Anda di halaman 1dari 5

NAMA : TITIN KURNIA

NIM : D211911071
PRODI : KOMPUTERISASI AKUNTANSI-5A
MATKUL : AKUNTANSI SYARIAH

Quis 4
1. Bagaimana konsep Islam mengenai harta?
Jawab :
Dalam islam konsep harta dan kekayaan adalah semua yang ada di bumi dan di langit
merupakan kekuasaan yang dimiliki Allah SWT dan manusia hanyalah sebagai
perantara sebagai khalifah di bumi dalam memelihara dan mengembangkan isi
bumi. Manusia diberi kewajiban dalam menjaga kebaikan sesuai aturan yang telah
Allah SWT berikan melalui kitab suci umat islam yaitu Al-Qur’an.
Harta Kekayaan memiliki 5 konsep yaitu : 
1) Pemilik Harta Kekayaan, pemilik harta kekayaan atas alam semesta dan seisinya
yang mutlak ialah Allah SWT manusia hanya diberi kekuasaan untuk
memanfaatkannya dan hal itu merupakan ujian dari-Nya. 
2) Perolehan Harta Kekayaan, dalam islam perolehan harta kekayaan manusia
tergantung seberapa kerja keras beserta doa selalu berikhtiar, tawakal, sedekah,
taqwa dan selalu rendah hati.
3) Penggunaan Harta Kekayaan, Harta kekayaan yang di berikan Allah haruslah
digunakan dalam kebaikan seperti membantu fakir miskin, membantu anak yatim,
membantu kemaslahatan umat. dan janganlah penggunaan harta digunakan dalam
kejahatan, sehingga mengingkari-Nya. maka dari itulah Allah selalu
mengingatkan kita untuk selalu bersyukur.
4) Pembatasan Harta Kekayaan, sesungguhnya Allah tidak menganjurkan umat nya
untuk berboros-borosan dalam penggunaan harta. dan Allah tidak menyukai orang
selalu suka berlebih-lebihan.

2. Bagaimana penggunaan harta yang sesuai dengan syariah?


Jawab :
Dalam penggunaan harta, manusia tidak boleh mengabaikan kebutuhannya di dunia,
namun disisi lain juga harus cerdas dalam menggunakan hartanya untuk mencari
pahala akhirat.
Ketentuan syariah yang berkaitan dengan penggunaan harta, antara lain :
1) Tidak boros dan tidak kikir (dalam batas kewajaran)
2) Memberi infak dan sedekah
3) Membayar zakat sesuai dengan ketentuan
4) Memberi pinjaman tanpa bunga (qardhul hasan)
5) Meringankan kesulitan orang yang berutang

3. Bagaimana cara memperoleh harta yang sesuai dengan syariah?


Jawab :
Memperoleh harta adalah aktivitas ekonomi yang masuk dalam kategori ibadah
muamalah (mengatur hubungan manusia dengan manusia). Kaidah fikih dari
muamalah adalah semua halal dan boleh dilakukan kecuali yang diharamkan/dilarang
dalam Al-Quran dan sunah.
Harta yang dikatakan halal dan baik apabila niatnya benar, tujuanya benar dan cara
atau sarana untuk memperolehnya juga benar sesuai dengan rambu-rambu yang telah
ditetapkan dalam Al-Quran dan sunah.

4. Apa yang dimaksud dengan akad?


Jawab :
Akad dalam bahasa Arab ‘al-‘aqd (jamaknya al-‘uqud) berarti ikatan atau mengikat
(al-rabth). Menurut terminologi hukum Islam, akad adalah pertalian antara
penyerahan (ijab) dan penerimaan (qalbu) yang dibenarkan oleh syariah, yang
menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Ghufron Mas’adi, 2002).

5. Sebutkan jenis-jenis akad.


Jawab :
Akad dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fikih muamalat membagi lagi akad
menjadi dua bagian, yakni :
1) Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah perjanjian yang merupakan transaksi
yang tidak ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuannya
tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan.
2) Akad Tijarah (compensational contract) merupakan akad yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan.

6. Jelaskan rukun dan syarat akad.


Jawab :
Rukun dan syarat sahnya suatu akad ada 3, yaitu :
1) Pelaku, yaitu para pihak yang melakukan akad (misalnya, penjual dan pembeli),
syaratnya yaitu orang yang merdeka, mukalaf, dan orang yang sehat akalnya.
2) Objek akad adalah sebuah konsekuensi yang harus ada dengan dilakukannya suatu
transaksi tertentu. Contohnya barang dagangan.
3) Ijab qobul (serah terima) merupakan kesepakatan dari para pelaku dan
menunjukkan mereka saling rida.

7. Sebutkan transaksi yang dilarang.


Jawab :
Hal yang termasuk transaksi yang dilarang sebagai berikut.
1) Semua aktivitas bisnis terkait dengan barang dan jasa yang diharamkan Allah
2) Riba
3) Penipuan
4) Perjudian
5) Gharar
6) Ikhtikar
7) Monopoli
8) Bai’an Najsy
9) Suap
10) Taaluq
11) Bai al inah
12) Talaqqi al-rukban

8. Apa yang dimaksud dengan riba? Jelaskan tentang jenis riba.


Jawab :
Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (al-ziyadah), berkembang (an-
nuwuw), meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-‘uluw). Imam Sarakhzi
mendefinisikan riba sebagai tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa
adanya padanan (‘iwad) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.
Jenis-jenis riba, diantaranya :
1) Riba Nasi’ah, adalah memberikan pinjaman uang dalam jumlah tertentu kepada
seseorang dengan batas waktu tertentu, dengan syarat berbunga sebagai imbalan
batas waktu yang diberikan tersebut. Atau dengan kata lain riba nasi’ah ini dibagi
menjadi dua yaitu qardh dan jahiliyah, qardh berupa tambahan waktu sedangkan
jahiliyah adalah tambahan karena tidak mengembalikan tepat waktu.
2) Riba Fadhl, adalah riba yang muncul karena transaksi pertukaran barang rabawi.

