Dosen Pengampu :
Apt. Meta Kartika Untari, M.Sc
Disusun Oleh :
Kelas C2 Kelompok 5
Amara Fismasari 2220434906
Anisa Indahsari Pratiwi 2220434907
A. Kasus 9
PERTANYAAN
1. Buatlah pembahasan kasus diatas dengan format seperti laporan praktikum FRS
Pendahuluan (memuat patofisiologi singkat, farmakoterapi dan mekanisme kerja obat),
Form Database, uraian mengenai obat yang digunakan, Assessment (S,O, Terapi, DRP)
dan Care Plan dan Monitoring dalam lembar PTO serta buatlah CPPT. Sertakan daftar
pustaka.
2. Buatlah komunikasi efektif antara apoteker dan pasien/keluarga pasien untuk menggali
data pasien, keluhan/kondisi setelah minum obat
PENYELESAIAN
dengan rasa + 6. Nistatin supp. darah otak sehingga pada ibu hamil
terbakar dan Cairan Vagina : intravagina pada pasien ini obat nystatin masih
vagina juga berbau tidak enak, pasien tukak lambung adekuat pada pasien
17 Mei 21 Masih lemas TG = 313 1. Injeksi RL 30 tpm 1. RL digunakan untuk 1. Terapi tanpa indikasi
Anggota mg/dL (tinggi) 2. Injeksi citicolin menambah cairan pada pada pemberian
gerak terasa Kolesterol = 239 2x500 pasien karena lemas citicolin
lemah mg/dL (tinggi) 3. Injeksi omeprazole 2. Citicolin diberikan pada 2. Terapi tanpa indikasi
Asam urat = 3,7 2x1 pasien kehilangan pada pemberian
(normal) 4. Injeksi kesadaran, gangguan omeprazol
HbA1C 8,5% ondansetron 2x1 psikiatri dan 3. Metformin di
(tinggi) 5. Metformin tablet memperbaiki sirkulasi kontraindikasikan
Gatal di vagina 3x 1 darah otak sehingga pada ibu hamil
++ 6. Nistatin supp. kurang tepat diberikan 4. Lama pemberian obat
100.000 unit pada pasien ini nystatin masih kurang
intravagina 3. Omeprazol diindakasikan 5. Terapi tanpa indikasi
pada pasien tukak pada pemberian
lambung sehingga terapi ondansetron karena
tidak tepat untuk pasien mual muntah sudah
ini membaik
4. Ondansetron diberikan 6. Indikasi tanpa terapi
untuk mengatasi mual pada kolesterol
dan muntah 7. Terapi nistatin tidak
5. Metformin tablet adekuat pada pasien
digunakan sebagai dengan komplikasi
antidiabetik oral pada DM tipe 2
pasien DM 2
6. Nistatin supp digunakan
untuk terapi candidiasis
vagina terapi tidak
adekuat
4. Care Plan
Terapi Farmakologi :
a. Infus RL 20 tpm = tetap diberikan. Pemberian infus RL 20 tpm tetap dilanjutkan untuk menambah cairan dan elektrolit
pada pasien
b. Injeksi Citicoline 2x 500 = dihentikan. Dikarenakan terapi tanpa indikasi
c. Injeksi Omeprazole 2x1 = dihentikan. Omeprazole bekerja mengurangi kadar asam lambung di dalam perut, digunakan
untuk mengatasi mual akibat kehamilan. Selain itu, Omeprazole pada kehamilan dikategorikan oleh FDA sebagai
kategori C (studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin)
d. Injeksi Ondansentron 2x1 = tetap digunakan sebagai indikasi mual dan muntah pada ibu hamil. Ondansentron masuk ke
dalam kategori B pada kehamilan
e. Metformin 3x1 tab (500 mg) = terapi tetap dilanjutkan untuk pengobatan DM. Berdasarkan American Diabetes
Association (2016) terapi diabetes mellitus pada kehamilan dapat diberikan golongan biguanid (metformin) dan
sulfonylurea dengan syarat metformin lebih dipilih terutama bila gula darah dapat terkontrol dan golongan sulfonylurea
apabila inferior dibanding insulin dan metformin. Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi
keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. Selain itu, harus diperhatikan bahwa pemberian
metformin secara titrasi pada awal penggunaan akan memudahkan dokter untuk memantau efek samping obat tersebut.
Metformin masuk ke dalam kategori B pada kehamilan.
f. Kondisi pre hipertensi diatasi dengan diet modifikasi (diet rendah garam konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak
tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
g. Nistatin supp 100.000 unit secara intravagina Digantikan karena menurut PERDOSKI 2017, penggunaan terapi KVV
jika berdasarkan EBM menggunakan Klotrimazol dosis 500 mg intravaginal dosis tunggal/Klotrimazol 10% cream.
Pengobatan dilakukan selama 14 hari dengan monitoring kadar glukosa darah. Penggunaan Klotrimazol pada
kehamilan termasuk dalam kategori B untuk sediaan vaginal serta topikal (FDA, 2008).
h. Cetirizine 5 mg 2 x sehari 1 tab. Pemberian Cetirizine sebagai antihistamin pada indikasi gatal area vagina pasien.
Digunakan untuk mencegah timbulnya lesi pada tubuh pasien.
i. Kondisi Trigliserida tinggi pada hari 3 perawatan diberikan PUFA omega 3 (EPA dan DHA) 2 x sehari 1 kapsul
dianjurkan bersama diet. Konsentrasi trigliserida dan kolesterol berlipat ganda secara fisiologis pada kehamilan
trimester ketiga.
Terapi Non Farmakologi
a. Kondisi pre hipertensi diatasi dengan diet modifikasi (diet rendah garam konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak
tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
b. Pola makan pasien perlu diatur Pola makan yang baik bagi pasien, selain menyesuaikan dengan gizi seimbang, perlu
untuk memperbanyak konsumsi serat. Serat didapatkan dari oatmeal, ataupun buah‐ buahan.
c. Pastikan untuk selalu menjaga daerah sekitar vagina agar tetap kering dan tidak lembap agar menghambat pertumbuhan
jamur atau pun bakteri.
d. Pakaian yang dianjurkan selama hamil adalah yang mudah menyerap keringat seperti katun dan jangan lupa untuk rutin
mengganti pakaian dalam.
e. Saat membilas vagina, arahkan bilasan setelah buang air kecil dari depan ke belakang, karena jika dari belakang ke
depan berisiko terinfeksi jamur atau bakteri lainnya.
f. Jangan gunakan celana saat masih basah, sebaiknya tunggu sampai benar-benar kering agar tidak tercipta lingkungan
yang lembab
5. Monitoring
a. Monitoring efektivitas terapi DM lakukan pegecekan GDP dan HbA1c
b. Monitoring efektivitas terapi klotrimazol jika perlu lakukan pengecekan laboratorium untuk melihat penurunan infeksi
jamur pada pasien
c. Monitoring TG dan kolesterol total pasien
6. Form CPPT
TANGGA S.O.A.P TERINTEGRASI INSTRUKSI
L
15 Mei 21 Subjektif (S): 1. Lakukan pengecekan cairan vagina jika perlu
1. Lemas lakukan pengecekan laboratrium
2. Anggota gerak terasa lemah 2. lakukan pegecekan GDP
3. Mual dan muntah 3. lakukan pegecekan HbA1C
4. Gatal di vagina dengan rasa seperti terbakar 4. Evaluasi Faktor resiko penyebab infeksi Candida
5. Nyeri pada vagina juga dialami saat vagina
berkemih. 5. Evaluasi kepatuhan pasien
Objektif (O):
1. BB 60 kg
2. TB 170 cm
3. HbA1C 8,5%
4. TD 130/80 mmHg
5. HR = 89x
6. RR = 20x
7. SpO2 = 93%
8. Pemeriksaan Cairan Vagina : viskositas kental,
berwarna putih, berbau tidak enak, pH 4.
