Anda di halaman 1dari 14

Pusat Polisi Militer Angkatan Darat 

(Puspomad) merupakan salah satu fungsi teknis


militer umum TNI AD dan bagian dari Puspom TNI yang berperan menyelenggarakan
bantuan administrasi kepada satuan-satuan jajaran TNI AD sebagai perwujudan dan
pembinaan melalui penyelenggaraan fungsi-fungsi Polisi Militer.
Tugas pokok TNI AD adalah menegakkan negara dan keutuhan wilayah darat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah
daratan dari segala ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut TNI AD menyelenggarakan fungsi-fungsi
yang meliputi fungsi utama, fungsi organik militer, fungsi organik pembinaan, fungsi
teknis militer, fungsi teknis militer khusus dan fungsi khusus.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Polisi Militer Angkatan Darat sama halnya dengan kecabangan/ Corps lain dijajaran TNI
AD yang memiliki sejarah perjalanan Corps, kebanggaan Corps, jiwa Corps satuan,
perjalanan sejarah Corps Polisi Militer (CPM) tidak lepas dari sejarah perjuangan
kemerdekaan dan sejarah TNI, lahirnya Corps Polisi Militer merupakan ide dari
beberapa tokoh TKR yang mempunyai latar belakang hukum demi terciptanya disiplin di
tubuh TKR.
Polisi Tentara sebagai Cikal Bakal berdirinya CPM[sunting | sunting sumber]
Saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk pada tanggal 5 Oktober 1945, belum
tersedia perangkat hukum atau peraturan yang mengendalikan suatu organisasi
bersenjata atau angkatan perang. Selain itu yang menjadi anggota TKR tersebut terdiri
dari bermacam-macam warga yang mempunyai latar belakang berbeda dan tidak
mengerti akan hakikat disiplin. Disamping pada waktu itu juga terbentuk organisasi
pejuang bersenjata yang tidak terikat pada Komando Pusat , oleh karena itu pengaturan
kelompok-kelompok bersenjata tersebut menjadi sukar, terlebih lagi pada saat itu
sedang menghadapi kekuatan Belanda yang didahului Inggris untuk kembali
menduduki Indonesia.
Dalam situasi tersebut timbul gagasan dari beberapa orang untuk mendirikan badan
yang mengatur disiplin dikalangan organisasi bersenjata, umumnya mereka yang
berpikiran demikian berlatar belakang penegakan hukum. Maka secara otonom di
beberapa daerah mulai berdiri Polisi Tentara (PT) seperti di Aceh yang bermarkas di
Kutaraja dengan kekutan 2 Kompi pasukan, demikian pula di Sumatera Utara didirikan
satuan Polisi Tentara Sumatera Timur serta di Bengkulu juga dibentuk satuan Polisi
Tentara pada resimen TKR Bengkulu. Sedangkan di pulau Jawa pada tanggal 26
September 1945 telah dibentuk satu Batalyon Polisi Tentara Divisi Jawa Barat, yang
selain bertugas sebagai Badan Kepolisian dalam Divisi juga melakukan tugas-tugas
pertempuran sesuai dengan kondisi perjuangan saat itu. Sehubungan suasana genting
yang sangat memaksa, maka Markas Tertinggi TKR memandang perlu mengadakan
suatu peraturan sementara di bidang Kepolisian Militer.
Untuk itu pada tanggal 8 Desember 1945, Markas Tertinggi TKR memberi petunjuk,
agar tiap– tiap Divisi dibentuk Polisi Tentara, yang bertugas menyelidiki, mengusut, dan
menuntut perkara–perkara dimuka Pengadilan Tentara, Divisi maupun Resimen TKR
di Jawa dan Sumatera. Akhir Desember 1945, Musyawarah tingkat Markas Tertinggi
TKR menetapkan pembentukan Markas Tertinggi Polisi Tentara (MTPT) dengan
Komandan Kolonel Prabu Sunaryo. Kedudukan MTPT ini berdiri sendiri dan berada
langsung di bawah Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Pada tahun 1946 bertempat di Kopeng, Salatiga diadakan rapat bersama antara
pimpinan Penjelidik Masjarakat Oemoem (PMO) dan Polisi Tentara. Musyawarah
bersama tersebut berhasil merumuskan pokok-pokok tugas dan organisasi Polisi
Tentara serta secara aklamasi memilih Jenderal Mayor Santoso, Komandan PT Kediri
sebagai Panglima Polisi Tentara, dengan wakilnya Kolonel Prabu Sunaryo. Menindak
lanjuti hal tersebut, maka tanggal 22 Juni 1946 bertempat di alun-alun
Yogyakarta, Presiden selaku Panglima Tertinggi meresmikan satuan Polisi Tentara
setingkat Divisi dengan nama yang legendaris dan bersejarah Divisi Gajah Mada. Divisi
ini membawahi 3 Resimen yaitu Resimen I (Jawa Barat), Resimen II (Jawa Tengah) dan
Resimen III (Jawa Timur). Adapun tiap-tiap Resimen membawahi beberapa Batalyon
dan tiap-tiap Batalyon membawahi beberapa Kompi-kompi dan Seksi-seksi dengan
daerah penugasan yang pada umumnya menyerupai pembagian daerah administratif
pemerintahan. Disamping itu juga dibentuk Batalyon Mobil Polisi Tentara. Setelah Divisi
Gajah Mada diresmikan, maka segera pula dibentuk Markas Besar Polisi Tentara
(MBPT) yang mengatur kebijaksanaan-kebijaksanaan mengenai tugas dan tanggung
jawab Polisi Tentara secara keseluruhan.
Pembentukan Corps Polisi Militer (CPM)[sunting | sunting sumber]
Pada saat tumbuhnya organisasi Polisi Tentara, di pulau Jawa masih terdapat beberapa
macam badan Kepolisian Tentara antara lain Polisi Tentara (PT), Polisi Tentara Laut
(PTL) dan Pengawas TNI (PTNI). Angkatan Udara juga telah mempunyai badan
kepolisian walaupun baru berupa Staf di tingkat pusat. Namun dia antara badan-badan
kepolisian tentara tersebut, hanya Polisi Tentara yang yuridiksi dan wewenangnya
diatur oleh Undang-Undang. Untuk menyatukan beberapa badan kepolisian tentara
yang ada di pulau Jawa maka pada bulan Nopember 1947 mulai dilakukan berbagai
pembicaraan antara Polisi Tentara dan badan-badan kepolisian tentara Lainnya.
Setelah melalui serangkaian pembicaraan, maka pada tanggal 20 Maret 1948 Wakil
Presiden/Menteri Pertahanan Ad Interim mengeluarkan Penetapan Nomor A/113/1948
tentang penghapusan beberapa badan kepolisian tentara yang ada dan sebagai
penggantinya dibentuk Corps Polisi Militer (CPM) dengan Komandan Sementara adalah
Kepala Staf Angkatan Perang Komodor Udara Suryadarma, yang membawahi 2 (dua)
Komando Corps Polisi Militer Jawa (CPMD) yang membawahi 3 Batalyon dan Corps
Polisi Militer Sumatera (CPMS) yang membawahi 5 Batalyon.
Dinamika organisasi CPM[sunting | sunting sumber]
Pada tanggal 31 Mei 1950, CPMD dan CPMS dihapus menjadi CPM dan Markas
Besarnya yang semula bertempat di Jogyakarta dialihkan ke Jakarta. Sejak itu nama
Markas Komando Corps Polisi Militer diubah menjadi Markas Besar Polisi Militer. Enam
bulan kemudian tepatnya pada tanggal 28 Nopember 1950 ditetapkan 7 (tujuh) Batalyon
Polisi Militer untuk seluruh Indonesia. Selain itu dibentuk pula Batalyon Rajasa,yang
merupakan Satuan Khusus CPM yang dapat digerakkan dalam waktu cepat.
Pembenahan organisasi dan tugas-tugas terus dilanjutkan seiring dengan
penyempurnaan organisasi TNI pada masa itu.
Sampai dengan keluarnya Keputusan Menhankam Panglima ABRI Nomor
Kep/A/7/III/1971, tanggal 6 Maret 1971 dibentuklah organisasi Polisi Militer ABRI dan
membawa dampak terhadap struktur organisasi Polisi Militer Angkatan Darat.
Selanjutnya melalui Keputusan Kepala Staf TNI AD Nomor Kep/45/II/1972 tanggal 5
Februari 1972 ditetapkan organisasi Dinas Provoost Angkatan Darat. Kemudian disusul
dengan Keputusan Panglima ABRI Nomor Kep/04/P/II/1984 tanggal 4 Februari 1984
tentang Penyelenggaraan fungsi Kepolisian Militer di lingkungan ABRI dan Kepala Staf
TNI AD Nomor Kep/11/XII/1984 tanggal 17 Desember 1984 tentang pencabutan
organisasi Dinas Provoost TNI AD dan menetapkan menjadi organisasi Pusat Polisi
Militer, yang pada saat itu mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya terhadap ke tiga (3) Angkatan (AD, AL, AU) dan Polri yang disebut Bina
Tunggal.
Pada era reformasi, setelah berpisahnya Polri dari TNI maka berdasarkan
Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1/III/2004 tanggal 26 Maret 2004,
Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Kepolisian Militer dilingkungan TNI dilaksanakan
oleh Polisi Militer Angkatan Darat (POMAD), Polisi Militer Angkatan Laut (POMAL) dan
Polisi Militer Angkatan Udara (POMAU) yang wewenang komando dan pengendalian
operasional Kepolisian Militer berada pada Panglima TNI, dalam pelaksanaannya
dilimpahkan kepada Kepala Staf Angkatan masing – masing.
Di tingkat Mabes TNI sebagai pembantu dan penasihat utama Panglima TNI dalam
bidang Kepolisian Militer dijabat oleh Perwira Tinggi TNI Bintang Dua, sebagai Perwira
Staf Khusus Pom (Passuspom) yang dalam hal ini dijabat oleh Danpuspomad.
Tugas-tugas operasi yang dilaksanakan[sunting | sunting sumber]
Disamping melaksanakan tugas pokoknya Polisi Militer Angkatan Darat juga diberikan
kepercayaan untuk melaksanakan tugas operasi dalam dan luar negeri, antara lain :
Fungsi Organik[sunting | sunting sumber]
1. Pembinaan Kecabangan. Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan yang berkenaan dengan penentuan kebijakan pembinaan organisasi,
kesiapan satuan, penelitian dan pengembangan, pengembangan sistem dan
prosedur pembinaan tradisi corps untuk mewujudkan kemampuan kesatuan
Polisi Militer Angkatan Darat.
2. Pembinaan Pendidikan dan Latihan. Menyelenggarakan segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan Pendidikan
dan Latihan dilingkungan Kecabangan Polisi Militer, Pembinaan Provost Satuan
dilingkungan TNI Angkatan Darat.
Fungsi Utama[sunting | sunting sumber]
1. Pembinaan Penyelidikan Kriminal dan Pengamanan Fisik. Meliputi segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan Pembinaan dan
Operasional Penyelidikan Kriminal dan Pengamanan Fisik.
2. Pembinaan Pemeliharaan Ketertiban Militer. Meliputi segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan yang berkenaan dengan Pembinaan dan Operasional
Pembeliharaan, Penegakkan Disiplin, Hukum dan Tata Tertib, Pengendalian Lalu
Lintas Militer dan pengurusan Surat Izin Mengemudi TNI Angkatan Darat serta
Pengawalan Protokoler Kenegaraan.
3. Pembinaan Penyidikan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang
berkenaan dengan Pembinaan dan Operasional Penyidikan Perkara Pidana,
serta penyelenggaraan Laboratorium Kriminalistik.

Didalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional


Indonesia, pada Pasal 7 (2) menyatakan bahwa TNI dalam menjalankan Tugas
Pokoknya dilakukan dengan operasi militer untuk perang dan operasi militer
selain perang. Untuk operasi militer selain perang, salah satunya adalah
melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri.
Tugas perdamaian dunia ini bukanlah hal yang asing bagi Tentara Nasional
Indonesia (TNI), karena TNI telah terlibat dalam operasi perdamaian dunia sejak
tahun 1956. Pada tulisan ini, saya akan menyampaikan gambaran singkat tentang
apa itu operasi perdamaian dunia, apa tugas-tugasnya dan peran personel-
personel Corps Polisi Militer Angkatan Darat dalam mengemban tugas-tugas
tersebut.
Operasi Perdamaian Dunia
Operasi Perdamaian Dunia berawal dari dibentuknya Liga Bangsa-Bangsa
(kemudian menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada pertengahan tahun 1940-
an pasca Perang Dunia ke 2. Pada awalnya, sesuai dengan Piagam PBB, maka
konflik-konflik yang terjadi antara dua negara ataupun lebih maupun konflik
internal suatu negara yang bersifat besar diupayakan untuk diselesaikan secara
diplomasi dan kesepakatan damai. Namun upaya tersebut dipandang tidak cukup,
karena diperlukan adanya suatu organisasi yang dapat memantau
terselenggaranya kesepakatan antar pihak yang ber-konflik dengan baik.
Organisasi yang dimaksud adalah organisasi Peacekeeping Force, dengan tugas
menjaga perdamaian ataupun membuat perdamaian (Peacemaking). Operasi
Perdamaian akan digelar apabila pihak-pihak yang bertikai telah bersepakat untuk
menerima kehadiran Pasukan/Personel Perdamaian. Seberapa besar organisasi
yang dibentuk dinilai dari beberapa factor, antara lain luas wilayah, komplikasi
masalah dll.
Jenis Penugasan Operasi Perdamaian Dunia
Pada Operasi Perdamaian Dunia, terdapat beberapa jenis penugasan, yaitu :
a. Military Observer. Atau Pengamat Militer, memiliki tugas untuk memantau dan
melaporkan semua kegiatan dan aktivitas militer di daerah konflik serta
melakukan investigasi dan pelaporan apabila terjadi pelanggaran pada
kesepakatan damai dibuat oleh pihak-pihak yang bertikai.
b. Peacekeeping Force. Atau Pasukan Penjaga Perdamaian, memiliki tugas untuk
menegakkan aturan kesepakatan damai yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak
yang bertikai, mulai dari penjagaan pada daerah penyangga ( Buffer Zone )
bahkan sampai kepada penggunaan kekuatan senjata. Satuan Peacekeeping
Force biasanya berupa Satuan Infanteri Mekanis ( Mechanized Unit ) namun
terdapat beberapa tugas khusus lainnya antara lain, Zeni ( Engineer ) untuk
melakukan rekonstruksi daerah dan pembersihan ranjau, Polisi Militer ( Military
Police ) untuk melakukan investigasi pada kasus-kasus pelanggaran oleh pihak
yang bertikai dan penegakan hukum, disiplin dan tata tertib bagi personel
Pasukan Perdamaian.
c. Miltary Staff. Atau Staf Militer, memiliki tugas untuk melaksanakan pekerjaan
staf pada markas Misi Perdamaian maupun pada Markas Pasukan Perdamaian.
d. Civilian Police. Atau tugas kepolisian sipil, memiliki tugas untuk memantau dan
mengawasi kinerja petugas/badan kepolisian dari pihak yang bertikai serta
kadangkala memberikan pelatihan ilmu kepolisian.
Jenis penugasan pada suatu Operasi Perdamaian yang diselenggarakan oleh
PBB atau badan dunia/regional lainnya berbeda-beda sesuai dengan
obyektif/sasaran dari misi itu sendiri.
Peran serta Personel Pomad