9. Mengapa undian melalui sms untuk acara Indonesia Idol diharamkan?


Jawab :
Karena hal tersebut termasuk kegiatan perjudian, dimana pihak yang menang berhak
atas hadiah yang dananya dikumpulkan dari kontribusi para pesertanya. Sebaliknya,
bila dalam undian itu kalah, maka uangnya pun harus direlakan untuk diambil oleh
pemenang.

10. Sesuai ilustrasi di awal bab, apakah pendapat mahasiswa FEUI itu benar? Jelaskan
alasannya.
Jawab :
Ya benar, karena yang dilakukan oleh bapak Turman adalah bentuk transaksi yang
mengandung ketidakpastian/ gharar. Ketidakjelasan dapat terjadi dalam lima hal,
yakni kuantitas, kualitas, harga, waktu penyerahan dan akad. Keadaan sama-sama rela
itu hanya bersifat sementara sebab ketika kondisi telah jelas di kemudian hari aka
nada salah satu pihak yang merasa terzalimi walaupun awalnya tidak demikian. Oleh
karena itu, transaksi tidak dianjurkan untuk dilakukan atau haram.

11. Jelaskan prinsip keuangan Islam.


Jawab :
Prinsip keuangan Islam menurut Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhof (2008), diantaranya
:
1) Pelarangan Riba. Sistem riba ini hanya menguntungkan para pemberi
pinjaman/pemilik harta, sedangkan pengusaha tidak diperlakukan sama.
2) Pembagian risiko. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari pelarangan riba yang
menetapkan hasil bagi pemberi modal di muka.
3) Menganggap uang sebagai modal potensial.
4) Larangan melakukan kegiatan spekulatif.
5) Kesucian kontrak.
6) Aktivitas usaha harus sesuai syariah.

12. Sebutkan dan jelaskan instrument keuangan syariah.


Jawab :
Instrumen keuangan syariah ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty
contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:
a. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana
pemilik modal (shahibulmaal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi
hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatan di muka,
sedangkan apabila terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik dana sepanjang
tidak ada unsur kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib. Bentuk ini
menegaskan kerja sama dalam kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan
keahlian dari pengelola.
b. Musyarokah, yang merupakan akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik
modal (mitra masyarakat) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha
secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai
kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara porposional sesuai
dengan kontribusi modal. Bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama
dapat berupa dana, barang dagangan (trading asset), kewirausahaan
(entrepreneurship), keahlian (skill), kepemilikan (property), peralatan
(equipment) atau hak paten (intangible asset), kepercayaan atau reputasi
(credit-worthiness), dan lainnya.
c. Sukuk, ataubiasa disebut dengan obligasi syariah, merupakan surat utang yang
berprinsip syariah.
d. Saham syariah, dimana produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya adalah
perusahaan tersebut memiliki piutang dagang relatif lebih kecil dibandingkan
total asetnya (dow jones Islamic: kurang dari 45%), perusahaan tersebut
memiliki utang yang kecil dibandingkan nilai kapitalisasi pasar (dow jones
Islamic: kurang dari 33%), perusahaan memiliki pendapatan bunga kecil (dow
jones Islamic: kurang dari 5%).
2. Akad jual beli atau sewa menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan
bentuk certainty contract. Instrumen keuangan syariah yang termasuk kelompok
akad ini adalah sebagai berikut:
a. Murabahah, adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan
pembeli. Harga disepakati antara pembeli dan penjual pada saat transaksi dan
tidak boleh berubah.
b. Salam, yaitu transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan
secara tunai. Sekilas transaksi ini mirip ijon, namun dalam transaksi ini
kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan
secara pasti.
c. Istishna’, sistem istishna’ ini mirip dengan salam, namun dalam
istishna’pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali
(termin) atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu. Biasanya istishna’
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi dengan kontrak
pembelian barang melalui pesanan (order khusus). Pembeli menugasi
produsen (al sani’) untuk menyediakan al-mashnu (barang pesanan), sesuai
spesifikasi yang disyaratkan pembeli (al-mustasni’) dan menjualnya dengan
harga yang disepakati.
d. Ijarah, adalah akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan manfaat atas objek sewa yang disewakan.
3. Akad lainnya, Akad-akad lainnya dalam ekonomi syariah meliputi:
a. Sharf, adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi
jual beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik dengan sesama
mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
b. Wadiah, adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang atau barang
kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil
pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang atau barang titipan
tersebut. Wadiah terbagi dua yaitu Wadiah Amanah di mana uang atau barang
yang dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak didayagunakan, sedangkan
yang kedua adalah Wadiah Yadhamanah di mana uang atau barang yang
dititipkan boleh didayagunakan dan hasil pendayagunaan tidak terdapat
kewajiban untuk dibagihasilkan oleh pemberi titipan.
c. Qardhul Hasan, adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya
imbalan, waktu pengembalian pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi
dan penerima pinjaman. Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas,
diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam.
d. Al-Wakalah, adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak kepihak lain. Untuk
jasanya itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai imbalan.
e. Kafalah, adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas
pembayaran utang satu pihak pada pihak lain.
f. Hiwalah, adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama (al-muhil)
kepada pihak lain (al-muhal’ailah) atas dasar saling mempercayai.
g. Rahn, merupakan sebuah perjanjian dengan jaminan aset. Berupa penahanan
harta milik si peminjam atas pinjaman yang diterimanya.

Anda mungkin juga menyukai