9. Riwayat Penyakit : DM Type 2
Assesment (A) :
1. Injeksi RL 30 tpm digunakan untuk menambah
cairan pada pasien karena lemas
2. Injeksi citicolin 2x500 diberikan pada pasien
kehilangan kesadaran, gangguan psikiatri dan
memperbaiki sirkulasi darah otak sehingga
kurang tepat diberikan pada pasien ini
3. Injeksi omeprazole 2x1 diindikasikan pada
pasien tukak lambung sehingga terapi tidak
tepat untuk pasien ini
4. Injeksi ondansetron 2x1 diberikan untuk
mengatasi mual dan muntah
5. Metformin tablet 3x1 digunakan sebagai
antidiabetik oral pada pasien DM 2
6. Nistatin supp 100.000 unit intravagina
digunakan untuk terapi candidiasis vagina
terapi tidak adekuat
Plan (P) :
1. Pemberian citicolin sebaiknya dihentikan
karena adanya terapi tanpa indikasi
2. Pemberian omeprazol dihentikan karena
pasien tidak mengalami tukak lambung
3. Pemberian metformin dilanjutkan sampai
gula darah pasien terkontrol
4. Pemberian nystatin digantikan klotrimazol
10% cream diberikan 1 x sehari dioleskan
pada bagian yang gatal selama 14 hari
5. Ditambah pemberian cetirizin 5 mg 2 x
sehari 1 tab sebagai antihistamin pada
indikasi gatal area vagina pasien
6. Modifikasi pola hidup (Terapi nutrisi medis,
pengaturan diet, aktivitas fisik, menjaga
berat badan)
16 Mei 21 Subjektif (S): 1. Lakukan pengecekan cairan vagina jika perlu
1. Masih lemas lakukan pengecekan laboratrium
2. Anggota gerak terasa lemah 2. lakukan pegecekan GDP
3. Gatal di vagina dengan rasa seperti terbakar 3. lakukan pegecekan HbA1C
4. Evaluasi Faktor resiko penyebab infeksi Candida
vagina
5. Evaluasi kepatuhan pasien
Objektif (O):
1. HbA1C 8,5%
2. TD 130/80 mmHg
3. HR = 85x
4. RR = 20x
Assesment (A) :
1. Terapi tanpa indikasi pada pemberian citicolin
2. Terapi tanpa indikasi pada pemberian
omeprazol
3. Metformin tablet 3x1 digunakan sebagai
antidiabetik oral pada pasien DM 2
4. Terapi tanpa indikasi pada pemberian
ondansetron karena mual muntah sudah
membaik
5. Nistatin supp digunakan untuk terapi
candidiasis vagina terapi tidak adekuat
Plan (P) :
1. Pemberian citicolin sebaiknya dihentikan
karena adanya terapi tanpa indikasi
2. Pemberian omeprazol dihentikan karena
pasien tidak mengalami tukak lambung
3. Pemberian metformin dilanjutkan sampai
gula darah pasien terkontrol
4. Pemberian klotrimazol 10% cream
dilanjutkan hingga 14 hari
5. Modifikasi pola hidup (Terapi nutrisi medis,
pengaturan diet, aktivitas fisik, menjaga
berat badan)
6. Pemberian ondansetron dihentikan karena
mual muntah pada pasien sudah membaik
7. Pemberian cetirizin 5 mg 2 x sehari 1 tab
sebagai antihistamin pada indikasi gatal area
vagina pasien
17 Mei 21 Subjektif (S): 1. Lakukan pengecekan cairan vagina jika perlu
1. Masih lemas lakukan pengecekan laboratrium
2. Anggota gerak terasa lemah 2. Lakukan pegecekan GDP
3. Gatal di vagina dengan rasa seperti terbakar 3. Lakukan pegecekan HbA1C
Objektif (O): 4. Lakukan pengecekan kadar TG dan kolesterol total
1. TG = 313 mg/dL 5. Evaluasi Faktor resiko penyebab infeksi Candida
2. Kolesterol = 239 mg/dL vagina
3. Asam urat = 3,7 6. Evaluasi kepatuhan pasien
4. HbA1C 8,5%
Assesment (A) :
1. RL digunakan untuk menambah cairan pada
pasien karena lemas
