Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn.

A
DENGAN NEFROLITIASIS
DI RUANG ABU BAKAR RSI SUNAN KUDUS

Disusun Oleh:
NAMA : KELVINA
NIM : 920173027

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
1.   DEFINISI
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di
dalam urine (Nursalam, 2011:65).
Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang
ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat
organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas
garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan
terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).
 Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir
bersama urine (Susan Martin, 2007:726).
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal atau
bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan karena
terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang
menyebabkan gangguan pada saluran dan proses perkemihan.

Bagian – Bagian dalam Ginjal


Menurut Tarwoto (2009:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu:
1)   Korteks
Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah fibrosa sampai dengan
lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Semua
glomerulus berada di korteks dan 90% aliran darah menuju korteks.
2)    Medula
Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut pyramid
ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3)   Pelvis
Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian bergabung
menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks mayor
dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan
dengan ureter bagian proksimal.  
Fungsi Ginjal :  
Menurut Syaifuddin (2010:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu:
1)  Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan di
ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar,
kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang
dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat
dipertahankan relative normal.
2)   Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang
optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran
yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit
perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion
yang penting (misalnya Na, K, Cl, dan fosfat).
3)   Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto (2009:318)
Pengendalian asam basa oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang urin atau
basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau bikarbonat dalam urin.
4)   Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan,
hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).
5)   Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin yang
berperan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron),
membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses
pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol(vitamin
D aktif) yang diperlukan untuk mengabsorbsi ion kalsium di usus.
Proses Pembentukan Urin
Menurut Syaifuddin (2010:239) ada 3 tahap dalam pembentukan urine, yaitu :
1)   Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih besar dari
permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan bagian yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida,
sulfat, bikarbonat, dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2)   Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang
dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada
tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion
bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah.
Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan
sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3)   Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika
urinaria.

2. ETIOLOGI
Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-50
tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila jumlah air
dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak purin, oksalat
(teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium
(daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
a. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu saluran kencing.
b. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran
kencing.
c. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden
batu saluran kemih.
d. Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011:108)

3. TANDA DAN GEJALA

Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :


a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu
berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya
lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.
b. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma
yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (http://mantrinews.blogspot.com)
c.  Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal
serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih:
demam dan menggigil.
e. Gejala gastrointestinal, meliputi:
1)      Mual
2)      Muntah
3)      Diare (Nursalam, 2011:67)
Komplikasi

Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari batunefrolitiasis adalah:

a. Sumbatan: akibat pecahan batu


b.  Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c.  Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis

4. PATHOFISIOLOGI

Batu terbentuk terbentuk ditraktus urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti
Ca oksalat,kalsium fosfas,dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu. Seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urine.
Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan
pasien.

Ketika batu menghambat aliran urine,terjadi obstruksi,menyebabkan peningkatan tekanan


hidrostatik dan distensi pada ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis dan cystitis yang
disertai menggigil demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Beberapa batu jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional perlahan lahan
merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa.pasien sering merasa ingin berkemih, namun
hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya
batu diameter <0,5-1cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut,disertai nyeri tekan
seluruh area kostovertebral dan muncul mual muntah, maka pasien sedang mengalami kolik
renal. Diare dan ketidak nyamanan abdominal dapat terjadi.

Selain itu ada beberapa teori yang membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:

1. Teori inti (nucleus)


Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang sudah
mengalami supersaturasi
2. Teori matriks
Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan kemungkinan
pegendapan kristal
3. Teori inhibitor kristalisasi
Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi,konsentrasi yang
rendah atau absennya substansi memungkinkan terjadinya kristalisasi.
Pembetukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung
dari PH urine, kekuatan ion,konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks. Terdapat
beberapa jenis batu, diantaranya:
1. Batu kalsium
Bentuknya besar dengan pembukaan halus,dapat bercampur antara kalsium dengan
fosfat. Batu kalsium sering dijumpai pada orang yang mempunyai kadar vit D berlebih
atau ganguan kelenjar paratiroid. Batu kalsium dapat disebabkan oleh:
- Hiperkalsiuria abortif: gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi
khusus yang berlebihan juga pengaruh vit d dan hiperparatiroid
- Hiperkal siuria renalis : kebocoran pada ginjal
2. Batu oksalat
Dapat disebabkan oleh, primer autosomal resesif,ingesti inhalasi (vit
C,ethylenglicol,methoxyfkurane,anestesi) hiperoksalaria (inflamasi saluran cerna,reseksi
usu halus)
3. Batu asam urat
Permukaan halus berwarna cokelat lunak disebabkan oleh:
- Makanan yang banyak mengandung purin
- Pemberian sitostatik
- Dehidrasi kronis
- Obat:salisilat,tiazid,lazik
4. Batu sturvit
Berbentuk tanduk rusa,mengacu riwayat infeksi,terbentuk pada urin yang kaya amonia
alkali persisten akibat UTI kronik
5. Batu sistin
Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urine
5. PATHWAY

Infeksi saluran kemih kronis, dehidrasi,benda asing,jaringan mati

Inflamasi usus, masukkan vit D yang berlebihan

Pengendapan garam mineral , infeksi, mengubah ph urine dari asam menjadi alkalis

Pembentukan batu

Obstruksi saluran kemih

obstruksi di ureter kurang

kalkulasi berada di ureter pengetahuan

peningkatan distensi abdomen

gesekan pada

dinding ureter anoreksia

Nyeri akut mual/muntah

out put berlebih

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.       Urine
1)      PH lebih dari 7,6
2)      Sediment sel darah merah lebih dari 90%
3)      Biakan urin
4)      Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b.      Darah
1)      Hb turun
2)      Leukositosis
3)      Urium kreatinin
4)   Kalsium, fosfor, asam urat
c.       Radiologi
1)      Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
2)      USG abdomen
3)      PIV (Pielografi Intravena)
4)      Sistoskpi

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.       Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum
yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10
mg/hr.
b.      Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah
ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan
batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
c.       Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut).
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat
ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu
tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk
mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase
urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1)      Pielolititomi                          : jika batu berada di piala ginjal
2)      Nefrolithotomi/nefrektomi   : jika batu terletak didalam ginjal
3)      Ureterolitotomi                     : jika batu berada dalam ureter
4)      Sistolitotomi                         : jika batu berada di kandung kemih

8. PENGKAJIAN POLA FUNGSI KESEHATAN


a.       Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam
menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b.      Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka
pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat
atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi abdominal, penurunan bising
usus (Kartika S. W., 2013:187).
c.       Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya
luka pada ginjal.
d.      Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena
adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.
e.       Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya
penyakitnya.
f.       Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana
dilakukan operasi.
g.      Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah
sakit.
h.      Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan
selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.

i.        Pola hubungan peran


Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada
gangguan.
j.        Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika
stress muncul.
k.      Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat
sembuh.

9. DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis
2. Nyeri akut b/d agen cidera biologis
3. kurang pengetahuan b/d kurang informasi
10. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 makanan
kebutuhan tubuh jam nutrisi kurang teratasi 2. Monitor adanya
Berhubungan dengan : dengan indikator: penurunan BB dan gula
Ketidakmampuan untuk  Albumin serum darah
memasukkan atau mencerna  Pre albumin serum 3. Ajarkan pasien bagaimana
nutrisi oleh karena faktor  Hematokrit membuat catatan makanan
biologis, psikologis atau  Hemoglobin harian
ekonomi.  Total iron binding 4. Monitor mual dan muntah
capacity 5. Informasikan pada klien
 Jumlah limfosit dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
6. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri


berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam secara komprehensif termasuk
dengan: Pasien tidak mengalami nyeri, lokasi, karakteristik, durasi,
Agen injuri (biologi, dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
kimia, fisik,  Mampu mengontrol nyeri (tahu presipitasi
psikologis), penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi nonverbal
kerusakan jaringan menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3. Bantu pasien dan keluarga
mengurangi nyeri, mencari untuk mencari dan
bantuan) menemukan dukungan
 Melaporkan bahwa nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang dengan mempengaruhi nyeri seperti
menggunakan manajemen nyeri suhu ruangan, pencahayaan
 Mampu mengenali nyeri (skala, dan kebisingan
intensitas, frekuensi dan tanda 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri) 6. Ajarkan tentang teknik non
 Menyatakan rasa nyaman farmakologi: napas dalam,
setelah nyeri berkurang relaksasi, distraksi, kompres
 Tanda vital dalam rentang hangat/ dingin
normal 7. Kolaborasi dengan tim medis
 Tidak mengalami gangguan lain untuk pemberian analgetik
tidur untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam pengetahuan pasien
kurang informasi diharapkan kurang pengetahuan dan keluarga
dapat teratasi dengan kriteria 2. Indentifikasi
hasil : kemunngkinan
1. Pasien dan keluarga penyebab dengan cara
menyatakan yang tepat
pemahaman tentang 3. Berikan informasi
penyakit, tentang proses penyakit
kondisi,prognosis,dan dan tanda gejalanya
program pengobatan 4. Kolaborasi dengan tim
2. Pasien dan keluarga medis lain untuk
mampu melaksanakan penanganan yang tepat
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya
PEGGUNAAN REFERENSI

Ali,Zaidin.2009.Dasar Dasar Dokumentasi Keperawatan.Jakarta.EGC.


Mutaqqin,Arif Dan Kumala Sari.2011. Asuhan Keperwatan Gangguan Sistem
Perkemihan.Jakarta :Salemba Medika
Nursalam 2011.Asuhan Keperawatan Pada Pasiendengan Gangguan Sistem Perkemihan:
Jakarta: Salemba Medika
Purnomo,Basuki. 2011dasar Dasar Urologi,Jakarta:Sagung Seto
Tarwoto,2009.Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta:EGC
Wijayaningsih.Kartika.Sari 2013.Standart Asuhan Keperawatan.Jakarta.Trans Info
Medika

Anda mungkin juga menyukai