Anda di halaman 1dari 31

STUDI KASUS RUMAH SAKIT

”SUPERFICIAL FUNGAL INJECTION”

Dosen Pengampu :
Apt. Meta Kartika Untari, M.Sc

Disusun Oleh :
Kelas C2 Kelompok 5
Amara Fismasari 2220434906
Anisa Indahsari Pratiwi 2220434907

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV)


1. Pengertian Kandidias Vulvovaginalis (KKV)
Kandidiasis vulvovaginalis (KKV) merupakan infeksi mukosa vagina dan vulva
yang disebabkan oleh jamur spesies Candida yang dapat terjadi secara akut, subakut,
dan kronis yang didapat baik secara endogen ataupun eksogen. Penyebab terbanyak
adalah Candida albicans (80-90%) sedangkan penyebab terbanyak kedua dan ketiga
adalah Candida glabrata dan Candida tropicalis. Penyakit ini ditemukan diseluruh
dunia. Pada beberapa negara, kandidiasis vulvovaginalis merupakan infeksi vagina
terbanyak terutama didaerah iklim subtropis dan tropis.
2. Patofisiologi KKV
Patofisiologi kandidiasis vulvovaginal ditandai dengan Candida sp. berpenetrasi di
mukosa vagina sehingga menyebabkan respon inflamasi. Sel polimorfonuklear dan
makrofag merupakan sel inflamasi yang muncul dominan. Pada wanita usia reproduksi,
flora normal pada vagina sehat juga mengandung bakteri gram positif, gram negatif,
aerob, dan anaerob. Bakteri yang mendominasi adalah Lactobacillus dan
Corynebacterium, jika dibandingkan dengan Streptococcus, Bacteroides,
Staphylococcus, dan Peptostreptococcus. Lactobacillus dan Corynebacterium
menghasilkan asam laktat dan asetat dari glikogen, sehingga pH vagina tetap rendah.
Bakteri komensal ini membantu menjaga lingkungan yang asam agar bebas dari bakteri
dan jamur patogen. Keseimbangan flora normal yang terganggu dapat menyebabkan
pertumbuhan jamur dan bakteri patogen secara berlebihan, dan menyebabkan vulvitis
maupun vaginitis. Kondisi yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan itu di antaranya
perubahan hormon reproduksi, misalnya pada kehamilan atau penggunaan kontrasepsi
dengan hormon estrogen tinggi. Selain itu, karena gangguan respon imun, seperti
penderita HIV/AIDS, diabetes mellitus, atau penerima terapi imunosupresif. Transmisi,
penyebaran, dan kolonisasi asimptomatik umumnya disebabkan oleh blastospora
(blastoconidia) dari Candida sp (Bhagad et al., 2014).
Pasien dengan kadar gula darah yang tinggi menyebabkan gula sulit
berkonsentrasi tinggi di daerah intertriginosa dan interdigitalis yang menyebabkan
timbulnya dermatitis, infeksi bakterial, dan infeksi jamur. Kondisi hiperglikemia juga
menyebabkan terjadinya gangguan mekanisme sistem imunoregulasi. Hal ini
menyebabkan menurunnya daya kemotaksis, fagositosis dan kemampuan bakterisidal
sel leukosit sehingga kulit lebih rentan terkena infeksi. Jamur pada keadaan normal
terdapat pada tubuh manusia, namun pada keadaan tertentu, misalnya pada penderita
DM pertumbuhannya menjadi berlebihan sehingga menyebabkan infeksi. Infeksi
biasanya menyerang kulit di daerah lipatan seperti ketiak, bawah payudara, lipat paha
atau sering juga pada wanita menyebabkan gatal pada daerah kemaluan dan keputihan.
Kondisi gatal pada vagina yang terinfeksi jamur juga dapat mengakibatkan infeksi dari
bakteri, karena jika rasa gatal tidak diatasi akan mendorong kita untuk menggaruk
kondisi tersebut dan hal ini bisa melukai kulit yang bisa mengakibatkan luka dan rawan
di masuki bakteri. Maka untuk pengobatan infeksi jamur vagina juga perlu pemberian
antibiotik sebagai terapi tambahan bila dirasa perlu untuk mengatasi infeksi dari bakteri.
3. Gejala KKV
Keluhan awal dapat berupa pruritus akut dan keputihan. Keputihan tidak selalu
ada dan sering hanya sedikit. Sekret vagina berwarna putih seperti krim susu/keju tebal
tetapi dapat juga cair seperti air atau tebal homogen, bau minimal atau terkadang berbau
asam dan tidak mengganggu juga bisa terdapat eksoriasi. Gejala lain yang dapat
dirasakan adalah rasa panas dan terkadang sakit terutama saat berkemih, berhubungan
seksual atau setelah pemeriksaan ginekologi. Keluhan dapat ringan dikarenakan tidak
terperhatikan oleh pasien atau telah terbiasa dan dapat hilang timbul. Penyakit ini dapat
meluas ke perineum, vulva dan inguinal.
Gejala klinis kandidiasis vulvovaginitis terdiri dari gejala subjektif dan gejala
objektif. Gejala subjektif umum ditandai gatal didaerah vulva, dan gejala berat
menyebabkan rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispaneuria. Gejala objektif ringan
dapat berupa lesi eritema dan hiperemis dilabia mayora, introitus vagina dan vagina 1/3
bawah. Sedang pada yang berat labia mayora dan minora edema dengan ulkus-ulkus
kecil bewarna merah disertai erosi serta sering bertambah buruk oleh garukan dan
terdapatnya infeksi sekunder. Tanda khasnya adalah flour albus bewarna putih
kekuningan disertai gumpalan–gumpalan seperti kepala susu. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis yaitu didapatkan adanya rasa gatal dan panas pada vulva yang
kadang-kadang diikuti nyeri sesudah miksi dan dispaneuria serta adanya faktor
predisposis seperti kegemukan, DM, kehamilan, infeksi di servik dan vagina,
kelembapan yang meningkat dan higyeni yang buruk. Gambaran klinis berupa eritema
dan hiperemis yang dapat disertai edema pada labia mayora dan minora, adanya ulkus-
ulkus dan daerah erosi serta flour albus bewarna kekuningan.
4. Faktor Risiko KKV
Faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi adalah pemakaian
antibiotik spektrum luas dan penggunaan oral kontrasepsi. Faktor predisposisi lain yang
dapat berperan seperti kehamilan, menstruasi, diabetes mellitus, obesitas, penggunaan
alat kontrasepsi dalam rahim, pemakaian pakaian yang ketat, doucher, tisu toilet,
pemakaian obat-obatan imunosupresif dan steroid.
5. Diagnosis KKV
Diagnosis kandidiasis vulvovaginalis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan KOH 10% dan kultur jamur. Pemeriksaan
laboratorium berupa sediaan basah memiliki tingkat sensitivitas sebesar 65%-85% yang
berguna untuk mengidentifikasi sel-sel ragi dan miselium, selain itu pemeriksaan ini
juga digunakan untuk menyingkirkan adanya infeksi bakterial vaginosis dan
trikomoniasis. Pewarnaan gram tidak terlalu sensitif namun sangat menolong untuk
pemeriksaan cepat. Pada pemeriksaan gram akan memberi reaksi positif terhadap
pseudohifa, ragi dan miselia. Meskipun kultur rutin tidak diperlukan, jika pada
pemeriksaan sediaan basah menunjukkan ragi dan miselia, kultur tetap harus dilakukan
pada wanita dengan hasil pemeriksaan mikroskop negatif tetapi dicurigai KVV
berdasarkan keluhan atau gejala.
6. Tatalaksana KKV
Tatalaksana penyakit kandidiasis vulvovaginalis adalah dengan topikal imidazole
(butokonazol, mikonazol, klotrimazol) serta obar oralnya berupa flukonazol,
itrakonazol, dan ketokonazol, obat tersebut efikasinya sama dengan obat topikal.
Pada beberapa kasus terdapat pasien yang mengalami komplikasi terjadi pada
pasien yang immunocompromised atau memiliki diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
Pasien yang mengalami kondisi seperti ini memerlukan pengobatan yang ekstra dan
masa pengobatannya diperpanjang 10 hingga 14 hari terlepas dari rute pemberiannya,
namun rejimen harus dilanjutkan selama 10 sampai 14 hari. Obat yang dianggap aman
untuk ibu hamil adalah obat-obatan topical seperti obat golongan imidazole (flukonazol)
lebih efektif daripada nistatin.. obat-obatan oral dikontraindikasikan pada ibu hamil
karena kekhawatiran akan komplikasi janin.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus 9
PERTANYAAN
1. Buatlah pembahasan kasus diatas dengan format seperti laporan praktikum FRS
Pendahuluan (memuat patofisiologi singkat, farmakoterapi dan mekanisme kerja obat),
Form Database, uraian mengenai obat yang digunakan, Assessment (S,O, Terapi, DRP)
dan Care Plan dan Monitoring dalam lembar PTO serta buatlah CPPT. Sertakan daftar
pustaka.
2. Buatlah komunikasi efektif antara apoteker dan pasien/keluarga pasien untuk menggali
data pasien, keluhan/kondisi setelah minum obat
PENYELESAIAN

1. Form Data Medik Pasien


RUMAH SAKIT SETIA BUDI
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 4, Mojosongo, Solo
Telp. 02345678

No. register : 543


No. RM : RM234578
Nama : Ny. F
Tanggal lahir : 5 April 1981

Alamat rumah : Jl. Walanda Maramis No.23 Pengantar


Rujukan : Ya / Tidak Nama : Tn. R
Masuk ke RS dikirim oleh : Dokter/ Puskesmas/ RS lain/ Alamat : Banjarsari, Solo
Instalasi lain/ Kasus Polosi/ Datang sendiri/ Dengan keluarga No. KTP : 332798400021
Waktu tiba di RS : 15 Mei 2021 jam 10.00 WIB No. Telp : 089765476909
Jenis kasus : keracunan/ kecelakaan/ bedah mutilasi/ bedah
malam/ lainnya

Anamnesa dan pemeriksaan fisik : Pemeriksaan penunjang :


Anamnesa : Hasil laboratorium :
Pasien sadar, keadaan umum lemas, anggota gerak terasa lemah, HB 12 mg/dL, HbA1c 8,5%
mengalami mual dan muntah dan keluhan gatal di vagina dengan Cairan Vagina : viskositas kental, berwarna putih, berbau
rasa seperti terbakar dan nyeri. Nyeri pada vagina juga dialami tidak enak, pH 4.
saat berkemih. Pasien menemukan cairan putih, kering dan dadih Hasil rontgen/CT-Scan/MRI:
dari vaginanya. Tidak ada
Pemeriksaan fisik dan vital : Pengobatan/tindakan selanjutnya:
TD 130/80 mmHg; BB 60 kg, tinggi 170 cm, HR = 89x, RR= Infus RL 20 tpm
20x, SpO2 = 93% Injeksi citicoline 2x500
Injeksi omeprazole 2x1
Injeksi ondansetron 2x1
Metformin tablet 3x1
Nistatin supp. 100.000 unit secara intravagina

2. Data Obat Yang Digunakan


N Nama Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Obat Interaksi Obat
o
1 Infus RL 20 tpm Pengganti elektrolit Pasien udem, Ruam, Nyeri dada, Penggunaan bersamaan
dalam tubuh hiperkalemia Penurunan TD, Sakit dengan ceftriaxone dapat
kepala menimbulkan presipitasi
pada aliran darah
2 Injeksi 250-500 Keadaan akut Hipersensitifitas Ruam kulit, insomnis, Penggunaan citicolin
citicoline mg 1-2x (kehilangan kesadaran terhadap sakit kepala, pusing, bersama obat golongan
sehari akibat trauma citicoline kejang, mual, antiparkinson, seperti
secara iv cerebral, kecelakaan anoreksia, fungsi hati levodopa, carbidopa,
atau bolus lalu lintas, operasi abnormal, perubahan entacapone, berisiko
iv otak). Keadaan kronik tekanan darah meningkatkan efek dari
(gangguan psikiatri, sementara obat antiparkinson.
trauma kepala dan
operasi otak),
memperbaiki sirkulasi
darah otak termasuk
stroke iskemik
3 Injeksi 20 mg 1x Mengobati tukak Penderita Sakit kepala, nyeri Menghambat absorbsi
omeprazole sehari lambung dan tukak hipersensitif perut, diare, mual ketokonazol dan
duodenum, GERD terhadap muntah itraconazol. Meningkatkan
omeprazol kadar warfarin, diazepam,
cyclosporin, dan phenytoin.
Menurunkan kadar
imipramin, beberapa
antipsikotik, teofilin
4 Injeksi 4 mg 2x Mengatasi mual Hipersensitivitas Sakit kepala, Phenytoin, carbamazepin
Ondansetro sehari muntah , sindroma konstipasi, dan rifampisin
n perpanjangan mengantuk, pusing meningkatkan metabolisme
interval QT dan meriang ondansetron. Ondansetron
bawaan menurunkan efek tramadol
5 Metformin 500-3000 Menurunkan kadar Gangguan Asthenia, diare, Selegiline, ranolazine,
mg/hari gula darah pada DM fungsi ginjal, myalgia, lelah, risdiplam, tedizolid,
(dalam 2-3 tipe 2 ketoasidosis, hipoglikemik, mual alkohol, acetazolamide
dosis gangguan hati muntah
terbagi) berat, pasien
dengan
kecenderungan
hipoksemia,
menggunakan
anastesi umum,
hamil dan
menyusui
6 Nistatatin 100.000 Vulvovaginal Hipersensitivitas Dermatitis kontak, Progesteron intravaginal
supp unit secara candidiasis terhadap nistatin mual, muntah, diare, gel, pemberian nystatin
intravagin nyeri perut bersama terapi pengobatan
a Saccharomyces boulardii
Selama 2 dapat menurunkan efek
minggu terapi.
3. Assessment
Tgl Subjektif Objektif Terapi Assesment DRP

15 Mei 21  Lemas  HR = 89x 1. Injeksi RL 30 tpm 1. RL digunakan untuk 1. Terapi tanpa


 anggota (normal) 2. Injeksi citicolin menambah cairan pada indikasi pada
gerak terasa  RR = 20x 2x500 pasien karena pasien pemberian citicolin
lemah (normal) 3. Injeksi mengalami lemas 2. Terapi tanpa
 mengalami  TD 130/80 mmHg omeprazole 2x1 2. Citicolin diberikan pada indikasi pada
mual dan (pre hipertensi) 4. Injeksi pasien kehilangan pemberian
muntah  HbA1C 8,5% ondansetron 2x1 kesadaran, gangguan omeprazol

