Anda di halaman 1dari 7

Ilustrasi Kasus :

Si A adalah seorang pengusaha yang ingin mengembangkan usahanya di bidang garmen.


Untuk itu A memerlukan tambahan modal dengan jalan mengajukan permohonan kredit bank
sebesar Rp 10 M.

Setelah dilakukan analisa kelayakan kreditnya oleh pihak Bank, maka permohonan A tersebut
dapat diterima. A kemudian menerima uang sebesar Rp 10 M tersebut yang akan di bayar
setiap bulannya sebesar Rp 250 juta.

Selama 10 bulan (sejak A menerima uang kredit tersebut), ternyata A belum membayar kredit
tersebut, sehingga kredit A termasuk dalam kategori kredit bermasalah.

Pertanyaan :

Apakah kredit A tersebut dapat diselamatkan, dan bagaimana penyelesaian kredit bermasalah
tersebut.

Analisa kasus :

Kondisi saat seorang nasabah tidak mampu lagi membayar atau mencicil pinjaman, disebut
dengan istilah kredit macet.

1. Pengertian Kredit Macet

Kredit macet secara umum merupakan sebuah kondisi saat peminjam atau debitur tidak lagi
bisa melanjutkan pembayaran atau cicilan utang. Hal tersebut bisa terjadi karena peminjam
atau debitur tidak memiliki dana cukup, mengalami pailit, mangkir dalam membayar, dan
lain sebagainya.

Jika peminjam semakin lama menunda pembayaran, bunga pinjaman yang ditetapkan oleh
pihak bank akan semakin naik jumlahnya. Total dana yang harus dibayar oleh debitur juga
akan semakin bertambah. Pinjaman yang semakin besar tersebut akan semakin membebani
debitur hingga akhirnya debitur tidak mampu mencicil atau melunasinya.

2. Macam-Macam Tingkat Kelancaran Kredit


1. Kredit lancar

Pinjaman kredit dianggap lancar jika debitur mampu membayar cicilan, angsuran pokok, dan
bunga pinjaman dengan lancar serta tidak memiliki tunggakan. Meskipun terdapat tunggakan,
debitur mampu membayarnya sebelum melampaui masa angsuran berikutnya.

2. Kredit tidak lancar

Pinjaman kredit dikatakan tidak lancar jika debitur memiliki tunggakan angsuran pokok yang
sudah melebihi satu masa angsuran, namun belum melebihi dua masa angsuran. Selain itu,
pembayaran bunga telah menunggak dua bulan, namun belum melebihi tiga bulan.

3. Kredit diragukan

Selanjutnya, kredit diragukan merupakan kondisi jika pinjaman masih bisa diselamatkan dan
ada jaminan yang nilainya paling tidak 75% dari harga utang. Meskipun debitur tidak mampu
membayar angsuran pokok maupun bunga, masih ada jaminan yang harganya paling tidak
setara 100% dengan utang.

4. Kredit macet

Kredit macet merupakan kondisi ketika setelah berlalu 18 bulan sejak kredit digolongkan
sebagai kredit diragukan, debitur tidak ada upaya pelunasan. Bahkan, debitur juga tidak
memiliki jaminan apapun.

3. Dampak Kredit Macet

Kredit yang macet bisa menyebabkan bunga pinjaman semakin meningkat, sehingga jumlah
nominal yang harus dibayarkan juga semakin bertambah. Namun selain hal tersebut, ternyata
kredit macet juga berdampak terhadap nama baik dan tertutupnya kesempatan mendapat
kredit selanjutnya.

berikut ini beberapa dampak kredit macet bagi nasabah.


 Sebelum bank memberikan pinjaman, bank akan mengecek riwayat nasabah. Jika
calon debitur memiliki catatan kredit kurang lancar, diragukan, bahkan macet, maka
akan dinilai berisiko tinggi dan sulit mendapatkan pinjaman.
 Calon debitur yang memilliki catatan kredit kurang lancar, diragukan, bahkan macet
akan diberikan bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, calon debitur yang riwayat
kreditnya lancar akan lebih mudah mendapat pinjaman dengan bunga yang lebih
rendah.
 Calon debitur yang memiliki catatan kredit kurang baik akan kesulitan saat
mengajukan KPR. Apabila calon debitur pernah mengalami masalah dengan
pembayaran kredit rumah, debitur tidak akan lolos BI Checking apabila ingin
mengajukan kredit lainnya.

4. Faktor Penyebab Kredit Macet

Ada beberapa faktor penyebab masalah ini terjadi. Pada dasarnya, penyebab itu muncul dari
debitur maupun kreditur itu sendiri. Berikut beberapa penyebab kredit macet yang umum
terjadi.

1. Kurangnya perencanaan keuangan oleh debitur

Pada awal pinjaman, debitur biasanya terlalu memaksakan besaran jumlah kredit. Jumlah
besar tersebut akhirnya membuat debitur terbebani dan melalaikan kewajibannya untuk
membayar cicilan sesuai jatuh tempo.

2. Kreditur yang menawarkan pinjaman terlalu besar

Tidak hanya dari debitur saja, namun situasi ini juga seringkali disebabkan oleh kreditur.
Lembaga penyedia pinjaman tersebut menawarkan jumlah pinjaman yang terlampau besar
tanpa melakukan survey terhadap calon debitur terkait riwayat keuangan, status pekerjaan dan
sebagainya. Maka dari itu, untuk menghindari faktor penyebab kredit macet adalah sebaiknya
pihak kreditur memperketat tim analisis kredit.
5. Dampak

Kredit macet adalah masalah yang tentu saja dapat merugikan banyak pihak. Karena itu, akan
ada efek negatif yang bisa disebabkan oleh adanya situasi tersebut. Berikut beberapa dampak
buruk yang bisa terjadi kepada debitur dan kreditur.

Kreditur akan kekurangan dana

Ketika debitur mengajukan kredit, maka ia akan menerima uang dari kreditur atau bank.
Begitu pula dengan bank, bank akan memberikan uang kepada debitur dalam jumlah besar
sekaligus. Jika terjadi kasus macet seperti ini, maka uang tersebut tidak bisa diputar dan
berujung bank atau kreditur akan kekurangan dana. Tentu saja hal ini akan berpengaruh
buruk terhadap kegiatan usaha kreditur.

Debitur bisa di blacklist

Jika seorang debitur memiliki riwayat kredit yang macet, maka riwayat tersebut akan
selamanya tercatat oleh sistem bank. Catatan merah tersebut dapat membuat debitur kesulitan
bahkan tidak bisa mengajukan kredit lagi di masa depan. Riwayat tersebut akan diketahui
ketika seseorang melakukan BI checking. Bahkan, beberapa perusahaan telah menerapkan BI
Checking kepada pegawainya. Dengan adanya riwayat tersebut, tentu akan mengurangi
kredibilitas seseorang.

Ancaman terhadap ekonomi negara

Banyaknya nasabah yang terjebak dalam situasi ini akan membuat bank mencari cara lain
untuk meningkatkan struktur permodalan usahanya. Salah satunya adalah dengan menekan
adanya pengajuan kredit dan mengurangi mengurangi penyaluran kredit di berbagai sektor
yang berpengaruh pada perkembangan ekonomi negara.

Cara Mengatasi Kartu Kredit Macet di Bank

Untuk mengatasi kredit bermasalah, bank dapat menempuh dua cara atau strategi yaitu
dengan penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit. Mengenai penyelamatan kredit
bermasalah dapat dilakukan dengan berpedoman kepada surat edaran Bank Indonesia Nomor
26/4/BPPP tahun 1993 tentang Kualitas Aktiva Produksi dan Pembentukan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produksi tertanggal 29 mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur
penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah
melalui alternatif penanganan secara penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan
kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).

Jika kemungkinan buruk nasabah mengalami kredit macet seperti kasus diatas yang di mana
Si A tidak melakukan pelunasan selama 10 bulan, maka Si A bisa melakukan beberapa
langkah sebagai cara melunasi kartu kredit macet. Nasabah bisa langsung mendatangi pihak
bank dan mendiskusikan situasi yang menyebabkan nasabah mengalami situasi ini.
Kemudian, pihak bank akan menawarkan tiga jenis restrukturisasi kepada debitur,
diantaranya adalah:

1. Penataan Kembali (Reconditioning)

Cara terakhir yang bisa dilakukan adalah reconditioning. Cara ini dilakukan oleh pihak bank
dengan mengubah kondisi kredit untuk meringankan beban debitur. Upaya ini dilakukan
dengan mengonversi tunggakan, menambah fasilitas kredit, penjadwalan dan persyaratan
kembali.

2. Persyaratan Kembali (Restructuring)

Cara mengatasi kartu kredit macet di bank yang kedua adalah melakukan restructuring. Cara
ini dilakukan dengan mengubah syarat peminjaman yang meliputi perubahan jadwal, jangka
waktu serta persyaratan lainnya yang telah disepakati.

3. Penjadwalan Kembali (Rescheduling)

Ketika Anda telah mendatangi bank dan menjelaskan apa yang terjadi, bank bisa melakukan
rescheduling. Cara melunasi kartu kredit macet ini dilakukan dengan menyesuaikan kembali
tenor pinjaman Anda. Perpanjangan tenor ini akan disesuaikan dengan kemampuan debitur
dalam membayar cicilan.

Apabila gagal dengan penyelamatan kredit, maka dapat dilakukan dengan Penyelesaian
kredit. Penyelesaian kredit bermasalah dapat dikatakan merupakan langkah terakhir yang
dapat dilakukan setelah langkah-langkah penyelamatan sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 26/4/BPPP tahun 1993 tentang Kualitas Aktiva Produksi dan
Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produksi yang berupa restrukturisasi tidak
efektif lagi. Dikatakan sebagai langkah terakhir karena penyelesaian kredit bermasalah
melalui lembaga hukum yang memang memerlukan waktu yang relative lama, dan bila
melalui badan peradilan maka kepastian hukumnya baru ada setelah memiliki kekuatan
hukum tetap (inkraacht van bewijs).

Apabila dengan 3 cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyelesaian melalui jalur
hukum antara lain :

1. Melalui Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jendral Piutang dan
Lelang Negara (DJPLN) berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960
tentang Panitya Urusan Piutang Negara;

Panitia Urusan Piutang Negara dan Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara
bertujuan untuk mempercepat, mempersingkat, dan mengefektifkan penagihan
piutang Negara. Pernyataan diawali dengan perundingan yang dikeluarkan PUPN dan
DJPLN mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti putusan hakim yang telah
berkekuatan hukum tetap, pelaksanaan dilakukan dengan ketua panitia dengan surat
paksa, melalui cara penyitaan

2. Melalui badan peradilan;

Mekanisme Badan Peradilan juga dapat dilakukan yaitu melakukan gugatan kepada
Peradilan Negeri melalui gugatan perdata, yaitu eksekusi jaminan pasal 1131 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan “segala kebendaan si berutang,
baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan
ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan”
Eksekusi hak Tanggungan pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan dan pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia,
yang dilanjutkan menjual melalui lelang. Dan dapat juga mengajukan ke Peradilan
Niaga melalui gugatan kepailitan

3. Melalui arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Penyelesaian melalui mekanisme Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam


Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, pada bagian menimbang huruf a menyatakan “bahwa berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, penyelesaian sengketa perdata disamping dapat
diajukan ke peradilan umum juga terbuka kemungkinan diajukan melalui arbitrase
dan alternatif penyelesaian sengketa” pasal 53 “terhadap pendapat yang mengikat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 tidak dapat dilakukan perlawanan melalui
upaya hukum apapun” pasal 60 “putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai
kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak”.

Apabila kredit macet tersebut terjadi karena debitur tidak melaksanakan prestasinya
sebagaimana terdapat dalam perjanjian kredit, maka sebelum melakukan eksekusi barang
jaminan, debitur harus terlebih dahulu dinyatakan wanprestasi, yang dilakukan melalui
putusan pengadilan. Untuk itu kreditur harus menggugat debitur atas dasar wanprestasi. Akan
tetapi sebelum menggugat debitur, kreditur harus melakukan somasi terlebih dahulu yang
isinya agar debitur memenuhi prestasinya. Apabila debitur tidak juga memenuhi prestasinya,
maka kreditur dapat menggugat debitur atas dasar wanpretasi, dengan mana apabila
pengadilan memutuskan bahwa debitur telah wanprestasi, maka kreditur dapat melakukan
eksekusi atas barang jaminan yang diberikan oleh debitur.

Jadi, dapat atau tidaknya barang jaminan dieksekusi tidak hanya bergantung pada apakah
jangka waktu pembayaran kredit telah lewat atau tidak. Akan tetapi, apabila debitur
melakukan prestasi yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, itu juga merupakan bentuk
wanprestasi (keliru berprestasi atau melakukan tidak sebagaimana yang diperjanjikan) dan
dapat membuat kreditur berhak untuk melaksanakan haknya mengeksekusi barang jaminan.

Sebelum mengambil kredit, pastikan Anda telah menghitung secara matang neraca keuangan
Anda. Pastikan bahwa Anda mampu melunasi sesuai dengan jangka waktu yang disepakati
untuk menghindari terjadinya kredit macet.

Jadi dalam kasus diatas kasus kredit macet yang dialami oleh Pihak A masih dapat
dilakukan beberapa penyelesaian dengan pihak bank.

Anda mungkin juga menyukai