Tentara Nasional Indonesia (TNI) maupun Polri telah berperan serta dalam
Operasi Perdamaian Dunia yang diselenggarakan oleh PBB, OIC ataupun
organisasi lainnya. Sampai dengan saat ini sudah 22 misi perdamaian yang diikuti
oleh Indonesia. Kontingen Indonesia untuk tugas perdamaian dikenal dengan
Kontingen Garuda. Polisi Militer Angkatan Darat juga telah terlibat dalam
beberapa misi perdamaian dengan jenis penugasan yang berbeda-beda, antara
lain akan disampaikan sebagai berikut :
a. Misi perdamaian di Lebanon ( UNOGIL ) tahun 1958, 2 Perwira Pomad ( Mayor
Cpm Sudarto Sudiono dan Kapten Cpm Sukotjo Tjokroatmodjo ) bertuga sebagai
Pengamat Militer.
b. Kontingen Garuda II dan Garuda III ( 1960 – 1962 ) tergabung dalam ONUC,
Detasemen Polisi Militer tergabung dalam kontingen Peacekeeping force dari
Indonesia. Pada Garuda II berjumlah 42 orang dipimpin oleh Mayor Cpm Slamet
Basuki dan pada Garuda III berjumlah 52 orang dipimpin oleh Mayor Cpm Toto
Suwito.
c. Kontingen Garuda IV dan V ( 1973 – 1975), Personil Pomad tergabung sebagai
Pengamat Militer pada misi perdamaian di Vietnam yang dibentuk oleh ICCS.
Personel yang terlibat antara lain Kapten Cpm Jasril Jakub.
d. Kontingen Garuda VI, VII dan VIII ( 1976 – 1979 ), merupakan misi perdamaian di
Timur Tengah ( Sinai ) dengan nama UNEF, tergabung dalam Peacekeeping Force
Indonesia. Salah satu personil Pomad yang tergabung dalam kontingen ini adalah
Mayor Cpm IGK Manila.
e. Kontingen Garuda X ( 1989 – 1990 ), adalah kontingen Kepolisian RI pada misi
PBB di Namibia ( UNTAG ). Tugas yang dilaksanakan adalah sebagai Civilian
Police Monitor. Personel Pomad yang tergabung dalam misi ini sejumlah 8 orang,
antara lain Mayor Cpm Abdul Cholik dan Mayor Cpm Ruchjan.
f. Kontingen Garuda XII ( 1992 – 1993 ), Personel Pomad tergabung dalam
Pasukan Perdamaian PBB di Kamboja ( UNTAC ). Jenis penugasan yang
dilaksanakan adalah Polisi Militer pada Kontingen Indonesia maupun pada Misi
UNTAC. Personel Pomad yang tergabung dalam misi ini antara lain Kapten Cpm
Heri Sukariyanto, Lettu Cpm Edi Subianto dan Lettu Cpm Edi Rate Muis.
g. Kontingen Garuda XIV ( 1994 ), adalah kontingen yang tergabung dalam misi
perdamaian PBB di Balkan ( UNPROFOR, UNTAES, UNCRO ). Tugas yang
dilaksanakan yaitu Polisi Militer Misi dan Pengamat Militer. Personel yang
tergabung dalam misi ini antara lain Lettu Cpm Ekoyatma Parnowo. Untuk misi di
Balkan ini juga menempatkan satu Perwira Pomad sebagai Desk Officer di DPKO
markas PBB New York yaitu Kapten Cpm Victor Simatupang.
h. Kontingen Garuda XV ( 1995 – 1996 ), merupakan misi pengamat militer PBB di
Georgia ( UNOMIG ). Melaksanakan tugas perdamaian pada wilayah bekas Negara
Uni Sovyet yang terpecah oleh konflik etnis. Personel Pomad yang terlibat yaitu
Kapten Cpm Chandra W Sukotjo.
PENUTUP
Demikianlah sekilas tulisan tentang operasi perdamaian yang telah diikuti oleh
personel TNI maupun Polri, yang mana personel Corps Polisi Militer Angkatan
Darat telah terlibat didalamnya. Pengalaman pada tugas perdamaian yang dimiliki
oleh Pomad ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi TNI dalam
mengemban tugas perdamaian selanjutnya sebagaimana diamanatkan oleh
Undang – Undang No. 34 Tahun 2004.
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Daya tempur satuan adalah totalitas kemampuan daya gerak, daya tembak, daya
gempur satuan untuk menghancurkan musuh. Untuk meningkatkan daya tempur satuan
tersebut diperlukan pembinaan yang bertahap, bertingkat dan berlanjut yang memiliki
seluruh aspek pembinaan satuan. Keberhasilan seluruh pembinaan satuan yang
dilakukan oleh pembinaan satuan yang dilakukan oleh Komandan Satuan tidak hanya
tergantung kepada sarana, macam, methoda serta tingkat dan kegiatan latihan, akan
tetapi komandan satuan harus memperhatikan faktor yang paling dominan yakni
bagaimana meningkatkan moril dan semangat prajurit, karena kondisi moril dan
semangat prajurit yang tinggi dan ditunjang oleh sarana, macam, methoda serta tingkat
dan kegiatan latihan yang benar dan efektif maka akan terwujud daya tempur satuan
yang tinggi.
b. Kondisi semangat dan moril prajurit sangat erat hubungannya dengan
disiplin, karena kondisi disiplin, karena kondisi disiplin prujurit yang tinggi akan
terwujud apabila semangat dan moril juga tinggi. Sehingga satu sama lain sangat
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan permasalahan yang timbul pada prajurit akan
berpengaruh terhadap kondisi prajurit yang pada akhirnya akan mempengaruhi tugas
daya tempur satuan. Kondisi disiplin prajurit satuan tempur saat ini sudah ada
peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, akan tetapi masih terdapat
pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit satuan tempur yang mencerminkan bahwa
kondisi disiplin prajurit di satuan tempur masih perlu ditingkatkan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi prajurit disatuan tempur adalah latar
belakang dan motivasi prajurit serta pengaruh lingkungan satuan dan masyarakat
disekitar pangkalan. Untuk peningkatan kondisi disiplin prajurit disatuan tempur yang
dapat mewujudkan kondisi semangat, moril dan daya tempur satuan yang tinggi perlu
diupayakan langkah-langkah kegiatan dan satuan yang dapat mempengaruhi bahkan
menghilangkan faktor yang mempengaruhi terhadap prajurit tersebut, sesuai dengan
harapan pimpinan Angkatan Darat.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini
tentang upaya meningkatkan disiplin prajurit yang dapat memiliki daya tempur satuan,
dibatasi satuan tempur setingkat Batalyon disusun dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Kondisi disiplin Prajurit di satuan temput saat ini.
c. Kondisi disiplin prajurit disatuan tempur yang diharapkan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi.
e. Upaya meningkatkan disiplin prajurit di satuan temput.
f. Kesimpulan.
g. Penutup.
5. Pelanggaran Yang sering terjadi di Satuan Tempur
1) Meninggalkan satuan tanpa ijin. Kasus pelanggaran seperti ini relatif masih terjadi.
Faktor penyebab timbulnya pelanggaran ini dikarenakan persoalan yang tidak dapat
diselesaikan oleh prajurut itu sendiri, yang pada akhirnya mempengaruhi moril dan
semangat prajurit tersebut.
2) Insubordinasi / melawan atasan. Pelanggaran seperti ini masih ada walaupun tidak
banyak, bila tidak ditangani segera maka akan berpengaruh terhadap daya tempur
satuan.
4) Pelanggaran terhadap Permildas. Pelanggaran seperti ini banyak terjadi disatuan
tempur, hal ini dapat tercermin bahwa disiplin prajurit masih kurang. Faktor penyebab
menurunnya disiplin tersebut pada umumnya karena kondisi moril dan semangat prajurit
yang rendah.
2) Pelanggaran Susila.
3) Pelanggaran memasuki daerah hitam, berjudi dan mabuk mabukan.
a. Ketaatan terhadap peraturan / ketentuan yang berlaku, hal ini tercermin dari
penghayatan dan pengamalan Pancasila, Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib
TNI serta 5 Perintah Harian Kasad.
c. Moril setiap prajurit selalu tinggi, hal ini dapat tercermin dalam pelaksanaan
kegiatan/perintah Atasan dilaksanakan dengan rasa penuh tanggung jawab walaupun
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh setiap prajurit mempunyai beban yang
memerlukan perhatian.
d. Mempunyai semangat yang tinggi, hal ini dapat tercermin dalam sikap dan
tingkah laku prajurit saat melaksanakan tugas yang pantang menyerah.
e. Tidak adanya pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit yang menyangkut
pelanggaran disiplin, pelanggaran hukum perdata maupun pelanggaran hukum pidana.
f. Terciptanya kerjasama yang erat pada bawahan dan unsur Pimpinan dalam setiap
pelaksanaan tugas.
g. Setiap tugas yang dibebankan kepada satuan dapat dilaksanakan oleh seluruh
prajurit dengan penuh rasa tanggung jawab agar tercipta hasil yang optimal.
i. Tingkat kesadaran yang tinggi dari setiap prajurit akan kedudukan dan
peranannya sebagai prajurit yang mengutamakan kepentingan umum dari pada
kepentingan pribadi.
b. Menunjukkan sikap mental yang pantang menyerah disertai dengan kesadaran yang
tinggi dan menjadi pelopor dalam lingkungannya tercermin adanya kepercayaan diri,
kebanggaan terhadap kesatuannya serta daya tahan dalam menghadapi ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan.
a. Kehidupan sebelum menjadi militer banyak mempengaruhi watak prajurit yang tidak
dapat diubah selama pendidikan pembentukan. Sebagai contoh akibat pengaruh kondisi
ekonomi maupun persoalan lingkungan keluarganya.
b. Motivasi. Semangat untuk menjadi prajurit pada umumnya dilandasi dengan tujuan
mencari makan. Sehingga akan banyak berpengaruh terhadap jiwa pengabdian prajurit
kepada Negara.
c. Kehidupan setelah menjadi militer banyak mempengaruhi individu prajurit yang tidak
berasil pada proses pembentukan kepribadian mereka sehingga untuk menyesuaikan
dengan kehidupan yang teratur dan penuh ketentuan/peraturan. Sehingga timbul reaksi
yang agresif atau menentang.
1) Masih terdapat unsur pimpinan yang menempatkan dirinya sebagai Komandan,
sehingga tidak dapat membina bawahannya.
2) Pada umumnya unsur pimpinan masih banyak yang kurang berani mengoreksi,
membetulkan kesalahan yang dilakukan oleh anggotanya. Hal ini disebabkan kurang
mendalami pengetahuan praktis yang harus diketahui oleh seorang
pimpinan.
3) Masih banyak unsur pimpinan yang tidak dapat memberikan kontak kepada anak
buahnya, kondisi seperti ini sangat mempengaruhi kondisi disiplin, moril dan semangat
pajurit.
2) Prasarana perubahan yang ada dipangkalan / asrama kurang memadai khususnya
kebutuhan air, memaksa prajurit menyisihkan sebagian waktu untuk mengambil / antri
air guna memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh keluarganya.
3) Relatif kurang seimbang antara penghasilan dan kondisi harga barang yang
dibutuhkan, sehingga ada usaha prajurit untuk mencari tambahan diluar.
a. Adanya kecenderungan pola hidup masyarakat gotong royong berubah kearah
kearah pola hidup yang bersifat individualis atau egoistis.
b. Pola hidup sederhana yang tadinya dianut masyarakat telah bergeser kearah pola
hidup konsumtif, sehingga mempengaruhi sendi hidup perorangan dalam masyarakat.
c. Struktur kekeluargaan yang luas dan akrab berubah kearah struktur kekeluargaan
yang sempit.
d. Ambisi di bidang karier dan mengejar materi cenderung mengganggu antar pribadi di
dalam masyarakat dan keluarga.
UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN PRAJURIT
DI SATUAN TEMPUR
2) Seorang pimpinan harus mempunyai kemampuan yang lebih dari anggotanya,
sehingga dapat diakui oleh anak buahnya.
3) Mampu untuk mengoreksi dan mengarahkan kesalahan yang dilakukan anak
buahnya sehingga dapat dimengerti dan dapat diperbaiki oleh prajurit.
1) Metode keteladanan. Unsur pimpinan dituntut mempunyai kelebihan dari segi ilmu,
fisik dan ketrampilan dilapangan, disamping itu dapat memberikan contoh yang nyata
dari pelaksanaan segala ketentuan yang berlaku apabila semua unsur pimpinan sudah
dapat memberikan contoh maka sudah barang tentu mengikuti langkah-langkah yang
diambil oleh pimpinan.
2) Metode Pimpinan. Pembentukan disiplin melalui metode pembinaan pada dasarnya
menumbuhkan, memelihara dan memperkuat tingakh laku yang tidak dikehendaki atau
dapat diterima dan sebaliknya menghilangkan tingkah laku yang tidak dikehendaki,
langkah yang dapat dilakukan antara lain :
4) Metode Persuasif. Metode ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran seluruh
anggota agar ikut aktif dalam setiap usaha untuk menegakkan disiplin baik dalam tubuh
satuan maupun di luar satuan. Agar metode ini dapat berjalan harus diimbangi dengan
keteledanan dari unsur pimpinan.
11. Upaya menciptakan iklim yang menunjang. Unsur kejiwaan yang meliputi moril,
disiplin, kepemimpinan, jiwa korsa dan motivasi mempunyai pengaruh timbal balik
dalam mewujudkan iklim yang menguntungkan untuk meningkatkan disiplin
prajurit. Beberapa upaya yang harus dilaksanakan antara lain :
1) Berikan penjelasan kepada prajurit tentang pokok keinginan pimpinan terutama
peran dan andil prajurit dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada satuan.
2) Jelaskan apa yang menjadi haknya, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan selama
melaksanakan tugasnya.
3) Timbulkan kepercayaan pada diri sendiri pada setiap prajurit, kepercayaan yang
penuh kepada pimpinan dan kepada setiap petugas yang diberikan kepada atasannya.
5) Berikan penghargaan kepada setiap prajurit yang berprestasi dan berikan
sangsi/hukuman bagi prajurit yang melakukan pelanggaran.
6) Berikan contoh dari setiap unsur pimpinan bahwa apa yang dilakukan semata-mata
untuk kepentingan satuan bukan untuk kepentingan pribadi.
7) Prajurit dan keluarganya diajak bertukar pikiran dalam upaya pembinaan satuan.
b) Batasi upaya anggota untuk mencari kemudahan dengan jalan bon atau
pinjaman.
c) Tentukan dengan tegas potongan apa saja yang boleh dimasukkan dalam
daftar gaji.
d) Adakan pengawasan dengan ketat setiap bulan sebelum penerimaan gaji.
2) Berikan kesempatan bagi prajurit dengan keluarganya untuk merekreasi atau liburan
lain sesuai kondisi satuan.
3) Tingkatkan peran Koperasi, koperasi merupakan salah satu sarana untuk
memberikan kesejahteraan kepada prajurit, untuk itu agar diupayakan peran Koperasi
dapat dirasakan membantu kebutuhan sehari-hari.
4) Tingkatkan peran khusus pimpinan dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh
setiap prajurit, kegiatan nyata yang harus dilaksanakan adalah ketahuilah
permasalahannya yang dihadapi oleh setiap prajurit yang dipimpin, kemudian pecahkan
masalah tersebut bersama prajurit tersebut sampai tuntas. Apabila tidak mampu
dipecahkan oleh unsur pimpinan paling bawah salurkan kepada Komandan Batalyon.
6) Berikan kesempatan bagi prajurit yang berprestasi untuk mengembangkan diri
melalui pendidikan dan kenaikan pangkat yang selektif.
a. Terhadap Perwira.
1) Berikan penyegaran kembali tentang ketentuan / peraturan yang berlaku dalam
kehidupan Militer, diharapkan agar Perwira menguasai dan mampu melaksanakan
Peraturan, ketentuan-ketentuan tersebut tanpa cacat. Dengan demikian Perwira
tersebut harus mampu mengarahkan, memperbaiki serta memberikan contoh kepada
anggotanya
4) Bila kekompakan diantara Perwira dan upayakan setiap tindakan / kegiatan sesuai
dengan petunjuk pimpinan.
b. Terhadap Bintara.
1) Berikan penyegaran kepada para Bintara tentang ketentuan yang harus ditaati oleh
prajurit bawahannya.
4) Mampu menerapkan kepemimpinan lapangan yang dapat dirasakan langsung oleh
prajurit.Sekaligus sebagai suri tauladan dalam setiap tingkah laku dan perbuatan.
5) Berikan rangsangan khusus bagi para pejabat Baton, Batih, Bati Siops dalam
meningkatkan motivasi serta memungkinkan menjadi tauladan dalam setiap penampilan
di depan prajurit bawahannya.
c. Terhadap Tamtama.
1) Berikan penjelasan dan penyegaran kembali tentang ketentuan / peraturan yang
harus ditaati yang dititik beratkan kepada Permildas.
2) Berikan penjelasan apa yang harus dituntut dari mereka. Peran dan andilnya dalam
melaksanakan tugas pokok dan latar belakang setiap tugas yang dilaksanakan. Hal ini
dilaksanakan untuk menggugah kesadaran mereka dalam mematuhi
ketentuan/peraturan tersebut.
3) Tunjukkan tindakan yang nyata upaya Pimpinan dalam membantu memecahkan
masalah yang harus dihadapi oleh setiap prajurit bawahannya. Sehingga menimbulkan
kepercayaan yang penuh kepada Pimpinannya.
4) Berikan tindakan yang tegas terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan oleh
prajurit sesuai dengan aturan yang berlaku.
6) Adakan perlombaan pembinaan disiplin antar Kompi secara teratur, kepada
pemenang diberikan penghargaan yang dapat diketahui oleh seluruh anggota.
d) Pengamalan P-4.
2) Tingkatkan pembinaan anak remaja komplek dengan kegiatan pramuka, Karang
Taruna dan kegiatan lain yang positif.
KESIMPULAN
13. Sebagai Kesimpulan dari tulisan ini dapat disampaikan beberapa hal yakni :
a. Kondisi displin di Satuan Tempur perlu ditingkatkan, sehingga dapat mendukung
terwujudnya daya tempur yang tinggi.
b. Untuk meningkatkan disiplin prajurit satuan tempur perlu dilaksanakan hal-hal
sebagai berikut :
PENUTUP
P E N U L I S
bahan karmil
Lokasi: Bogor, West Java, Indonesia