Anda di halaman 1dari 13

FARMAKOLOGI MOLEKULER

OBAT TARGET ENZIM

YENI RAHMADANI ( O1A117199)


PENGERTIAN ENZIM

Enzim merupakan molekul biologis yang berfungsi mempercepat reaksi biokimia


tertentu dan menghasilkan produk yang spesifik. Enzim, seperti halnya protein lain,
disintesis oleh jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Enzim dengan
spesifisitas, afinitas, dan katalitik efisiensi yang tinggi sangat diperlukan dalam
berbagai proses kimia untuk menopang kehidupan dan mempercepat reaksi kimia.
Semua karakteristik enzim ini merupakan fokus utama dari semua pengembangan
obat-obatan untuk mengatasi penyakit.
Aksi obat pada enzim di perantarai 2 mekanisme :
• Molekul obat sebagaisubstark analog yang beraksi sebagai Inhibitor kompetitif
bagi enzim
• Molekul obat sebagai substark yang salah ( fase substrate).
LANJUTAN…..
Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim sebagai
obat, pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim dengan
demikian suatu efek tertentu dapat dicapai (enzim sebagai sasaran pengobatan),
serta manipulasi terhadap ikatan protein-ligan sebagai sasaran pengobatan.
Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian enzim untuk
mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia
untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu.
01 INFORMASI PENYAKIT

02 OBAT ASPIRIN

03 TARGET AKSI OBAR

04 MEKANISME KERJA SECARA


MOLEKULER
01
RHEUMATOID ARTHRITIS
Rheumatoid arthritis merupakan Penggunaan aspirin sebagai antiinflamasi
penyakit inflamasi sistemik terutama adalah untuk pengobatan rheumatoid
kronik atau penyakit autoimun arthritis, yaitu suatu penyakit kronissistemik yang
dimana rheumatoid arthritis ini melibatkan banyak organ, dan dianggap sebagai
memiliki karakteristik terjadinya penyakit autoimun. Aspirin mampu mereduksi
kerusakan pada tulang sendi, proses inflamasi di dalam sendi dan jaringan
ankilosis dan deformitas. sehingga mengurangi gejala dan memperbaiki
Penyakit ini adalah salah satu mobilitas penderita. Meskipun demikian, obat ini
dari sekelompok penyakit tidak mampu menghambat progresivitas cidera
jaringan penyambung difus yang jaringan patologis (Roy, 2007). Jika dengan
diperantarai oleh imunitas aspirin saja belum efektif, maka dapat diganti
(Lukman & Nurna Ningsih, dengan AINS lain, kortikosteroid, atau obat yang
bersifat diseasemodifying drug. Hal yang perlu
2013).
diperhatikan adalah bahwa jika akan
menggunakan kombinasi AINS dengan obat
lain untuk rheumatoid arthritis (misalnya AINS
dengan methotrexate), maka sebaiknya
digunakan AINS selain aspirin
Aspirin merupakan golongan obat
antiinflamasi non steroid (AINS) yang

02 memiliki efek analgesik, antipiretik,dan


antiinflamasi. Indikasinya yaitu nyeri
(ringan-sedang), antiplatelet pada terapi
Obat Aspirin kardiovaskular dan stroke, rheumatoid
artritis, osteoarthritis, dan gout.
LANJUTAN......
Aspirin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 12 tahun karena risiko terjadinya
sindroma Reye (ditandai dengan ensefalopati non inflamatorik akut dan hepatopati berat).
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan kadar transaminase serum,
bilirubin dan ammonia secara signifikan. Secara histopatologi, dapat ditemukan gambaran
steatosismikrovesikuler dan edemamitokondria dengan cristae yang rusak. Sindrom ini
lebih sering terjadisetelah infeksi virus,terutama varicella dan influenza (Orlowski et al.,
2002; Glasgow, 2006). Dengan demikian, aspirin dan seluruh derivatnya tidak boleh
diberikan sebagai terapi gejala mirip flu pada anak‐anak.
Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan
kemampuannya menghambat enzim siklooksigenase
(cyclooxygenase/COX), yang mengkatalisis perubahan
asam arakidonat menjadi prostaglandin H2,prostaglandin
E2,dan tromboksan A2. Aspirin hanya bekerja pada enzim
siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga
03 tidak menghambat pembentukan lekotrien (Roy, 2007).
Tidak seperti AINS lainnya yang menghambat enzim secara
TARGET kompetitifsehingga bersifat reversibel, aspirin menghambat
enzim COX secara ireversibel. Hal ini disebabkan karena
AKSI OBAT aspirin menyebabkan asetilasi residu serin pada gugus
karbon terminal dari enzim COX, sehingga untuk
memproduksprostanoid baru memerlukan sintesis enzim
COX baru (Vane & Botting, 2003). Hal ini penting karena
terkait dengan efek aspirin, dimana durasi efek sangat
bergantung pada kecepatan turn over enzim
siklooksigenase (Roy, 2007).
LANJUTAN…..
Aspirin menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam
platelet secara ireversibel. Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama
hidupnya platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya
sintesistromboksan A2 (TXA2) yang berperan besar dalam agregasi trombosit
terhambat. Penggunaan aspirin dosis rendah regular (81 mg/hari) mampu
menghambat lebih dari 95% sintesis TXA2 sehingga penggunaan rutin tidak
memerlukan monitoringSelain melalui penghambatan terhadap COX, aspirin juga
mampu mengasetilasi enzim NitricOxide Synthase‐3 (NOS‐3) yang akan
meningkatkan produksi NitricOxide (NO). Nitric Oxide diketahui bersifatsebagai
inhibitor aktivasi platelet, dengan demikian hal ini menambah informasimengenai
manfaat aspirin sebagai antiplatelet(O’Kane et al., 2009).
Mekanisme kerja aspirin terutama adalah
penghambatan sintesis prostaglandin E2 dan
04 tromboksan A2 . Akibat penghambatan ini, maka ada
tiga aksi utama dari aspirin, yaitu: (1) antiinflamasi,
MEKANISME karena penurunan sintesisprostaglandin proinflamasi,
(2) analgesik, karena penurunan prostaglandin
KERJA E2akan menyebabkan penurunan sensitisasi akhiran
saraf nosiseptif terhadap mediator pro inflamasi, dan
(3) antipiretik, karena penurunan prostaglandin E2
yang bertanggungjawab terhadap peningkatan set
point pengaturan suhu di hipotalamus
TERIMA KASIH
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai