Pasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara
bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah
gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang
rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu
antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya.
Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional
di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Pasang surut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi
dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat
bulan baru dan bulan purnama.
Pasang surut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk
sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang
rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan
di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang
surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut,
diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit
pasang surut. Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang
surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena
interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang pasang
surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang
baru.
http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/pasang-surut-laut.html
Turut dalam ekspedisi oseanografi tersebut berbagai instansi dengan variasi bidang
keahlian yang meliputi peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan yang berasal dari Balai Penelitian dan Observasi Laut serta Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, peneliti LIPI, peneliti UNDIP,
peneliti ITB, serta awak media cetak dan elektronik lokal maupun nasional.
Peneliti yang bertugas sebagai Chief Scientist, Dr. Bambang Sukresno, dalam
ekspedisi trip pertama tersebut menyampaikan bahwa ekspedisi dimaksud telah
berhasil melakukan pengukuran lapangan (in situ) pada 18 titik atau stasiun
pengamatan laut dan air laut dalam. 18 titik yang menjadi target penelitian tersebut
yakni laut Flores, laut Banda serta beberapa titik lainnya di dekat pulau Ambon dan
belum bisa disimpulkan mengenai hasil penelitian tersebut karena ekspedisi berikutnya
masih akan dilaksanakan kedepannya.
“Kesimpulan penelitian dari 18 titik ini memang belum ada. Namun sementara kami
telah memiliki hipotesa bahwa laut Banda itu dipengaruhi oleh musim, Erlindo dan La
Nina dari samudera Pasifik,” terangnya.
Akibat dari adanya fenomena ini maka sumber daya perikanan maupun kelautan akan
terpengaruh. Setelah melakukan analisis dan kesimpulan, diberikan warning bahwa
pada musim tertentu akan ada kondisi dimana sumberdaya ikan akan berkurang
ataupun akan habis sama sekali.
“Kondisi inilah yang harusnya diantisipasi oleh pemerintah supaya masyarakat tetap
bisa bertahan hidup,” ujar Bambang.
Disampaikan pula bahwa ekspedisi oseanografi trip kedua dengan tema Indeso Join
Expedition Program (IJEP) akan dilaksanakan mulai dari tanggal 6 September dari
Ambon dan akan berakhir pada pelabuhan Bitung 15 September nanti. Pada ekspedisi
trip kedua ini akan dilakukan pengamatan laut pada 19 titik stasiun pengamatan yang
akan melalui Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714, 715, dan 716 dan akan
melihat secara langsung akan kondisi lingkungan laut serta aktivitasnya yang meliputi
pengukuran parameter fisik, kimia, dan biologi, pengamatan respond an pengaruh
kondisi perubahan iklim (La Nina) terhadap aktivitas perikanan tangkap, analisis
fenomena laut dan memprediksi kondisi laut kedepan, illegal fishing melalui validasi
terhadap jenis dan keberadaan kapal yang menggunakan data radar, AIS dan validasi
lapangan dengan ECDIS, serta identifikasi keberadaan rompon di perairan timur
Indonesia.
Sesuai agenda yang telah dijadwalkan, akan dilakukan ekspedisi trip ketiga yang
bertemakan The Transport, Internal Wave and Mixing in The Indonesia Through Flow
Region and It’s Inpact on Marine Ecosystem (TIMIT) yang melalui selat Makasar dan
selat Lombok. Trip ketiga tersebut dijadwalkan pada tanggal 20 September hingga 1
Oktober mendatang dari pelabuhan Bitung menuju pelabuhan di Jakarta.
https://kilasmaluku.fajar.co.id/2016/09/06/hipotesa-oseanografi-di-perairan-maluku-
kondisi-laut-banda-dipengaruhi-musim-erlinda-dan-la-nina/
70.8% bagian bumi adalah air. Daratan hanya 29.2% saja dari bagian bumi. Atau dari 510 juta km
persegi luas muka bumi, 361 juta km persegi merupakan laut dan daratan hanya 149 juta km
persegi. Jadi bisa disebut bumi adalah planet air.
Perkembangan kondisi laut dan udara menentukan cuaca dan iklim. Berbeda dengan daratan, laut
merupakan medium yang dinamis. Kedinamisan laut tersebut ditilik dari beberapa aspek yang
dipelajari di oseanografi, antara lain:
1. Massa Air
Laut di seluruh dunia adalah daerah yang memiliki massa air laut yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Di daerah dekat kutub selatan massa air dingin tenggelam menuju lautan dalam. Garam laut
yang keluar saat air membeku akan bercampur dengan air dingin membentuk massa air yang lebih
padat (suhu rendah & salinitas tinggi) yang tenggelam di dasar Antartika. Air tadi bercampur dengan
air di sekitarnya ketika mengalir ke sekeliling Antartika, disebut dengan Air Dasar Antartika (Antartic
Bottom Waters), kemudian mengalir ke utara. Air Dasar Antartika bersuhu sekitar -0,4oC dan
salinitas sekitar 34,66 ppt.
Contoh lain adalah North Atlantic Deep Water, yang mengalir di atas Air Dasar Antartika. Contoh
lain lagi adalah Antartic Intermediate Water, yang mengalir di atas kedua massa air sebelumnya.
Beberapa massa air lautan terbentuk pada lautan yang lebih kecil. Contoh: lapisan tipis air hangat
dengan salinitas tinggi bergerak dari Laut Mediterania melewati Selat Gibraltar; di Laut Merah juga
terbentuk massa air semacam ini. Karena kurang padat daripada air dasar, massa air tersebut
mengalir ke tengah kedalaman laut (intermediate).
2. Kedalaman
Kedalaman suatu perairan akan membatasi masuknya penetrasi cahaya matahari yang secara
langsung membatasi kehidupan biota. Penyinaran cahaya matahari berkurang secara cepat sesuai
dengan makin dalamnya lautan.
Kedalaman dasar laut dapat diamati dari nilai garis kontur pada peta batimetri daerah yang
bersangkutan. Kedalaman laut mencerminkan morfologi yang berkaitan dengan proses
pembentukan dan perkembangan dasar laut dan samudera. Untuk sistem samudera terdapat
hubungan yang memperlihatkan hubungan antara kelandaian dan umur pembentukannya. Makin
tua umur samudera, semakin dalam dasar lautnya.
3. Densitas
Densitas dalam pengertian sederhananya adalah kerapatan. Kerapatan disini adalah massa jenis.
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis
suatu benda, maka semakin besar pula massa di tiap nilai volumenya. Karena yang dibahas adalah
laut, maka kita berbicara bagaimana densitas air laut. Densitas merupakan salah satu parameter
terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Densitas sendiri sangat dipengaruhi suhu, salinitas dan
juga tekanan.
ρ=m/v
ket:
V : volume.
Dari ketiga parameter yang mempengaruhi densitas, yang paling mempengaruhi densitas adalah
tekanan. Jika densitas di suatu perairan tinggi maka suhu di perairan tersebut akan turun. Densitas
maksimal terjadi pada suhu antara 39,8oC– 40oC. Tapi sebaliknya dengan salinitas dan tekanan di
daerah perairan tersebut, yang mana akan naik. Jadi pada intinya adalah densitas berbanding
terbalik dengan suhu tetapi berbanding lurus dengan salinitas dan tekanan.
Distribusi Densitas
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal di dalam
kolom perairan, dan perbedaan secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas
berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi
pada lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Densitas air laut tergantung pada suhu dan
salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas. Densitas
permukaan laut berkurang karena ada pemanasan, presipitasi, run off dari daratan serta meningkat
jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan massa air.
Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and Lindstrom (1991),
mengatakan bahwa 95 % terlihat adanya hubungan yang positif antara densitas dan suhu dengan
kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya kedalaman lapisan yang tercampur
akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya
salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya suhu.
Pada intinya adalah distribusi denstitas ada dua yaitu secara vertikal dan horizontal. Jika vertikal
pengaruh denstitas terhadap temperatur/suhu dan salinitas juga tekanan. Bisa ditandai dengan
sebuah grafik, dimana tersebut garisnya berada pada posisi vertikal, garisnya dari atas ke bawah.
Dan jika horizontal itu adalah pengaruh densitas yang disebabkan oleh faktor lain yaitu arus. Jika
ditandai dengan grafik, garis grafik ini garisnya adalah dari kiri ke kanan secara horizontal.
4. Temperatur
Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur in
situ (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat
termodinamis cairan karena kecepatan aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut.
Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan
kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik.
Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan
energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara
juga nol (dalam Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak
ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh
adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi.
Kisaran harga temperatur di laut adalah -2oC - 35oC.
Tekanan di dalam laut akan bertambah dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang
bergerak dari satu level tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (kompresi)
atau pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis (tanpa
terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya, jika parsel air
mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka temperaturnya akan berkurang.
Perubahan temperatur yang terjadi akibat penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang
ingin kita cari, karena di dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika
kita ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level tekanan lainnya,
efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan. Maka dari itu didefinisikanlah
temperatur potensial, yaitu temperatur dimana parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level
tekanan yang lain. Di laut, biasanya menggunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk
temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level tekanan yang berbeda
jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di
atas permukaan laut adalah yang terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di bawah permukaan
laut), maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu lebih rendah
daripada temperatur sebenarnya.
Satuan untuk temperatur dan temperatur potensial adalah derajat Celcius. Sementara itu, jika
temperatur akan digunakan untuk menghitung kandungan energi panas dan transpor energi panas,
harus digunakan satuan Kelvin. 0oC = 273,16 K. Perubahan 1oC sama dengan perubahan 1 K.
Seperti telah disebutkan di atas, temperatur menunjukkan kandungan energi panas, dimana energi
panas dan temperatur dihubungkan melalui energi panas spesifik. Energi panas per satuan volume
dihitung dari harga temperatur menggunakan rumus:
Jika tekanan tidak sama dengan nol, perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan
temperatur potensial. Satuan untuk energi panas adalah Joule. Sementara itu, perubahan energi
panas dinyatakan dalam Watt (Joule/detik). Aliran (fluks) energi panas dinyatakan dalam
Watt/meter2 (energi per detik per satuan luas).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai
daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui
atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan
kemungkinan berkisar antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar
42°C di daerah perairan dangkal.
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin
rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam
perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C –
4°C.
Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya
suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari
sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas
pantai suhunya rendah dan stabil.
Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar
matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu
turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada
kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2°C –
4°C.
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan
laut (altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi
udara, dan penutupan awan.
Semoga beberapa paparan di atas bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang aspek laut
dalam oseanografi. Sebenarnya masih banyak aspek lain, termasuk aspek laut tentu masih sangat
luas.
Indonesia adalah suatu negara kepulauan. Diakuinya konsep wawasan nusantara dan negara
kepulauan oleh dunia internasional membuat Indonesia menjadi suatu negara kepulauan terbesar di
dunia. Dengan wilayah negara yang sangat luas dan sebagian besar berupa laut, dan memiliki
daratan berpulau-pulau, maka bagi Indonesia mempelajari oseanografi menjadi sangat penting.
Banyak sumber daya alam Indonesia yang berada di laut, baik sumber daya hayati maupun
sumberdaya non-hayati. Sumber daya laut yang sangat banyak itu hanya akan dapat dimanfaatkan
dengan berkesinambungan bila kita mempelajarinya.
Selain sebagai sumber daya laut juga menjadi sumber bencana, terutama bagi penguni daerah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Bagi Indonesia yang memiliki wilayah laut yang sangat luas dan pulau-
pulau yang sangat banyak, tentu akan besar pula potensi bencana dari laut. Oleh karena itu, dalam
rangka upaya melakukan mitigasi bencana alam dari laut, maka mempelajari oseanografi juga
merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia.
https://indonesiana.tempo.co/read/128412/2018/10/15/aswothers/aspek-laut-dalam-oseanografi
Tugas Resume Pengantar Oseanografi
Fenomena Laut Terbelah di Korea
Tentunya kita masih ingat tentang kisah Nabi Musa yang memiliki mukjizat tongkatnya
mampu membelah Laut Merah dan membawa pengikutnya yang taat kepada Allah melarikan
diri dari kekejaman Firaun yang memerintah Mesir.
Kejadian seperti itu hampir mirip dengan kejadian yang terjadi di Korea Selatan setiap 2
tahunnya, akan tetapi ini sedikit berbeda dengan apa yang terjadi di Korea Selatan karena
perkataan terbelah dan membelah sendiri memiliki makna yang berbeda. Kejadian laut terbelah
di Korea Selatan disebabkan karena faktor alami sedangkan upaya Nabi Musa membelah Laut
Merah pada tanggal 10 Muharam dengan tongkatnya karena disebabkan mukjizat yang
dikuruniakan Allah SWT. Yang pasti, kedua kejadian hampir mirip itu terjadi atas kehendak
Allah SWT. Berikut penjelasan mengenai laut terbelah di Korea Selatan:
Tepatnya di Pulau Jindo terletak di sebelah barat Semenanjung Korea, wilayah
Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Pulau ini merupakan yang terbesar ketiga di
negara ginseng tersebut dan terletak berdekatan dengan pulau Jejudo dan Geojodo.
Setiap 2 tahunnya, terjadi fenomena alam yang sangat menarik di Pulau Jindo. Dinas
Pariwisata setempat menyebutnya sebagai Miracle . Laut yang dipenuhi air laut tiba-tiba surut
atau mengering. Surutnya air laut ini membuat jalan hampir sepanjang tiga kilometer dan lebar
sekitar 10-40 meter. Fenomena alam ini terjadi kurang lebih sekitar satu jam.
Surutnya air laut ini menghasilkan daratan yang menghubungan Pulau Jindo dan Pulau
Modo yang sebelumnya tertutup oleh air. Selama air laut surut, orang bisa berjalan kaki dari
Pulau Jindo ke Pulau Modo. Tetapi, tentu saja, harus diperhitungan dengan cermat mengingat
surutnya air laut ini hanya 60 menit. Setelah itu, tanah/pasir laut akan kembali ditutupi oleh air
laut.
Kejadian ajaib ini hanya terjadi dua kali dalam setahun. Peristiwa ini biasanya terjadi
pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat Proses ini menghasilkan jalur bagi dua daratan terpisah
yang sebelumnya tenggelam di bawah air. Dinas Pariwisata setempat memanfaatkan fenomena
alam ini dengan menggelar pesta besar-besaran yang dikenal sebagai “Jindo Yeongdeung
Festival” atau Pesta Laut Terbelah Jindo. Pesta Laut Terbelah Jindo ini selalu diselenggarakan
tiga kali setahun yaitu pada Maret atau Mei serta Juli. Bagaimanapun, sambutan wisatawan lokal
dan mancanegara sungguh luarbiasa sehingga menyebabkan pihak pemerintah memutuskan
untuk turut merayakan pesta laut terbelah di Pulau Jindo tersebut pada bulan April. Sambutan
wisatawan lokal dan mancanegara jumlahnya bahkan bisa mencapai 400.000 orang. Event ini
tentu bisa menghasilkan devisa karena para turis harus mengeluarkan uang untuk bisa menikmati
Moses’ Miracle.
Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa naik-turunnya permukaan
air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala, maka apabila dipasang alat tolok
ukur pasang surut secara merata di dunia, dan dilakukan pengukuran setiap interval satu jam,
kemudian hasil pengukuran ini digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang
harmonik.
Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan
pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Di tempat lain juga terjadi
fenomena lain yaitu, satu kali air pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang
surut harian tunggal (diurnal tide).
Jika dilakukan pengukuran pasang surut selama satu bulan dan coba dihubungkan dengan
pergerakan bulan, maka akan diperoleh range (jangkauan) terbesar. Jangkauan tersebut
merupakan nilai dari beda air tertinggi dan air terendah yang terjadi ketika bulan purnama penuh,
ini disebut pasang surut perbani (spring tide), sedangkan jangkauan terkecil disebut pasang surut
anak (neap tide)
http://pii-nopii.blogspot.com/2011/05/fenomena-laut-terbelah-di-kore.html
Udah gituh ada sebuah "sungai" di dasarnya lengkap dengan pohon dan daun-daunan. Peristiwa
model gini yang bikin puyeng Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli Oceanografer dan ahli
selam terkemuka dari Perancis.
Costeau udah malang melintang didunia selam menyelam. Orang tua yang berambut putih ini
sepanjang hidupnya doyan banget menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan
membuat Film dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton diseluruh dunia
dalam tayangan TV Discovery. Nah, suatu hari ketika lagi asyik-asyiknya eksplorasi di bawah
laut, tiba-tiba Costeau menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap
rasanya karena tidak bercampur dengan air laut yang asin disekelilingnya . Seolah-olah ada
dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari
penyebab terpisahnya air tawar dari air asin ditengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-
jangan itu hanya halusinasi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktupun terus berlalu setelah
kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang
fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang Profesor Muslim, kemudian ia
menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Qur'an tentang bertemunya
dua lautan(Q.S Ar-Rahman:19-20) yang sering diidentikan dengan terusan Suez. Ayat itu yang
artinya berbunyi " Dia biarkan dua lautan bertemu, diantara keduanya ada batas yang tidak boleh
ditembus". Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 diatas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak
bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, dimana terjadi pertemuan antara air
tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari
surat Ar-Rahman ayat 22 yang artinya berbunyi : " Keluar dari keduanya mutiara dan marjan."
Padahal dimuara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya
melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur'an ini
mustahil disusun oleh Muhammad SAW yang hidup di abad ke 7, suatu zaman saat belum ada
peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang Fenomena ganjil 14 abad yang silam.
Akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur'an memang
sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Dengan seketika diapun memeluk islam. Subhanallah !
Terlepas dari berbagai penjelasan ilmiah, yang pasti kita yakin bahwa fenomena unik yang ada di
alam adalah bagian dari kebesaran Allah SWT seperti dijelaskan dalam Al Qur'an. Dan
kewajiban kita untuk mengimaninya dengan atau tanpa penjelasan ilmiah.
http://vivihismayanti.blogspot.com/2010/12/ketika-sungai-dan-laut-temenan.html
Tak cuma lingkaran peri, crop circle atau pola lingkaran tanaman juga ditemukan di bawah laut.
Suatu hari, seorang fotografer Jepang, Yoji Ookata melakukan kegiatan rutin
tahunannya, menyelam di Samudera Pasifik. Tiba-tiba, matanya menangkap hal yang tak biasa.
Pola geometris berdiameter 6,5 kaki atau 1,98 meter tercetak di hamparan pasir dasar laut
sedalam 24,3 meter. Sangat mirip dengan pola crop circle. Dalam 50 tahun karir profesionalnya
sebagai fotografer bawah laut, Ookata tak pernah melihat fenomena seperti itu. Ia lalu memotret
temuannya dan memberinya judul "lingkaran misterius".
Tak ada kaitan dengan UFO, atau kerjaan orang iseng. Menggunakan kamera bawah air,
tim menemukan "seniman" yang membentuk pola tersebut: ikan buntal (puffer fish). Ikan itu,
meski beracun, dianggap sebagai makanan lezat di Jepang. Lalu bagaimana ikan itu bekerja.
Hewan laut yang panjangnya hanya beberapa centimeter itu berenang tak kenal lelah, siang
malam membuat pola geometris hanya dengan menggunakan satu siripnya.
Pasir berpola itu untuk menarik perhatian para ikan betina. Mereka akan mencari si
jantan setelah menemukan pola yang dianggap sebagai sarangnya itu. Setelah kawin, pasangan
ikan buntal itu akan menempatkan telur-telurnya di tengah lingkaran. Tak hanya cantik, crop
circle bawah laut juga punya fungsi praktis, pasir yang dibentuk tinggi adalah benteng dari arus
laut, melindungi telur agar tak tersapu air.
Para ahli mengungkapkan, makin tinggi pasir yang ditumpuk membentuk pola
geometris, makin tinggi kesempatan ikan memperoleh pasangan. Batu kecil dan kerang yang
ditata di pinggir lingkaran, juga bisa menyediakan nutrisi untuk para ikan kecil yang baru
menetas. (Ein/Rmn)
http://news.liputan6.com/read/817125/misteri-lingkaran-peri-di-laut-baltik-terkuak-pendaratan-
ufo
RESUME OSEANOGRAFI
1. Fenomena Laut Terbelah di Korea
Fenomena laut terbelah ini terjadi di Pulau Jindo yang terletak di sebelah barat semenanjung
Korea, wilayah Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Persitiwa membelahnya laut
ini terjadi 2 kali dalam setahun yang berlangsung lebih kurang selama 60 menit. Surutnya air laut
ini membuat jalan hampir sepanjang tiga kilometer dan lebar sekitar 10-40 meter yang dapat
menghubungkan pulau Jindo dan pulau Modo yang sebelumnya tertutup oleh air. Peristiwa ini
biasanya terjadi pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat. Jika dikaitkan dalam ilmu oseanografi,
tentunya fenomena alam yang langka tersebut merupakan fenomena pasang surut air laut yaitu
peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi pasang surut adalah peristiwa naik turunnya
air laut disebabkan oleh pergerakan permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan horisontal
massa air akibat pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa,dan gejala ini mudah dilihat secara
visual. Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan
pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu,
satu kali air pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal.
Diposting oleh iqbalion di 16.07
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: FAPERIKA UR
FAPERIKA UR (7)
Islam (7)
KUNCI GITAR (6)
TIPS DAN TRIK (5)
Wikipedia
Submit