Anda di halaman 1dari 20

SOP RUJUKAN PASIEN

No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST,M.KM
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Pasien Dirujuk adalah pasien yang atas pertimbangan dokter / perawat / bidan
memerlukan pelayanan di RS baik untuk diagnostik penunjangatau terapi.

2. Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan pengantaran rujukan sampai rumahsakit tujuan


dengan cepat dan aman

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Prosedur a. Petugas IGD menyatakan Pasien memerlukan Rujukan


b. Petugas IGD menyampaikan dan menjelaskan serta meminta persetujuan keluarga
pasien untuk dirujuk
c. Petugas IGD membuat Surat Rujukan
d. Petugas IGD mempersiapkan kesiapan pasien dan petugas IGD menhubungi Sopir
Ambulans
e. Sopir menyiapkan ambulans, dan saat ambulans siap, sopir menghubungi petugas
IGD bahwa ambulans sudah siap
f. Petugas IGD mendampingi dan mengantarkan pasien ketempat tujuan dengan
ambulans
g. Setelah mengantarkan pasien kerumah sakit, petugas IGD Kembali ke Puskesmas
dan menulis Laporan Kegiatan pada buku kegiatan UGD.
SOP ALUR PELAYANAN PASIEN
GAWAT DARURAT
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST,M.KM
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Alur pelayanan gawat darurat adalah merupakan urutan proses pasien
mendapatkan pelayanan Gawat Darurat
2. Tujuan Sebagai acuan / pedoman pasien mendapatkan pelayanan gawat darurat
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Prosedur a. Pasien menuju Instalasi Gawat Darurat (Jika Kondisi Pasien Gawat
Darurat / Diluar Jam Pelayanan Puskesmas)
b. Pasien / Keluarga mendaftar diloket pendaftaran sesuai jenis
kunjungan pasien
c. Petugas melakukan pemeriksaan kepada pasien apabila bisa
ditangani atau tidak
d. Jika pasien tidak dapat ditangani maka pasien akan dirujuk ke
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut
e. Setelah Pasien mendapatkan pelayanan Kesehatan di IGD dan tidak
dianjurkan Rawat Inap maka pasien selanjutnya menuju Ruang
Apotik untuk mengambil obat yang diresepkan oleh dokter
f. Pasien Pulang
SOP PELAYANAN PERAWATAN
LUKA PASIEN
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :1/2
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST,M.KM
NIP 19790820 200604 2 026
5. Pengertian Mengganti balutan atau verban adalah suatu tindakan keperawatan
untuk mengganti perban perawatan luka untuk mencegah infeksi dengan
cara mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.
6. Tujuan a. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan
dapat menjaga kebersihan luka
b. Melindungi luka dari kontaminasi
c. Dapat menolong hemostasis (bila menggunakan elastis verban)
d. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
e. Menurunkan pergerakan dan trauma
f. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
7. Kebijakan a. Pada balutan yng sudah kotor
b. Pada penderita yang lukanya akan diperiksa oleh dokter atau akan
diberi obat kompres yang baru.
1. Peralatan a. Alat-alat steril
1) Pinset anatomis 1 buah
2) Pinset sirugis 1 buah
3) Gunting bedah/ jaringan 1 buah
4) Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
5) Kassa desinfektan dalam kom tertutup
6) Sarung tangan (Handschoon) 1 pasang
7) Korentnag/ forcep
a. Alat-alat non steril
1) Gunting verban 1 buah
2) Plester
3) Pengalas
4) Pinset anatomi 1 buah
5) Kom kecil 2 buah bila dibutuhkan
6) Nierbeken 2 buah
7) Kapas alcohol
8) Larutan NaCl 0,9%
9) Bethadine
10) Sarung tangan 1 pasang
11) Masker
12) Kantong plastik/baskom untuk tempat sampah
2. Prosedur a. Tahap PraInteraksi
1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2) Mencuci tangan
3) Menempatkan alat didekat pasien dengan benar

