Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STATISTIKA

“PENYAJIAN DATA”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah statistika

Dosen Pengampu:

Dr. Herwin, M.Pd

Disusun oleh:

Intan Maulida Quriana        21112251129


Rokhmatun Nabillah 21112251021
Suci Dewi Asmara 21112251009
Yoga Marga Mahendra 21112251005
  

Pendidikan Dasar - S2
Program Pascasarjana – Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 


Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Penyajian Data” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Statistika. 
Makalah ini akan dijelaskan mengenai apa saja ragam data menurut jenisnya
dan sifatnya. Dalam uraian materi ragam data menurut jenisnya akan dibahas
beberapa bentuk data diantaranya data nominal, data ordinal, data interval dan data
ratio. Sedangkan dalam uraian materi ragam data menurut sifatnya akan dibahas
beberapa bentuk data diantaranya data kategorik, data diskrit, dan data kontinum.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Statistika
Bapak Dr. Herwin, M.Pd., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. 
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat dan memberi referensi
pengetahuan bagi para pembaca. Kami mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. 

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Yogyakarta, 27 Februari 2022 

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Makalah......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Rentang..................................................................................................................3
B. Varians (V).............................................................................................................4
C. Standar deviasi (SD)...............................................................................................6
D. Mean deviasi (MD)................................................................................................9
E. Bilangan Baku dan Koefisien Variasi (Skor Z)....................................................10
F. Koefisien Variasi Skor T......................................................................................13
BAB III KESIMPULAN..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Statistika merupakan sebuah cabang ilmu metodologi yang mempelajari data
dengan cara data dikumpulkan, data diolah, data disajikan, data dianalisis dan data
diberikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh melalui survey dan
eksperimen. Fakta yang disampaikan harus bersifat informatif, komunikatif, dan
bermanfaat sehingga para pembaca bisa menjadikannya referensi dan
membandingkannya dengan caranya masing-masing (Hidayat dkk, 2019:1).

Problem awal yang sering dijumpai peneliti setelah data terkumpul adalah
bagaimana cara memaparkan data tersebut agar mudah dibaca. Untuk itu peneliti
hendaknya melakukan penyederhanaan atau penyusunan data yang masih tidak teratur
menjadi data yang teratur. Penyusunan dapat dilakukan dari data yang paling kecil ke
yang paling besar, atau sebaliknya. Namun demikian, bukan berarti dengan
pengurutan data penyederhanaan data telah selesai. Jika jumlah data hasil penelitian
sangat banyak, maka barisan data yang tersusun akan panjang bahkan mungkin sangat
panjang (Mundir, 2012:30). 

Kegiatan pengumpulan data di lapangan akan menghasilkan data angka-angka


yang disebut ‘data kasar’ (raw data) yang menunjukkan bahwa data tersebut belum
diolah dengan teknik statistik tertentu. Jadi data tersebut masih berwujud sebagaimana
data itu diperoleh yang bisanya berupa skor, relatif banyak dan tidak beraturan. Salah
satu tugas statistik adalah menyusun data mentah dan menyajikannya dengan cara
yang teratur, ringkas dan mudah dimengerti, sehingga dengan jelas dapat memberikan
gambaran yang tepat mengenai ciri atau makna yang terkandung dalam data tersebut
(Ananda, 2018:43). Agar dapat memberikan gambaran yang bermakna data-data
haruslah disajikan ke dalam tampilan yang sistematis dan untuk keperluan
penganalisisan biasanya data itu disusun dalam sebuah tabel atau gambar-gambar
grafik. Penyajian data ini bertujuan memudahkan pengolahan data dan pembaca
memahami data sebagai dasar pengambilan keputusan.

