Anda di halaman 1dari 19

OSEANOGRAFI

AWAL KEHIDUPAN BERMULA DI LAUT

Pasang Surut Laut

Pasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara
bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah
gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang
rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu
antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya.
Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan


keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan
campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut
berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung
pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional
di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

Pasang surut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi
dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat
bulan baru dan bulan purnama.

Pasang surut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk
sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang
rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.

Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan
di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang
surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut,
diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit
pasang surut. Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang
surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena
interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang pasang
surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang
baru.

http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/pasang-surut-laut.html

Hipotesa Oseanografi di Perairan


Maluku: Kondisi Laut Banda
Dipengaruhi Musim Erlinda dan La Nina
KILASMALUKU.com- Tim Ekspedisi Oseanografi Indonesia Bagian Timur trip pertama oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) telah tiba di Kota Ambon dan melakukan penelitian di
laut dalam.

Turut dalam ekspedisi oseanografi tersebut berbagai instansi dengan variasi bidang
keahlian yang meliputi peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan yang berasal dari Balai Penelitian dan Observasi Laut serta Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, peneliti LIPI, peneliti UNDIP,
peneliti ITB, serta awak media cetak dan elektronik lokal maupun nasional.

Peneliti yang bertugas sebagai Chief Scientist, Dr. Bambang Sukresno, dalam
ekspedisi trip pertama tersebut menyampaikan bahwa ekspedisi dimaksud telah
berhasil melakukan pengukuran lapangan (in situ) pada 18 titik atau stasiun
pengamatan laut dan air laut dalam. 18 titik yang menjadi target penelitian tersebut
yakni laut Flores, laut Banda serta beberapa titik lainnya di dekat pulau Ambon dan
belum bisa disimpulkan mengenai hasil penelitian tersebut karena ekspedisi berikutnya
masih akan dilaksanakan kedepannya.
“Kesimpulan penelitian dari 18 titik ini memang belum ada. Namun sementara kami
telah memiliki hipotesa bahwa laut Banda itu dipengaruhi oleh musim, Erlindo dan La
Nina dari samudera Pasifik,” terangnya.

Akibat dari adanya fenomena ini maka sumber daya perikanan maupun kelautan akan
terpengaruh. Setelah melakukan analisis dan kesimpulan, diberikan warning bahwa
pada musim tertentu akan ada kondisi dimana sumberdaya ikan akan berkurang
ataupun akan habis sama sekali.

“Kondisi inilah yang harusnya diantisipasi oleh pemerintah supaya masyarakat tetap
bisa bertahan hidup,” ujar Bambang.

Disampaikan pula bahwa ekspedisi oseanografi trip kedua dengan tema Indeso Join
Expedition Program (IJEP) akan dilaksanakan mulai dari tanggal 6 September dari
Ambon dan akan berakhir pada pelabuhan Bitung 15 September nanti. Pada ekspedisi
trip kedua ini akan dilakukan pengamatan laut pada 19 titik stasiun pengamatan yang
akan melalui Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714, 715, dan 716 dan akan
melihat secara langsung akan kondisi lingkungan laut serta aktivitasnya yang meliputi
pengukuran parameter fisik, kimia, dan biologi, pengamatan respond an pengaruh
kondisi perubahan iklim (La Nina) terhadap aktivitas perikanan tangkap, analisis
fenomena laut dan memprediksi kondisi laut kedepan, illegal fishing melalui validasi
terhadap jenis dan keberadaan kapal yang menggunakan data radar, AIS dan validasi
lapangan dengan ECDIS, serta identifikasi keberadaan rompon di perairan timur
Indonesia.

Sesuai agenda yang telah dijadwalkan, akan dilakukan ekspedisi trip ketiga yang
bertemakan The Transport, Internal Wave and Mixing in The Indonesia Through Flow
Region and It’s Inpact on Marine Ecosystem (TIMIT) yang melalui selat Makasar dan
selat Lombok. Trip ketiga tersebut dijadwalkan pada tanggal 20 September hingga 1
Oktober mendatang dari pelabuhan Bitung menuju pelabuhan di Jakarta.

Diharapkan bahwa dalam serangkaian pelaksanaan Ekspedisi Oseanografi Indonesia


Timur tersebut pada akhirnya dapat menjawab berbagai isu penting dalam dunia
kelautan dan perikanan yang diantaranya meliputi illegal fishing, perubahan iklim,
pemodelan dinamika laut yang berhubungan dengan stok ikan, serta sebaran rompon
dalam perairan laut kawasan timur Indonesia. (redaksi_03/kilasmaluku)

https://kilasmaluku.fajar.co.id/2016/09/06/hipotesa-oseanografi-di-perairan-maluku-
kondisi-laut-banda-dipengaruhi-musim-erlinda-dan-la-nina/

Aspek Laut dalam Oseanografi

Oseanografi dapat didefinikan secara sederhana sebagai ilmu yang mempelajari


lautan. (Oceanography is the scientific study of the Ocean in all its aspect). Juga disebut Oseanologi
dan Thassografi oleh beberapa penulis lain. Tetapi lebih popular dengan sebutan
Oseanografi. .Studi yang sama dari danau dan air tawar adalah Limnologi.

70.8% bagian bumi adalah air. Daratan hanya 29.2% saja dari bagian bumi. Atau dari 510 juta km
persegi luas muka bumi, 361 juta km persegi merupakan laut dan daratan hanya 149 juta km
persegi. Jadi bisa disebut bumi adalah planet air.

Perkembangan kondisi laut dan udara menentukan cuaca dan iklim. Berbeda dengan daratan, laut
merupakan medium yang dinamis. Kedinamisan laut tersebut ditilik dari beberapa aspek yang
dipelajari di oseanografi, antara lain:

1.     Massa Air
Laut di seluruh dunia adalah daerah yang memiliki massa air laut yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Di daerah dekat kutub selatan massa air dingin tenggelam menuju lautan dalam. Garam laut
yang keluar saat air membeku akan bercampur dengan air dingin membentuk massa air yang lebih
padat (suhu rendah & salinitas tinggi) yang tenggelam di dasar Antartika. Air tadi bercampur dengan
air di sekitarnya ketika mengalir ke sekeliling Antartika, disebut dengan Air Dasar Antartika (Antartic
Bottom Waters), kemudian mengalir ke utara. Air Dasar Antartika bersuhu sekitar -0,4oC dan
salinitas sekitar 34,66 ppt.

Contoh lain adalah North Atlantic Deep Water, yang mengalir di atas Air Dasar Antartika. Contoh
lain lagi adalah Antartic Intermediate Water, yang mengalir di atas kedua massa air sebelumnya.

Beberapa massa air lautan terbentuk pada lautan yang lebih kecil. Contoh: lapisan tipis air hangat
dengan salinitas tinggi bergerak dari Laut Mediterania melewati Selat Gibraltar; di Laut Merah juga
terbentuk massa air semacam ini. Karena kurang padat daripada air dasar, massa air tersebut
mengalir ke tengah kedalaman laut (intermediate).

2.     Kedalaman

Kedalaman suatu perairan akan membatasi masuknya penetrasi cahaya matahari yang secara
langsung membatasi kehidupan biota. Penyinaran cahaya matahari berkurang secara cepat sesuai
dengan makin dalamnya lautan.

Kedalaman dasar laut dapat diamati dari nilai garis kontur pada peta batimetri daerah yang
bersangkutan. Kedalaman laut mencerminkan morfologi yang berkaitan dengan proses
pembentukan dan perkembangan dasar laut dan samudera. Untuk sistem samudera terdapat
hubungan yang memperlihatkan hubungan antara kelandaian dan umur pembentukannya. Makin
tua umur samudera, semakin dalam dasar lautnya.

3.      Densitas

Densitas dalam pengertian sederhananya adalah kerapatan. Kerapatan disini adalah massa jenis.
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis
suatu benda, maka semakin besar pula massa di tiap nilai volumenya. Karena yang dibahas adalah
laut, maka kita berbicara bagaimana densitas air laut. Densitas merupakan salah satu parameter
terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Densitas sendiri sangat dipengaruhi suhu, salinitas dan
juga tekanan.

Densitas (rapat jenis) di lambangkan dengan ρ

ρ=m/v

ket:

ρ : massa jenis (g/cm3)


m : massa,

V : volume.

Dari ketiga parameter yang mempengaruhi densitas, yang paling mempengaruhi densitas adalah
tekanan. Jika densitas di suatu perairan tinggi maka suhu di perairan tersebut akan turun. Densitas
maksimal terjadi pada suhu antara 39,8oC– 40oC. Tapi sebaliknya dengan salinitas dan tekanan di
daerah perairan tersebut, yang mana akan naik. Jadi pada intinya adalah densitas berbanding
terbalik dengan suhu tetapi berbanding lurus dengan salinitas dan tekanan.

Distribusi Densitas

Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal di dalam
kolom perairan, dan perbedaan secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas
berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi
pada lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Densitas air laut tergantung pada suhu dan
salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas
permukaan laut berkurang karena ada pemanasan, presipitasi, run off dari daratan serta meningkat
jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.

Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan massa air.
Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and Lindstrom (1991),
mengatakan bahwa 95 % terlihat adanya hubungan yang positif antara densitas dan suhu dengan
kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya kedalaman lapisan yang tercampur
akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya
salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya suhu.

Pada intinya adalah distribusi denstitas ada dua yaitu secara vertikal dan horizontal. Jika vertikal
pengaruh denstitas terhadap temperatur/suhu dan salinitas juga tekanan. Bisa ditandai dengan
sebuah grafik, dimana tersebut garisnya berada pada posisi vertikal, garisnya dari atas ke bawah.
Dan jika horizontal itu adalah pengaruh densitas yang disebabkan oleh faktor lain yaitu arus. Jika
ditandai dengan grafik, garis grafik ini garisnya adalah dari kiri ke kanan secara horizontal.

4.     Temperatur

Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur in
situ (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat
termodinamis cairan karena kecepatan aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut.
Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan
kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik.
Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan
energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara
juga nol (dalam Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak
ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh
adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi.
Kisaran harga temperatur di laut adalah -2oC - 35oC. 

Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang
bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (kompresi)
atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa
terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air
mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang.
Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang
ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika
kita ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya,
efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah
temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level
tekanan yang lain. Di laut, biasanya menggunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk
temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda
jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di
atas permukaan laut adalah yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di bawah permukaan
laut), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah
daripada temperatur sebenarnya. 

Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara itu, jika
temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi panas dan transpor energi panas,
harus digunakan satuan Kelvin. 0oC = 273,16 K. Perubahan 1oC sama dengan perubahan 1 K. 

Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan kandungan energi panas, dimana energi
panas dan temperatur dihubungkan melalui energi panas spesifik. Energi panas per satuan volume
dihitung dari harga temperatur menggunakan rumus: 

Q = densitas x energi panas spesifik x temperatur (K)

Jika tekanan tidak sama dengan nol, perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan
temperatur potensial. Satuan untuk energi panas adalah Joule. Sementara itu, perubahan energi
panas dinyatakan dalam Watt (Joule/detik). Aliran (fluks) energi panas dinyatakan dalam
Watt/meter2 (energi per detik per satuan luas).

Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai
daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui
atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan
kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar
42°C di daerah perairan dangkal.
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin
rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam
perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C –
4°C.

Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya
suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari
sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas
pantai suhunya rendah dan stabil.

Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar
matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu
turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada
kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2°C –
4°C.

Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan
laut (altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi
udara, dan penutupan awan.

Semoga beberapa paparan di atas bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang aspek laut
dalam oseanografi. Sebenarnya masih banyak aspek lain, termasuk aspek laut tentu masih sangat
luas.

Indonesia adalah suatu negara kepulauan. Diakuinya konsep wawasan nusantara dan negara
kepulauan oleh dunia internasional membuat Indonesia menjadi suatu negara kepulauan terbesar di
dunia. Dengan wilayah negara yang sangat luas dan sebagian besar berupa laut, dan memiliki
daratan berpulau-pulau, maka bagi Indonesia mempelajari oseanografi menjadi sangat penting.
Banyak sumber daya alam Indonesia yang berada di laut, baik sumber daya hayati maupun
sumberdaya non-hayati. Sumber daya laut yang sangat banyak itu hanya akan dapat dimanfaatkan
dengan berkesinambungan bila kita mempelajarinya.

Selain sebagai sumber daya laut juga menjadi sumber bencana, terutama bagi penguni daerah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Bagi Indonesia yang memiliki wilayah laut yang sangat luas dan pulau-
pulau yang sangat banyak, tentu akan besar pula potensi bencana dari laut. Oleh karena itu, dalam
rangka upaya melakukan mitigasi bencana alam dari laut, maka mempelajari oseanografi juga
merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia.

https://indonesiana.tempo.co/read/128412/2018/10/15/aswothers/aspek-laut-dalam-oseanografi
Tugas Resume Pengantar Oseanografi
Fenomena Laut Terbelah di Korea
Tentunya kita masih ingat tentang kisah Nabi Musa yang memiliki mukjizat tongkatnya
mampu membelah Laut Merah dan  membawa pengikutnya yang taat kepada Allah melarikan
diri dari kekejaman Firaun yang memerintah Mesir.

Kejadian seperti itu hampir mirip dengan kejadian yang terjadi di Korea Selatan setiap 2
tahunnya, akan tetapi ini sedikit berbeda dengan apa yang terjadi di Korea Selatan karena
perkataan terbelah dan membelah sendiri memiliki makna yang berbeda. Kejadian laut terbelah
di Korea Selatan disebabkan karena faktor alami sedangkan upaya Nabi Musa membelah Laut
Merah pada tanggal 10 Muharam dengan tongkatnya karena disebabkan mukjizat yang
dikuruniakan Allah SWT. Yang pasti, kedua kejadian hampir mirip itu terjadi atas kehendak
Allah SWT. Berikut penjelasan mengenai laut terbelah di Korea Selatan:
Tepatnya di Pulau Jindo terletak di sebelah barat Semenanjung Korea, wilayah
Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Pulau ini merupakan yang terbesar ketiga di
negara ginseng tersebut dan terletak berdekatan dengan pulau Jejudo dan Geojodo.

Setiap 2 tahunnya, terjadi fenomena alam yang sangat menarik di Pulau Jindo. Dinas
Pariwisata setempat menyebutnya sebagai  Miracle . Laut yang dipenuhi air laut tiba-tiba surut
atau mengering. Surutnya air laut ini membuat jalan hampir sepanjang tiga kilometer dan lebar
sekitar 10-40 meter. Fenomena alam ini terjadi kurang lebih sekitar satu jam.
Surutnya air laut ini menghasilkan daratan yang menghubungan Pulau Jindo dan Pulau
Modo yang sebelumnya tertutup oleh air. Selama air laut surut, orang bisa berjalan kaki dari
Pulau Jindo ke Pulau Modo. Tetapi, tentu saja, harus diperhitungan dengan cermat mengingat
surutnya air laut ini hanya 60 menit. Setelah itu, tanah/pasir laut akan kembali ditutupi oleh air
laut.
Kejadian ajaib ini hanya terjadi dua kali dalam setahun. Peristiwa ini biasanya terjadi
pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat Proses ini menghasilkan jalur bagi dua daratan terpisah
yang sebelumnya tenggelam di bawah air. Dinas Pariwisata setempat memanfaatkan fenomena
alam ini dengan menggelar pesta besar-besaran yang dikenal sebagai “Jindo Yeongdeung
Festival” atau Pesta Laut Terbelah Jindo. Pesta Laut Terbelah Jindo ini selalu diselenggarakan
tiga kali setahun yaitu pada Maret atau Mei serta Juli. Bagaimanapun, sambutan wisatawan lokal
dan mancanegara sungguh luarbiasa sehingga menyebabkan pihak pemerintah memutuskan
untuk turut merayakan pesta laut terbelah di Pulau Jindo tersebut pada bulan April. Sambutan
wisatawan lokal dan mancanegara jumlahnya bahkan bisa mencapai 400.000 orang. Event ini
tentu bisa menghasilkan devisa karena para turis harus mengeluarkan uang untuk bisa menikmati
Moses’ Miracle.

Perayaan itu juga membolehkan wisatawan menikmati berbagai kegiatan mendulang


pengalaman di laut dan menyaksikan pemandangan unik serta budaya masyarakat pulau Jindo.
Pesta itu diselingi dengan tembang tradisional masyarakat Jindo dan pagelaran sendra tari khas
Korea, Ganggangsullae, turut dipersembahkan. Semua dipersembahkan kepada wisatawan
sepanjang berlangsungnya perayaan termasuk pertunjukan kembang api, psinar laser,
persembahan musik tradisional serta permainan khas Korea lainnya.
Untuk memperoleh pemandangan paling menarik laut terbelah dan membentuk jalur jalan
yang bisa dilewati, masyarakat dan wisatawan dapat menikmati bahkan berjalan-jalan sendiri di
jalur jalan yang tercipta dari penyurutan air laut itu. Siapa saja bisa menyaksikan detik-detik
keajaiban laut terbelah dan tidak heran pula jika pada saat itu banyak orang berlomba-loma
melintasi jalur daratan tersebut dan merayakannya bersama teman dari arah berseberangan
daratan kepulauan Jindo dan Modo. Tidak kurang pula banyak yang mengambil kesempatan
mencari dan mengutip hasil lautan lainnya.
"Ini adalah keajaiban yang tidak mungkin dapat disaksikan di tempat lain. Dalam sekejap
mata, laut terbelah dan memperlihatkan dasar lautnya. Tak ada ucapan yang dapat
menggambarkan besarnya ketakjuban menyaksikan kehidupan laut seperti kerang, kepah dan
biota laut yang sebelum ini hidup di dasarnya, tiba-tiba timbul," kata wisatawan lokal, Cho Eun-
Jun yang dikutip media setempat belum lama ini.
Sebenarnya, tidak banyak yang mengetahui mengenai kejadian fenomena itu hingga pada
1975, ketika seorang duta Prancis saat itu, Pierre Randi, mengunjungi Korea Selatan dan menulis
mengenai peristiwa ajaib ini dalam sebuah koran negaranya. Akan tetapi, seperti peristiwa aneh
lainnya, ada kisah atau mitos rakyat setempat di balik fenomena itu. Ini dikaitkan dengan sebuah
desa di pulau Jindo yang diserang harimau yang menyebabkan penduduk melarikan diri ke pulau
Modo untuk berlindung.
Celakanya, seorang nenek tua, Pong, yang tidak berdaya tertinggal. Dalam kondisi serba
terdesak dia meminta pertolongan Dewa Laut, yang kemudian memisahkan laut dan membantu
wanita renta malang itu lari meloloskan diri dari hewan buas tersebut. Ketika laut terbelah,
banyak penduduk berlari menuju Modo, memainkan gendang dalam upaya mereka mencari sang
nenek tua yang akhirnya meninggal dunia. Tapi sebelum mati, wanita ini sempat membisikkan:
"Doaku dikabulkan. Jalan laut terbuka dan aku dapat melihat kalian semua. Kini, asaku sudah
terlaksana.Aku bisa meninggal dengan tenang." Nama asal daerah itu, Hodong, kemudian ditukar
menjadi Hoedong, bermakna ‘Kampung Orang yang Kembali’, untuk mengingati kisah nenek
Pong.
Hal tersebut merupakan cerita rakyat dari daerah tersebut, jika kaitkan dalam ilmu
oseanografi, tentunya fenomena alam yang langka tersebut merupakan fenomena pasang surut air
laut yaitu peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi pasang surut adalah peristiwa naik
turunnya air laut disebabkan oleh pergerakan permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan
horisontal massa air akibat pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, dan gejala ini mudah
dilihat secara visual.

Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa naik-turunnya permukaan
air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala, maka apabila dipasang alat tolok
ukur pasang surut secara merata di dunia, dan dilakukan pengukuran setiap interval satu jam,
kemudian hasil pengukuran ini digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang
harmonik.
Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan
pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Di tempat lain juga terjadi
fenomena lain yaitu, satu kali air pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang
surut harian tunggal (diurnal tide).
Jika dilakukan pengukuran pasang surut selama satu bulan dan coba dihubungkan dengan
pergerakan bulan, maka akan diperoleh range (jangkauan) terbesar. Jangkauan tersebut
merupakan nilai dari beda air tertinggi dan air terendah yang terjadi ketika bulan purnama penuh,
ini disebut pasang surut perbani (spring tide), sedangkan jangkauan terkecil disebut pasang surut
anak (neap tide)
http://pii-nopii.blogspot.com/2011/05/fenomena-laut-terbelah-di-kore.html

Sungai Dalam Laut


"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi." (Q.S Al Furqon:5)
Nah kawan, dalam pelajaran Geografi dijelaskan kalo sungai air tawar yang
memanjang membelah daratan itu ujung2nya pasti ketemu laut. Itu berarti, sungai dan laut, gak
pernah duduk bareng. Disungai gak ada laut, gituh juga sebaliknya. Tapi ternyata, di Cenote
Angelita, Mexico ada sebuah gua yang cukup unik. Di Kedalaman 30, airnya air segar (tawar),
namun dikedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin.
 

Udah gituh ada sebuah "sungai" di dasarnya lengkap dengan pohon dan daun-daunan. Peristiwa
model gini yang bikin puyeng Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli Oceanografer dan ahli
selam terkemuka dari Perancis.

Costeau udah malang melintang didunia selam menyelam. Orang tua yang berambut putih ini
sepanjang hidupnya doyan banget menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan
membuat Film dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton diseluruh dunia
dalam tayangan TV Discovery. Nah, suatu hari ketika lagi asyik-asyiknya eksplorasi di bawah
laut, tiba-tiba Costeau menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap
rasanya karena tidak bercampur dengan air laut yang asin disekelilingnya . Seolah-olah ada
dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari
penyebab terpisahnya air tawar dari air asin ditengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-
jangan itu hanya halusinasi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktupun terus berlalu setelah
kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang
fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang Profesor Muslim, kemudian ia
menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Qur'an tentang bertemunya
dua lautan(Q.S Ar-Rahman:19-20) yang sering diidentikan dengan terusan Suez. Ayat itu yang
artinya berbunyi " Dia biarkan dua lautan bertemu, diantara keduanya ada batas yang tidak boleh
ditembus". Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 diatas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak
bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, dimana terjadi pertemuan antara air
tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari
surat Ar-Rahman ayat 22 yang artinya berbunyi : " Keluar dari keduanya mutiara dan marjan."
Padahal dimuara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya
melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur'an ini
mustahil disusun oleh Muhammad SAW yang hidup di abad ke 7, suatu zaman saat belum ada
peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang Fenomena ganjil 14 abad yang silam.
Akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur'an memang
sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Dengan seketika diapun memeluk islam. Subhanallah !

Penjelasan Ilmiah Sungai Dalam Laut


Banyak yang coba ngasih penjelasan ilmiah tentang tiga keganjilan yang ditemui dalam gua
Cenote Angelita, Mexico. Berikut salah satunya.
Pertama, air asin dan air tawar tidak bercampur karena sebuah fenomena yang disebut
Halocline. Halocline adalah sebuah zona vertikal didalam laut dimana kadar garam berubah
dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman . Perubahan kadar garam ini akan
mempengaruhi kepadatan air sehingga zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah
antara air asin dan air tawar .
Kedua, sungai dibawah laut. Sebenarnya sungai tersebut adalah lapisan Hidrogen Sulfida yang
membentuk kabut/awan tebal yang membuat ilusi sungai. Lapisan Hidrogen Sulfida ini terbentuk
akibat pohon-pohon atau Organisme yang membusuk didasar Cenote.
Ketiga, pohon di bawah laut. Karena Cenote terletak didalam hutan rimba, boleh jadi ada batang
pohon dan dedaunan yang jatuh kedalam dasar Cenote.

Terlepas dari berbagai penjelasan ilmiah, yang pasti kita yakin bahwa fenomena unik yang ada di
alam adalah bagian dari kebesaran Allah SWT seperti dijelaskan dalam Al Qur'an. Dan
kewajiban kita untuk mengimaninya dengan atau tanpa penjelasan ilmiah. 
http://vivihismayanti.blogspot.com/2010/12/ketika-sungai-dan-laut-temenan.html

Misteri `Lingkaran Peri` di Laut Baltik Terkuak, Pendaratan UFO?


