MAKALAH
NANGSI SAHRAIN
MOH.ROFI UMAR
ZULKIFLI HUSAIN
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
,
Teori Masuknya Islam ke Nusantara
Kepastian kapan dan dari mana Islam masuk di Nusantara memang tidak ada
kejelasan.Setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang itu. Yaitu:
Teori Gujarat, TeoriMakkah, dan Teori Persia. Munculnya tiga teori yang berbeda
ini, disinyalir oleh Ahmad Mansur Suryanegara, akibat dari kurangnya informasi
yang bersumber dari fakta peninggalan agama Islam di Nusantara. Inskripsi tertua
tentang Islam tidak menjelaskan tentang kapan masuknya Islam di Nusantara. Pada
Inskripsi tertua itu hanya membicarakan tentang adanya kekuasaan politik Islam,
Samudera Pasai pada abad ke-13 Masehi. Selain itu karena sulitnya memastikan
kapan masuknya Islam di Nusantara dihadapkan pada luasnya wilayah kepulauan
Nusantara (Suryanegara, 1995:73).
Ketiga teori tersebut berbeda pendapat mengenai: Pertama, waktu masuknya
Islam. Kedua, asal negara yang menjadi perantara atau sumber tempat
pengambilan ajaran agama Islam. Dan ketiga, pelaku penyebar atau pembawa
Islam ke Nusantara.
A. Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di
Nusantara. Dinamakan Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang
mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-
13 M, dan pelakunya adalah pedagang India Muslim. Ada dugaan bahwa peletak
dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje, dalam bukunya L' Arabie et les Indes
Neerlandaises atau Revue de l'Histoire des Religious. Snouck Hurgronje lebih
menitikberatkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan pada: Pertama, kurangnya
fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Nusantara. Kedua, adanya kenyataan hubungan dagang India-Indonesia yang telah
lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera
memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dan Gujarat.
b. Teori Makkah
Teori ini dicetuskan oleh Hamka dalam pidatonya pada Dies Natalis
PTAIN ke-8 di Yogyakarta (1958), sebagai antitesis -untuk tidak mengatakan
sebagai koreksi- teori sebelumnya, yakni teori Gujarat. Di sini Hamka menolak
pandangan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13
dan berasal dari Gujarat. Selanjutnya Hamka dalam Seminar Sejarah Masuknya
Agama Islam di Indonesia (1963) lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan
pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke
Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan
sebagai tempat singgah semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai
tempat pengambilan ajaran Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad
13, karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan
politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7
Masehi atau pada abad pertama Hijriyah.
Guna dapat mengikuti lebih lanjut mengenai pendapat tentang masuknya
Islam ke Nusantara abad ke-7, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu
tentang peranan bangsa Arab dalam perdagangan di Asia yang dimulai sejak abad
ke-2 SM. Peranan ini tidak pernah dibicarakan oleh penganut teori Gujarat.
Tinjauan teori Gujarat menghapuskan peranan bangsa arab dalam perdagangan dan
kekuasaannya di lautan, yang telah lama mengenal samudera Indonesia dari pada
bangsa-bangsa lainnya.
c. Teori Persia
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat
bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke
Gujarat, sedangkan waktunya sekitar abad ke-13. Nampaknya fokus Pandangan
teori ini berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai
kesamaan masalah Gujaratnya, serta Madzhab Syafi'i-nya. Teori yang terakhir ini
lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan
masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia
(Morgan, 1963:139-140). Di antaranya adalah:
Pertama, Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringayan Syi'ah atas
syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Di
Minangkabau bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husein. Di Sumatera Tengah
sebelah barat disebut bulan Tabut, dan diperingati dengan mengarak keranda
Husein untuk dilemparkan ke sungai. Keranda tersebut disebut tabut diambil dari
bahasa arab.
Kedua, adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran
alHallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H / 922M, tetapi ajarannya
berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar
yang hidup pada abad ke16 dapat mempelajarinya.
Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk
tandatanda bunyi harakat dalam pengajian al-Qur`an tingkat awal:
Bahasa Iran Bahasa Arab
jabar - zabar fathah
jer - ze-er kasrah
p'es - py'es dhammah
Huruf Sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan Sin bergigi berasal dari
Arab.
Keempat, nisan pada makam Malik Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim
(1419) di Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini teori Persia mempunyai
kesamaan muthlak dengan teori Gujarat.
Kelima, pengakuan umat Islam Indonesia terhadap madzhab Syafi'i sebagai
madzhab utama di daerah Malabar. Di sini ada sedikit kesamaan dengan teori
Makkah, cuman yang membedakannya adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat di satu
pihak melihat salah satu budaya Islam Indonesia kemudian dikaitkan dengan
kebudayaan Persia, tetapi dalam memandang madzhab Syafi'i terhenti ke Malabar,
tidak berlanjut sampai ke pusat madzhab itu, yakni di Makkah.
Walaupun dari analisa perbandingan di atas ketiga teori tersebut lebih
menampakkan tajamnya perbedaan dari pada persamaan, namun ada titik temu
yang bisa disimpulkan yakni, bahwa pertama, Islam masuk dan berkembang di
Nusantara melalui jalan damai (infiltrasi kultural), dan kedua, Islam tidak
mengenal adanya missi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen dan
Katolik.
Agama Islam masuk dan berkembang di Nusantara secara damai. Ada beberapa
sumber sejarah mengenai masuknya Islam ke Nusantara.
Abad ke-7 yang diberitakan dinasti Tang bahwa di Sriwijaya sudah ada
perkampungan muslim yang mengadakan hubungan dagang dengan Cina.
Abad ke-11 adanya makam Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 1028 di
Leran, Gresik, Jawa Timur.
Abad ke-13 tepatnya tahun 1292 Marcopolo mengunjungi Kerajaan Samudra
Pasai.
Berdasarkan berita dari Marcopolo pada tahun 1292 dan cerita dari Ibnu Batutah
yang mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-14, maka diperkirakan
agama Islam sudah masuk di Indonesia sejak abad ke-13. Di samping itu, batu
nisan kubur Malik al Saleh yang meninggal tahun 1297 juga memperkuat bukti-
bukti bahwa pada saat itu telah terdapat kerajaan Islam di Indonesia.
3. Melalui tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal
yang bersifat magis. Ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung
persamaan alam pikiran seperti pada mistik Indonesia–Hindu, antara lain, Hamzah
Fansuri, Nuruddin ar Raniri, dan Syeikh Siti Jenar.
4. Melalui pendidikan
Pendidikan dalam Islam dilakukan dalam pondok-pondok pesantren yang dise-
lenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama. Pesantren ini
merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam karena
merupakan tempat pembinaan calon guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama.
Setelah menamatkan pelajarannya di pesantren, murid-murid (para santri) akan
kembali ke kampung halamannya.