Penyajian data merupakan suatu kegiatan penyusunan laporan hasil penelitian


yang telah dilakukan supaya mudah dipahami dan dideskripsikan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Penyajian data berfungsi untuk memberikan gambaran

4
informatif kepada pembaca untuk memahami hasil penelitian secara visual. Selain hal
tersebut adanya penyajian data dapat menarik pembaca untuk membaca laporan
penelitian. Data yang tampilkan harus sederhana, jelas dan sistematis supaya pembaca
mudah untuk memahami. Penyajian data dapat didasarkan atas populasi atau sampel
yang telah dikumpulkan kemudian diatur, disusun dan digambarkan. Untuk
melakukan hal tersebut perlu adanya teknik penyajian data. Maksud dari penyajian
data diantaranya membandingkan dua data atau lebih, menampilkan penyebaran data
atau subjek menurut nilai atau kategori variabel tertentu, menunjukkan perubahan
nilai suatu variabel dalam kurun waktu tertentu dan menampilkan korelasi antara dua
variabel (Hidayat dkk, 2019:29).

Data yang telah dikumpulkan, baik itu populasi ataupun sampel, untuk keperluan
laporan dan atau analisis selanjutnya, perlu diatur, disusun, disajikan dalam bentuk
yang jelas dan baik. Agar dapat memberikan gambaran yang bermakna, data-data
haruslah disajikan kedalam tampilan yang sistematis. Penyajian data yang mana yang
sebaiknya dipilih tergantung jenis data, selera peneliti, dan tujuan penampilan data itu
sendiri. (Burhan Nurgiyantoro dkk, 2004:31). Garis besarnya ada dua cara penyajian
data yang seringdipakai yaitu: tabel atau daftar dan grafik atau diagram.
(Sudjana,2005:14). Makalah ini akan membahas tentang sejumlah cara yang
dapatdipilih untuk menampilkan data hasil pengukuran dalam kerja penelitian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyajian data dalam bentuk tabel?
2. Bagaimana penyajian data dalam bentuk diagram garis?
3. Bagaimana penyajian data dalam bentuk diagram batang?
4. Bagaimana penyajian data dalam bentuk diagram lingkaran?
5. Bagaimana penyajian data dalam bentuk grafik?
C. Tujuan
1. Mengetahui penyajian data dalam bentuk tabel?
2. Mengetahui penyajian data dalam bentuk diagram garis?
3. Mengetahui penyajian data dalam bentuk diagram batang?
4. Mengetahui penyajian data dalam bentuk diagram lingkaran?
5. Mengetahui penyajian data dalam bentuk grafik?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tabel
Penyajian data berbentuk tabel adalah penyajian data dalam bentuk angka
yang ditata secara sistematis dalam bentuk kolom dan baris. Penyajian dalam bentuk
tabel sering digunakan dalam pelaporan hasil penelitian. Hal ini dimaksudkan supaya
pembaca mendapatkan gambaran detail terkait hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Adapun unsur-unsur tabel yang lengkap dijelaskan sebagai berikut: 
a. Nomor tabel, diberikan jika tabel yang ditampilkan memiliki lebih dari satu
makna. Hal ini supaya pembaca tidak kesulitan dalam menemukan kembali
dimana letak tabel yang dimaksud. Umumnya penomoran tabel diletakkan di atas
bagian kiri sejajar dengan judul tabel. 
b. Judul Tabel, tujuan pemberian judul tabel agar pembaca mudah untuk melihat
data yang disajikan. 
c. Badan Tabel, memuat isi yang ditampilkan dalam tabel tersebut. Isi tersebut
meliputi nama baris dan nama kolom.
d. Sumber Data, diperlukan jiak data yang disajiakn merupakan data sekunder.
Sumber data dituliskan pada bagian bawah tabel sebelah kiri.

Sumber: Dosen Statistik

Penyajian data dalam bentuk tabel pun beraneka macam, yang akan dijelaskan
sebagai berikut: 
a. Tabel Baris Kolom 
Tabel baris kolom adalah salah satu jenis penyajian data dalam bentuk tabel.
Susunanannya berbentuk baris dan kolom yang saling terkait. Tabel baris kolom
digunakan untuk menyajikan data sederhana, yang variabelnya tidak memiliki
kategori (Budiyono, 2009). Contoh table baris kolom dapat dilihat sebagai berikut:

6
Sumber: Dosen Statistik
b. Tabel Kontinguensi
Tabel Kontingensi lazim pula disebut tabel faktorial, yaitu tabel yang
mendeskripsikan dua variabel (faktor) atau lebih dalam satu perpaduan baris dan
kolom. Berikut contoh Tabel Kontingensi (Tabel Faktorial) 2 x 4 = (baris = 2 sel,
kolom = 4 sel).

c. Tabel Diatrubusi Frekuensi


Kata distribusi (distribution), berarti penyaluran, penyebaran, atau pencaran.
Sedangkan frekuensi (frequency) berarti kekerapan, keseringan, atau tingkat
keseringan. Dalam statistik, distribusi frekuensi dapat diartikan sebagai penyebaran
(pencaran) tingkat keseringan kemunculan suatu data atau variabel, baik data nominal
maupun kontinum dalam sebuah tabel. Data ini lazimnya telah disusun secara
berurutan berdasarkan kelas interval agar mudah dibaca dan dipahami. Inilah yang
disebut Tabel Distribusi Frekuensi.
Berikut ini akan dikemukakan empat macam distribusi frekuensi yang sering
dipergunakan dalam penelitian ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan, yaitu: 
- Distribusi Frekuensi Data Tunggal. 
- Distribusi Frekuensi Data Kelompok. 
- Distribusi Frekuensi Absolut 
- Distribusi Frekuensi Relatif.

7
B. Diagram Batang
Diagram Barang merupakan diagram yang terbentuk dari data kategorik
(Nar Heryanto, 2012:3.6). Diagram Batang Syarat pengguaan diagram batang 1.
Skala harus mulai nol 2. Skala tinggi & lebar harus sama 3. Harus dilengkapi
judul 4. Dapat dibuat secara vertical maupun horizontal (Subana, dkk., 2000)
Langka -langkah dalam membuat diagram batang adalah sebagai berikut :
1. Buatlah garis tegak lurus x dan y (garis horizontal dan vertikal)
a. Pada garis lurus x (horizontal) ditulis nama kategorinya sedangkan pada
garis tegak y (vertikal) ditulis frekuensi yang sesuai dengan kategori
tersebut.
b. Dalam pembagian skalanya masing-masing sumbu sebaiknya mengambil
skala yang proporsional
2. Buatlah batang-batang pada setiap kategori berupa persegi panjang dengan
lebar yang sama pada setiap kategori dan tingginya disesuaikan dengan nilai
frekuensi pada setiap kategori. Jarak antar batang satu dengan yang lainnya
harus sama
3. Data tersebut selanjutnya diberi nama dan arsiran yang sama pada setiap
katorinya
Contoh :
Misalkan jumlah siswa SD, SMP, SMA, SMEA, STM di Kecamatan
Condongcatur Sleman DIY pada tahun 2022 adalah sebagai berikut :
Jumlah siswa SD ada 1600 orang
Jumlah siswa SMP ada 1000 orang
Jumlah siswa SMA ada 2200 orang
Jumlah siswa SMEA ada 1400 orang
Jumlah siswa STM ada 800 orang
Penyelesaian :
Nyatakan dalam bentuk tabel

Nama Jenjang Jumlah Siswa


TK 1000
SD 1600
SMP 2200
SMA 1400
SMK 800

8
Data di atas, dapat disajikan menggunakan diagram batang sebagai berikut :

Jumlah Siswa
2500
2000
1500
1000
500
0
TK SD SMP SMA SMK

Jumlah Siswa
C. Diagram Garis
Diagram garis adalah diagram yang digambarkan berdasarkan data waktu (Nar
Heryanto, 2012:3.9). Biasanya waktu yang digunakan adalah tahun atau bulan.
Diagram garis ditunjukkan oleh pasangan-pasangan bilangan yang disajikan oleh
titik-titik pada bilangan. Diagram garis digunakan untuk menyajikan data yang
berkesinambungan. (Budiyono, 2009).
Langkah - Langkah dalam membuat diagram garis adalah sebagai berikut :
1. Buatlah dua buah sumbu, yaitu sumbu datar dan sumbu tegak. Pada sumbu
datar biasanya menunjukkan waktu, sedangkan pada sumbu tegak
menunjukkan bilangan frekuensinya. Dalam pembagian skala pada masing-
masing sumbu sebaiknya mengambil skala yang proporsional.
2. Sesuaikan data pada masing-masing sumbu, artinya data tahun pada sumbu
datar dibuat garis bantu ke atas sehingga berpotongan dengan garis bantu dari
sumbu tegak yang merupakan frekuensi kategori tersebut.
3. Jika semua data sudah disesuaikan pada masing-masing sumbu, maka akan
terdapat gambar titik-titik.
4. Hubungan titik-titik tersebut sehingga akan diperoleh diagram garis.
5. Di bawah diagram diberi judul diagram dengan paragraf tengah (center).
Judul diagram terdiri dari nomor, masalah apa, di mana masalah itu terjadi,
dan kapan masalah itu terjadi. Nomor diagram dibuat agar lebih mudah dalam
pencarian diagram

9
Contoh :
Berikut ini diberikan data mengenai jumlah siswa yang diterima di sebuah SMA
dari Tahun 1980 sampai 1986.
Tahun 1980 siswa yang diterima berjumlah 150 orang
Tahun 1981 siswa yang diterima berjumlah 162 orang
Tahun 1982 siswa yang diterima berjumlah 175 orang
Tahun 1983 siswa yang diterima berjumlah 200 orang
Tahun 1984 siswa yang diterima berjumlah 225 orang
Tahun 1985 siswa yang diterima berjumlah 230 orang
Tahun 1986 siswa yang diterima berjumlah 240 orang
Penyelesaian :
Nyatakan data dalam bentuk tabel

Tahun Jumlah Siswa


1980 150
1981 162
1982 175
1983 200
1984 225
1985 230
1986 240

Data di atas, dapat disajikan menggunakan diagram garis sebagai berikut :

Jumlah Siswa
300

250

200

150

100

50

0
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986
Jumlah Siswa

10
D. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran diartikan sebagai cara penyajian data ke dalam lingkaran,
lingkaran dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan pengklasifikasian data
(Narherhiyanto, 2012:35). Dalam menggambarkan diagram lingkaran data yang
digunakan berupa nama-nama kategori yang masing-masing mempunyai nilai
frekuensinya.
Langkah-langkah dalam membuat lingkaran adalah sebagai berikut.
1. Ubah nilai data absolut ke dalam bentuk presentase untuk masing-masing kategori
2. Ubah nilai data dalam bentuk presentase ke dalam satuan derajat untuk masing-
masing kategori
3. Buat sebuah lingkaran dengan menggunakan jangka, ukuran lingkarannya jangan
terlalu besar, dan jangan terlalu kecil
4. Masukkan kategori yang pertama seukuran sudut kategori tersebut dengan
menggunakan busur derajat. Sebaiknya, dimulai dari titik yang tertinggi (0000 pada
jurusan tiga angka)
5. Masukkan kategori-kategori lainnya ke dalam lingkaran seukuran masing-masing
sudut pada kategori tersebut sesuai dengan arah jarum jam
6. Kemudian untuk setiap kategori yang terdapat dalam lingkaran hendaknya diberi
corak atau warna yang berbeda.
7. Dan terakhir untuk setiap kategori yang terdapat dalam lingkaran hendaknya diberi
identitas.
a. Nama kategori disertai nilai presentasenya, atau
b. Nilai presentasenya saja, sedangkan nama kategorinya dicantumkan pada
catatan tersendiri yang terletak di luar lingkaran disertai dengan corak atau
warna yang sesuai seperti dalam lingkaran
Contoh: Misalkan jumlah siswa SD, SMP, SMA, SMEA dan STM di kota “X” pada
tahun 1990 adalah
Jumlah siswa SD ada 1500 orang
Jumlah siswa SMP ada 900 orang
Jumlah siswa SMA ada 1100 orang
Jumlah siswa SMEA ada 1250 orang
Jumlah siswa STM ada 870 orang