Pola-pola berbentuk cincin terbentuk di dasar Laut Baltik, tepatnya di lepas pantai Pulau Mon,
Denmark.
Cincin-cincin yang terbentuk di sela tanaman laut (eelgrass) -- lebarnya bisa mencapai 15
meter -- terkadang bisa jelas terlihat dari permukaan air laut yang jernih. Formasi tersebut kali
pertama terjepret kamera para wisatawan pada 2008, lalu 2011. Memicu spekulasi yang biasanya
mengiringi kemunculan crop circle atau lingkaran tanaman di lahan-lahan pertanian. Kini,
misteri penyebab terbentuknya pola-pola unik itu terkuak. Ternyata, tak ada kaitan dengan alien
atau pendaratan UFO.
Ahli biologi, Marianne Holmer dari University of Southern Denmark dan koleganya, Jens
Borum dari University of Copenhagen meyakinkan, "lingkaran itu tak ada kaitannya dengan
kawah bom atau situs pendaratan alien," demikian Liputan6.com kutip dari situs Huffington
Post, 3 Februari 2014. Penjelasan mereka disajikan lengkap di jurnal ilmiah Marine Biology.
"Juga tak ada kaitan dengan peri, yang di masa lalu selalu jadi pihak tertuduh saat muncul
fenomena serupa di daratan. Lingkaran peri di rerumputan jadi contoh terkenal," kata Holmer
dan Borum dalam sebuah pernyataan.
Lalu, apa penyebabnya? Jawabannya adalah 'racun'.
Para ahli biologi menyimpulkan, lingkaran-lingkaran itu  terbentuk akibat pola memancar
di mana eelgrass tumbuh -- lalu mati saat terekspos racun. Di dalam lumpur di sekitar eelgrass,
ilmuwan mendeteksi sulfida berkadar tinggi.
            Zat yang bisa meracuni eelgrass bisa terbentuk secara alami di dasar laut berkapur seperti
di Mon. Atau, secara tidak alami saat racun pertanian masuk ke ekosistem laut. "Kebanyakan
lumpur tersapu dari bagian yang tandus, dasar laut berkapur. Namun, seperti halnya pohon
menangkap tanah di lereng bukit gundul, eelgrass memerangkap lumpur," jelas Holmer dan
Borum. "Oleh karena itu ada konsentrasi tinggi lumpur kaya sulfida antara tanaman eelgrass."
Meski mirip rumput laut, eelgrass sebenarnya adalah tanaman berbunga. Saat tumbuh, ia
mengembang ke luar, ke segala arah, menciptakan koloni berbentuk lingkaran. Eelgrass dewasa
yang sehat bisa bertahan dari paparan sulfida di lingkungannya --di pinggir lingkaran. Namun,
tanaman tua di jantung koloni mati.
            "Hasilnya adalah bentuk melingkar yang luar biasa, di mana hanya tanaman di tepi
lingkaran yang bertahan -- seperti lingkaran peri di rumput," jelas Holmer dan Borum
menambahkan . Lingkaran peri di darat misalnya yang memenuhi padang rumput Gurun
Namibia, Afrika -- yang tenar dengan sebutan 'lingkaran peri'.
            Hipotesis pun bermunculan, ada yang menduga itu ulah semut atau rayap, juga gas dari
tanah yang mematikan rumput. Kini muncul titik terang, pola tersebut kemungkinan besar
muncul karena sebab alami: sengitnya kompetisi rumput di bawah permukaan tanah

Crop Circle Bawah Laut

Tak cuma lingkaran peri, crop circle atau pola lingkaran tanaman juga ditemukan di bawah laut.
              Suatu hari, seorang fotografer Jepang, Yoji Ookata melakukan kegiatan rutin
tahunannya, menyelam di Samudera Pasifik. Tiba-tiba, matanya menangkap  hal yang tak biasa.
Pola geometris berdiameter 6,5 kaki atau 1,98 meter tercetak di hamparan pasir dasar laut
sedalam 24,3 meter. Sangat mirip dengan pola crop circle. Dalam 50 tahun karir profesionalnya
sebagai fotografer bawah laut, Ookata tak pernah melihat fenomena seperti itu. Ia lalu memotret
temuannya dan memberinya judul "lingkaran misterius".
              Tak ada kaitan dengan UFO, atau kerjaan orang iseng. Menggunakan kamera bawah air,
tim menemukan "seniman" yang membentuk pola tersebut: ikan buntal (puffer fish). Ikan itu,
meski beracun, dianggap sebagai makanan lezat di Jepang. Lalu bagaimana ikan itu bekerja.
Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa centimeter itu berenang tak kenal lelah, siang
malam membuat pola geometris hanya dengan menggunakan satu siripnya.
              Pasir berpola itu untuk menarik perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si
jantan setelah menemukan pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan
ikan buntal itu akan menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran. Tak hanya cantik, crop
circle bawah laut juga punya fungsi praktis, pasir yang dibentuk tinggi adalah benteng dari arus
laut, melindungi telur agar tak tersapu air.
              Para ahli mengungkapkan, makin tinggi pasir yang ditumpuk membentuk pola
geometris, makin tinggi kesempatan ikan memperoleh pasangan. Batu kecil dan kerang yang
ditata di pinggir lingkaran, juga bisa menyediakan nutrisi untuk para ikan kecil yang baru
menetas. (Ein/Rmn)
http://news.liputan6.com/read/817125/misteri-lingkaran-peri-di-laut-baltik-terkuak-pendaratan-
ufo

NAMA IQBAL NAUFAL KHALIS NST


NIM 1404110426
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN A

RESUME OSEANOGRAFI
1.      Fenomena Laut Terbelah di Korea
Fenomena laut terbelah ini terjadi di Pulau Jindo yang terletak di sebelah barat semenanjung
Korea, wilayah Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Persitiwa membelahnya laut
ini terjadi 2 kali dalam setahun yang berlangsung lebih kurang selama 60 menit. Surutnya air laut
ini membuat jalan hampir sepanjang tiga kilometer dan lebar sekitar 10-40 meter yang dapat
menghubungkan pulau Jindo dan pulau Modo yang sebelumnya tertutup oleh air. Peristiwa ini
biasanya terjadi pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat. Jika dikaitkan dalam ilmu oseanografi,
tentunya fenomena alam yang langka tersebut merupakan fenomena pasang surut air laut yaitu
peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi pasang surut adalah peristiwa naik turunnya
air laut disebabkan oleh pergerakan permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan horisontal
massa air akibat pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa,dan gejala ini mudah dilihat secara
visual. Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan
pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu,
satu kali air pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal.

2.      Sungai Dalam Laut


"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan
yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi."
(Q.S Al Furqon:53). Dari penggalan ayat tersebut sudah cukup membuktikan bahwa Allah SWT
menciptakan dunia dan seisinya sesempurna dan sedetail mungkin, semua yang ada dibumi telah
dijelaskan di dalam Al-Quran. Fenomena sungai di dalam laut ini merupakan tanda kebesaran
nya. Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli oseanografi asal perancis yang terkejut dengan
fenomena tersebut dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin
ditengah-tengah lautan. Berikut penjelasan bagaimana terjadinya sungai di dalam laut, antara lain
yaitu : Pertama, air asin dan air tawar tidak bercampur karena sebuah fenomena yang disebut
Halocline. Halocline adalah sebuah zona vertikal didalam laut dimana kadar garam berubah
dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman . Perubahan kadar garam ini akan
mempengaruhi kepadatan air sehingga zona ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah
antara air asin dan air tawar .Kedua, sungai dibawah laut Sebenarnya sungai tersebut adalah
lapisan Hidrogen Sulfida yang membentuk kabut/awan tebal yang membuat ilusi sungai. Lapisan
Hidrogen Sulfida ini terbentuk akibat pohon-pohon atau organisme yang membusuk didasar
Cenote. Ketiga, pohon di bawah laut. Karena Cenote terletak didalam hutan rimba, boleh jadi ada
batang pohon dan dedaunan yang jatuh kedalam dasar Cenote.

3.      Misteri `Lingkaran Peri` di Laut Baltik Terkuak, Pendaratan UFO?


Pola pola berbentuk cincin atau lingkaran peri dan crop circle di dalam laut merupakan peristiwa
alam yang jarang ditemukan. Manusia sempat beranggapan bahwa itu merupakan bekas kawah
bom atau pendaratan alien. Namun Para ahli biologi menyimpulkan bahwa lingkaran-lingkaran
peri itu terbentuk akibat pola memancar di mana eelgrass tumbuh lalu mati saat terekspos racun.
Di dalam lumpur di sekitar eelgrass, ilmuwan mendeteksi sulfida berkadar tinggi. Meski mirip
rumput laut, eelgrass sebenarnya adalah tanaman berbunga. Saat tumbuh, ia mengembang ke
luar, ke segala arah, menciptakan koloni berbentuk lingkaran. Sedangkan pada crop circle yang
berada di dalam laut terbentuk karena ulah seniman bawah laut yaitu ikan buntal (puffer fish).
Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa centimeter itu berenang tak kenal lelah, siang
malam membuat pola geometris hanya dengan menggunakan satu siripnya. Pasir berpola itu
untuk menarik perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si jantan setelah menemukan
pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan ikan buntal itu akan
menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran. Tak hanya cantik, crop circle bawah laut juga
punya fungsi praktis,pasir yang dibentuk tinggi adalah benteng dari arus laut, melindungi telur
agar tak tersapu air.

Diposting oleh iqbalion di 16.07 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: FAPERIKA UR

 FAPERIKA UR (7)
 Islam (7)
 KUNCI GITAR (6)
 TIPS DAN TRIK (5)

Wikipedia

Submit
   

Anda mungkin juga menyukai