Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nurul Laelatul Husna

Kelas/Nim : Spi 6B/12307183036

Tugas : Uts Historiografi

Dosen Pengampu : Hendra Afiyanto

1. biasanya digunakan sebagai medium dalam melakukan pembenaran terhadap


kebijakan-kebijakan atau konsensus sebagian elite politik yang tidak memikirkan
kondisi akar rumput. Dalam narasi sejarah yang diciptakan Orde Baru, kiprah
Soeharto dipertunjukan sebagai tokoh penyelamat bangsa atau mesias dalam tradisi
Barat.
2. Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah dari zaman Hindu-Buddha sampai
Islam masuk dan berkembang di Indonesia, dimana historiografi tradisional ini
mempunyai corak yang berasal dari pemikiran manusia dengan keyakinan animisme
dan dinamismenya (mitos). Selain mitos terdapat juga unsur genealogis yaitu
menghubungkan antara individu dengan yang lain atau generasi berikutnya, biasanya
kita sebut sebagai silsilah yang berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan. Pada
historiografi tradisional fakta tidak terlalu di perhatikan, karena si penulis lebih
mengedepankan unsur mistis yang telah di percayainya turun temurun. Pada saat itu
naskah-naskah lebih umum ditulis di batu/prasasti, dengan tujuan agar generasi
penerus dapat mengetahui peristiwa apa yang terjadi pada masa itu, terlebih di masa
kerajaan. Naskah-naskah ini ada yang berbentuk hikayat (lebih umum di wilayah
Melayu) dan ada juga babad (lebih umum di Mataram).
Ciri-ciri dari historiografi tradisional yaitu :
a. Region sentris atau kedaerahan: ciri ini lebih kepada di pengaruhi oleh budaya
masyarakat yang ada di wilayah atau daerahnya, misalnya seperti cerita gaib
setempat.
b. Lebih kepada mengabaikan fakta yang ada karena telah di pengaruhi oleh
kepercayaan yang di miliki masyarakat atau di pengaruhi pikiran si penulis
naskah.
c. Terdapat kepercayaan dengan kekuatan sakti dan unsur magis, contohnya seperti
ada kekuatan tertentu di balik peristiwa.
d. Percaya hal magis yang di lakukan oleh tokoh tertentu, seperti kesaktian raja-raja
yang dianggap utusan dewa, sehingga segala perkataan dan perbuatannya di
benarkan.
e. Religio sentris atau gambaran dari tokoh-tokoh yang ditonjolkan dalam suatu
naskah. Contohnya seperti segala sesuatu yang di pusatkan pada keluarga kerajaan
sehingga biasa disebut istana sentris.
3. Sejarah lisan sebagai sumber alternatif penuh harapan maksudnya adalah sejarah lisan
bukan hanya sebagai pelurus fakta sejarah, tetapi juga dapat menampakkan tema-tema
baru dalam perkembangan historiografi Indonesia, dimana dituntut informasi yang
lebih bervariasi dan belum pernah ditemukan dalam sumber-sumber tertulis. Seperti
tema sejarah pembantu, buruh, dan tema-tema lain yang sulit ditemukan dalam
sumber arsip. Maka terdapat kalimat sejarah lisan sebagai alternatif peuuh harapan,
karena sumber lisan dapat menggali pengalaman orang biasa, sehingga dapat
mengatasi keterbatasan dokumen tertulis yang tidak banyak koleksi dan lebih sering
tidak terawat.
4. Maksud dari historiografi Indonesia masih ber-Jawa sentris adalah indonesiasentris
dalam penulisan sejarah cenderung menjadi regionalisasi, pokok pembahasannya juga
lebih banyak tentang Jawa/Jawasentris. Kecenderungan yang dimaksud ini adalah
sesuatu yang mengesampingkan fakta dan lebih senang menulis tentang mitos-mitos.
Kemudian muncul historiografi alternatif sebagai usaha untuk mengenalkan perpektif
yang diabaikan, dilewatkan bahkan tidak terlihat. Kemudian historiogrfi alternatif ini
menghasilkan sejarah alternatif yaitu : 1. Pembaruan sejarah, dimaksudkan untuk
pengkajian ulang dari fakta-fakta dan penafsiran sejarah untuk memperbaiki sejarah
yang tertulis dengan informasi baru yang lebih tepat dan lebih tidak berprasangka atau
menyimpang. 2. ketika pembaruan ini dilakukan oleh pihak tertentu hal ini disebut
pembaruan sejarah secara politis, sebagai contoh perekaan ulang kejadian di masa lalu
yang disangkal oleh sumber-sumber yang terdokumentasi yang kesahihannya dapat
dibuktikan. Sehingga dapat di fahami bahwa pembaruan-pembaruan ini di tujukan
agar Indonesia kembali ke Indonesiasentris yang sebenarnya.
5. Sekiranya benar sinyalemen bahwa arah perjalanan historiografi (penulisan sejarah)
Indonesia saat ini telah tercerabut dari konteks masyarakatnya, dan historiogafi
kembali berubah menjadi cerita tentang barang antik yang tidak memiliki relevansi
dengan persoalan aktual yang dihadapi masyarakat dan bangsa. Dengan demikian,
sejarah hanya “sekedar alat pembenar yang hanya mampu berdialog dengan diri
sendiri dan takut pada penindasan serta kezaliman politis”. Konsep “historiografi
pembebasan” ditawarkan sebagai satu corak historiografi yang perlu dikembangkan
dan dimanfaatkan untuk membangkitkan kesadaran historis, aktual, dan sekaligus
futural bagi segenap masyarakat Indonesia. Pada gilirannya, historiografi pembebasan
digunakan untuk membangkitkan semangat bergerak membebaskan diri dari berbagai
persoalan yang hingga saat ini tidak terpecahkan. Historiografi pembebasan ini
diharapkan dapat berperan sebagai satu historiografi yang mampu membebaskan cara
berpikir masyarakat terhadap masa lampau dari belenggu ketidaktahuan, kepalsuan,
mitos-mitos, manipulasi, dan kesalahtafsiran aktual mengenai masa lampau sehingga
memberikan spirit untuk bertindak menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia berdasarkan akar historis (Sulistiyono, 2008: 5). Sehingga mampu
membangkitkan kesadaran terhadap masalah aktual yang sedang dihadapi oleh
masyarakat seperti kemiskinan, ketergantungan, ketidakadilan, penindasan, dan
sebagainya. Perpaduan antara kesadaran sejarah dan kesadaran aktual serta kesadaran
futural itu pada gilirannya akan mendorong semangat masyarakat untuk melakukan
suatu langkah perbaikan demi mencapai cita-cita Indonesia Baru sebagai komunitas
bangsa yaitu masyarakat yang makmur, berkeadilan, mandiri, bebas dari penindasan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai