Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

KASUS 3

Dalamrangka pengajuan sertifikasi CPOB Industri Obat Mekar Jaya pada tahun
2020.Salah satu yang menjadi temuan dalam audit tersebut adalah system pengolahan air belum
sesuai persyaratan yang ditetapkan. Andi merupakan QA manager diindustri tersebut ditugaskan
oleh Direktur Perusahan untuk mendesain system pengolahan air di industry tersebut.
TUGAS:
1. Jelaskan spesifikasi mutu air di industry farmasi!
2. Jelaskan dan desainlah system pengolahan air untuk produksi sediaans teril!
3. Jelaskan bagaimana cara untuk memastikan system pengolahan air untuk
produksi sediaan steril tersebut telah sesuai persyaratan!
penyelesaian
A. Jelaskan spesifikasi mutu air di industry farmasi!

Spesifikasi mutu air, secara garis besar Spesifikasi Mutu Air dapat dibagi menjadi
beberapa “grade” sebagai berikut:
1. Air Pasokan (Feed Water)
Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler diperoleh dari air
sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak
sama walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan
asal air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh
aktivitas penduduk dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu dilakukan pemurnian.
2. Air Murni (Purified Water)
Air murni adalah air yang memenuhi persyaratan air minum, yang dimurnikan
dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai.
Tidak mengandung zat tambahan lain ( Farmakope Indonesia V halaman 56).
3. Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi (Highly Purified Water/HPW)
High Purified Water diolah dari Portable Water. yang membedakannya dari Purified
Water adalah HPW telah memenuhi standar/kriteria Water for Injections termasuk dalam
jumlah endotoksi namun sistem pengolahan air yang digunakan dianggap kurang dapat
diandalkan jika dibandingkan dengan destilasi. Metode yang biasanya digunakan untuk
pengolahan Portable Water menjadi HPW adalah kombinasi dari Reverse Osmosis (RO),
Deionisasi dan ultrafiltrasi.
4. Air Untuk Injeksi (Water for Injection/WFI)
Air untuk produksi steril (water for injection/wfi) merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dan kritis dalam proses produksi produk-produk steril. Dalam
produk steril, terutama obat suntik cair atau cairan infus (cairan irigasi), airr merupakan
bahan baku, dalam jumlah besar, sehingga apabial terjadi pencemaran, akan
menimbulkan risiko fatal bagi pasien.

B. Jelaskan dan desainlah system pengolahan air untuk produksi sediaans teril!
Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan pemurnian air, sistem penyimpanan dan
distribusi harus mempertimbangkan hal-hal sbb :
a) Ketersediaan ruang untuk instalasi
b) Beban struktural dalam bangunan
c) Ketersediaan akses yang memadai (terutama untuk pemeliharaan dan pengawasan)
d) Kemampuan penanganan bahan kimia untuk regenerasi dan sanitasi secara aman.
e) Mekanisme kerja Purified Water System
Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat menghilangkan
berbagai cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan gas) yang terdapat di
dalam air yang akan digunakan untuk produksi. Air (raw water) pengolahan air dapat
diperoleh dari air PDAM (city water), Shallow well (sumur dangkal) dengan
kedalaman  10-20 m, atau berasal dari Deep well (sumur dalam) dengan kedalaman
80-150 m. Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water) yang memenuhi syarat
ditentukan dari target mutu air yang akan dihasilkan. Demikian pula mutu air
menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan air tersebut.Purified water
system terdiri dari:
Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger (HE), Micro filter,
Ultra filtration (R.O = Reverse Osmosis) dan Electro De-Ionization (EDI).
(priyambodo, cpob 2018)
f) Multimedia filter, berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-
partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari beberapa filter
dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter-
filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung
diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering juga disebut
dengan sand filter).
g) Active Carbon filter, adalah karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan
uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang
memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya digunakan dalam bentuk
granular (butiran). Active carbon berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses
de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine, benzene, pestisida, bahan-
bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air.
h) Water Softener Filter, berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan
dan/atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang
menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.
i) Reverse Osmosis, merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang
dapat menurunkn hingga 95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. Reverse
osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron).
j) EDI (Elektonic De-Ionization), merupakan perkembangan dari Ion Exchange
system dimana sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping
resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses
pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi. Setelah
melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki
penampungan (storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan
looping system dan siap didistribusikan ke ruang produksi.
C. Jelaskan bagaimana cara untuk memastikan system pengolahan air untuk produksi
sediaan steril tersebut telah sesuai persyaratan!
Kualifikasi dan Inspeksi Sistem Pengolahan Air, sistem Pengolahan Air merupakan sistem
kritis yang berdampak langsung terhadap mutu, sehingga parameter mutu kritis sistem tersebut
harus dikualifikasi. Kualifikasi yang akan dilakukan harus mengikuti kaidah validasi yang
mencakup Kualifikasi Desain (KD), kualfikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan
Kualifikasi Kinerja (KK) sesuai dengan Pedoman CPOB. KD, KI dan KO sangat tergantung dari
masing-masing sistem yang diinstall oleh masing-masing industri farmasi, sehingga Juknis
CPOB tidak memberikan guideline yang spesifik. Juknis CPOB (dan juga POPP CPOB) hanya
memberikan guideline mengenai pelaksanaan KK (kualifikasi Kinerja) dengan pendekatan 3
fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase 3
Ringkasan pelaksanaan kualifikasi kinerja sistem pengolahan air dengan pendekatan 3
fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase 3 3 fase:
Frekuensi
Fase
Durasi Pengambilan Keterangan
Validasi
Sampel
Kualifikasi Min. 2 - 4 Tiap hari di tiap titik  Pada fase ini air belum boleh
kinerja fase 1 minggu pemantauan digunakan untuk produksi
 Parameter pengujian kimia dan
mikrobiologi
 Tujuan:
 Menetapkan parameter
sistem pengolahan air
termasik titik pengambilan
sampel
 Menetapkan prosedur
pengoperasian,
pembersihan, sanitasi dan
perawatan
 Menetapkan batas waspada
dan batas tindakan
Kualifikasi Min. 2 - 4 Tiap hari di tiap titik  Pada fase ini air boleh
kinerja fase 2 minggu pemantauan digunakan bila memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan
 Parameter pengujian kimia dan
miktobiologi
 Tujuan: memverifikasi
parameter operasional yang
ditetapkan pada fase 1
Kualifikasi Min. 52 Tiap hari dan dalam  Pada fase ini air boleh
kinerja fase 3 minggu seminggu secara digunakan bila memenuhi
bergilir harus spesifikasi yang ditetapkan
mencakup semua  Parameter pengujian kimia dan
titik pemantauan. mikrobiologi
Titik pemantauan,  Tujuan: memastikan
frekuensi dan jenis konsistensi kinerja selama 1
pengujian sampel tahun yang mencakup variasi
dapat dikurangi karena pergantian musim
berdasarkan hasil
pemantauan pada
fase 1 dan fase 2

Inspeksi Sistem Pengolahan Air, SPA merupakan salah satu sarana penunjang kritis,
sehingga senantiasa menjadi “subyek” inspeksi oleh Badan POM. Berikut adalah acuan yang
dapat digunakan mengenai apa saja yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan inspeksi atau audit
mutu:
1. Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan dalam sistem denganpenandaan
fungsi alat mulai dari awall inlet sampai titik pengguna lengkap dengantitik pengambilan
sampel;
2. Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/atau isometris);
3. Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar semua titik sampel;
4. Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel;
5. Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk pemantauan;
6. Pemantauan hasil dan evaluasi tren;
7. Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang terakhir;
8. Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi terakhir dan pemeriksaan apakah
pengendalian perubahan telah diimplementasikan;
9. Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan investigasinya;
10. lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem;
11. Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan; dan
12. Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM RI

BPOM RI. 2012. Petunjuk Teknis Sarana Penunjang Kritis Industri Farmasi. Jakarta: BPOM RI

Anda mungkin juga menyukai