Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DASAR FORMULASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Mata kuliah ilmu pendidikan

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
ELYA ZULIYA (2110206046)
CYNTIANI BELINDA (2110206053)
ILEN TRISNAWATI (2110206047)

DOSEN PEMBIMBING :
Megi Vornika, M.Pd

PROGRAM STUDI MANEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKUTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunianya pula,
penulis dapat menyelesaikan makalah Yang insya allah tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak dosen mata pelajaran kuliah ilmu Pendidikan
Islam yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau,
mungkin penulis tidak akan dapat menyelesaikan sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran pembanca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya.
Mudah-mudahhan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan pembacanya.

2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
B. Dasar Kurikulum Pendidikan IIslam
C. Model-model Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
D. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
E. Isi Kurikulum Pendidikan Islam
F. Sistem Penjenjang Kurikulum Pendidikan Islam
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pendidikan Islam, kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran
pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Salah satu tugas dari filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah bagi tercapainya
tujuan pendidikan Islam.Tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai harus direncanakan
melalui kurikulum pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses pendidikan pada lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, akan
menjadi jelas dan terencana bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar-
mengajar yang dilakukan pendidik dan anak didik.
Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan
oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat
kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.[2]Di samping itu, kurikulum hendaknya dapat
dijadikan ukuran kualitas proses dan keluaran pendidikan sehingga dalam kurikulum sekolah
telah tergambar berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai – nilai yang diharapkan
dimiliki oleh setiap lulusan sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, fokus pembahasan dalam tulisan makalah ialah bagaimana filsafat
pendidikan Islam tentang konsep kurikulum pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam
makalah ini adalah bagaimana filsafat pendidikan Islam dalam menjelaskan konsep kurikulum
pendidikan Islam. Tema masalah pokok tersebut dijabarkan dalam beberapa sub tema masalah,
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kurikulum pendidikan Islam?
2. Apa isi kurikulum pendidikan Islam?
C.Tujuan
1. Mengetahui konsep kurikulum pendidikan Islam.
2. Mengetahui isi kurikulum pendidikan Islam.

BAB II

4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
1. Konsep
Konsep berarti rang, rancangan, buram, atau konsep berarti rancangan dari sebuah tulisan.
2. Kurikulum
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan
curere berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakann
dalam dunia olahraga yang berarti “ a little rececource “ (suatu jarak yang harus ditempuh
dalam pertandingan olahraga). Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia
pendidikan, memberi suatu pengertian sebagai “ circle of instruction “ yaitu suatu lingkaran
pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang
terang atau jalan terang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Apabila
pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang
yang dilalui pendidik atau guru bersama orang yang dididik (murid) untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan atau sikap mereka.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah seperangkat
perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan. Atau kurikulum adalah merupakan landasan yang digunakan
pendidik untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang diinginkan
melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental. Namun , konsep
dasar kurikulum ini jika ditelusuri lebih jauh, sebenarnya kurikulum tidaklah sesederhana itu,
tetapi kurikulum dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam pengertian berikut
ini :
1) Kurikulum sebagai Program Studi
Pengertian ini adalah seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik di
sekolah atau di pendidikan lainnya.
2) Kurikulum sebagai Konten
Pengertiannya adalah data atau informasi yang tertera dalam buku kelas tanpa dilengkapi
dengan data atau informasi lain yang memungkinkan timbulnya belajar.
3) Kurikulum sebagai Kegiatan Berencana
Pengertiannya adalah kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan
dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.
4) Kurikulum sebagai Hasil Belajar