2. Citicolin diberikan pada pasien kehilangan
kesadaran, gangguan psikiatri dan memperbaiki
sirkulasi darah otak sehingga kurang tepat
diberikan pada pasien ini
3. Omeprazol diindakasikan pada pasien tukak
lambung sehingga terapi tidak tepat untuk
pasien ini
4. Ondansetron diberikan untuk mengatasi mual
dan muntah
5. Metformin tablet digunakan sebagai
antidiabetik oral pada pasien DM 2
6. Nistatin supp digunakan untuk terapi
candidiasis vagina terapi tidak adekuat
Plan (P) :
1. Pemberian citicolin sebaiknya dihentikan
karena adanya terapi tanpa indikasi
2. Pemberian omeprazol dihentikan karena
pasien tidak mengalami tukak lambung
3. Pemberian metformin dilanjutkan sampai
gula darah pasien terkontrol
4. Pemberian klotrimazol 10% cream
dilanjutkan hingga 14 hari
5. Modifikasi pola hidup (Terapi nutrisi medis,
pengaturan diet, aktivitas fisik, menjaga
berat badan)
6. Pemberian ondansetron dihentikan karena
mual muntah pada pasien sudah membaik
7. Pemberian cetirizin 5 mg 2 x sehari 1 tab
sebagai antihistamin pada indikasi gatal area
vagina pasien
8. Pemberian obat kolesterol untuk menurunkan
TG dan kolesterol berupa PUFA omega 3
(EPA dan DHA) dianjurkan bersama diet.
DAFTAR PUSTAKA
Bender, Rukiye Ada, et al. "Treatment methods for vulvovaginal candidiasis in pregnancy."
Journal of Medical Mycology 31.3 (2021): 101138.
Carrol C, Hurley R, Stanley V. Criteria for diagnosis of Candida vulvovaginitis in pregnant
women. J Obstet Gynecol Br Common. 2003;80(3):258–263.
Casari, E. (2010). Gardnerella, Trichomonas vaginalis, Candida.
Centers for Disease Control and Prevention. Sexually transmitted diseases treatment guidelines.
MMWR. 2010; 59: 56-63.
Dipiro, JT. Et al. 2015. Pharmacotherapy A Pathophysiology Approach 9th edition. New York:
Mc Graw Hill.
Dipiro, JT. Et al. 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiology Approach 11 th edition. New York:
Mc Graw Hill.
Discipline of Gynecology and Obstetrics,Faculdade de Medicina,Brazil. (n.d.). Incidence of
Gardnerella vaginalis, Candida sp and human paviloma virus n cytological smears.
Food and Drugs Administration. fda.gov. [Online].; 2008. Available from:
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/nda/2004 /076387_Clotrimaz ole
%20LozengesTOC.cfm
Gispen, W. (2007). Leiden Cytologi and pathology Laboratory Leiden Netherland. Vulvovaginal
Candida, 41-60.
Hillier S, Marrazzo J, Holmes KK. Bacterial vaginosis. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm
WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually transmited disease.
Edisi ke-4. New York: McGraw-Hill; 2008. h. 737-68.
Kuswadji, 1987, Kandidiosis, dalam Djuanda, A., Hamzah M., Aisah S., Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi IV,106, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Murtiastutik D. Kandidiasis Vulvovaginalis. Dalam : Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo
S, editor. Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press;2008. h. 56-
64. 2.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Panduan Tata Laksana
Dislipidemia. Jakarta: PERKI; 2017.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
2017.
PERCAKAPAN