Tentara Nasional Indonesia (TNI) maupun Polri telah berperan serta dalam
Operasi Perdamaian Dunia yang diselenggarakan oleh PBB, OIC ataupun
organisasi lainnya. Sampai dengan saat ini sudah 22 misi perdamaian yang diikuti
oleh Indonesia. Kontingen Indonesia untuk tugas perdamaian dikenal dengan
Kontingen Garuda. Polisi Militer Angkatan Darat juga telah terlibat dalam
beberapa misi perdamaian dengan jenis penugasan yang berbeda-beda, antara
lain akan disampaikan sebagai berikut :
a. Misi perdamaian di Lebanon ( UNOGIL ) tahun 1958, 2 Perwira Pomad ( Mayor
Cpm Sudarto Sudiono dan Kapten Cpm Sukotjo Tjokroatmodjo ) bertuga sebagai
Pengamat Militer.
b. Kontingen Garuda II dan Garuda III ( 1960 – 1962 ) tergabung dalam ONUC,
Detasemen Polisi Militer tergabung dalam kontingen Peacekeeping force dari
Indonesia. Pada Garuda II berjumlah 42 orang dipimpin oleh Mayor Cpm Slamet
Basuki dan pada Garuda III berjumlah 52 orang dipimpin oleh Mayor Cpm Toto
Suwito.
c. Kontingen Garuda IV dan V ( 1973 – 1975), Personil Pomad tergabung sebagai
Pengamat Militer pada misi perdamaian di Vietnam yang dibentuk oleh ICCS.
Personel yang terlibat antara lain Kapten Cpm Jasril Jakub.
d. Kontingen Garuda VI, VII dan VIII ( 1976 – 1979 ), merupakan misi perdamaian di
Timur Tengah ( Sinai ) dengan nama UNEF, tergabung dalam Peacekeeping Force
Indonesia. Salah satu personil Pomad yang tergabung dalam kontingen ini adalah
Mayor Cpm IGK Manila.
e. Kontingen Garuda X ( 1989 – 1990 ), adalah kontingen Kepolisian RI pada misi
PBB di Namibia ( UNTAG ). Tugas yang dilaksanakan adalah sebagai Civilian
Police Monitor. Personel Pomad yang tergabung dalam misi ini sejumlah 8 orang,
antara lain Mayor Cpm Abdul Cholik dan Mayor Cpm Ruchjan.
f. Kontingen Garuda XII ( 1992 – 1993 ), Personel Pomad tergabung dalam
Pasukan Perdamaian PBB di Kamboja ( UNTAC ). Jenis penugasan yang
dilaksanakan adalah Polisi Militer pada Kontingen Indonesia maupun pada Misi
UNTAC. Personel Pomad yang tergabung dalam misi ini antara lain Kapten Cpm
Heri Sukariyanto, Lettu Cpm Edi Subianto dan Lettu Cpm Edi Rate Muis.
g. Kontingen Garuda XIV ( 1994 ), adalah kontingen yang tergabung dalam misi
perdamaian PBB di Balkan ( UNPROFOR, UNTAES, UNCRO ). Tugas yang
dilaksanakan yaitu Polisi Militer Misi dan Pengamat Militer. Personel yang
tergabung dalam misi ini antara lain Lettu Cpm Ekoyatma Parnowo. Untuk misi di
Balkan ini juga menempatkan satu Perwira Pomad sebagai Desk Officer di DPKO
markas PBB New York yaitu Kapten Cpm Victor Simatupang.
h. Kontingen Garuda XV ( 1995 – 1996 ), merupakan misi pengamat militer PBB di
Georgia ( UNOMIG ). Melaksanakan tugas perdamaian pada wilayah bekas Negara
Uni Sovyet yang terpecah oleh konflik etnis. Personel Pomad yang terlibat yaitu
Kapten Cpm Chandra W Sukotjo.
PENUTUP
Demikianlah sekilas tulisan tentang operasi perdamaian yang telah diikuti oleh
personel TNI maupun Polri, yang mana personel Corps Polisi Militer Angkatan
Darat telah terlibat didalamnya. Pengalaman pada tugas perdamaian yang dimiliki
oleh Pomad ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi TNI dalam
mengemban tugas perdamaian selanjutnya sebagaimana diamanatkan oleh
Undang – Undang No. 34 Tahun 2004.

UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN PRAJURIT DI SATUAN TEMPUR UNTUK


MEMILIKI DAYA TEMPUR SATUAN YANG TINGGI
- November 14, 2013

PENDAHULUAN

1.       Umum.

    a.  Daya tempur satuan adalah totalitas kemampuan daya gerak, daya tembak, daya
gempur satuan untuk menghancurkan musuh. Untuk meningkatkan daya tempur satuan
tersebut diperlukan pembinaan yang bertahap, bertingkat dan berlanjut yang memiliki
seluruh aspek pembinaan satuan. Keberhasilan seluruh pembinaan satuan yang
dilakukan oleh pembinaan satuan yang dilakukan oleh Komandan Satuan tidak hanya
tergantung kepada sarana, macam, methoda serta tingkat dan kegiatan latihan, akan
tetapi komandan satuan harus memperhatikan faktor yang paling dominan yakni
bagaimana meningkatkan moril dan semangat prajurit, karena kondisi moril dan
semangat prajurit yang tinggi dan ditunjang oleh sarana, macam, methoda serta tingkat
dan kegiatan latihan yang benar dan efektif maka akan terwujud daya tempur satuan
yang tinggi.

    b.  Kondisi semangat dan moril prajurit sangat erat hubungannya dengan
disiplin,     karena kondisi disiplin, karena kondisi disiplin prujurit yang tinggi akan
terwujud apabila semangat dan moril juga tinggi. Sehingga satu sama lain sangat
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan permasalahan yang timbul  pada prajurit akan
berpengaruh terhadap kondisi prajurit yang pada akhirnya akan mempengaruhi tugas
daya tempur satuan.    Kondisi disiplin prajurit satuan tempur saat ini sudah ada
peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, akan tetapi masih terdapat
pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit satuan tempur yang mencerminkan bahwa
kondisi disiplin prajurit di satuan tempur masih perlu ditingkatkan.

   c.  Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi prajurit disatuan tempur adalah latar
belakang dan motivasi prajurit serta pengaruh lingkungan satuan dan masyarakat
disekitar pangkalan. Untuk peningkatan kondisi disiplin prajurit disatuan tempur yang
dapat mewujudkan kondisi semangat, moril dan daya tempur satuan yang tinggi perlu
diupayakan langkah-langkah kegiatan dan satuan yang dapat mempengaruhi bahkan
menghilangkan faktor yang mempengaruhi terhadap prajurit tersebut, sesuai dengan
harapan pimpinan Angkatan Darat.

2.       Maksud dan Tujuan.

         a.  Maksud.  Penulisan ini bermaksud memberikan gambaran tentang disiplin prajurit di


satuan tempur yang dapat meningkatkan daya tempur satuan.
         
b.  Tujuan.  Penulisan ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada
satuan atas terhadap upaya  meningkatkan disiplin prajurit guna mewujudkan semangat
dan moril serta daya tempur yang optimal.

3.       Ruang Lingkup dan Tata Urut.  Ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini
tentang upaya meningkatkan disiplin prajurit yang dapat memiliki daya tempur satuan,
dibatasi satuan tempur setingkat Batalyon disusun dengan tata urut sebagai berikut  :

a.       Pendahuluan.
b.       Kondisi disiplin Prajurit di satuan temput saat ini.
c.       Kondisi disiplin prajurit disatuan tempur yang diharapkan.
d.       Faktor-faktor yang mempengaruhi.
e.       Upaya meningkatkan disiplin prajurit di satuan temput.
f.        Kesimpulan.
g.       Penutup.

4.     Pendekatan.  Tulisan ini menggunakan pendekatan Empiris Pragmatis yang


berdasarkan pengalaman penulis selama bertugas di satuan tempur.

KONDISI DISIPLIN PRAJURIT DI SATUAN TEMPUR SAAT INI

    
5.       Pelanggaran Yang sering terjadi di Satuan Tempur

a.       Pelanggaran dalam satuan .

1)  Meninggalkan satuan tanpa ijin. Kasus pelanggaran seperti ini relatif masih terjadi.
Faktor penyebab timbulnya pelanggaran ini dikarenakan persoalan yang tidak dapat
diselesaikan oleh prajurut itu sendiri, yang pada akhirnya mempengaruhi moril dan
semangat prajurit tersebut.

2)  Insubordinasi / melawan atasan. Pelanggaran seperti ini masih ada walaupun tidak
banyak, bila tidak ditangani segera maka akan berpengaruh terhadap daya tempur
satuan.

3)  Penyalahgunaan material. Masih terjadi prajurit di satuan tempur, menggunakan


material yang ada di satuan untuk membantu kepentingan Gerakan Pengacau
Keamanan. Misalnya memberikan bantuan munisi secara diam-diam kepada orang
tertentu guna mendukung kegiatan klandestine/GPK.

4)  Pelanggaran terhadap Permildas. Pelanggaran seperti ini banyak terjadi disatuan
tempur, hal ini dapat tercermin bahwa disiplin prajurit masih kurang. Faktor penyebab
menurunnya disiplin tersebut pada umumnya karena kondisi moril dan semangat prajurit
yang rendah.

b.       Pelanggaran diluar satuan.

1)     Perkelahian antar anggota TNI maupun antara TNI dengan masyarakat.


Pelanggaran ini sering terjadi disatuan tempur, kondisi seperti ini mencerminkan kondisi
disiplin yang perlu mendapatkan perhatian.

2)       Pelanggaran Susila.
  
3)       Pelanggaran memasuki daerah hitam, berjudi dan mabuk mabukan.

4)   Pelanggaran terhadap ketentuan lingkungan masyarakat, sebagai contoh


pelanggaran lain, naik kendaraan tidak bayar, melanggar prosedur yang berlaku pada
suatu instansi yang berkaitan dengan kepentingan pribadi. Sehingga timbul kesan di
kalangan masyarakat bahwa TNI tidak disiplin.

KONDISI DISIPLIN PRAJURIT DI SATUAN TEMPUR


YANG DIHARAPKAN

6.       Kondisi disiplin di dalam satuan.    Kondisi disiplin yang diharapkan tercermin


dalam tindakan / kegiatan prajurit sebagai berikut  :

a.  Ketaatan terhadap peraturan / ketentuan yang berlaku, hal ini tercermin dari
penghayatan dan pengamalan Pancasila, Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib
TNI serta 5 Perintah Harian Kasad.

b.       Meresapi dan mentaati Permildas dengan baik sehingga setiap prajurit


mempunyai kesadaran yang tinggii dalam melaksanakan tugas.

  c.    Moril setiap prajurit selalu tinggi, hal ini dapat tercermin dalam pelaksanaan
kegiatan/perintah Atasan dilaksanakan dengan rasa penuh tanggung jawab walaupun
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh setiap prajurit mempunyai beban yang
memerlukan perhatian.
     d.      Mempunyai semangat yang tinggi, hal ini dapat tercermin dalam sikap  dan
tingkah laku prajurit saat melaksanakan tugas yang pantang menyerah.
           
e.    Tidak adanya pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit yang menyangkut
pelanggaran disiplin, pelanggaran hukum perdata maupun pelanggaran hukum pidana.

f.   Terciptanya kerjasama yang erat pada bawahan dan unsur Pimpinan dalam setiap
pelaksanaan tugas.

g.       Setiap tugas yang dibebankan kepada satuan dapat dilaksanakan oleh seluruh
prajurit dengan penuh rasa tanggung jawab agar tercipta hasil yang optimal.

h.       Adanya kepercayaan yang penuh dari satuan prajurit terhadap atasannya.

i.         Tingkat kesadaran yang tinggi dari setiap prajurit akan kedudukan dan
peranannya sebagai prajurit yang mengutamakan kepentingan umum dari pada
kepentingan pribadi.

7.       Kondisi keluar satuan.    

a.    Menunjukkan sikap yang memancarkan keteladanan terhadap lingkungan serta


peka terhadap nilai-nilai sosial dan kepedulian sosial.

b.   Menunjukkan sikap mental yang pantang menyerah disertai dengan kesadaran yang
tinggi dan menjadi pelopor dalam lingkungannya tercermin adanya kepercayaan diri,
kebanggaan terhadap  kesatuannya serta daya tahan dalam menghadapi ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan.

c.    Mentaati semua peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam lingkungan


masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

8.       Latar Belakang kehidupan Prajurit.        

a.  Kehidupan sebelum menjadi militer banyak mempengaruhi watak prajurit yang tidak
dapat diubah selama pendidikan pembentukan. Sebagai contoh akibat pengaruh kondisi
ekonomi maupun persoalan lingkungan keluarganya.

    b.  Motivasi.  Semangat untuk menjadi prajurit pada umumnya dilandasi dengan tujuan
mencari makan. Sehingga akan banyak berpengaruh terhadap jiwa pengabdian prajurit
kepada Negara.
 
c.  Kehidupan setelah menjadi militer banyak mempengaruhi individu prajurit yang tidak
berasil pada proses pembentukan kepribadian mereka sehingga untuk menyesuaikan
dengan kehidupan yang teratur dan penuh ketentuan/peraturan.  Sehingga timbul reaksi
yang agresif atau menentang.

9.       Pengaruh Lingkungan Satuan.   


a.  Kurangnya penghayatan terhadap ketentuan dan norma yang berlaku, hal ini
disebabkan karena individu kurang menyadari apa yang menjadi hak dan kewajiban
masing-masing.          

b.      Kualitas kepemimpinan.

1)  Masih terdapat unsur pimpinan yang menempatkan dirinya sebagai Komandan,
sehingga tidak dapat membina bawahannya.

2)  Pada umumnya unsur pimpinan masih banyak yang kurang berani mengoreksi,
membetulkan kesalahan yang dilakukan oleh anggotanya.  Hal ini disebabkan kurang
mendalami pengetahuan praktis yang harus diketahui oleh seorang
pimpinan.                  

3)  Masih banyak unsur pimpinan yang tidak dapat memberikan kontak kepada anak
buahnya, kondisi seperti ini sangat mempengaruhi kondisi disiplin, moril dan semangat
pajurit.

c.  Kesejahteraan.  Faktor kesejahteraan sangat mempengaruhi moril dan semangat


prajurit di satuan tempur yang pada akhirnya akan mempengaruhi pola disiplin satuan,
masalah yang dihadapi prajurit  :

1)  Kurangnya sarana hiburan di satuan khususnya untuk prajurit bujangan.

2)  Prasarana perubahan yang ada dipangkalan / asrama kurang memadai khususnya
kebutuhan air, memaksa prajurit menyisihkan sebagian waktu untuk mengambil / antri
air guna memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh keluarganya.

3)       Relatif kurang seimbang antara penghasilan dan kondisi harga barang yang
dibutuhkan, sehingga ada usaha prajurit untuk mencari tambahan diluar.

9.       Pengaruh lingkungan masyarakat.     Kondisi lingkungan masyarakat disekitar


tempat tingal prajurit / Asrama sangat berpengaruh terhadap pembinaan disiplin di
satuan.    Beberapa kondisi yang mempengaruhi disiplin prajurit antara lain  :

a.  Adanya kecenderungan pola hidup masyarakat gotong royong berubah kearah
kearah pola hidup yang bersifat individualis atau egoistis.

b.  Pola hidup sederhana yang tadinya dianut masyarakat telah bergeser kearah pola
hidup konsumtif, sehingga mempengaruhi sendi hidup perorangan dalam masyarakat.

c.  Struktur kekeluargaan yang luas dan akrab berubah kearah struktur kekeluargaan
yang sempit.

d.  Ambisi di bidang karier dan mengejar materi cenderung mengganggu antar pribadi di
dalam masyarakat dan keluarga.

    
UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN PRAJURIT
DI SATUAN TEMPUR

10.  Subjek, Objek dan Methode dalam meningkatkan Disiplin Prajurit


a.  Subjek.  Semua unsur pimpinan mulai tingkat Danru keatas merupakan Subjek,
yang dituntut untuk memiliki tingkat kesadaran dan displin yang mantap, mampu
mengkomunikasikan antara yang harus ditaati oleh prajurit dan mengawasi
pelaksanaannya.    Untuk mendukung keberhasilan dalam meningkatkan disiplin maka
unsur pimpinan dituntut hal-hal sebagai berikut  :

1)  Mampu mengaplikasikan peranan / kedudukannya sebagai Komandan, Pimpinan,


Bapak dan Pelatih pada saat yang tepat, pada kondisi seperti sekarang ini dituntut
untuk lebih banyak memerankan dirinya sebagai Bapak dari pada sebagai Komandan.

2)  Seorang pimpinan harus mempunyai kemampuan yang lebih dari anggotanya,
sehingga dapat diakui oleh anak buahnya.

3)  Mampu untuk mengoreksi dan mengarahkan kesalahan yang dilakukan anak
buahnya sehingga dapat dimengerti dan dapat diperbaiki oleh prajurit.

       b.  Objek.   Yang menjadi objek peningkatan disiplin prajurit di satuan tempur adalah


seluruh prajurit yang ada, mulai dari prajurit terendah s/d Komandan Batalyon, hal ini
sebagai konsekuensi logis bahwa setiap individu yang ada di satuan tempur dituntut
untuk mematuhi, mentaati semua ketentuan peraturan dan norma yang berlaku bagi
prajurit TNI.

       c.  Metode.  Metode peningkatan disiplin di satuan tempur antara lain dapat digunakan


sebagai berikut  :

                1)  Metode keteladanan.  Unsur pimpinan dituntut mempunyai kelebihan dari segi ilmu,
fisik dan ketrampilan dilapangan, disamping itu dapat memberikan contoh yang nyata
dari pelaksanaan segala ketentuan yang berlaku apabila semua unsur pimpinan sudah
dapat memberikan contoh maka sudah barang tentu mengikuti langkah-langkah yang
diambil oleh pimpinan.
    
2)  Metode Pimpinan.  Pembentukan disiplin melalui metode pembinaan pada dasarnya
menumbuhkan, memelihara dan memperkuat tingakh laku yang tidak dikehendaki atau
dapat diterima dan sebaliknya menghilangkan tingkah  laku  yang tidak dikehendaki,
langkah yang dapat dilakukan antara lain  :  

                         a)  Memberikan hadiah/penghargaan terhadap prestasi yang dilakukan


oleh 
                               anggota.  

                         b)   Memberikan sangsi terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan


oleh
                               anggota secara fungsional, sangsi harus rasional, aktual, adil dan
bersifat
                               mendidik.

3)  Metode edukatif.  Memberikan penjelasan, pendidikan dan pengarahan terhadap


anggota secara rutin melalui jam Komandan, tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh prajurit.

4)  Metode Persuasif.  Metode ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran seluruh
anggota agar ikut aktif dalam setiap usaha untuk menegakkan disiplin baik dalam tubuh
satuan maupun di luar satuan.  Agar metode ini dapat berjalan harus diimbangi dengan
keteledanan dari unsur pimpinan.

5)       Metode Refresif.   Metode ini digunakan pada tahap terakhir apabila dengan


metode lain tidak diperbaiki, metode ini harus dilakukan dengan tegas dan bijaksana.

11.  Upaya menciptakan iklim yang menunjang.  Unsur kejiwaan yang meliputi moril,
disiplin, kepemimpinan, jiwa korsa dan motivasi mempunyai pengaruh timbal balik
dalam mewujudkan iklim yang menguntungkan untuk meningkatkan disiplin
prajurit.  Beberapa upaya yang harus dilaksanakan antara lain  :

a.  Upaya meningkatkan motivasi prajurit.  Motivasi adalah semangat yang berdasarkan


kesadaran untuk apa ia berbuat, berjuang dan berkorban, upaya meningkatkan motivasi
prajurit harus diperhatikan keseimbangannya antara hak dan kewajiban, adapun
langkah - langkah praktis yang harus dilaksanakan antara lain  :

1)  Berikan penjelasan kepada prajurit tentang pokok keinginan pimpinan terutama
peran dan andil prajurit dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada satuan.

2)  Jelaskan apa yang menjadi haknya, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan selama
melaksanakan tugasnya.

3)  Timbulkan kepercayaan pada diri sendiri pada setiap prajurit, kepercayaan yang
penuh kepada pimpinan dan kepada setiap petugas yang diberikan kepada atasannya.

4)  Serahkan prinsip-prinsip pembinaan personil secara tepat dan konsekwen.

5)  Berikan penghargaan kepada setiap prajurit yang berprestasi dan berikan
sangsi/hukuman bagi prajurit yang melakukan pelanggaran.

6)  Berikan contoh dari setiap unsur pimpinan bahwa apa yang dilakukan semata-mata
untuk kepentingan satuan bukan untuk kepentingan pribadi.

7)  Prajurit dan keluarganya diajak bertukar pikiran dalam upaya pembinaan satuan.

b.       Upaya meningkatkan moril dan kesejahteraan prajurit.

1)  Kendalikan penerimaan gaji anggota, dengan cara :


     a)  Membatasi penerimaan minimal penghasilan bersih setiap prajurit setelah 
     dipotong pinjaman yang bersangkutan 

      b)  Batasi upaya anggota untuk mencari kemudahan dengan jalan bon atau 
      pinjaman. 

      c)  Tentukan dengan tegas potongan apa saja yang boleh dimasukkan dalam 
      daftar gaji. 

      d)  Adakan pengawasan dengan ketat setiap bulan sebelum penerimaan gaji.

2)  Berikan kesempatan bagi prajurit dengan keluarganya untuk merekreasi atau liburan
lain sesuai kondisi satuan.
3)  Tingkatkan peran Koperasi, koperasi merupakan salah satu sarana untuk
memberikan kesejahteraan kepada prajurit, untuk itu agar diupayakan peran Koperasi
dapat dirasakan membantu kebutuhan sehari-hari.

4)  Tingkatkan peran khusus pimpinan dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh
setiap prajurit, kegiatan nyata yang harus dilaksanakan adalah ketahuilah
permasalahannya yang dihadapi oleh setiap prajurit yang dipimpin, kemudian pecahkan
masalah tersebut bersama prajurit tersebut sampai tuntas.  Apabila tidak mampu
dipecahkan oleh unsur pimpinan paling bawah salurkan kepada Komandan Batalyon.

5) Perhatikan masalah perumahan untuk prajurit, unsur Komandan berusaha


semaksimal mungkin untuk membantu masalah sarana perumahan yang diperlukan
oleh prajurit.   Hal ini dapat dilakukan dengan membenahi prasarana rumah yang sudah
ada dengan mengutamakan fasilitas penting seperti air, yang selama ini selalu menjadi
problema anggota.