b. Tahap orientasi
1) Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap Kerja
1) Menutup sampiran
2) Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
3) Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4) Letakkan pengalas dibawah area luka
5) Letakkan nierbeen didekat pasien
6) Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka)
dengan menggunkan pinset anatomi, Buang balutan bekas
kedalam nierbeken. Jika menggunakan plester lepaskan plester
dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit di
bawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit
dan kearah balutan. Bila masih terdapat sisa perekat dikulit,
dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin
7) Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi
angkat balutan dengan berlahan
8) Letakkan balutan kotor ke nierbeken lalu buang ke kantong
plastik, hindari kontaminasi dengan permukaan luar wadah
9) Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
10) Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
11) Membersihkan luka sesuai dengan jenis lukanya apakah luka
bersih atau kotor serta sejenisnya.*
12) Menutup luka dengan cara tertentu sesuai keadaan luka*
13) Plester dengan rapi
14) Buka sarung tangan dan masukkan kedalam nierbeken
15) lepaskan masker
16) Atur dan rapikan posisi pasien
17) Buka sampiran
18) Evaluasi keadaan umum pasien
19) Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan
bersih, kering dan rapi

d. Tahap Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
7) Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
SOP NEBULIZER
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST,M.KM
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Suatu tindakan atau terapi untuk pembersihan atau pemeliharaan sistem
pernafasan
2. Tujuan a. Merelaksasi jalan nafas
b. Mengencerkan dan mempermudah mobilisasi sekret
c. Menurunkan edema mukosa
d. Pemberian obat secara langsung pada saluran pernafasan untuk
pengobatan penyakit, seperti; bronkospasme akut, produksi sekret
yang berlebihan, dan batuk yang disertai dengan sesak nafas.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Peralatan a. Nebulizer 1 set


b. Obat untuk teraphy aerosol dan pengencerannya bila diperlukan
c. Stetoskop
d. Tissue
e. Nierbeken / bengkok
f. Suction (kalau perlu)
5. Prosedur a. Tahap Pra Interaksi
1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2) Mencuci tangan
3) Menyiapkan alat dan membawanya mendekati pasien dengan
benar
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam dan sapa nama pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3) Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Mencuci tangan
2) Memasang sampiran
3) Mengatur posisi pasien semi fowler atau fowler
4) Memakai handschone bersih
5) Memasukkan obat ke wadahnya (bagian dari alat Nebulizer)
6) Menghubungkan Nebulizer dengan listrik
7) Menyalakan mesin nebulizer (tekan power on) dan mengecek
out flow apakah timbul uap atau embun
8) Menganjurkan klien untuk melakukan tarik nafas dalam, tahan
sebentar, lalu ekspirasi
9) Setelah selesai, mengecek keadaan umum klien, tanda - tanda
vital, dan melakukan auskultasi paru secara berkala selama
prosedur
10) Menganjurkan klien untuk nafas dalam dan batuk efektif untuk
mengeluarkan sekret
d. Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi hasil tindakan
2) Berpamitan dengan klien
3) Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ke tempat semula
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
SOP PEMASANGAN INFUS
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Pemasangan Infus adalah tindakan memasukkan jarum melalui IV (Intra
Vena)untuk memberikan obat/ cairan melalui parenteral
2. Tujuan a. Melakukan fungsi kolaborasi dengan dokter
b. Memberikan cairan atau obat kedalam tubuh pasien
3. Kebijakan a. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intra vena(I.V)
b. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral
4. Peralatan a. Handscoon (sarung tangan) bersih
b. Selang infus/Infuset sesuai kebutuhan (makro drip atau mikro drip)
c. Cairan parenteral sesuai program
d. Jarum Intra Vena/ Abocath (ukuran sesuai usia/kebutuhan)
e. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
f. Desinfektan/ Alkohol 70%
g. Kom kecil 1 buah
h. Betadin
i. Kassa steril 1 buah
j. Torniquet/ manset
k. Perlak atau pengalas
l. Bengkok/Nierbeken 1 buah
m. Plester/ Hypafix
n. Standar Infus
o. Gunting Verban
p. Pulpen
5. Prosedur a. Tahap PraInterkasi
1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2) Mencuci tangan
3) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/ pasien
3) Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
c. Tahap Kerja
1) Melakukan desinfeksi tutup botol cairan, sebelumnya cek terlebih
dahulu cairan yang akan digunakan*
2) Menutup saluran infus
3) Menusukkan saluran infus dengan benar
4) Menggantung botol cairan pada standard infuse
5) Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda/ setengah
6) Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara (emboli) dalam selang
7) Memotong plaster sebanyak 4 buah/ bagian (2 panjang, 2
sedang) dan tuliskan label*
8) Membuka Kassa steril dan memasukkan ke dalam kom, lalu
teteskan betadin (pertahankan sterilisasi)
9) Mengatur posisi pasien dan pilih vena*
10) Memasang perlak dan alasnya
11) Membebaskan daerah yang akan di insersi*
12) Meletakkan torniquet 5 cm proksimal dari tempat yang akan
ditusuk
13) Memakai handscoon
14) Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (desinfeksi), sirkular
(melingkar dari dalam ke luar )
15) Mempertahankan vena pada posisi stabil
16) Memegang IV cateter/ Abocath dengan sudut 30 derajat
17) Menusuk vena dengan lobang jarum menghadap ke atas
18) Memastikan IV kateter masuk ke dalam vena kemudian menarik
mandrin 0,5 cm
19) Memasukkan IV kateter secara perlahan
20) Menarik mandrin dan menyambungkan ke selang infus
21) Melepaskan torniquet
22) Mengalirkan cairan infuse
23) Melakukan fiksasi IV kateter
24) Memberi desinfeksi/ kassa yang sudah diberi betadin, di daerah
tusukan
25) Mengatur tetesan sesuai program
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
SOP PEMBERIAN 02 (OKSIGEN)
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Terapi Oksigen adalah satu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial
oksigen pasa inspirasi yangdapat dilakukan dengan menggunakan nasal
kanul, simple mask, RBM mask dan NRBM mask
2. Tujuan a. Mengatasi hipoksemia/hipoksida
b. Untuk mempertahankan metabolism dan meningkatkan oksigen
c. Sebagai tindakan pengobatan
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Peralatan a. Tabung
b. Humidifier
c. Nasal kanule
d. Flow meter
e. Handscoon
f. Plester
g. Gunting
h. Pinset
i. Kasa steril
5. Prosedur a. Persiapan Pasien
1) Menyapa pasien (ucapkan salam)
2) Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan
dilakukan.
3) Pesien diatur dalam posisi aman dan nyaman (semi fowler)
b. Prosedur kerja:
1) Cuci tangan
2) Gunakan handscoon
3) Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai
ketentuan
4) Menghubungkan selang dari kanule nasal ke tabung pelembab
5) Memasang kaule pada hidung klien
6) Menetapkan kadar O2 sesuai dengan program medic
7) Fiksasi selang
8) Mendokumentasikan prosedur
SOP IRIGASI TELINGA
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan
untukmembersihkan liang telinga luar dari nanah, serumen dan benda-
bendaasing.
2. Tujuan Sebagai acuan untuk membersihkan liang telinga luar dari nanah,
serumen,dan benda-benda asing
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Peralatan a. Alat irigasi telinga


b. Sediakan forset telinga
c. Air (sama dengan suhu tubuh)
d. Bengkok untuk menampung cairan
e. Handuk/laken untuk menutupi pakaian pasien
5. Prosedur a. siapkan alat2
b. Identifikasi pasien
c. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien
d. Tutup sampiran
e. Cuci tangan
f. Tutupi pasien dengan handuk / laken
g. Berikan posisi duduk
h. Tarik aurikel (daun telinga) ke atas dan ke belakang
i. Arahkan aliran cairan dari bagian atas liang telinga
menggunakan spuit balon/water pink
j. Keringkan bagian luar telinga setelah irigasi telinga dilakukan
SOP TRIASE
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah dan menentukan derajat
kegawatan pasien yang diterima di UGD
2. Tujuan Sebagai acuan menentukan prioritas pelayan medis pasien
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Peralatan a. Tensi
b. Oksigen
c. Infuse Set
d. Termometer
e. Handscoen
f. Obat – Obat kegawat daruratan
5. Prosedur a. Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD dengan ramah
dan sopan
b. Pasien dipersilahkan berbaring ditempat tidur
c. Dengan cepat dan singkat petugas melakukan
anamnesa,pemeriksaan fisik (vital sign) danidentifikasi
terhadap keadaan umum pasien
d. Petugas menentukan derajat kegawata daruratan pasien
e. Petugas menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan
pelayanan dengan urutan warna: pita hijau, pita kuning, pita merah.
Pita hijau adalah penderita tidak gawat dan tidak darurat, Pita
kuning adalah penderita yang kegawat darurat tapi tidak urgent,
Pita merah adalah penderita gawat darurat (dengan kondisi yang
yang mengancam)
f. Untuk pasien dengan kode pita merah dan pita kuning dilakukan
penangan awal,setelah kondisi pasien stabil petugas menghubungi
dokter jaga.
SOP
PEMBERIAN ANASTESI LOKAL
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Tindakan pemberian anti nyeri pada area/lokasi tertentu berupa injeksi
2. Tujuan Untuk menghilangkan rasa nyeri
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Peralatan a. Spoit
b. Anatesi (lidocaine)
c. Handscoen
d. Kapas Alkohol
5. Prosedur a. Mencuci Tangan
b. Memakai sarung tangan sebelum bekerja
c. Anamesa (memberi tahu akan dilakukan tindakan)
d. Desinfeksi daerah area yang akan dianastesi
e. Pemberian anastesi mengunakan injeksi (lidocain) secara bloe
sampai merata
f. Mengecek reaksi anastesi dengan cara rangsangan
SOP PEMBEDAHAN MINOR
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Suatu tindakan pembedahan diarea tertentu dengan cara membuat luka
baru
2. Tujuan Memperbaiki citra tubuh diarea tertentu
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Peralatan a. Handscoen
b. Set Bedah minor
c. Obat anastesi (lidocain)
d. Betadien
e. NACL
f. Kasa
g. Plester
h. Dok
5. Prosedur a. Cuci tangan lalu menggunakan Handscoen
b. informconsent
c. Anastesi area yang akan dilakukan bedah
d. Melakukan desinfektan diarea yang akan dibedah
e. Melakukan pembedahan mengunakan Bisturi
f. Mengeluarkan (lypom) atau benda asing
g. Melakukan pembersihan pada area luka
h. Tutup luka dengan cara Heacting
i. Tutup luka dengan kasa steril dan lakukan plesteran
6. Hal-hal yang a. Tanda tanda vital
perlu b. Tingkat kesadaran
diperhatikan c. Jumlah cairan yang masuk dan keluar
d. Perkembangan pasien
e. Segera lapor ke dokter bila timbul kelainan
f. Hindari pasien jatuh
SOP PELAYANAN PASIEN GAWAT
DARURAT
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Pelayanan pasien dalam waktu segera untuk menyelamatkan
kehidupannya
2. Tujuan Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Prosedur a. Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada standar prosedur


operasional yang telah dilakukan sesuai dengan tingkat kegawatan
pasien berdasarkan prioritas tindakana.
1) Pelayanan keperawatan gawat darurat puskesmas Batalaiworu
a) Melakukan triase,
b) Melakukan tindakan penanganan masalah penyelamatan
jiwa dan pencegahat kecacatan,
c) Melakukan tindakan sesuai dengan masalah keperawatan
yang muncul.
d) Tindakan mandiri keperawatan dan tindakan kolaborasi
yang dibutuhkan
2) Melakukan monitoring respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang dilakukan
3) Mengutamakan prinsip keselamatan pasien
4) Menerapkan prinsip standar baku
5) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
SOP EKSTRAKSI KUKU
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Ekstraksi kuku (Rosser Plasty) adalah suatu tindakan
pengangkatan sebagian atau seluruh bagian kuku yang tumbuh
kearah dalam (ingrown toenail removal) berikut matrik tunasnya,
dilanjutkan reposisi jaringan lunak tepi kuku.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas agar dapat melakukan
tindakan mencabut kuku /ekstraksi kuku dengan tepat dan
benar
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Prosedur a. Pastikan identitas pasien


b. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
c. Minta formulir persetujuan /penolakan tindakan medis yang sudah
ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien
d. Petugas mencuci tangan
e. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan
f. Atur posisi pelanggan untuk mempermudah petugas melaksanakan
Tindakan
g. Gunakan sarung tangan steril
h. Desinfeksi daerah kuku yang akan dicabut/ekstraksi dengan
menggunakan cairan bethadine
i. Anastesi blok bagian kuku yang akan diekstraksi dengan
menggunakan lidokain
j. Pastikan pasien sudah merasa baal (Mati rasa) pada daerah kuku
yang telah disuntikan lidokain
k. Angkat kuku dengan menggunakan klem dari tepi kiri ke kanan atau
arah sebaliknya
l. Bersihkan bagian atas jari yang kukunya telah diangkat, perlahan-
lahan dengan menggunakan kasa steril
m. Olesi salep antibiotika di atas permukaan tersebut, kemudian
tempelkan kasa steril yang sudah di beri bethadine.
n. Balut daerah kuku dengan menggunakan verban gulung digunakan ke
dalam
o. bengkok untuk dilakukan pengelolaan alat Kesehatan selanjutnya
p. Buang bahan medis yang telah dipakai ke tempat sampah medis
q. Petugas mencuci tangan
r. Catat semua tindakan yang telah dilakukan ke dalam rekam medis
SOP SUCTION / MENGHISAP
LENDIR
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut
2. Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir,
mengeluarkan lendir,melonggarkan jalan nafas
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Batalaiworu Nomor :

4. Peralatan a. Mesin penghisap lender


b. Selang penghisap lendir sesuai kebutuhan
c. Air matang untuk pembilas dalam tempatnya (kom)
d. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
e. Pinset anatomi untuk memegang slang
f. Spatel / sundip lidah yang dibungkus dengan kain kasa
g. Sarung tangan
h. Bak instrument
i. Kasa
j. Bengkok
5. Prosedur a. jelasakan pada pasien/ keluarga + inform concern
b. Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan
c. Perawat memakai sarung tangan
d. Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi
e. Slang dipasang pada mesin penghisap lender
f. Mesin penghisap lendir dihidupkan
g. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu untuk
air bersih yang tersedia
h. tekan lidah dengan spatel
i. Hisap lendir pasien sampai selesai.Mesin/pesawat dimatikan
j. Bersihkan mulut pasien kasa
k. membersihakan slang dengan air dalam kom
l. Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
m. Perawat cuci tangan
PENATALAKSANAAN HEACTING
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Heacting adalah penjahitan luka terbuka
2. Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan penjahitan sampai luka tertutup oleh
jahitan untuk menghindari infeksi lanjutan
3. Kebijakan a. Perawat yang sudah terlatih dalam melakukan heacting2
b. Semua pasien dengan vulnus laceratum dan luka kurang dari 6
jam
4. Peralatan a. Hanscoen
b. Duk bolong steril
c. Kasa steril
d. Lidokain
e. Spuit 3 cc
f. Betadine solution
g. Alcohol 70 %9
h. Benang silk untuk kulit
i. Benang catgut untuk pembuluh darah
j. Bak instrumen steril berisi :
 Pinset chirugis
 Pinset anatomi
 Mosquito (klem arteri kecil)
 Naldvoulder
 Jarum kulit
 Gunting
k. Cairan Na Cl
5. Prosedur a. Perawat menyiapkan alat kedekat pasien dan menjelasakan
kepasien atau keluarga pasien(informed concern)
b. Perawat memakaia handscoen
c. Dep luka dengan kasa steril, kemudian bersihkan dengan cairan
NaCl
d. Olesi daerah luka dengan betadine
e. Olesi dengan kapas alcohol, lalu suntikan lidokain injeksi 2 cc
disekitar pingiran luka tunggu 5 menit
f. Dep lagi luka dengan kasa steril kemudian bila ada pembuluh
darah yang terpotongdiklem diikiat dengan benang catgut
g. Pegang bibir luka dengan pinset chirugis, kalau ada kotoran ambil
dengan pinset anatomi
h. Pasang jarum kulit dan benang kulit dinalvolder, lalu jahit bibir
luka dengan rapi, setelahluka ditutup olesi dengan betadine.
Kemudian beri supratul,lalu tutup dengan kasa sterildan verband.
i. Bersihkan daerah bekas luka
j. duk bolong dibuka
k. konseling pada pasien (anjuran untuk menjaga sterilitas didaerah
luka)
PENATALAKSANAAN LUKA
TERTUSUK PAKU
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Tatacara mengobati luka tusuk paku
2. Tujuan a. Memberi rasa aman
b. Mencegah komplikasi dan infeksi nosokomial
3. Kebijakan a. Perawat yang terampil
b. Alat-alat yang lengkap
4. Peralatan a. Pinset anatomi
b. Pinset chirurge
c. Gunting
d. Bengkok
e. Kom kecil
f. Kassa
g. Kapas
h. Hand scoen
i. Spuit
j. NaCl
k. BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL :
 Gunting balutan
 Plester
 Verban
 Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine)
 Lidokain injeksi sebagai anasthesi
5. Prosedur a. Memberitahu pasien dan keluarga
b. Perawat cuci tangan
c. Mengatur posisi (perawat memakai hand scoen)
d. Perawat membersihkan luka
e. Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl
f. Memberikan diclor ethil atau lidokain
g. Membuat luka tusuk paku pada luka/ cros incise
h. Dikeluarkan darahnya dan dibersihkan dengan bethadine
i. Tutup luka dengan kasa steril
j. Mencatat kegiatan dan hasil observasi
k. Klien dirapikan
l. Alat dibereskan dan dibersihkan
m. Perawat cuci tangan
PENANGANAN LUKA BAKAR
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yangmenghasilkan panas (misalnya : api, air panas,
listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar(misalnya : asam kuat dan
basa kuat)
2. Tujuan a. Mencegah masukan kuman-kuman dan kotoran kedalam luka
b. Mencegah sekresi yang berlebihan
c. Mengurangi rasa sakit
d. Mengistirahatkan bagian tubuh yang luka atau sakit
e. Merawat semua derajat luka bakar sesuai dengan kebutuhan
f. Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka bakar
3. Kebijakan a. Perawat yang terampil
b. Alat-alat yang lengkap
4. Peralatan a. pinset anatomi
b. Kassa
c. Pinset chirurge
d. Kapas
e. Gunting
f. Hand scoen
g. Bengkok
h. Spuit
i. kom kecil
j. NaCl
k. BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL :
 Gunting balutan
 SSD (silver sulfa diacin)
 Plester
5. Prosedur a. Memberitahu pasien dan keluarga
b. Perawat cuci tangan
c. Mengatur posisi (perawat memakai hand scoen)
d. Perawat membersihkan luka bakar
e. Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl
OBSERVASI PASIEN GAWAT
DARURAT
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Memantau keadaan pasien gawat
2. Tujuan Sebagai acuan pemantauan/ observasi penderita gawat agar selamat
jiwanya
3. Kebijakan Pelayanan yang cepat dan tepat akan menyelamatkan jiwa seseorang
4. Prosedur a. Penderita gawat harus di observasi
b. Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat
kegawatannya.
c. Observasi dilakukan oleh paramedis perawat, bila perlu oleh
dokter.
d. Hal-hal yang perlu diobservasi :
1) Keadaan umum penderita
2) Kesadaran penderita
3) Kelancaran jalan nafas (air Way)
4) Kelancaran pemberian O2
5) Tanda-tanda vital :
 Tensi
 Nadi
 Respirasi / pernafasan
 Suhu
6) Kelancaran tetesan infus
e. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan penderita semakin
tidak baik maka paramedis perawat harus lapor kepada Dokter
yang sedang bertugas (diluar jam kerja melalui telpon).
f. Apabila kasus penyakitnya diluar kemampuan Dokter UGD maka
perlu dirujuk kefaskes tingkat lanjut
g. Observasi dilakukan maksimal 2 jam, selanjutnya diputuskan
penderita bisa pulang atau di Rujuk
h. Perkembangan penderita selama observasi dicatat di kartu status
penderita (les UGD) / lembar observasi.
i. Setelah observasi tentukan apakah penderita perlu : rawat jalan /
pulang / rujuk
PENATALAKSANAAN SYOK
ANAFILAKTIK
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/1
Kepala Puskesmas Batalaiworu

PUSKESMAS
BATALAIWORU
ASMAIDAH, S.ST
NIP 19790820 200604 2 026
1. Pengertian Penanganan syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat. Reaksi
ini akan mengakibatkan penurunan tekanan darah secara drastis
sehingga aliran darah ke seluruh jaringan tubuh terganggu. Akibatnya,
muncul gejala berupa sulit bernapas, bahkan penurunan kesadaran.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di Puskesmas.
3. Kebijakan Pelayanan yang cepat dan tepat akan menyelamatkan jiwa seseorang
4. Peralatan a. Tabung Oksigen
b. Tensimeter
c. Ambulance (Jika di rujuk)
d. Adrenalin ampul
e. Dexamethason Vial
f. Jarum suntik disposibel 2,5 ml, 3 ml
5. Prosedur a. Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi
b. Berikan ADRENALIN inj. 0,3 cc (1 : 1000) secara Intra Muskular
pada lengan atas.
c. Bila perlu dapat diulang tiap 15 menit, umumnya diperlukan 1-4
kali pemberian.
d. Pasang tornikuet proksimal dari tempat suntikan (untuk
mencegah penyebaran), tornikuetdikendurkan tiap 10 menit
e. Jaga sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler agar berjalan
baik
f. Pemberian cairan bila diperlukan
g. Bila perlu Kortikosteroid dapat diberikan secara intravena.
h. Dosis Hidrocortison 5 mg / kg BB, dapat diulang tiap 4 – 6 jam
i. Bila keadaan tidak membaik, persiapkan rujukan ke fasilisas
Kesehatan yang lebih lengkap atau faskes tingkat lanjut

Anda mungkin juga menyukai