Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

KEPERAWATAN KOMUNITAS: ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT MENULAR

TUBERCULOSIS (TB)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang

ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam

upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien

sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di Indonesia

dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang

dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi

pelayanan kesehatan professional terdepan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.

Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan

untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi

stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan

kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan

langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dengan

mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi

kesehatan individu, keluarga dan kelompok. Peningkatan peran serta


masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya

meningkatkan kesehatan.

Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses

keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi,

tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan

kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu

memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada

rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan berkesinambungan

secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data,

diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R

Budi Dwi K, 2010).

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan

kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan

secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti

seluruh kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan

masalah keperawatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan

individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.

Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan

empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok

dan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat

pendekatan yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok masyarakat

dilakukan dengan cara masing-masing mahasiswa mengelola satu keluarga

dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan. Pendekatan masyarakat


dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa melalui pengkajian data

kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan Patuk sampai kegiatan

evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul.

Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu

harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan

kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan

pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat

menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan

sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.

Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya

penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya

(seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan

kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara

lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan,

masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan,

pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan

pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.

Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya

menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini

berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan

Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik anak-anak

maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan pada orang lain,
bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui

udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari

paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe,

saluran napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.

TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%

dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-

satunya bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah

kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3

negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China.

Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien TB

dunia.

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru

dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada

tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari

70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi

selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC

Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara global, angka kejadian

kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa

kasus TBC berada di sekitar kita.

Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya

kuman yang terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman

tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan

berada diudara disekitar penderita TB. Untuk membatasi terjadinya penyakit


TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk menanggulanginya seperti

dengan mencanangkan program DOTS (Directly Observed Treatment Short-

course) yang mana fokus utama dari program ini adalah penemuan dan

penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe

menular.

Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya

untuk menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman

anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian

tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan

penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta

asuhan keperawatan bagi penderita TB paru

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas

dengan masalah TB Paru

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi TB paru

2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru

3. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru

4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru


5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru

6. Untuk mengetahui cara penularan Tb Paru

7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik

8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru

9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru

10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru

11. Untuk mengetahui Prognosis TB Paru


BAB II

ISI

2. 1. DEFINISI

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa Tuberkulosis

paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh

mybacterium tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke

dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru. Kemudian kuman

tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain melaui peredaran darah,

kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes

RI, 2002).

Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang

hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-

paru.

2. 2. ETIOLOGI

1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan mycobacterium

tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882).

2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam

pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA),

kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung.


3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan

kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20 menit.

2. 3. KLASIFIKASI

Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis

post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru terjadi karena

kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.

Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai

berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel

pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh

makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta gerakan silia dengan

sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post Primer

dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer.

Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior

atau inferior pada paru. (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

2.4. PATOFISIOLOGI

Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi jarang

sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan berkembang

biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri

yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia

kecil dan disebut sarang primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat terjadi

di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer ini akan timbul peradangan
saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran kelenjar getah

bening hilus (limfadenitis hilus). Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis

regional disebut sebagai kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan meninggalkan

cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,

kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan

menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen

pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan

bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus, secara limfogen, secara

hematogen, ke organ lainnya (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

2. 5 TANDA & GEJALA

Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut :

1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza,

terkadang sampai 40-410 C.

2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk

non produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif.

Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah. Ini

terjadi karena kavitas, tapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus.

3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah

setengah bagian paru.


4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga

menimbulkan pleuritis.

5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat

badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990;

Heitkemper, 2000).

2. 6 CARA PENULARAN

1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada

anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.

2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang

biak menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar

melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC

menginfeksi hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran

pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.

3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan

udara tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang

dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.

2. 7 PENEGAKAN DIAGNOSIS TB PARU

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan pemerikasaan


patologi anatomi (PA). Di Indonesia sebagai standar untuk penegakan diagnosis

tuberkulosis paru adalah pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis sangat

cocok dengan kondisi Puskesmas dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru

(Depkes RI, 2002). Oleh karena itu untuk deteksi kuman TBC digunakan

pemeriksaan mikroskopis dalam menetapkan diagnosis dan pengobatan.

2. 8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Medis

Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :

1. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;

2. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat

3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait

4. Mencegah kambuhnya penyakit

5. Mencegah kuman TBC menjadi resisten

6. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton, Norman &

Miller, 2002).

Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus

disuntik dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar dan bosan untuk

berobat. Sistem pengobatan sekarang, seorang klien diwajibkan minum obat selama 6

bulan. Jenis obat yang harus diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan

yang diberikan (Depkes RI, 1997).

Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama

enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid
(Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti

tuberkulosis tabel 1 adalah paduan yang digunakan dalam program nasional

penanggulangan tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI,

2002). Paduan pengobatan terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix Dose

Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis dalam satu kemasan

(WHO, 2002)

Paduan Obat
Kategori Tahap Intensif Tahap lanjutan Untuk Klien TUberculosis
I 2HRZE 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+)
TBC Paru BTA (-) Ro (+)
dengan kerusakan jaringan paru
yang luas
TBC ekstra paru sakit berat
II 2HRZES atau 5H3R3E3 TBC paru BTA (+), kambuh
1HRZE TBC paru BTA (+), gagal
TBC paru BTA (+),
pengobatan ulang karena lalai
berobat
TBC paru BTA (-) Ro (+)
III 2HRZ 4H3R3
TBC ekstra paru

Keterangan :

H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin (Depkes,

RI, 2002)

Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat dalam bulan,

sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali dalam seminggu obat

tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid

diminum dalam jangka waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH,
Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes

RI, 2002).

Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH :

Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik. Pada

Streptomisin dapat mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus VIII cranial.

Pirazinamid dapat mengakibatkan hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat

mengakibatkan neurosis optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping

dari obat anti tuberkulosis yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual,

muntah-muntah, gatal-gatal, mata kabur dan nyeri otot atau tulang (Depkes RI, 2002).

Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat terdeteksi secara dini dan dapat segera

dirujuk ke fasilitas pelayanan terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat

karena ketidakteraturan minum obat dapat menyebabkan resistensi terhadap obat.

Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru

dilakukan dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat yang bakterisid.

Dengan memakai obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena

jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih, dan pola resistensi

yang terbanyak ditemukan ialah INH (Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran

perawat komunitas untuk menghindari terjadinya resistensi obat adalah dengan selalu

memantau pengobatan dengan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan akibat

ketidakteraturan minum obat.

Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan yaitu:

Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah nama suatu strategi yang
dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan

menyembuhkan pasien TB paru. Strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga program ini menjadi

salah satu prioritas dan pendanaan oun akan tersedia.

2. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru melalui

pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.

3. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik

oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum

obat seluruh obatnya sehngga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh

obat dan diharapkan keswembuhan pada akhir masa pengobatannya

4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem

surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.

5. Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis, dan jangka

waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.

Penatalaksaan Keperawatan

Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak.

Sering kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah

ditemukan. Pada saat yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga

mereka dapat menjalani “follow-up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan

mempunyai penyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling

umum adalah batuk produktif dan berkeringat malam hari.

Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup

batu produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberkulin dengan indurasi 10
mm atau lebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan

Christie, 2003). 

Penatalaksanaan Diet

Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna

memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki

status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal.

Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:

1. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan

normal

2. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar

albumin serum yang rendah (75-100 gram)

3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total

4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total

5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total

6. Macam diet untuk penyakit TBC:

a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I)

b. Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB)

c. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)

d. Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)


2. 9. KOMPLIKASI

Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :

1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

nafas.

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan

karena kerusakan jaringan paru.

5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.

6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

1. Pengkajian Wilayah atau Geografi

Lokasi pengamatan : Jl. Asembagus 3, RT.06/RW.02, Kel. Tembok Dukuh, Kec.

Bubutan, Surabaya, Jawa Timur.

 Tipe perkampungan / pedesaan

- Perumahan yang ada di RT 06 sudah permanen

 Lingkungan tempat tinggal

- Ada jarak antara rumah 1 dengan yang lainnya.

- Bangunan rumah rumah sudah permanen.

- Tidak terdapat apartemen di RT 06.

 Umur area perumahan

- Tidak terdapat bangunan baru di RT 06.

- Bangunan di RT 06 sudah lama tetapi terpelihara dengan baik.

- Tidak ada bangunan rusak yang terbengkalai.

 Karakteristik social-kultural

- Penduduk di RT 06 terdiri dari balita sampai lansia.

- Mayoritas penduduk berusia paruh baya.

- Di RT 06 mayoritas warga berasal dari suku jawa.

- Semua warga terlihat sibuk bekerja.

- Tidak terlihat adanya tanda kurang punya harapan.


 Lingkungan

1. Tampak umum

- Halaman dan pekarangan terlihat bersih, jalanan di RT 06 berlubang sehungga

terdapat genangan air.

- Terdapat sepetak sawah dan beberapa tanaman hias di depan rumah warga.

- Tidak terdapat patung atau tanda-tanda seni lain di rumah warga.

2. Bahaya lingkungan

- Tidak terlihat adanya sampah yang menumpuk.

- Tidak terdapat area bermain.

- Ada penerangan di kanan-kiri jalan.

- Tidak terlihat adanya alat pemadam kebakaran.

- Lalu lintas ramai karena dekat dengan jalan raya.

3. Stressor lingkungan

- Terlihat adanya keramaian. Terdapat kemacetan di area traffic light.

- Tidak ada tanda-tanda yang menyebabkan banyak angka criminal.

- Tidak terlihat adanya penyalahgunaan NAPZA.

- Tidak terlihat adanya tanda-tanda kemiskinan. Warga terlihat memiliki

ekonomi menengah

 Pelayanan kesehatan

1. Fasilitas kesehatan

Tidak terdapat rumah sakit ataupun klinik. Terdapat praktek dokter di RT

06.

2. Sumber pelayanan kesehatan


Jarak puskesmas dengan RT 6 Asembagus sekitar 1 – 2 km

Tidak terdapat nursing center di RT 06.

Terdapat praktik dokter swasta.

2. Demografi

a. Jumlah peduduk

Tabel 1. Jumlah penduduk RT 06 sejumlah 5 KK dengan jumlah warga 14

Jenis Kelamin
Rentang umur Total %
L P
0-30 1 2 3 21%
31-44 1 0 1 7%
45-59 1 1 2 14%
60-74 2 3 5 36%
75-90 2 1 3 21%
JUMLAH 7 7 14 100%

Hasil : Penduduk di RT 06 sejumlah 5 KK dengan jumlah warga 14 ( Lk 50%

dan Pr 50%)

b. Jenis Pekerjaan

Tabel 2. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan Total %


Supir angkot 2 14%
Gojek 1 7%
Tidak Bekerja 5 36%
Warung 3 21%
IRT 3 21%
JUMLAH 14 100%
Hasil :

1. Pekerjaan kepala keluarga RT 06 adalah Sopir 14%, Gojek 7%, Tidak

bekerja 36%, Pedagang 21%, IRT 21%

2. Tingkat ekonomi dan penghasilan bervariasi di mulai dari 1.000.000-

5.000.000/bulan.

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 3. Jenis penidikan

Jenis Pendidikan Total %


SMA 4 29%
SMP 1 7%
SD 8 57%
Belum Bersekolah 1 7%
JUMLAH 14 100%

Hasil :

1. 57% warga penduduk RT 06 pendidikan terakhirnya adalah SD sehingga

mereka tidak mendapatkan pengetahuan secara baik mengenai penyakit –

penyakit.

2. Kepala keluarga penduduk RT 6 sebanyak 60% sedang menderita TBC

3. Penduduk RT 06 tidak ada yang mengalami gangguan kejiwaan.

4. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa jawa dan bahasa Indonesia.


3. Pengkajian Kesehatan secara umum

1. Pelayanan yang diakses Rt 06 adalah Pusekesmas.

2. 60% penduduk RT 06 minum jamu jika merasa tidak enak badan dan

40% membeli obat bebas

Tabel 4. Tindakan awal


Tabel 5. Jenis penyakit
Jenis penyakit Total %
HT 5 63%
DM 2 25%
RA 1 13%
Tanpa Gejala 0 0%
JUMLAH 8 100%

Tabel 6 jenis YANKES

Jenis YANKES Total %


Rumah sakit 0 0%
Puskesmas 5 100%
Dokter/bidan 0 0%
JUMLAH 5 100%

3. Dari data hasil tabel bahwa 63% warga RT 06 menderita Hipertensi

4. Setiap berobat semua warga menggunakan askes

5. 80% warga menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju puskesmas

dan 20% menggunakan angkot

6. Jarak ke puskesmas kurang lebih 1-2 km dari perkampungan

7. Sebagian besar warga mengatakan mereka hanya sempat pergi ke

pelayanan kesehatan jika penyakitnya tak kunjung sembuh jika diberi

obat yang dibeli di warung


4. Pengkajian Lingkungan Fisik

1. Bangunan rumah yang ditempati oleh penduduk RT 06 dari 5 KK 40%

rumah sewa, 60% rumah sendiri

2. Seluruh bangunan rata-rata bertipe permanen dan masing-masing

sudah terdapat septitang jarak antar rumah berdekatan

3. Pencahayaan

Tabel 9. Jenis pencahayaan

Pencahayaan Total %
Remang2 3 60%
Gelap 2 40%
JUMLAH 5 100%

Hasil :

a. 60% tidak memiliki jendela tiap kamar

b. 100% pecahayaan gelap di siang hari

c. 100% rumah menggunakan genteng biasa

4. Dari 5 KK di dapatkan bahwa warga rata-rata teratur membersihkan

rumah 2 kali sehari

5. Beberapa warga mengatakan membersihkan penampungan air rata-rata

tidak teratur dan tidak sering memeriksa jentik-jentik

6. Sumber air

Tabel 10. Sumber air

Keterangan PAM Sumur Air Jumlah


Mineral

Sumber air masak dan 40% 40% 20% 100%

minum

Sumber air mandi dan 60% 0% 40% 100%

mencuci

7. Warga mengatakan bahwa sumber air untuk mandi dan mencuci

berasal dari 60% PAM dan 40% warga menggunakan air pam untuk

masak dan minum

8. Tempat penampungan air menggunakan gentong yang terbuka

9. Di lingkungan Rt 06 tidak ada sumber pencemaran air dan udara

5. Pengkajian komunitas penyakit menular

a. Dari 5 KK didapatkan 6 bulan terakhir penyakit menular yaitu TBC

Penyakit Total %
TB 3 60%
bapil 2 40%
Jumlah 5 100%

b. usia yang terkena TBC adalah 65th dan 32th

c. Setiap berobat rata-rata warga Rt 06 menggunakan askes.

d. Setiap warga rata-rata menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi ke

pelayanan kesehatan
e. Sebagian besar warga mengatakan mereka hanya sempat pergi ke

pelayanan kesehatan jika penyakitnya tak kunjung sembuh jika diberi

obat yang dibeli di warung.


ANALISIS DATA KOMUNITAS

Data Problem
Ds : Defisit Kesehatan Komunitas
- dari hasil wawancara ternyata
masyarakat mengatakan kader
kurang perhatian dalam mendata
- dari hasil wawancara masyarakat
mengatakan program tidak didukung
komunitas
- Dari hasil wawancara masyarakat
mengatakan program yang telah
direncanakan tidak dapat mengatasi
seluruh massalah kesehatan
komunitas
Do :
Sudah 6 bulan terakhir sebagian besar kepala
keluarga terkena TBC
Ds : Kesiapan peningkatan
- Dari hasil wawancara masyarakat manajemen kesehatan
mengatakan kurangnya penyuluhan
tentang perilaku hidup bersih dan
sehat
Do :
- Sudah 6 bulan terakhir warga banyak
yang mengalami TBC
- Dari hasil 5 KK, 3 kepala keluarga
mengidap TBC
RUMUSAN DIAGNOSA

Masalah Etiologi Tanda dan gejala


( Aktual / potensial ) Berhubungan dengan Dimanifestasikan oleh
Defisit Kesehatan Komunitas  Program tidak atau  Warga mengatakan jika 6
kurang didukung bulan terakhir ini 3 kepala
komunitas keluarga terjangkit pemyakit
 Program tidak memiliki TBC
data hasil yang memadai
 Program tidak megatasi
seluruh masalah
kesehatan komunitas
Kesiapan Peningkatan  PHBS rendah  Jika komunitas sakit, semua
Manajemen Kesehatan langsung mencari
pertolongan petugas
kesehatan
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

diagnosa Luaran Standart luaran Intervensi


Defisit kesehatan komunitas Status kesehatan komunitas 1. Ketersediaan promosi Pengembngan kesehatan
kesehatan masyarakat
2. Partisipasi dalam program O:
kesehatan komu itas a. Identifikasi masalah atau isu
3. Kepatuhan terhadap standart kesehatan dan prioritasnya
kesehatan lingkungan b. Identifikasi potensi atau aset
4. dalam masyarakat terkait isu ynag
dihadapi
T:
a. Libatkan anggota masyarakat
untuk meningkatan kesadaran
terhadap isu dan masalah
kesehatan yang dihadapi
Promosi perilaku upaya
ksehatan.
O:
a. Identifikasi perilaku upaya
kesehatan yang dapat ditingkatkan
T:
a. Orientasi pelayanan kesehatan
yang dapat dimanfaatkan
b. Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan
E:
a. Anjurkan menggunakan air
berish
b. anjurkan tidak merokok di
dalam rumah.

FORMAT RENCANA KERJA (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

No. Masalah Tujuan Rencana Sasaran Waktu Tempat Dana PJ


Kegiatan
1. Defisit Kesehatan Luaran:  Gotong royong Bapak-bapak  Jum’at,  Lingkunga  dana  Bapak RT
Komunitas Status kesehatan  Pendidikan di RT 06 RW 26 n RT 06 mahasiswa 06 RW 02
komunitas kesehatan 02 Kelurahan Februari RW 02 Kelurahan
tentang Tembok 2021 Kelurahan Tembok
Standart Luaran: - Pengertian Dukuh Tembok  dana Dukuh
1. Ketersediaan TBC Ibu-ibu di RT Dukuh mahasiswa dan
promosi - Penyebab TBC 06 RW 02  Jum’at, Martha
kesehatan - Cara penularan Kelurahan 26  Aula RT
2. Partisipasi dalam TBC Tembok Februari 06 RW 02  Nur
program - Tanda dan Dukuh 2021 Kelurahan Fadhila
kesehatan komu gejala TBC Tembok
itas  Pencegahan Dukuh
3. Kepatuhan TBC
terhadap standart
kesehatan
lingkungan
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi  di RT 06 Asembagus dapat kita tarik

kesimpulan bahwa RT 06 Asembagus masih memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah

baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang pendidikan

dan bidang kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih begitupun dengan bidang-bidang

lainnya yang memerlukan tindakan nyata dan perhatian juga dari semua pihak.

4.2 SARAN

1. Untuk puskesmas

a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan

b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat

2. Untuk masyarakat desa RT 06 Asembagus

a. Masyarakat hendaknya lebih menyadari akan pentingnya kesehatan dan pendidikan bagi

kelangsungan masa depan putra-putri.

b. Masyarakat hendaknya lebih meningkatkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah, termasuk program yang berhubungan dengan kesehatan dan

pendidikan

Anda mungkin juga menyukai