Enzim merupakan molekul biologis yang berfungsi mempercepat reaksi biokimia
tertentu dan menghasilkan produk yang spesifik. Enzim, seperti halnya protein lain, disintesis oleh jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Enzim dengan spesifisitas, afinitas, dan katalitik efisiensi yang tinggi sangat diperlukan dalam berbagai proses kimia untuk menopang kehidupan dan mempercepat reaksi kimia. Semua karakteristik enzim ini merupakan fokus utama dari semua pengembangan obat-obatan untuk mengatasi penyakit. Aksi obat pada enzim di perantarai 2 mekanisme : • Molekul obat sebagaisubstark analog yang beraksi sebagai Inhibitor kompetitif bagi enzim • Molekul obat sebagai substark yang salah ( fase substrate). LANJUTAN….. Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim sebagai obat, pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim dengan demikian suatu efek tertentu dapat dicapai (enzim sebagai sasaran pengobatan), serta manipulasi terhadap ikatan protein-ligan sebagai sasaran pengobatan. Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu. 01 INFORMASI PENYAKIT
02 OBAT ASPIRIN
03 TARGET AKSI OBAR
04 MEKANISME KERJA SECARA
MOLEKULER 01 RHEUMATOID ARTHRITIS Rheumatoid arthritis merupakan Penggunaan aspirin sebagai antiinflamasi penyakit inflamasi sistemik terutama adalah untuk pengobatan rheumatoid kronik atau penyakit autoimun arthritis, yaitu suatu penyakit kronissistemik yang dimana rheumatoid arthritis ini melibatkan banyak organ, dan dianggap sebagai memiliki karakteristik terjadinya penyakit autoimun. Aspirin mampu mereduksi kerusakan pada tulang sendi, proses inflamasi di dalam sendi dan jaringan ankilosis dan deformitas. sehingga mengurangi gejala dan memperbaiki Penyakit ini adalah salah satu mobilitas penderita. Meskipun demikian, obat ini dari sekelompok penyakit tidak mampu menghambat progresivitas cidera jaringan penyambung difus yang jaringan patologis (Roy, 2007). Jika dengan diperantarai oleh imunitas aspirin saja belum efektif, maka dapat diganti (Lukman & Nurna Ningsih, dengan AINS lain, kortikosteroid, atau obat yang bersifat diseasemodifying drug. Hal yang perlu 2013). diperhatikan adalah bahwa jika akan menggunakan kombinasi AINS dengan obat lain untuk rheumatoid arthritis (misalnya AINS dengan methotrexate), maka sebaiknya digunakan AINS selain aspirin Aspirin merupakan golongan obat antiinflamasi non steroid (AINS) yang
02 memiliki efek analgesik, antipiretik,dan
antiinflamasi. Indikasinya yaitu nyeri (ringan-sedang), antiplatelet pada terapi Obat Aspirin kardiovaskular dan stroke, rheumatoid artritis, osteoarthritis, dan gout. LANJUTAN...... Aspirin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 12 tahun karena risiko terjadinya sindroma Reye (ditandai dengan ensefalopati non inflamatorik akut dan hepatopati berat). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan kadar transaminase serum, bilirubin dan ammonia secara signifikan. Secara histopatologi, dapat ditemukan gambaran steatosismikrovesikuler dan edemamitokondria dengan cristae yang rusak. Sindrom ini lebih sering terjadisetelah infeksi virus,terutama varicella dan influenza (Orlowski et al., 2002; Glasgow, 2006). Dengan demikian, aspirin dan seluruh derivatnya tidak boleh diberikan sebagai terapi gejala mirip flu pada anak‐anak. Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuannya menghambat enzim siklooksigenase (cyclooxygenase/COX), yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin H2,prostaglandin E2,dan tromboksan A2. Aspirin hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga 03 tidak menghambat pembentukan lekotrien (Roy, 2007). Tidak seperti AINS lainnya yang menghambat enzim secara TARGET kompetitifsehingga bersifat reversibel, aspirin menghambat enzim COX secara ireversibel. Hal ini disebabkan karena AKSI OBAT aspirin menyebabkan asetilasi residu serin pada gugus karbon terminal dari enzim COX, sehingga untuk memproduksprostanoid baru memerlukan sintesis enzim COX baru (Vane & Botting, 2003). Hal ini penting karena terkait dengan efek aspirin, dimana durasi efek sangat bergantung pada kecepatan turn over enzim siklooksigenase (Roy, 2007). LANJUTAN….. Aspirin menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam platelet secara ireversibel. Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama hidupnya platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya sintesistromboksan A2 (TXA2) yang berperan besar dalam agregasi trombosit terhambat. Penggunaan aspirin dosis rendah regular (81 mg/hari) mampu menghambat lebih dari 95% sintesis TXA2 sehingga penggunaan rutin tidak memerlukan monitoringSelain melalui penghambatan terhadap COX, aspirin juga mampu mengasetilasi enzim NitricOxide Synthase‐3 (NOS‐3) yang akan meningkatkan produksi NitricOxide (NO). Nitric Oxide diketahui bersifatsebagai inhibitor aktivasi platelet, dengan demikian hal ini menambah informasimengenai manfaat aspirin sebagai antiplatelet(O’Kane et al., 2009). Mekanisme kerja aspirin terutama adalah penghambatan sintesis prostaglandin E2 dan 04 tromboksan A2 . Akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi utama dari aspirin, yaitu: (1) antiinflamasi, MEKANISME karena penurunan sintesisprostaglandin proinflamasi, (2) analgesik, karena penurunan prostaglandin KERJA E2akan menyebabkan penurunan sensitisasi akhiran saraf nosiseptif terhadap mediator pro inflamasi, dan (3) antipiretik, karena penurunan prostaglandin E2 yang bertanggungjawab terhadap peningkatan set point pengaturan suhu di hipotalamus TERIMA KASIH CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik