Tentang
KONSEP POLITIK PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah
POLITIK
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 :
1. FINA FEBRIYANTI ( 2110206013 )
2. LENITA MERANTI ( 2110206028 )
3. REYNALDI FAUZAN ARMIZA ( 2110206016 )
4. ALIEF RANIEL FAJRI ( 2110206058 )
5. FADHILA TUL FITRI ( 2110206024 )
6. DEDIS HARWANDI (2110206023)
DOSEN PEMBIMBING:
KHAIRUL ANWAR,M.Si
KELOMPOK 1
i
DAFTAR ISI
HAL
KATAPENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar belakang................................................................................ 1
B. Rumusan masalah........................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN......................................................................... 3
A. KESIMPULAN............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan tentang politik Islam tidak pernah kering dari kajian‐kajian yang
dilakukan oleh para akademisi baik dari kalangan Muslim maupun Barat. Beratus
pemikir dan beribu jilid buku berkaitan dengan politik Islam menghiasi sejumlah
perpustakaan di dunia. Beragam bentuk karya ilmiah baik berupa jurnal, skripsi, tesis
atau disertasi yang membahas politik Islam telah memberikan kontribusi pengayaan
pemikiran politik Islan. Perbedaan pemahaman pun tak terelakkan lagi baik antara
kalangan muslim sendiri atau bahkan antara kalangan Barat sekalipun. Ini
menunjukkan bahwa kajian politik Islam merupakan kajian yang cukup rumit akan
tetapi tetap menarik dan menantang untuk dikaji.
Kajian tentang hubungan Islam dan politik adalah suatu kajian yang tidak aka
nada habis‐habisnya sebagaimana diumpamakan oleh Nurcholis Madjid laksana
menimba air Zamzam di tanah suci. Kenapa? Pertama, disebabkan kekayaan sumber
bahasan, sebagai buah limabelas abad sejarah akumulasi pengalaman Dunia Islam
dalam membangun kebudayaan dan peradaban. Kedua, kompleksitas permasalahan,
sehingga setiap pembahasan dengan sendirinya tergiring untuk memasuki satu atau
beberapa pintu pendekatan yang terbatas. Pembahasan yang menyeluruh akan
menuntut tidak saja kemampuan yang juga menyeluruh, tapi juga kesadaran untuk
tidak membiarkan diri terjerembab ke dalam reduksionisme dan kecenderungan
penyederhanaan persoalan. Ketiga, pembahasan tentang agama dan politik dalam
Islam ini agaknya akan terus berkepanjangan, mengingat sifatnya yang mau‐tak‐mau
melibatkan pandangan ideologis berbagai kelompok masyarakat, khususnya kalangan
kaum Muslim sendiri.
1
2
B. Rumusan Masalah
5
6
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga : 2005), h. 218
3
4
yang asing bagi masyarakat kita.5 Agaknya penting disadari, bahwa kita
tidak mampu mengubah sistem pendidikan secara mendadak tanpa
mengubah struktur kekuasaan dalam masyarakat kita. Selama masyarakat
kita masih bercorak paternalistik, rasanya tidak mudah mewujudkan sistem
pendidikan yang benar-benar berkemampuan melahirkan kreatifitas. Pada
masyarakat paternalistik itu, ketergantungan seseorang pada figur-figur
tokoh sangat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan tahapan sosialisasi untuk
memperkenalkan sistem pendidikan yang memperdayakan semua pihak
baik pendidik, peserta didik, masyarakat dan pemerintah.
2. Membangun Epistemologi Pendidikan Islam
Pengaruh pendidikan Barat terhadap pendidikan yang berkembang di
hampir semua negara ternyata sangat kuat. Pengaruh ini juga menembus
pendidikan Islam, sehingga sistem pendidikan Islam mengalami banyak
kelemahan. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, para pakar
pendidikan Islam dan para pengambil kebijakan dalam pendidikan Islam
harus mengadakan pembaharuan-pembaharuan secara komprehensif agar
terwujud pendidikan Islam ideal yang mencakup berbagai dimensi. Pada
dimensi pengembangan terdapat kesadaran bahwa cita-cita mewujudkan
pendidikan Islam ideal itu baru bisa dicapai bila ada upaya membangun
epistemologinya.6
Epistemologi pendidikan Islam ini, meliputi; pembahasan yang
berkaitan dengan seluk beluk pengetahuan pendidikan Islam mulai dari
hakekat pendidikan Islam, asal-usul pendidikan Islam, sumber pendidikan
Islam, metode membangun pendidikan Islam, unsur pendidikan Islam,
sasaran pendidikan Islam, macammacam pendidikan Islam dan
sebagainya. Dalam pembahasan ini epistemologi pendidikan Islam lebih
diarahkan pada metode atau pendekatan yang dapat dipakai membangun
ilmu pendidikan Islam, daripada komponen-komponen lainnya, karena
komponen metode tersebut paling dekat dengan upaya mengembangkan
5
Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, diterjemahkan oleh Anas Wahyuddin,
(Bandung: Pustaka, 1984), h. 22.
6
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 249.
6
7
Ibid., h. 229.
8
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 250
7
9
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 225.
10
Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: PT
Tiara Wacana, 1991), h. 150.
11
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 234.
12
Dalam Bahasa Indonesia kata Politik dapat menunjukkan beberapa makna. Lihat WJS
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa, (Jakarta : Balai Pustaka, 1983), hlm.763; Hasan Shadily,
Ensiklopoedi Indonesia, V, Jakarta : Ikhtiar baru van Hoeve ,1983:2739). Di sini politik
mempunyai arti sebagai konsep yang berkenaan dengan soal pemerintahan. Arti yang lain, politik
mempunyai makna tipu muslihat atau kelicikan sudah tidak dipakai lagi. Lihat: Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Kamus Besar bahasa Indonedia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h.694
8
Menurut Deliar Noer, politik adalah segala aktifitas atau sikap yang
berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi,
dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan
masyarakat.13 . Sedikit berbeda dengan Deliar Noer, Miriam Budiardjo
berpendapat bahwa, pada umumnya dikatakan bahwa politik (politices)
adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu system politik (atau Negara)
yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari system itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu.14
Dari keterangan-keterangan yang diberikan Deliar Noer, dapat diketahui
bahwa politik menurut pendapatnya tidak terbatas pada kegiatan yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan (decision making) dan
kebijakan umum (public policies) seperti pendapat Miriam Budiardjo, tetapi
juga mencakup pula kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan struktur masyarakat seperti pergeseran kekuasaan politik dari satu
rezim ke rezim lain.
Dalam istilah, kata politik, pertama kali dikenal dari buku Plato yang
berjudul politeia, yang dikenal juga dengan Republik.15 Berikutnya muncul
karya Aristoteles yang berjudul Politeia.16 Kedua karya itu dipandang sebagai
pangkal pemikiran politik yang berkembang kemudian.
Dari sekian definisi yang ada paling tidak dapat ditemukan dua
kecenderungan pendefinisian politik. Pertama, pandangan yang mengaitkan
politik dengan Negara, yakni dengan urusan pemerintahan pusat atau
pemerintahan daerah. Kedua, pandangan yang mengaitkannya dengan
masalah kekuasaan, otoritas dan atau dengan konflik. 17
Sedangkan kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan
pen- dan akhiran an, dan berarti perbuatan, hal, dan cara. 18
Menurut Ki
Hajar Dewantara pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak.
13
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Jakarta: Rajawali, 1982), hlm. 11-12
14
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1982), h. 8
15
5 Deliar Noer, op.cit, h.11-12
16
Ibid, h.26
17
Lihat Alan C Isaac, Scope and Methode of Political Science (Homewood Illios: The
Donsey Press,1981), h. 15-16
18
Abuddin Nata. Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Pranada Media, 2003),hal.8
9
Artinya, pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri
anak, agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 19
Maka, politik pendidikan adalah segala kebijakan pemerintah suatu Negara
dalam bidang pendidikan yang berupa perturan perundangan atau lainnya
untuk menyelenggarakan pendidikan demi tercapainya tujuan negara.20
Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia (al-hâjat al-
asasiyyah) yang harus dipenuhi oleh setiap manusia seperti halnya pangan,
sandang, perumahan, kesehatan, dan perumahan. Pendidikan adalah bagian
dari masalah politik (siyâsah) yang diartikan sebagai riâyah asy-syuûn al-
ummah (pengelolaan urusan rakyat)
berdasarkan ideologi yang diemban negara. Berdasarkan pemahaman
mendasar ini, politik pendidikan (siyâsah attalîm) suatu negara sangat
ditentukan oleh ideologi (pandangan hidup) yang diemban negara tersebut.
Faktor inilah yang menentukan karakter dan tipologi masyarakat yang
dibentuknya. Dengan demikian, politik pendidikan dapat dipahami sebagai
strategi pendidikan yang dirancang negara dalam upaya menciptakan kualitas
human resources (sumberdaya manusia) yang dicita-citakan.
D. Konsepsi Pendidikan islam
1. Dasar Utama Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam tertumpu dalam Al-Qur`an dan sunnah Nabi.
Di atas dua pilar inilah dibangun konsep dasar pendidikan Islam. Titik
tolaknya dimulai dari konsep manusia menurut Islam. Menurut Haidar
Putra daulay dasar pendidikan Islam adalah suatu konsep yang
menggambarkan ciri suatu bentuk baik dalam hal yang nampak ataupun
yang tidak terlihat. Manusia sebagai makhluk yang sempurna yang
berperan sebagai subjek dan objek dalam kehidupan ini harus bijak dan
mampu memahami konsep dasar pendidikan Islam. Untuk dapat
19
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidikan ,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
20
Husni Rahim. Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, (Ciputat: Logos Wa
cana Ilmu, ), hal.9
10
21
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: Rineka
cipta, 2009), h. 7
22
Ibid, h. 7
23
Muhammad Al-abrasyi, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa falasifatuha (Mesir: al-Halabi,
1975), h.22-25
24
As Syaibany 1975, h. 292
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam membangun suatu ilmu, seorang ahli teori dibatasi oleh periode
hidup serta hal-hal lain yang mempengaruhi pemikirannya saat
membangun suatu ilmu. Dalam ilmu politik, epistemoligi ilmu ini
diterjemahkan ke dalam konsep pendekatan. Arti dari pendekatan adalah
dari sudut mana serta bagaimana seseorang melihat suatu permasalahan.
Di dalam ilmu politik, sekurang kurangnya
2. Sistem Epistemologi Pendidikan Islam
Sistem pendidikan merupakan rangkaian dari sub sistem-sub
sistem atau unsur-unsur pendidikan yang saling terkait dalam mewujudkan
keberhasilannya. Ada tujuan, kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta
didik, sarana, alat, pendekatan, dan sebagainya. Keberadan satu unsur
membutuhkan keberadaanunsur yang lain, tanpa keberadaan salah satu di
antara unsur-unsur itu proses pendidikan menjadi terhalang, sehingga
mengalami kegagalan.
menggambarkan ciri suatu bentuk baik dalam hal yang nampak ataupun
yang tidak terlihat. Manusia sebagai makhluk yang sempurna yang
berperan sebagai subjek dan objek dalam kehidupan ini harus bijak dan
mampu memahami konsep dasar pendidikan Islam. Untuk dapat
memahaminya, maka diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif
dan efesien serta adanya sarana dan fasilitas yang sesuai
5. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis meyadari banyak kekurangan dan
saran bagi pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran dalam penulisan
makalah ini penulis mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
14
Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta,
(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1991).
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidikan ,(Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006