki
diangkat lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran
darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung
dan menaikkan tekanan darah.
 Selanjutnya dilakukan penilaian airway, breathing dan
circulation dari tahapan resusitasi jantung paru untuk
memberikan kebutuhan bantuan hidup dasar.
 Airway, penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga
teap bebas agar tidak ada sumbatan sama sekali.
 Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher
diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan
napas, yaitu dengan melakukan triple airway maneuver
yaitu ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka
mulut.
 Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus
segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi
endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi. Breating
support, segera memberikan bantuan napas buatan bila
tidak ada tanda-tanda bernapas spontan, baik memalui
mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
 Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau
parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas
total atau parsial.
 Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial,
selain ditolong dengan obat- obatan, juga harus diberikan
bantuan napas dan oksigen 5-10 liter/menit. Circulation
support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung
luar.

2. Pemberian Obat-Obatan
 Obat pilihan pertama untuk mengobati syok anafilaktik
adalah adrenalin. Obat ini berpengaruh untuk
meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh
darah, melebarkan bronkus dan meningkatkan aktivitas
otot jantung.
 Pengobatan tambahan dapat diberikan pada penderita
anafilaksis, obat-obat yang sering dimanfaatkan adalah
antihistamin, kortikosteroid, dan bronkodilator.

3. Pencegahan
 Pencegahan merupakan langkah terpenting dalam
penatalaksanaan syok anafilaktik terutama yang
disebabkan oleh obat-obatan. Melakukan anamnesis
riwayat alergi penderita dengan cermat akan sangat
membantu menentukan etiologi dan faktor risiko
anafilaksis. Individu yang mempunyai riwayat penyakit
asma dan orang yang mempunyai alergi terhadap banyak
obat, mempunyai resiko lebih tinggi terhadap kemungkinan
terjadinya syok anafilaktik.
 Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu
diperhatian bahwa tes kulit negative pada umumnya
penderita dapat mentoleransi pemberian obat-obat
tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak akan
mengalami reaksi anafilaksis.
 Dalam pemberian obat juga harus berhati-hati, encerkan
obat bila pemberian dengan jalur subkutan, intradermal,
intramuscular ataupun intravena dan observasi selama
pemberian.
 Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat
dan tepat.
 Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok
anafilaktik.
 Catat obat penderita pada status yang menyebabkan
alergi.
 Jelaskan kepada penderita supaya menghindari makanan
atau obat yang menyebabkan alergi.
 Hal yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat
penawar untuk mengantisipasi reaksi anafilaksis serta
adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.
 Desensitisasi alergen spesifik adalah pencegahan untuk
kebutuhan jangka panjang.
5. Unit terkait - Ruangan UGD
6. Referensi  Stephen FK, 2011, Anaphylaxis, Medscape. Available from
URL: http://emedicine.medscape.com
 Anonym, 2011, Anaphylaxis. Available from URL:
http://en.wikipedia.org/wiki/Anaphylaxis
 Neugut AI, Ghatak AT, Miller RL, 2001, Anaphylaxis in the
United States, An Investigation Into Its Epidemiology, Arch
Intern Med, Page 161:15-21
 Johnson RF, Peebles RS, 2011, Anaphylaxis Syok:
Pathopysiology, Recognition and Treatment, Medscape,
Available from URL:
http://www.medscape.com/viewarticle/497498
 Ewan, PW, 1998, Anaphylaxis, ABC Allergies, BMJ, Vol 316,
Page 1442- 1445
EKSTRAKSI KUKU
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS
KAMPUNG
BARU Indrawati R. Laamiri, SKM
NIP. 19801112 200502 2 005
1. Pengertian Ekstraksi kuku (Rosser Plasty) adalah suatu Tindakan
pengangkatan sebagian atau seluruh bagian kuku yang tumbuh
kearah dalam (ingrown toenail removal) berikut matrik tunasnya,
dilanjutkan reposisi jaringan lunak tepi kuku.
2. Tujuan mampu mengangkat kuku yang tumbuh ke arah dalam.
3. Kebijakan  Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Kampung Baru Tentang Pelayanan Klinis Nomor:

4. Prosedur Alat dan Bahan


- Pegangan scalpel
- Scalpel no 10
- Pinset anatomis
- Pinset chirurgis
- Needle holder
- Gunting lancip-lancip bengkok (bila diperlukan)
- Gunting lancip-tumpul (bila diperlukan)
- Benang jahit (bila diperlukan)
- Drape steril (bila diperlukan)
- Klem mosquito
- Klem kocher.

Teknik Pemeriksaan
1. Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan
prosedurnya.
2. Pada tindakan ada 3 pilihan terapi, tergantung dengan
kesembuhan pada setiap tahap:
1. Tahap 1
 Rawat paronikia secara konservatif dengan soda
baths.
 Kurangi tekanan pada kuku dengan mengisi alur
pada lengkungan kuku dengan kasa kecil atau
kapas.
 Lakukan seperti ini dalam 3 bulan.
2. Tahap 2
 Ekstraksi kuku dan pada tahap berikutnya, eksisi
bagian yang ada pus untuk mengeluarkan pus atau,
 Ekstraksi kuku parsial diikuti dab dengan phenol 80%
dalam air dan dicuci dengan alkohol 70%.
3. Tahap 3
 Ekstraksi kuku parsial diikuti dab dengan phenol 80%
dalam air dan dicuci dengan alkohol 70%.
 Eksisi bagian yang ada pus untuk mengeluarkan pus.

Analisis Hasil Pemeriksaan


1. Penyebab kuku yang tumbuh ke dalam sering karena
perawatan kuku yang tidak benar
- Ujung dari kuku dipotong terlalu pendek
- Tekanan lokal akibat sepatu yang sempit
- Hiperhidrosis juga menyebabkan kuku tumbuh ke arah
dalam.
2. Ada 3 stadium:
- Kemerahan dengan nyeri di ujung kuku (paronikia)
- Adanya pus yang muncul di bawah kuku
- Timbulnya jaringan granulasi di dinding kuku (granuloma)
3. Pengobatan dengan phenol kontraindikasi untuk pasien
dengan sirkulasi perifer yang buruk
5. Unit terkait  Ruangan UGD
6. Referensi  Stapert J, Kunz M. Skills in Medicinie: Minor Surgery.
Mediview: Maastricht University, Netherlands, 2009, p 33-34.
 Panduan keterampilan klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
primer, 2017

Anda mungkin juga menyukai