 keluhan gatal (tinggi) 5. Metformin tablet psikiatri dan 3. Metformin di

di vagina  Gatal di vagina + 3x 1 memperbaiki sirkulasi kontraindikasikan

dengan rasa + 6. Nistatin supp. darah otak sehingga pada ibu hamil

seperti  Pemeriksaan 100.000 unit kurang tepat diberikan 4. Lama pemberian

terbakar dan Cairan Vagina : intravagina pada pasien ini obat nystatin masih

nyeri. viskositas kental, 3. Omeprazol kurang

 Nyeri pada berwarna putih, diindakasikan pada 5. Terapi nistatin tidak

vagina juga berbau tidak enak, pasien tukak lambung adekuat pada pasien

dialami saat pH 4. sehingga terapi tidak dengan komplikasi

berkemih. tepat untuk pasien ini DM tipe 2


 Riwayat
 Ada cairan 4. Ondansetron diberikan
Penyakit : DM
putih, kering untuk mengatasi mual
Type 2
dan dadih dan muntah
dari 5. Metformin tablet
vaginanya. digunakan sebagai
antidiabetik oral pada
pasien DM 2
6. Nistatin supp digunakan
untuk terapi candidiasis
vagina terapi tidak
adekuat
16 Mei 21  Masih lemas  HR = 85x 1. Injeksi RL 30 tpm 1. RL digunakan untuk 1. Terapi tanpa indikasi
 Anggota (normal) 2. Injeksi citicolin menambah cairan pada pada pemberian
gerak terasa  RR = 20x 2x500 pasien karena lemas citicolin
lemah (normal) 3. Injeksi omeprazole 2. Citicolin diberikan pada 2. Terapi tanpa indikasi
 Mual dan  TD 130/80 2x1 pasien kehilangan pada pemberian
muntah sudah mmHg (pre 4. Injeksi kesadaran, gangguan omeprazol
membaik hipertensi) ondansetron 2x1 psikiatri dan 3. Metformin di

 HbA1C 8,5% 5. Metformin tablet memperbaiki sirkulasi kontraindikasikan

(tinggi) 3x 1 darah otak sehingga pada ibu hamil

 Gatal di vagina 6. Nistatin supp. kurang tepat diberikan 4. Lama pemberian

++ 100.000 unit pada pasien ini obat nystatin masih


intravagina 3. Omeprazol kurang
diindakasikan pada 5. Terapi tanpa indikasi
pasien tukak lambung pada pemberian
sehingga terapi tidak ondansetron karena
tepat untuk pasien ini mual muntah sudah
4. Ondansetron diberikan membaik
untuk mengatasi mual 7. Terapi nistatin tidak
dan muntah adekuat pada pasien
5. Metformin tablet dengan komplikasi
digunakan sebagai DM tipe 2
antidiabetik oral pada
pasien DM 2
Nistatin supp digunakan
untuk terapi candidiasis
vagina
6. Nistatin supp digunakan
untuk terapi candidiasis
vagina terapi tidak
adekuat

17 Mei 21  Masih lemas  TG = 313 1. Injeksi RL 30 tpm 1. RL digunakan untuk 1. Terapi tanpa indikasi
 Anggota mg/dL (tinggi) 2. Injeksi citicolin menambah cairan pada pada pemberian
gerak terasa  Kolesterol = 239 2x500 pasien karena lemas citicolin
lemah mg/dL (tinggi) 3. Injeksi omeprazole 2. Citicolin diberikan pada 2. Terapi tanpa indikasi
 Asam urat = 3,7 2x1 pasien kehilangan pada pemberian
(normal) 4. Injeksi kesadaran, gangguan omeprazol
 HbA1C 8,5% ondansetron 2x1 psikiatri dan 3. Metformin di
(tinggi) 5. Metformin tablet memperbaiki sirkulasi kontraindikasikan
 Gatal di vagina 3x 1 darah otak sehingga pada ibu hamil
++ 6. Nistatin supp. kurang tepat diberikan 4. Lama pemberian obat
100.000 unit pada pasien ini nystatin masih kurang
intravagina 3. Omeprazol diindakasikan 5. Terapi tanpa indikasi
pada pasien tukak pada pemberian
lambung sehingga terapi ondansetron karena
tidak tepat untuk pasien mual muntah sudah
ini membaik
4. Ondansetron diberikan 6. Indikasi tanpa terapi
untuk mengatasi mual pada kolesterol
dan muntah 7. Terapi nistatin tidak
5. Metformin tablet adekuat pada pasien
digunakan sebagai dengan komplikasi
antidiabetik oral pada DM tipe 2
pasien DM 2
6. Nistatin supp digunakan
untuk terapi candidiasis
vagina terapi tidak
adekuat
4. Care Plan
Terapi Farmakologi :
a. Infus RL 20 tpm = tetap diberikan. Pemberian infus RL 20 tpm tetap dilanjutkan untuk menambah cairan dan elektrolit
pada pasien
b. Injeksi Citicoline 2x 500 = dihentikan. Dikarenakan terapi tanpa indikasi
c. Injeksi Omeprazole 2x1 = dihentikan. Omeprazole bekerja mengurangi kadar asam lambung di dalam perut, digunakan
untuk mengatasi mual akibat kehamilan. Selain itu, Omeprazole pada kehamilan dikategorikan oleh FDA sebagai
kategori C (studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin)
d. Injeksi Ondansentron 2x1 = tetap digunakan sebagai indikasi mual dan muntah pada ibu hamil. Ondansentron masuk ke
dalam kategori B pada kehamilan
e. Metformin 3x1 tab (500 mg) = terapi tetap dilanjutkan untuk pengobatan DM. Berdasarkan American Diabetes
Association (2016) terapi diabetes mellitus pada kehamilan dapat diberikan golongan biguanid (metformin) dan
sulfonylurea dengan syarat metformin lebih dipilih terutama bila gula darah dapat terkontrol dan golongan sulfonylurea
apabila inferior dibanding insulin dan metformin. Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi
keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. Selain itu, harus diperhatikan bahwa pemberian
metformin secara titrasi pada awal penggunaan akan memudahkan dokter untuk memantau efek samping obat tersebut.
Metformin masuk ke dalam kategori B pada kehamilan.
f. Kondisi pre hipertensi diatasi dengan diet modifikasi (diet rendah garam konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak
tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
g. Nistatin supp 100.000 unit secara intravagina Digantikan karena menurut PERDOSKI 2017, penggunaan terapi KVV
jika berdasarkan EBM menggunakan Klotrimazol dosis 500 mg intravaginal dosis tunggal/Klotrimazol 10% cream.
Pengobatan dilakukan selama 14 hari dengan monitoring kadar glukosa darah. Penggunaan Klotrimazol pada
kehamilan termasuk dalam kategori B untuk sediaan vaginal serta topikal (FDA, 2008).
h. Cetirizine 5 mg 2 x sehari 1 tab. Pemberian Cetirizine sebagai antihistamin pada indikasi gatal area vagina pasien.
Digunakan untuk mencegah timbulnya lesi pada tubuh pasien.
i. Kondisi Trigliserida tinggi pada hari 3 perawatan diberikan PUFA omega 3 (EPA dan DHA) 2 x sehari 1 kapsul
dianjurkan bersama diet. Konsentrasi trigliserida dan kolesterol berlipat ganda secara fisiologis pada kehamilan
trimester ketiga.
Terapi Non Farmakologi
a. Kondisi pre hipertensi diatasi dengan diet modifikasi (diet rendah garam konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak
tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
b. Pola makan pasien perlu diatur Pola makan yang baik bagi pasien, selain menyesuaikan dengan gizi seimbang, perlu
untuk memperbanyak konsumsi serat. Serat didapatkan dari oatmeal, ataupun buah‐ buahan.
c. Pastikan untuk selalu menjaga daerah sekitar vagina agar tetap kering dan tidak lembap agar menghambat pertumbuhan
jamur atau pun bakteri.
d. Pakaian yang dianjurkan selama hamil adalah yang mudah menyerap keringat seperti katun dan jangan lupa untuk rutin
mengganti pakaian dalam.
e. Saat membilas vagina, arahkan bilasan setelah buang air kecil dari depan ke belakang, karena jika dari belakang ke
depan berisiko terinfeksi jamur atau bakteri lainnya.
f. Jangan gunakan celana saat masih basah, sebaiknya tunggu sampai benar-benar kering agar tidak tercipta lingkungan
yang lembab
5. Monitoring
a. Monitoring efektivitas terapi DM lakukan pegecekan GDP dan HbA1c
b. Monitoring efektivitas terapi klotrimazol jika perlu lakukan pengecekan laboratorium untuk melihat penurunan infeksi
jamur pada pasien
c. Monitoring TG dan kolesterol total pasien
6. Form CPPT
TANGGA S.O.A.P TERINTEGRASI INSTRUKSI
L
15 Mei 21 Subjektif (S): 1. Lakukan pengecekan cairan vagina jika perlu
1. Lemas lakukan pengecekan laboratrium
2. Anggota gerak terasa lemah 2. lakukan pegecekan GDP
3. Mual dan muntah 3. lakukan pegecekan HbA1C
4. Gatal di vagina dengan rasa seperti terbakar 4. Evaluasi Faktor resiko penyebab infeksi Candida
5. Nyeri pada vagina juga dialami saat vagina
berkemih. 5. Evaluasi kepatuhan pasien
Objektif (O):
1. BB 60 kg
2. TB 170 cm
3. HbA1C 8,5%
4. TD 130/80 mmHg
5. HR = 89x
6. RR = 20x
7. SpO2 = 93%
8. Pemeriksaan Cairan Vagina : viskositas kental,
berwarna putih, berbau tidak enak, pH 4.
9. Riwayat Penyakit : DM Type 2
Assesment (A) :
1. Injeksi RL 30 tpm digunakan untuk menambah
cairan pada pasien karena lemas
2. Injeksi citicolin 2x500 diberikan pada pasien
kehilangan kesadaran, gangguan psikiatri dan
memperbaiki sirkulasi darah otak sehingga
kurang tepat diberikan pada pasien ini
3. Injeksi omeprazole 2x1 diindikasikan pada
pasien tukak lambung sehingga terapi tidak
tepat untuk pasien ini
4. Injeksi ondansetron 2x1 diberikan untuk
mengatasi mual dan muntah
5. Metformin tablet 3x1 digunakan sebagai
antidiabetik oral pada pasien DM 2
6. Nistatin supp 100.000 unit intravagina
digunakan untuk terapi candidiasis vagina
terapi tidak adekuat
Plan (P) :
1. Pemberian citicolin sebaiknya dihentikan
karena adanya terapi tanpa indikasi
2. Pemberian omeprazol dihentikan karena
pasien tidak mengalami tukak lambung
3. Pemberian metformin dilanjutkan sampai
gula darah pasien terkontrol
4. Pemberian nystatin digantikan klotrimazol
10% cream diberikan 1 x sehari dioleskan
pada bagian yang gatal selama 14 hari
5. Ditambah pemberian cetirizin 5 mg 2 x
sehari 1 tab sebagai antihistamin pada
indikasi gatal area vagina pasien
6. Modifikasi pola hidup (Terapi nutrisi medis,
pengaturan diet, aktivitas fisik, menjaga
berat badan)
16 Mei 21 Subjektif (S): 1. Lakukan pengecekan cairan vagina jika perlu
1. Masih lemas lakukan pengecekan laboratrium
2. Anggota gerak terasa lemah 2. lakukan pegecekan GDP
3. Gatal di vagina dengan rasa seperti terbakar 3. lakukan pegecekan HbA1C
4. Evaluasi Faktor resiko penyebab infeksi Candida
vagina
5. Evaluasi kepatuhan pasien
Objektif (O):
1. HbA1C 8,5%
2. TD 130/80 mmHg
3. HR = 85x
4. RR = 20x
Assesment (A) :
1. Terapi tanpa indikasi pada pemberian citicolin
2. Terapi tanpa indikasi pada pemberian
omeprazol
3. Metformin tablet 3x1 digunakan sebagai
antidiabetik oral pada pasien DM 2
4. Terapi tanpa indikasi pada pemberian
ondansetron karena mual muntah sudah
membaik
5. Nistatin supp digunakan untuk terapi
candidiasis vagina terapi tidak adekuat
Plan (P) :
1. Pemberian citicolin sebaiknya dihentikan
karena adanya terapi tanpa indikasi
2. Pemberian omeprazol dihentikan karena
pasien tidak mengalami tukak lambung
3. Pemberian metformin dilanjutkan sampai
gula darah pasien terkontrol
4. Pemberian klotrimazol 10% cream
dilanjutkan hingga 14 hari
5. Modifikasi pola hidup (Terapi nutrisi medis,
pengaturan diet, aktivitas fisik, menjaga
berat badan)
6. Pemberian ondansetron dihentikan karena
mual muntah pada pasien sudah membaik
7. Pemberian cetirizin 5 mg 2 x sehari 1 tab
sebagai antihistamin pada indikasi gatal area
vagina pasien
17 Mei 21 Subjektif (S): 1. Lakukan pengecekan cairan vagina jika perlu
1. Masih lemas lakukan pengecekan laboratrium
2. Anggota gerak terasa lemah 2. Lakukan pegecekan GDP
3. Gatal di vagina dengan rasa seperti terbakar 3. Lakukan pegecekan HbA1C
Objektif (O): 4. Lakukan pengecekan kadar TG dan kolesterol total
1. TG = 313 mg/dL 5. Evaluasi Faktor resiko penyebab infeksi Candida
2. Kolesterol = 239 mg/dL vagina
3. Asam urat = 3,7 6. Evaluasi kepatuhan pasien
4. HbA1C 8,5%
Assesment (A) :
1. RL digunakan untuk menambah cairan pada
pasien karena lemas
2. Citicolin diberikan pada pasien kehilangan
kesadaran, gangguan psikiatri dan memperbaiki
sirkulasi darah otak sehingga kurang tepat
diberikan pada pasien ini
3. Omeprazol diindakasikan pada pasien tukak
lambung sehingga terapi tidak tepat untuk
pasien ini
4. Ondansetron diberikan untuk mengatasi mual
dan muntah
5. Metformin tablet digunakan sebagai
antidiabetik oral pada pasien DM 2
6. Nistatin supp digunakan untuk terapi
candidiasis vagina terapi tidak adekuat
Plan (P) :
1. Pemberian citicolin sebaiknya dihentikan
karena adanya terapi tanpa indikasi
2. Pemberian omeprazol dihentikan karena
pasien tidak mengalami tukak lambung
3. Pemberian metformin dilanjutkan sampai
gula darah pasien terkontrol
4. Pemberian klotrimazol 10% cream
dilanjutkan hingga 14 hari
5. Modifikasi pola hidup (Terapi nutrisi medis,
pengaturan diet, aktivitas fisik, menjaga
berat badan)
6. Pemberian ondansetron dihentikan karena
mual muntah pada pasien sudah membaik
7. Pemberian cetirizin 5 mg 2 x sehari 1 tab
sebagai antihistamin pada indikasi gatal area
vagina pasien
8. Pemberian obat kolesterol untuk menurunkan
TG dan kolesterol berupa PUFA omega 3
(EPA dan DHA) dianjurkan bersama diet.
DAFTAR PUSTAKA

Bender, Rukiye Ada, et al. "Treatment methods for vulvovaginal candidiasis in pregnancy."
Journal of Medical Mycology 31.3 (2021): 101138.
Carrol C, Hurley R, Stanley V. Criteria for diagnosis of Candida vulvovaginitis in pregnant
women. J Obstet Gynecol Br Common. 2003;80(3):258–263.
Casari, E. (2010). Gardnerella, Trichomonas vaginalis, Candida.
Centers for Disease Control and Prevention. Sexually transmitted diseases treatment guidelines.
MMWR. 2010; 59: 56-63.
Dipiro, JT. Et al. 2015. Pharmacotherapy A Pathophysiology Approach 9th edition. New York:
Mc Graw Hill.
Dipiro, JT. Et al. 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiology Approach 11 th edition. New York:
Mc Graw Hill.
Discipline of Gynecology and Obstetrics,Faculdade de Medicina,Brazil. (n.d.). Incidence of
Gardnerella vaginalis, Candida sp and human paviloma virus n cytological smears.
Food and Drugs Administration. fda.gov. [Online].; 2008. Available from:
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/nda/2004 /076387_Clotrimaz ole
%20LozengesTOC.cfm
Gispen, W. (2007). Leiden Cytologi and pathology Laboratory Leiden Netherland. Vulvovaginal
Candida, 41-60.
Hillier S, Marrazzo J, Holmes KK. Bacterial vaginosis. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm
WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually transmited disease.
Edisi ke-4. New York: McGraw-Hill; 2008. h. 737-68.
Kuswadji, 1987, Kandidiosis, dalam Djuanda, A., Hamzah M., Aisah S., Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi IV,106, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Murtiastutik D. Kandidiasis Vulvovaginalis. Dalam : Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo
S, editor. Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press;2008. h. 56-
64. 2.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Panduan Tata Laksana
Dislipidemia. Jakarta: PERKI; 2017.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
2017.
PERCAKAPAN

(Tahap Pembuka, menggali data pasien)

Apoteker : Selamat pagi bu


Pasien : Pagi mba
Apoteker : Maaf sebelumnya, Perkenalkan saya Amara Fismasari apoteker yang
bekerja di RS ini. Apakah benar ini dengan Ibu F?
Pasien : Bener mba, saya Ibu F mba
Apoteker : Mohon maaf bu, saya ingin menanyakan terkait keluhan Ibu, apakah
diperbolehkan Bu?
Pasien : Ohh iya boleh mba
Apoteker : Baik, saat ini apa yang Ibu rasakan bu?
: Saya merasakan badan saya lemas, anggota tubuh saya terasa lemah,
mual dan muntah juga mba, lalu vagina saya terasa gatal hingga
rasanya itu seperti terbakar dan nyeri mba
Apoteker : Oh begitu, apakah ada gejala ataupun keluhan lainnya bu seperti rasa
nyeri atau keluarnya cairan putih?
Pasien : Ada mba, waktu saya pipis juga terasa nyeri dan pas itu saya
menemukan cairan putih, kering, dan dadih dari vagina mba
Apoteker : Apakah ibu sebelumnya pernah sakit seperti ini?
Pasien : Belum pernah mba, ini saya pertama kali mba
Apoteker : Sebelumnya, apakah ibu mempunyai riwat penyakit lain Bu?
Pasien : Ada mba, saya ada riwayat Diabetes Mellitus
Apoteker : Baik bu, mohon maaf bu saya izin menanyakan saat ini kehamilan Ibu
usianya sudah berapa bulan ya Bu?
Pasien : Sekarang sudah berusia 28 minggu mba
Apoteker : Saya izin menyampaikan hasil pemeriksaan laboratorium Ibu, apakah
boleh Bu?
Pasien : Iya mba silahkan
Apoteker : Baik, dari hasil pemeriksaan lab, ibu disini mengalami infeksi mukosa
vagina yang disebabkan oleh jamur dan juga pre hipertensi dimana
hipertensi awal ya bu mungkin ibu disini karna rasa gatal yang
ditimbulkan hingga nyeri dan terbakar itu ya bu membuat ibu syok
hingga menyebabkan pre hipertensi, lalu ibu juga mempunyai riwayat
DM serta kadar trigliserida dan kolesterol ibu tinggi penyebabnya
mungkin dari pola makan ibu ya. Sebelumnya, apa yang sudah
disampaikan oleh dokter mengenai obat yang diberikan Bu?
Pasien : Tadi dokter, sudah mengatakan tentang obat-obatnya dan cara
pakainya mba. Tapi belum terlalu jelas mba.
Apoteker : Lalu, apakah dokter sudah menjelaskan mengenai harapan setelah
menerima pengobatan ini dan efek samping yang mungkin terjadi?
Pasien : Belum mba
Apoteker : Oke Bu, apakah Ibu ada riwayat alergi obat ?
Pasien : Tidak ada mba
(Tahap Penjelasan)
Apoteker : Baik jadi begini Bu, saya akan menjelaskan secara detail mengenai
obat yang Ibu terima ya Bu. Disini Ibu mendapatkan enam macam
obat diantaranya : Infus RL 20 tpm untuk menambah cairan elektrolit
ibu, lalu ada injeksi ondansentron ini juga sudah diberikan dokter ya
bu untuk mengurangi mual dan muntah ibu, metformin 3x sehari 1 tab
diminum setiap 8 jam ya bu untuk mengontrol kadar gula darah ibu
namun ada efek samping yang disebabkan seperti mual dan muntah
akan tetapi tadi juga sudah diberikan obat mual muntahnya ya bu jadi
ibu tidak perlu khawatir, lalu ada Klotrimazol cream ini bu dioleskan
pada bagian vagina selama 14 hari ya bu, sebelumnya dibersihkan
dahulu ya bu dengan air dan dikeringkan, jangan dalam keadaan
lembap atau basah ya bu, lalu ada cetirizine 5 mg diminum 2 x sehari 1
tab setiap 12 jam ini untuk mencegah rasa gatalnya bu, terakhir ada
PUFA omega 3 diminum 2 x sehari 1 kapsul setiap 12 jam untuk
mengatasi trigliserida daan kolesterol ibu. Sampai sini apakah Ibu
sudah jelas?
Pasien : Iya, mba sudah
Apoteker : Saya izin melanjutkan penjelasannya ya Bu. Selain itu, ibu juga harus
melakukan diet rendah garam, konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak,
gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun),
serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh. Ibu juga
dianjurkan memakai pakaian yang mudah menyerap keringat seperti
katun dan jangan lupa untuk rutin mengganti pakaian dalam, Saat
membilas vagina, arahkan bilasan setelah buang air kecil dari depan ke
belakang, karena jika dari belakang ke depan berisiko terinfeksi jamur
atau bakteri lainnya. Jangan gunakan celana saat masih basah,
sebaiknya tunggu sampai benar-benar kering agar tidak tercipta
lingkungan yang lembab ya bu. Sampai sini apakah Ibu sudah jelas?
Pasien : Ohiya baik mba, saya akan melaksanakan pengobatan dan menjalani
aktivitas hidup sehat mba
Apoteker : Baik, kalau begitu ibu istirahat dan jangan lupa minum obat serta
makan makanan yang bergizi ya bu, minggu depan saya akan datang
ke ruangan ini lagi untuk memantau perkembangan dari obat yang ibu
minum. Terima kasih bu atas waktunya.
Pasien : Baik mba, terimakasih atas penjelasannya mba.
Apoteker : Sama-sama Bu.
(Tahap Pemantauan terapi dan kondisi setelah minum obat)
Apoteker : Selamat pagi Bu
Pasien : Pagi mba
Apoteker : Saya izin menanyakan kondisi Ibu, apakah boleh Bu?
Pasien : Iya boleh mba
Apoteker : Bagaimana kondisi Ibu sekarang? apakah masih terasa gatal dan
keluhan lainnya Bu?
Pasien : Lumayan mba sudah berkurang gatalnya mba, karena saya oleskan
creamnya setiap hari mba.
Apoteker : Lalu apakah ibu mengalami keluhan lain dari obat yang ibu minum?
Pasien : Ada mba, saya sering merasa ngantuk mba setelah minum obat, lalu
juga mulut saya terasa kering mba
Apoteker : Oh begitu, tidak apa-apa bu jangan khawatir rasa ngantuk itu efek
samping dari obat cetirizine dan injeksi ondansentron ya bu agar ibu
juga bisa tidur tidak terganggu dengan rasa gatal yang ditimbulkan,
pasti ibu beberapa hari yang lalu susah tidur karena rasa gatal kan bu,
lalu untuk mulut kering yang ibu rasakan bisa ditangani dengan
memperbanyak minum air putih ya bu, dan memakan buah buahan
yang banyak mengandung air ya bu.
Pasien : Oalah begitu ya mba, iya saya juga merasa beruntung mba bisa
ngantuk hingga tertidur karna minum obat itu dan rasa gatalnya
berkurang, baik mba saya akan sering minum air putih mba
Apoteker : Apakah ada keluhan lain bu selain ngantuk dan mulut kering?
Pasien : Tidak ada mba, saya cuma merasakan keluhan itu saja mba setelah
meminum obat.
Apoteker : Baik, kalau begitu terima kasih atas waktunya Bu. Jika ada keluhan
lain ibu bisa mengabari saya lagi lewat no hp saya ini ya bu, saya
permisi dulu ya bu, Semoga lekas sembuh bu
Pasien : Baik mba, Amin, terimakasih ya mba
Apoteker : Sama-sama Bu

Anda mungkin juga menyukai