5
Pengertiannya aadalah seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu
tanpa mengspefikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil itu, atau seperangkat
hasil belajar yang direncanakan dan diingikan.
5) Kurikulum sebagaiPengalaman Belajar
Pengertiannya adalah keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan dibawah pimpinan
sekolah.
6) Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural
Pengertiannya adalah transfer dan reflseksi butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki
dan dipahami anak-anak/generasi muda masyarakat tersebut.
7) Kurikulum sebagai Produksi
Pengertiannya adalah seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang
ditetapkan terlebih dahulu.
Dari beberapa definisi diatas, baik dilihat dari fungsi kurikulum maupun tujuannya, hakekat
kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang
terperinci berupa bentu-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar,
pengaturan-pengaturan program agar dapat diteraapkan, dan hal-hal yang mencakup pada
kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Pendidikan Islam
Pemahaman tentang pendidikan Islam dapat diawali dari penelusuran pendidikan Islam, sebab
dalam pengertian itu terkandung indicator-indikator esensial dalam pendidikan Islam.
pendidikan Islam adalah rangkaian proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai pada anak didik melalui peertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya,
baik spiritual, intelektual, maupun fisiknya guna keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam
segala aspeknya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Batasan diatas memberikan gambaran
bahwa eksistensi pendidikan merupakan sarana vital dalam upaya menumbuh kembangkan
daya kreativitas anak didik, melestarikan nilai-nilai Ilahiyah dan Insaniyah, serta membekali
anak didik untuk dapat hidup sesuai dengan perkembangan lingkungan dimana ia berada.
Kembali pada pembahasan pengertian Konsep Kurikulum Pendidikan Islam, dari beberapa
pandangan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
adalah rancangan atau perencanaan kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan
peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk pendidikan, sasaran-sasaran strategi
belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan
yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sesuai dengan nilai-nilai ajaran.
Dalam konteks pendidikan Islam, maka proses kependidikan Islam dalam formulasi
kurikulum hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna ( baik sebagai
khalifah maupun sebagai‘abd ) melalui transformasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap mental yang harus tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam.
B. Dasar Kurikulum Pendidikan Islam

6
Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk
materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Dasar kurikulum disebut juga , sumber
kurikulum atau determinan kurikulum (penentu).
Suatukurikulum pendidikan termasuk kurikulum pendidikan Islam, hendak mengandung
beberapa unsur utama seperti tujuan mata pelajaran, metode mengajar dan metode penilaian.
Kesemuanya harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan yang menjadi landasan
dalam pembentukannya. Sumber kekuatan tersebut dikatakan sebagai asas-asas pembentukan
kurikulum pendidikan.
Muhammad Al-Toumyal-Syaibany, mengemukakan bahwa asas umum yang menjadi
landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam adalah :
1. Asas Agama
Bahwa seluruh sistem pendidikan Islam kurikulumnya harus berdasarkan atau berlandaskan
pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah, muamalat dan hubungan-hubungan yang
berlaku didalam masyarakat. Hal ini bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus mengacu
pada dua sumber utama syari’at Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.Sementara sumber-
sumber lainnya yang sering digolongkan oleh para ahli seperti Ijma’, Qias, Masalih al-
Mursalah, Ihtisan, adalah merupakan penjabaran dari kedua sumber utama tersebut.
2. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah tujuan pendidikan Islam, sehingga susunan kurikulum pendidikan
Islammengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup
yang diyakini kebenarannya. Secara umum dasar falsafah ini membawa konsekwensi bahwa
rumusan kurikulum pendidikan Islam harus beranjak dari konsep ontology-epistomologi, dan
aksiologi yang digali dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangan
dengan nilai-nilai asasi ajaran Islam.
3. Asas Psikologi
Asas ini memberiarti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan
mempertimbangkan tahapan-tahapan peertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak
didik. Kurikulum pedidikan Islam harus dirancang sejalan dengan cirri-ciri perkembangan
anak didik, tanpa adamya kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan
social, kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan perbedaan individual dan lainnya yang
berhubungan dengan aspek-aspek psikologi.
4. Asas Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu kea rah realisasi individu dalam
masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecendrungan dan perubahan yang
telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat, manusia sebagai makhluk social
harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini dimaksud agar out put
yang dihasilkan pendidikan adalah manusia-manusia yang mampu mengambil peran dalam
masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan di zamannya.

7
5. Asas Organisasi
Asas ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum. Dasar ini
berpijak dari ilmu jiwa asosiasi, yang menganggap keseluruhan adalah jumlah bagian-
bagiannya sehingga menjadikan kurikulum merupakan mata pelajaran yang terpisah-pisah.
Kelima asas tersebut di atas harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum
pendidikan Islam. Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidaklah
berdiri sendiri, tetapi harus merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga dapat membentuk
kurikulum pendidikan Islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan dengan kebutuhan
pengembangan anak didik dalam unsur ketauhidan, keagamaan, pengembangan potensinya
sebagai khalifah, dan pengembangannya dalam kehidupan sosial.
C. Model-model Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
Secara fungsional pendidikan merupakan media atau instrument yang digunakan dalam
menumbuhkan kreativitas, melestarikan nilai-nilai, serta membekali kemampuan produktif,
maka kurikulum yang tepat adalah menggunakan pendekatan akademik, yaitu model yang
menggunakan pendekatan subyek akademik, humanistik, rekonstrusi social, dan teknologi.
Dengan beberapa pendekatan ini, dapat dimodifikasi dengan bahasan sebagai berikut :
1. Kurikulum sebagai Model Subyek Akademik
Model kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan, sehingga pendidikan diarahkan
lebih bersifat intelektual. Konotasi model ini tidak hanya menerima apa yang disampaikan
dalam perkembangan, tetapi juga menerima proses belajar yang dialami oleh anak didik.
Dalam Islam kurikulum model ini harus diformulasikan dengan mengintegrasikan nilai-nilai
absolute Ilahiyah dan nilai-nilai relative insaniyah, masalah pendidikan dan masalah social.
Oleh karena dalam Islam menghendaki adanya model yang interdisipliner dan integrative
terhadap semua masalah-masalah kehidupan.
2. Kurikulum sebagai Model Humanistik (aktualisasi)
Karakteristik kurikulum model Humanistik berfungsi menyediakan pengalaman yang
berharga bagi anak didik dalam membantu kelancaran perkembangan peribadi anak didik. Hal
tersebut menyebabkan ia berkembang dinamis searah dengan pertumbuhannya, mempunyai
integritas dan otonomi kepribadiannya, dan sikap yang sehat terhadap diri sendiri.
Jadi kurikulum model humanistik menjadikan manusia sebagai unsur sentral untuk
menciptakan unsur kreativitas, kemandirian, kebebasan, aktivitas, pertumbuhan dari dalam
termasuk keutuhan anak sebagai keseluruhan minat dan motivasi intrinsik.
Islam sangat menghargai kreativitas dan produktivitas, karena manusia merupakan makhluk
yang mampu berkreasi dan bertanggung jawab, mengingat pribadi manusia yang unik, yang
penuh dengan potensi, minat, dan kemampuan. Dengan demikian Islam menghendaki adanya
kurikulum yang mampu memberikan stimulus agar anak didik mampu membuat respon untuk
berkreasi, mawas diri, mengembangkan daya cipta, karsa, dan rasa tanpa mendapat tekanan
Dari orang lain.

8
3. Kurikulum sebagai Model Rekonstruksi Sosial
Kruikulum model ini pada dasarnya menghendaki adanya proses belajar mengajar yang
menghasilkan perubahan secara relative tetap dalam perilaku, yaitu dalam berfikir, merasa
dan melakukan. Bila pendidikan dapat mengubah tingkah laku individu, pendidikan tersebut
dapat pula mengubah masyarakat, sehingga lembaga pendidikan (pesantren, madrasah atau
sekolah) dipandang sebagai “ age of change “. Sifat pendidikan selalu mengacu pada masa
depan sekalipun mmenggunakan masa lampau dan masa sebagai pijakan. Oleh karena itu,
pendidikan dapat mengatur dan mengendalikan perkembangan social dengan menggunakan
teknik “social ageneering” menuju masyarakat yang dicita-citakan.
Model rekonstruksi social tidak selamanya relevan dengan ajaran Islam, sebagai agama yang
masih wasath (pertengahan), Islam menghendaki adanya perpaduan antara model kurikulum
rekonstruksi social, suatu postulasi yang sudah tisak asing lagi yang patutdijadikan
memformulasi model kurikulum rekonstruksi social : (memelihara dan mempertahankan nilai
lama yang positif dan mentrasfer nilai baru yang lebih positif).
4. Kurikulum sebagai Model Proses Kognitif
Kurikulum ini bertujuan mengembangkan kemampuan mental, antara lain berfikir dan
berkeyakinan bahwa kemampuan tersebut dapat ditranafer atau diterapkan pada bidang-
bidang lain.
5. Kurikulum sebagai Model Teknologi
Dalam pengertian, kurikulum konteks teknologi pendidikan menekankan pada penyusunan
program pengajaran dan rerncana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem.
Program pengajaran ini dapat semata-mata mempergunakan sistem saja, atau juga dengan alat
dan media. Selain itu, dapat juga dipadukan antara program pendekatan system dengan
program alat atau media.
Dalam konteks kurikulum model teknologi, teknologi pendidikan mempunyai dua aspek,
yaitu hard-ware berupa alat benda keras seperti proyektor, TV, radio, dan sebagainya, dan
soft-ware yatiu teknik penyusunan kurikulum, baik secara mikro maupun makro. Teknologi
yang telah diterapkan adakalanya berupa prosedur pengembangan sistem instruksional,
pelajaran berprogram dan modul.
Pada segala kebijakan yang bersifat teknis-praktis, Islam memriberikan otonomi bagi
penyelenggaraan pendidikan. Bentuk dan model yang dapat digunakan adalah model yang
cocok untuk tercapainya tujuan pendidikan.
D. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
Karakteristik kurikulum pendidikan Islam pada prinsipnya adalah mencerminkan nilai-nilai
Islami yang dihasilkan pemikiran filosof dan termanifestasi dalam seluruh aktifitas dan
kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus dipahami bahwa karakteristik
kurikulum pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak dapat
terpisahkandengan prinsip-prinsipyang telah diletakkan Allah Swt dan Rasul-Nya,

9
Muhammad Saw. Konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan Islam dan
kurikulum pendidikan pada umumnya.
Menurut Al-Syaibaniy, diantara cirri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu adalah :
1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan,
kaedah, alat dan tekniknya.
2. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup peerhatian, pengembangan serta
bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan
spiritual.Begitu juga cakupan kandungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan kegiatan yang
bermacam-macam.
3. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada teoritis, baik yang bersifat aqli
maupun naqli, tetapi juga meliputi seni, aktivitas pendidikan jasmani, teknik, keterampilan
kemampuan,keperluan, dan pernedaan individu antar siswa. Disampiang itu juga
keterkaitannya dengan alam sekitar budaya dan sosial dimana kurikulum itu dilaksanakan.
Karakteristik kurikulum sebagai program pendidikan Islam sebagaimana dikemukakandiatas,
selanjutnyatidak hanya menempatkan anak sebagai obyek didik, melainkan juga sebagai
subyek didikyang sedang mengembangkan dirimenuju kedewasaan sesuai dengan konsepsi
Islam. Disini terlihat ciri khas kurikulum pendidikan Islam yang memandang peserta didik
sebagai makhluk potensial untuk pengembangan dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas
kependidikan. Pendidikan dan seluruh komponenkependidikan lainnya, termasuk kurikulum,
hanya merupakan media atau sarana-sarana yang harus menciptakan situasi dan kondisiyang
memungkinkan bagi proses pengembangan totalitas potensi yang dimilki peserta didik itu
menuju kesempurnaan optimal.
E. Isi Kurikulum Pendidikan Islam
Fine dan Crunkitton menyatakan bahwa ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam
perumusan isi kurikulum pendidikan, yaitu :
1. Waktu dan biaya yang tersedia
2. Tekanan internal dan eksternal
3. Persyaratan tentang isi kurikulum dari pusat maupun daerah
4. Tingkat dari isi kurikulum yang akan disajikan
Disamping itu isi kurikulum harus memenuhi kriteria-kriteri pencapaiannya, misalnya ada
signifikansi, berhubungan dengan kebutuhan sosial, melihat aspek pragmatisnya, disesuaikan
dengan minat dan mengikuti perkembangan manusia, serta melihat struktur disiplin ilmu
yang disepakati.
Untuk menentukan kualifikasi isi kurikulum pendidikan Islam, dibutuhkan syarat yang perlu
diajukan dalam perumusannaya, diantaranya :
1. Materi yang tersusun tidak menyalahi fitrahmanusia.

10
2. Adanya relevansi dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri
dan ibadah kepada Allah Swt, dengan penuh ketakwaan dan keikhlasan.
3. Disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan usia peserta didik.
4. Perlunya membawa peserta didik kepada obyek empiris, praktek lansung, dan memiliki
fungsi pragmatis, sehingga mempunyai keterampilan-keterampilan yang riil.
5. Penyusunan kurikulum bersifat integral, terorganisasi, dan terlepas dari segala kontradiksi
antara materi satu dengan materi lainnya.
6. Materi yang disusun mempunya relevansi dengan masalah-masalah yang mutakhir, yang
sedang dibicarakan, dan relevan denagan tujuan Negara setempat.
7. Adanya metode yang mampu menghantar tercapainya materi pelajaran dengan
memerhatikan perbedaan masing-masing individu.
8. Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan tingkat perkembangan peserta didik.
9. Memperhatikan aspek-aspek social, misalnya dakwah Islamiyah
10. Materi yang disusun mempunyai pengaruh positif terhadap jiwa peserta didik, sehingga
menjadikan kesempurnaan jiwanya
11. Memperhatikan kepuasan pembawaan fitrah, seperti memberikan waktu istirahat dan
refresing untuk menikmati suatu kesenian
12. Adanya ilmu alatuntuk mempelajari ilmu-ilmu lain.
F. Sistem Penjenjang Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam bersifat dinamis dan kontinu (berkesinambungan), disusun
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan khusus, terutama masalah kemampuan
inteligensiadan mental pasertadidik. Untuk itu sistem penjenjangan kurikulum pendidikan
Islam beroreantasi pada kemampuan, pola, irama,perkembangan dan kematanganmental
peserta didik. Dari sini dapat ditentukan bobot materi yang diberikan, misalnya :
1. Untuk tingkat Dasar (Ibtidaiyah), bobot mareri hany menyangkut pokok-pokok ajaran
Islam, misalnya masalah akidah (rukun iman), masalah syari’ah (rukun Islam), dan masalah
akhlak (rukun Ihsan).
2. Untuk tingkat Menengah Pertama (Tsanawiyah), bobot materi mencakup materi yang
diberikan pada jenjang dasar dan ditambah dengan argument-argumen dari dalil naqli dan
dalil aqli.
3. Untuk tingkat Menengan Atas (Aliyah), bobot materinya mencakup bobot materi yang
diberikan pada jenjang Dasar dan jenjang Menengah Pertama ditambah dengan hikmah-
hikmah dan manfaat dibalik materi yang diberikan.
4. Untuk tingkat Perguruan Tinggi (Jami’iyah), bobot materinya mencakup bobot materi yang
diberikan ketika jenjang Dasar, Menengah Pertama, Menengah Atas dan ditambah dengan
maaateri yang bersifat ilmiah dan filosofis.

11
Jadi pendekatan penyajian kurikulum pendidikan Islam bisa diformulasikan sebagai berikut :
1. Jenjang pendidikan Dasar didasarkan atas pendekatan prikologis-religi.
2. Jenjang pendidikan Menengah Pertama dan Menengah Atas didasarkan atas pendekatan
psikologis-saintifis.
3. Jenjang pendidikan Perguruan Tinggi didasarkan atas pendekatan religi-saintifis dan
filosofis.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang
terang yang dilalui seseorang, baik orang itu guru atau juru latih, atau ayah atau yang lainnya,
meliputi semua unsur-unsur proses pendidikan dan semua unsur-unsur rencana pendidikan
yang di ikuti oleh guru, atau pendidik, atau institusi pendidikan dalam mengajar dan mendidik
murid-muridnya, meliputi tujuan-tujuan pendidikan, perkara-perkara kajian, kemestian-
kemestian pelajaran dan semua kegiatan dan alat-alat yang menguatkannya, metode-metode
yang digunakan dalam mengajarkan pelajaran dan melatih murid-murid dan membimbingnya,
menjaga peraturan di antara mereka dan pada pergaulan mereka pada umumnya, dan proses-
proses dan alat-alat penilaian.
Konsep Kurikulum Pendidikan Islam yang tepat pada Pendidikan Islam adalah kurikulum
yang mencakup pada adanya :
1. Landasan-landasan atau asas yang jelas
2. Model kurikulum yang tepat
3. Karateristik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam
4. Sistem perumusan isi kurikulum sesuai dengan tujuan yang diinginkan ;
a. Materi
b. Waktu, tempat, dan anggaran
c. Jenjang sesuai dengan psikologi peserta didik
B. Saran
Di dalam makalah ini, mungkin banyak sekali terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dari
segi penulisan ataupun pengertian. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan meminta
saran dan kritikan yang sifatnya membangun, agar dapat menjadi perbaikan bagi penulis
untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Arifuddin Arif, S.Ag, M.Pd.I, 2008, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kultura (GP
Press Group )
Abdul Mujib, Prof.Dr.M.Ag, Jusuf Mudzakkir, Dr.M.Si, 2006, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta : Kencana Prenada Media
Abdul Majid, S.Ag, Dian Andriyani, S.Pd, Pendidikan Agama Islam Berbasis Komptensi,
Remaja Rosdakarya Ofset, Bandung 2006

14

Anda mungkin juga menyukai