6)  Berikan kesempatan bagi prajurit yang berprestasi untuk mengembangkan diri
melalui pendidikan dan kenaikan pangkat yang selektif.

7)  Usahakan pembinaan terhadap keluarga prajurit dengan membekali ketrampilan


khususnya yang dapat menghasilkan, untuk membantu penghasilan suami.

12.  Langkah-langkah penerapan disiplin.  Setelah kita mengetahui subjek, objek,


metode dan upaya menciptakan iklim pendukung dalam rangka menciptakan disiplin
prajurit di satuan tempur, maka perlu dilaksanakan langkah-langkah penerapan displin
secara nyata kepada Perwira, Bintara dan Tamtama serta keluarga dilingkungan satuan
tempur, langkah-langkah tersebut dapat dilakukan sebagai berikut  : 

a.       Terhadap Perwira.     

1)  Berikan penyegaran kembali tentang ketentuan / peraturan yang berlaku dalam
kehidupan Militer, diharapkan agar Perwira menguasai dan mampu melaksanakan
Peraturan, ketentuan-ketentuan tersebut tanpa cacat. Dengan demikian Perwira
tersebut harus mampu mengarahkan, memperbaiki serta memberikan contoh kepada
anggotanya

2)  Berikan penyegaran kembali tentang ilmu kepemimpinan terhadap aplikasinya


dilapangan.

3) Tekankan agar dalam mengambil tindakan terhadap anggota agar memperhatikan


rantai Komando dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada unsur Pimpinan
bawahan untuk menerapkan kepemimpinannya.

4)  Bila kekompakan diantara Perwira dan upayakan setiap tindakan / kegiatan sesuai
dengan petunjuk pimpinan.

b.       Terhadap Bintara.      

1)  Berikan penyegaran kepada para Bintara tentang ketentuan yang harus ditaati oleh
prajurit bawahannya.

2)  Berikan kesempatan sebanyak-banyaknya waktu kepada Bintara untuk memerankan


dirinya sebagai tulang pungggung satuan ( The Back Bone Of The Unit ).
3)  Berikan tanggung jawab yang penuh terhadap setiap kegiatan / latihan dan
pelaksanaan terhadap ketentuan yang berlaku.

4)  Mampu menerapkan kepemimpinan lapangan yang dapat dirasakan langsung oleh
prajurit.Sekaligus sebagai suri tauladan dalam setiap tingkah laku dan perbuatan.

5)  Berikan rangsangan khusus bagi para pejabat Baton, Batih, Bati Siops dalam
meningkatkan motivasi serta memungkinkan menjadi tauladan dalam setiap penampilan
di depan prajurit bawahannya.

c.       Terhadap Tamtama.  

1)  Berikan penjelasan dan penyegaran kembali tentang ketentuan / peraturan yang
harus ditaati yang dititik beratkan kepada Permildas.

2)  Berikan penjelasan apa yang harus dituntut dari mereka.   Peran dan andilnya dalam
melaksanakan tugas pokok dan latar belakang setiap tugas yang dilaksanakan.   Hal ini
dilaksanakan untuk menggugah kesadaran mereka dalam mematuhi
ketentuan/peraturan tersebut.

3)  Tunjukkan tindakan yang nyata upaya Pimpinan dalam membantu memecahkan
masalah yang harus dihadapi oleh setiap prajurit bawahannya. Sehingga menimbulkan
kepercayaan yang penuh kepada Pimpinannya.

4)  Berikan tindakan yang tegas terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan oleh
prajurit sesuai dengan aturan yang berlaku.

5)  Adakan  penyuluhan hukum  secara teratur, bekerjasama dengan aparat penegak


hukum seperti Denpom, Kumdam dan Kepolisian.

6)  Adakan perlombaan pembinaan disiplin antar Kompi secara teratur, kepada
pemenang diberikan penghargaan yang dapat diketahui oleh seluruh anggota.

d.       Terhadap Keluarga prajurit.


           
                   1)  Penyuluhan  bagi  istri  prajurit  melalui 
jalur Persit dititik beratkan kepada   :
                  
a)       Upaya menciptakan keharmonisan keluarga.

b)       Mendidik hak-hak agar tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.

                            c)      Tanamkan pola hidup sederhana.

d)       Pengamalan P-4.

2)  Tingkatkan pembinaan anak remaja komplek dengan kegiatan pramuka, Karang
Taruna dan kegiatan lain yang positif.

     KESIMPULAN
13.     Sebagai Kesimpulan dari tulisan ini dapat disampaikan beberapa hal yakni  :

a.  Kondisi displin di Satuan Tempur perlu ditingkatkan, sehingga dapat mendukung
terwujudnya daya tempur yang tinggi.
    
b.  Untuk meningkatkan disiplin prajurit satuan tempur perlu dilaksanakan hal-hal
sebagai berikut  :

1)  Pembinaan terhadap Subjek, Objek dengan menggunakan methode keteladanan,


pembinaan, edukatif, persuasif dan refresif.

2)  Menciptakan iklim yang mendukung dengan meningkatkan motivasi kesejahteraan


dan moril anggota.

3)  Melaksanakan langkah-langkah penerapan disiplin terhadap Perwira, Bintara,


Tamtama dan Keluarga Prajurit.

PENUTUP

          Demikianlah tulisan ini yang mengemukakan pokok-pokok pikiran tentang upaya


meningkatkan disiplin dan daya tempur prajurit disatuan tempur, mudah-mudahan
berguna  bagi unsur Pimpinan di Jajaran TNI-AD.

                                                                                               P E N U L I S

 
bahan karmil
Lokasi: Bogor, West Java, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai