Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Tentang
KONSEP POLITIK PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah
POLITIK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 :
1. FINA FEBRIYANTI ( 2110206013 )
2. LENITA MERANTI ( 2110206028 )
3. REYNALDI FAUZAN ARMIZA ( 2110206016 )
4. ALIEF RANIEL FAJRI ( 2110206058 )
5. FADHILA TUL FITRI ( 2110206024 )
6. DEDIS HARWANDI (2110206023)

DOSEN PEMBIMBING:
KHAIRUL ANWAR,M.Si

MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI
(IAIN) KERINCI
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT. yang atas
limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah POLITIK dengan tema “KONSEP POLITIK
PENDIDIKAN ISLAM”.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW. Atas Berkat Dan Limpahan Karunianyalah Yang Telah
Membawa Kita Dari Zaman Jahiliah Ke Zaman Islamiah Yang Penuh Ilmu
Pengetahuan Yang Kita Rasakan Saat Sekarang Ini.

SUNGAI PENUH,16 FEBRUARI 2022


penulis

KELOMPOK 1

i
DAFTAR ISI

HAL

KATAPENGANTAR.............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar belakang................................................................................ 1
B. Rumusan masalah........................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN......................................................................... 3

A. Epistemologi politik Pendidikan islam………………………………… 3


B. Epistemologi Pendidikan islam………………………………………... 3
C. Definisi politik Pendidikan islam ……………………………………… 7
D. Konsepsi Pendidikan islam…………………………………………….. 9
BAB III. PENUTUP................................................................................ 12

A. KESIMPULAN............................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan tentang politik Islam tidak pernah kering dari kajian‐kajian yang
dilakukan oleh para akademisi baik dari kalangan Muslim maupun Barat. Beratus
pemikir dan beribu jilid buku berkaitan dengan politik Islam menghiasi sejumlah
perpustakaan di dunia. Beragam bentuk karya ilmiah baik berupa jurnal, skripsi, tesis
atau    disertasi yang membahas politik Islam telah memberikan kontribusi pengayaan
pemikiran politik Islan. Perbedaan pemahaman pun tak terelakkan lagi baik antara
kalangan muslim sendiri atau bahkan antara kalangan Barat sekalipun.  Ini
menunjukkan bahwa kajian politik Islam merupakan kajian yang cukup rumit akan
tetapi tetap menarik dan menantang untuk dikaji.

Kajian tentang hubungan Islam dan politik adalah suatu kajian yang tidak aka
nada habis‐habisnya sebagaimana diumpamakan oleh Nurcholis Madjid laksana
menimba air Zamzam di tanah suci. Kenapa? Pertama, disebabkan kekayaan sumber
bahasan, sebagai buah limabelas abad sejarah akumulasi pengalaman Dunia Islam
dalam membangun kebudayaan dan peradaban. Kedua, kompleksitas permasalahan,
sehingga setiap pembahasan dengan sendirinya tergiring untuk memasuki satu atau
beberapa pintu pendekatan yang terbatas. Pembahasan yang menyeluruh akan
menuntut tidak saja kemampuan yang juga menyeluruh, tapi juga kesadaran untuk
tidak membiarkan diri terjerembab ke dalam reduksionisme dan kecenderungan
penyederhanaan persoalan. Ketiga, pembahasan tentang agama dan politik dalam
Islam ini agaknya akan terus berkepanjangan, mengingat sifatnya yang mau‐tak‐mau
melibatkan pandangan ideologis berbagai kelompok masyarakat, khususnya kalangan
kaum Muslim sendiri.

1
2
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Epistemologi politik Pendidikan islam


2. Apa yang di maksud dengan Epistemologi Pendidikan islam
3. Apa yang di maksud dengan Definisi politik Pendidikan islam
4. Apa yang di maksud dengan Konsepsi Pendidikan islam
C. Tujuan

D. Untuk mengetahui apa itu Epistemologi politik Pendidikan islam


E. Untuk mengetahui apa itu Epistemologi Pendidikan islam
F. Untuk mengetahui apa itu Definisi politik Pendidikan islam
G. Untuk mengetahui apa itu Konsepsi Pendidikan islam

5
6
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Epistemologi politik Pendidikan islam


Secara sederhana, epistemologi berarti bagaimanasuatu ilmu dibangun.
Dalam membangun suatu ilmu, seorang ahli teori dibatasi oleh periode hidup
serta hal-hal lain yang mempengaruhi pemikirannya saat membangun suatu
ilmu. Dalam ilmu politik, epistemoligi ilmu ini diterjemahkan ke dalam
konsep pendekatan. Arti dari pendekatan adalah dari sudut mana serta
bagaimana seseorang melihat suatu permasalahan. Di dalam ilmu politik,
sekurang kurangnya
menurut David E. Apter (1985), terdapat enam pendekatan dalam
memahami fenomena politik. Keenam pendekatan tersebut masing-masing
memiliki pendukung dan karakteristik khas. Keenam pendekatan tersebut
adalah filsafat politik, institusionlisme, behavioralisme, pluralism,
strukturalisme, dan developmentalisme.
B. Epistemologi Pendidikan islam
1. Sistem Epistemologi Pendidikan Islam
Sistem pendidikan merupakan rangkaian dari sub sistem-sub sistem
atau unsur-unsur pendidikan yang saling terkait dalam mewujudkan
keberhasilannya. Ada tujuan, kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta
didik, sarana, alat, pendekatan, dan sebagainya. Keberadan satu unsur
membutuhkan keberadaanunsur yang lain, tanpa keberadaan salah satu di
antara unsur-unsur itu proses pendidikan menjadi terhalang, sehingga
mengalami kegagalan.1
Ketika satu unsur dominan mendapat pengaruh tertentu, pada saat yang
bersamaan unsur-unsur lainnya menjadi terpengaruh. Kemudian kita bisa
membayangkan, bagaimana mudahnya bagi pendidikan Barat modern
mempengaruhi sistem pendidikan Islam dengan cara mempengaruhi
substansi tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu. Berawal dari

1
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga : 2005), h. 218

3
4

penggarapan tujuan ini, untuk berikutnya akan lebih mudah


mempengaruhi unsur-unsur lainnya.2
Demi kepentingan antisipasi terhadap meluasnya pengaruh Barat
terhadap pendidikan Islam kendatipun terlambat, kita masih perlu
meninjau system pendidikan Islam. Tampaknya, sistem pendidikan yang
ada sampai saat ini masih menampakkan berbagai permasalahan berat dan
serius yang memerlukan penanganan dengan segera.3 Dalam menangani
permasalah ini tidak bisa dilakukan sepotong-potong atau secara parsial,
tapi harus dilakukan secara total dan integratif berdasarkan petunjuk-
petunjuk wahyu untuk menjamin arah pemecahan yang benar.
Dengan mengubah sistem pendidikan Islam sesuai dengan
petunjukpetunjuk wahyu diharapkan mampu merombak tatanan-tatanan
sosial dan kultural yang terdapat pada umat Islam agar mereka menjadi
pemikir yang energik, produsen yang produktif, pengembang yang kreatif,
atau pekerja yang memiliki semangat tinggi. Pada masing-masing kondisi
ini dilapisi iman, takwa, dan akhlak yang mulia. Pembangunan sistem
pendidikan Islam yang diarahkan pada dimensi dialektika horisontal dan
dimensi ketundukan vertikal secara ballance (seimbang) ini perlu
senantiasa diwujudkan dalam praktek pendidikan untuk membuktikan
konsistensi terhadap harapan-harapan yang bersifat normatif dan
kemampuan membentuk pola-pola sistem pendidikan yang diajukan
sebagai alternatif dalam mengatasi problem-problem pendidikan akibat
penerapan sistem pendidikan Islam yang selama ini terpengaruh sistem
pendidikan Barat.4
Untuk mendukung renovasi sistem pendidikan Islam tersebut, sistem
pendidikan kita harus mengandung sebuah misi penyampaian wawasan
(vision) Islam. Sebaliknya, ”Kita harus menolak sistem pendidikan yang
didasarkan atas paternalisme dan yang memaksakan perspektif-perspektif
2
Ibid., h. 219.
3
A.M. Saefuddin, dkk., “Konsep Pendidikan Agama: Sebuah Pendidikan Integratif?
inovatif”, dalam A.M. Saefuddin et.al., Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi, (Bandung:
Mizan, 1991), h. 102.
4
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 221.
5

yang asing bagi masyarakat kita”.5 Agaknya penting disadari, bahwa kita
tidak mampu mengubah sistem pendidikan secara mendadak tanpa
mengubah struktur kekuasaan dalam masyarakat kita. Selama masyarakat
kita masih bercorak paternalistik, rasanya tidak mudah mewujudkan sistem
pendidikan yang benar-benar berkemampuan melahirkan kreatifitas. Pada
masyarakat paternalistik itu, ketergantungan seseorang pada figur-figur
tokoh sangat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan tahapan sosialisasi untuk
memperkenalkan sistem pendidikan yang memperdayakan semua pihak
baik pendidik, peserta didik, masyarakat dan pemerintah.
2. Membangun Epistemologi Pendidikan Islam
Pengaruh pendidikan Barat terhadap pendidikan yang berkembang di
hampir semua negara ternyata sangat kuat. Pengaruh ini juga menembus
pendidikan Islam, sehingga sistem pendidikan Islam mengalami banyak
kelemahan. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, para pakar
pendidikan Islam dan para pengambil kebijakan dalam pendidikan Islam
harus mengadakan pembaharuan-pembaharuan secara komprehensif agar
terwujud pendidikan Islam ideal yang mencakup berbagai dimensi. Pada
dimensi pengembangan terdapat kesadaran bahwa cita-cita mewujudkan
pendidikan Islam ideal itu baru bisa dicapai bila ada upaya membangun
epistemologinya.6
Epistemologi pendidikan Islam ini, meliputi; pembahasan yang
berkaitan dengan seluk beluk pengetahuan pendidikan Islam mulai dari
hakekat pendidikan Islam, asal-usul pendidikan Islam, sumber pendidikan
Islam, metode membangun pendidikan Islam, unsur pendidikan Islam,
sasaran pendidikan Islam, macammacam pendidikan Islam dan
sebagainya. Dalam pembahasan ini epistemologi pendidikan Islam lebih
diarahkan pada metode atau pendekatan yang dapat dipakai membangun
ilmu pendidikan Islam, daripada komponen-komponen lainnya, karena
komponen metode tersebut paling dekat dengan upaya mengembangkan
5
Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, diterjemahkan oleh Anas Wahyuddin,
(Bandung: Pustaka, 1984), h. 22.
6
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 249.
6

pendidikan Islam, baik secara konsepteual maupun aplikatif.


Epistemologi pendidikan Islam ini perlu dirumuskan secara
konseptual untuk menemukan syarat-syarat dalam mengetahui pendidikan
berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Syarat-syarat itu merupakan kunci dalam
memasuki wilayah pendidikan Islam, tanpa menemukan syarat-syarat itu
kita merasa kesulitan mengungkapkan hakekat pendidikan Islam,
mengingat syarat merupakan tahapan yang harus dipenuhi sebelum
berusaha memahami dan mengetahui pendidikan Islam yang sebenarnya.
Setelah ditemukan syarat-syaratnya, langkah selanjutnya untuk dapat
menangkap ”misteri pendidikan Islam” adalah dengan menyiapkan segala
sarana dan potensi yang dimiliki para ilmuan atau pemikir, dalam
kapasitasnya sebagai penggali khazanah dan temuan pendidikan Islam.7
Oleh karena itu, epistemologi pendidikan Islam bisa berfungsi
sebagai pengkritik, pemberi solusi, penemu dan pengembang. Melalui
epistemologi pendidikan Islam ini, seseorang pemikir dapat melakukan :
Pertama, teori-teori atau konsep-konsep pendidikan pada umumnya
maupun pendidikan yang diklaim sebagi Islam dapat dikritisi dengan salah
satu pendekatan yang dimilikinya. Kedua, epistemologi tersebut bisa
memberikan pemecahan terhadap problemproblem pendidikan, baik secara
teoritis maupun praktis, karena teori yang ditawarkan dari epistemologi itu
untuk dipraktekkan. Ketiga, dengan menggunakan epistemologi, para
pemikir dan penggali khazanah pendidikan Islam dapat menemukan teori-
teori atau konsep-konsep baru tentang pendidikan Islam. Selanjutnya, yang
keempat, dari hasil temuan-temuan baru itu kemudian dikembangkan
secara optimal.8
3. Pembaharuan Epistemologi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai kegiatan yang menekankan pada proses
sebenarnya memberikan sinyal bahwa persoalan-persoalan pendidikan
Islam adalah sebagai persoalan ijtihâdiah, yang banyak memberi peran

7
Ibid., h. 229.
8
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 250
7

kepada umat Islam untuk mencermati, mengkritisi, dan mengkonstruk


formula-formula baru yang makin sempurna. Kendatipun wahyu telah
memberikan petunjuk-petunjuk tetapi justru petunujuk-petunjuk itu masih
perlu dijabarkan secara detail, sehingga melibatkan akal untuk melakukan
pemkiran-pemikiran secara mendalam.9 Oleh karena itu, dibutuhkan
penataan kembali secara komprehensif terhadap pendidikan Islam.
Pendidikan Islam dewasa ini menuntut pembaruan dan menumbangkan
konsep dualisme dikotomik secara mendasar.10 Usaha-usaha pembaruan
pendidikan Islam tersebut dilakukan untuk membangun sistem pendidikan
Islam yang benar-benar mampu memberdayakan umat; dimulai dari
pemberdayaan para pendidik (guru atau dosen), siswa atau mahasiswa,
lulusan (alumni), kemudian berpengaruh pada pemberdayaan masyarakat
dan negara.11
C. Definisi politik Pendidikan islam
1. definisi Politik Pendidikan islam
Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi
atau perbuatan. Dalam kamus berarti acting or judgeing wisely, welljudged
prudent. 1 Kata politik diambil dari kata latin politicus atau bahasa Yunani
(Greek) politicos yang bermakna relating to a citizen. Kata itu berasal juga
dari kata polis yang searti dengan city “kota”. Politic kemudian diserap ke
dalam bahasa Indonesia, yaitu, segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat,
dan sebagainya) mengenai pemerintahan suatu Negara atau terhadap Negara
lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama bagi
sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik. 12

9
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 225.
10
Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: PT
Tiara Wacana, 1991), h. 150.
11
Qomar, Epistemologi Pendidikan, h. 234.
12
Dalam Bahasa Indonesia kata Politik dapat menunjukkan beberapa makna. Lihat WJS
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa, (Jakarta : Balai Pustaka, 1983), hlm.763; Hasan Shadily,
Ensiklopoedi Indonesia, V, Jakarta : Ikhtiar baru van Hoeve ,1983:2739). Di sini politik
mempunyai arti sebagai konsep yang berkenaan dengan soal pemerintahan. Arti yang lain, politik
mempunyai makna tipu muslihat atau kelicikan sudah tidak dipakai lagi. Lihat: Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Kamus Besar bahasa Indonedia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h.694
8

Menurut Deliar Noer, politik adalah segala aktifitas atau sikap yang
berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi,
dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan
masyarakat.13 . Sedikit berbeda dengan Deliar Noer, Miriam Budiardjo
berpendapat bahwa, pada umumnya dikatakan bahwa politik (politices)
adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu system politik (atau Negara)
yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari system itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu.14
Dari keterangan-keterangan yang diberikan Deliar Noer, dapat diketahui
bahwa politik menurut pendapatnya tidak terbatas pada kegiatan yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan (decision making) dan
kebijakan umum (public policies) seperti pendapat Miriam Budiardjo, tetapi
juga mencakup pula kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan struktur masyarakat seperti pergeseran kekuasaan politik dari satu
rezim ke rezim lain.
Dalam istilah, kata politik, pertama kali dikenal dari buku Plato yang
berjudul politeia, yang dikenal juga dengan Republik.15 Berikutnya muncul
karya Aristoteles yang berjudul Politeia.16 Kedua karya itu dipandang sebagai
pangkal pemikiran politik yang berkembang kemudian.
Dari sekian definisi yang ada paling tidak dapat ditemukan dua
kecenderungan pendefinisian politik. Pertama, pandangan yang mengaitkan
politik dengan Negara, yakni dengan urusan pemerintahan pusat atau
pemerintahan daerah. Kedua, pandangan yang mengaitkannya dengan
masalah kekuasaan, otoritas dan atau dengan konflik. 17
Sedangkan kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan
pen- dan akhiran –an, dan berarti perbuatan, hal, dan cara. 18
Menurut Ki
Hajar Dewantara pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak.
13
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Jakarta: Rajawali, 1982), hlm. 11-12
14
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1982), h. 8
15
5 Deliar Noer, op.cit, h.11-12
16
Ibid, h.26
17
Lihat Alan C Isaac, Scope and Methode of Political Science (Homewood Illios: The
Donsey Press,1981), h. 15-16
18
Abuddin Nata. Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Pranada Media, 2003),hal.8
9

Artinya, pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri
anak, agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 19
Maka, politik pendidikan adalah segala kebijakan pemerintah suatu Negara
dalam bidang pendidikan yang berupa perturan perundangan atau lainnya
untuk menyelenggarakan pendidikan demi tercapainya tujuan negara.20
Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia (al-hâjat al-
asasiyyah) yang harus dipenuhi oleh setiap manusia seperti halnya pangan,
sandang, perumahan, kesehatan, dan perumahan. Pendidikan adalah bagian
dari masalah politik (siyâsah) yang diartikan sebagai ri‘âyah asy-syu’ûn al-
ummah (pengelolaan urusan rakyat)
berdasarkan ideologi yang diemban negara. Berdasarkan pemahaman
mendasar ini, politik pendidikan (siyâsah atta‘lîm) suatu negara sangat
ditentukan oleh ideologi (pandangan hidup) yang diemban negara tersebut.
Faktor inilah yang menentukan karakter dan tipologi masyarakat yang
dibentuknya. Dengan demikian, politik pendidikan dapat dipahami sebagai
strategi pendidikan yang dirancang negara dalam upaya menciptakan kualitas
human resources (sumberdaya manusia) yang dicita-citakan.
D. Konsepsi Pendidikan islam
1. Dasar Utama Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam tertumpu dalam Al-Qur`an dan sunnah Nabi.
Di atas dua pilar inilah dibangun konsep dasar pendidikan Islam. Titik
tolaknya dimulai dari konsep manusia menurut Islam. Menurut Haidar
Putra daulay dasar pendidikan Islam adalah suatu konsep yang
menggambarkan ciri suatu bentuk baik dalam hal yang nampak ataupun
yang tidak terlihat. Manusia sebagai makhluk yang sempurna yang
berperan sebagai subjek dan objek dalam kehidupan ini harus bijak dan
mampu memahami konsep dasar pendidikan Islam. Untuk dapat

19
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidikan ,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
20
Husni Rahim. Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, (Ciputat: Logos Wa
cana Ilmu, ), hal.9
10

memahaminya, maka diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif


dan efesien serta adanya sarana dan fasilitas yang sesuai21.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam terkait erat dengan tujuan penciptaan
Manusia sebagai khalifah allah dan sebagai Hamba allah 22. Dalam
rangkaian tujuan pendidikan Islam, salah satu pakar pendidikan islam
mengutarakan rincian tujuannya yaitu23:
 Untuk membantuk pembentukan akhlak
 Persiapan kehidupan di dunia dan Akhirat

 Menumbuhkan ruh ilmiyah

 Menyiapkan peserta didik dari segi profesional.

 Persiapan dalam berusaha untuk mencari rezeki

Sedangkan menurut As Syaibany bahwa tujuan pendidikan Islam


adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat24. Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama adalah
membentuk pribadi seorang muslim dan muslimat untuk menjadi hamba
yang taat, tunduk dan patuh Kepada Allah. Selain itu, Tujuan Pendidikan
Islam juga berorientasi kepada perwujuan suatu sikap yang selalu
menghadirkan Allah sebagai Tuhan yang selalu mengawasi setiap
makhluknya. Oleh karenaya, jika ini terwujud, maka akan terlahirlah bibit-
bibit manusia yang bertaqwa dan beriman dan selalu berada dijalan yang
benar dengan kehidupan bahagia dunia dan akhirat.
3. Aspek-aspek Pendidikan Islam
Manusia terlahir dari dua potensi alam yang berlainan tetapi satu
dalam bentuk. Potensi itu berupa jasmani dan rohani. Potensi jasmani

21
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: Rineka
cipta, 2009), h. 7
22
Ibid, h. 7
23
Muhammad Al-abrasyi, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa falasifatuha (Mesir: al-Halabi,
1975), h.22-25
24
As Syaibany 1975, h. 292
11

berupa fisik, sedangkan potensi rohani berupa pemikiran dan perasaan25.


Kedua potensi ini sangat perlu pendidikan sebagai upaya mewujudkan
manusia yang fitrah sebagai dasar utama penciptaan manusia sebagai
khalifah dimuka bumi ini. Ada dua hal pola pendidikan yang harus
ditanamkan kepada setiap manusia, pertama pendidikan dalam bidang
ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam bidang akhlak dan moral.
Aspek aspek pendidikan yang perlu ditanamkan kepada manusia
dalam konsep pendidikan Islam adalah:
- Aspek pendidikan Ketuhanan
- Aspek pendidikan akhlak
- Aspek pendidikan akal dan ilmu pengetahuan
- Aspek pendidikan fisik
- Aspek pendidikan kejiwaan
- Aspek pendidikan keindahan
- Aspek pendidikan keterampilan
4. Upaya Merealisasi Konsep Pendidikan Islam
Untuk merealisasikan konsep pendidikan Islam diperlukan
perencanaan pendidikan yang meliputi:
- Kelembagaan
- Kurikulum
- Manajemen
- Pendidik
- Alat, sarana dan fasilitas
- Kebijakan pemerintah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara sederhana, epistemologi berarti bagaimanasuatu ilmu dibangun.


25
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia, h. 8
12

Dalam membangun suatu ilmu, seorang ahli teori dibatasi oleh periode
hidup serta hal-hal lain yang mempengaruhi pemikirannya saat
membangun suatu ilmu. Dalam ilmu politik, epistemoligi ilmu ini
diterjemahkan ke dalam konsep pendekatan. Arti dari pendekatan adalah
dari sudut mana serta bagaimana seseorang melihat suatu permasalahan.
Di dalam ilmu politik, sekurang kurangnya
2. Sistem Epistemologi Pendidikan Islam
Sistem pendidikan merupakan rangkaian dari sub sistem-sub
sistem atau unsur-unsur pendidikan yang saling terkait dalam mewujudkan
keberhasilannya. Ada tujuan, kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta
didik, sarana, alat, pendekatan, dan sebagainya. Keberadan satu unsur
membutuhkan keberadaanunsur yang lain, tanpa keberadaan salah satu di
antara unsur-unsur itu proses pendidikan menjadi terhalang, sehingga
mengalami kegagalan.

3. definisi Politik Pendidikan islam


Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat
pribadi atau perbuatan. Dalam kamus berarti acting or judgeing wisely,
welljudged prudent. 1 Kata politik diambil dari kata latin politicus atau
bahasa Yunani (Greek) politicos yang bermakna relating to a citizen. Kata
itu berasal juga dari kata polis yang searti dengan city “kota”. Politic
kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu, segala urusan dan
tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan suatu
Negara atau terhadap Negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga
dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu
politik.

4. Dasar Utama Pendidikan Islam


Dasar pendidikan Islam tertumpu dalam Al-Qur`an dan sunnah
Nabi. Di atas dua pilar inilah dibangun konsep dasar pendidikan Islam.
Titik tolaknya dimulai dari konsep manusia menurut Islam. Menurut
Haidar Putra daulay dasar pendidikan Islam adalah suatu konsep yang
13

menggambarkan ciri suatu bentuk baik dalam hal yang nampak ataupun
yang tidak terlihat. Manusia sebagai makhluk yang sempurna yang
berperan sebagai subjek dan objek dalam kehidupan ini harus bijak dan
mampu memahami konsep dasar pendidikan Islam. Untuk dapat
memahaminya, maka diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif
dan efesien serta adanya sarana dan fasilitas yang sesuai
5. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis meyadari banyak kekurangan dan
saran bagi pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran dalam penulisan
makalah ini penulis mengucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
14

Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia,


Jakarta: Rineka cipta, 2009 
  Muhammad Al-abrasyi, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa falasifatuha,

Mesir: al-Halabi, 1975 

Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga : 2005).

A.M. Saefuddin, dkk., “Konsep Pendidikan Agama: Sebuah Pendidikan


Integratif-inovatif”, dalam A.M. Saefuddin et.al., Desekularisasi Pemikiran:
Landasan Islamisasi, (Bandung: Mizan, 1991)

Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, diterjemahkan oleh Anas


Wahyuddin, (Bandung: Pustaka, 1984).

Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta,
(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1991).

Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Jakarta: Rajawali, 1982

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1982

Alan C Isaac, Scope and Methode of Political Science (Homewood Illios:


The Donsey Press,1981

Abuddin Nata. Manajemen Pendidikan, ( Jakarta: Pranada Media, 2003

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. Ilmu Pendidikan ,(Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006

Husni Rahim. Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia, (Ciputat:


Logos Wa cana Ilmu

Anda mungkin juga menyukai