11
Gambarkan diagram lingkarannya.
Penyelesaian:
Sebelumnya kita harus mengubah dahulu ke dalam bentuk presentase untuk
masing masing tingkatan sekolah.
1500
SD ¿ ×100 %=27 %
5620
900
SMP ¿ ×100 %=16 %
5620
1100
SMA ¿ ×100 %=20 %
5620
1250
SMEA ¿ ×100 %=22 %
5620
870
STM ¿ ×100 %=15 %
5620
Selanjutnya, nilai presentase tersebut diubah ke dalam satuan derajat untuk masing-
masing tingkatan sekolah.
1500
SD ¿ ×360 °=96°
5620
900
SMP ¿ ×360 °=58 °
5620
1100
SMA ¿ ×360 °=70 °
5620
1250
SMEA ¿ ×360 °=80 °
5620
870
STM ¿ ×360 °=56 °
5620
Diagram lingkarannya dapat dilihat dalam Gambar

12
Jumlah siswa
SD SMP SMA SMEA STM

15%

27%

22%

16%

20%

13
E. Grafik

Di antara penyajian-penyajian statistik yang kerap kali dijumpai dalam majalah,


brosur, bulletin, monograf, dan buku ilmiah adalah penyajian grafik. Ada banyak
macam grafik diantaranya histogram, frekuensi polygon dan ogive.
Untuk membuat grafik dari suatu bahan, kita perlu terlebih dahulu membuat
tabelnya. Tabel semacam ini disbeut tabel persiapan. Tabel ini disajikan kepada
pembaca dalam laporan hasil penyelidikan kita, tapi mungkin juga tidak. Pembuatan
tabel persiapan ini akan sangat memudahkan pekerjaan kita dalam membuat grafik.
Langkah-langkah umum dalam membuat grafik sebagai berikut.
1) Sumbu Absis atau ordinat
Untuk membuat grafik kita selalu menggunakan sistem sumbu yaitu sumbu absis
dan sumbu ordinat. Sumbu absis yaitu sumbu yang mendatar disebut sumbu X
(huruf besar X), sedang sumbu ordinat adalah sumbu yang menegak atau
disebut sumbu Y (huruf besar Y). Sumbu X biasanya untuk menyatakan nilai,
sedangkan sumbu Y untuk menyatakan frekuensi.
2) Perbandingan antar X dan Y
Sudah menjadi kelaziman bahwa sumbu X dibuat lebih panjang daripada sumbu Y.
Perbandingan antara keduanya kira-kira adalah sepuluh dengan tujuh atau
sepuluh dengan delapan, atau pada umumnya tiga banding dua. Kelaziman ini
sampai sekarang masih dipertahankan, dengan maksud agar tidak memberikan
gambaran yang keliru kepada pembacanya yang sepintas. Hanya untuk
maksud-maksud tertentu kelaziman itu dilanggar orang, misalnya untuk
perluan propaganda.
3) Pemberian nama pada sumbu
Untuk memudahkan pembacaan maka tiap-tiap sumbu diberi nama sesuai dengan
maksudnya. Sumbu X diberi nama nilai di bawahnya tepat ditengah-tengahnya,
sumbu Y diberi nama frekuensi di sebalah kirinya juga tepat di tengah-tengah
atau tepat di atasnya.
4) Pemberian nama pada grafik
Grafik yang tidak ada namanya akan sangat membingungkan pembacanya. Sebab
itu tiap-tiap grafik yang dimaksudkan untuk disajikan kepada pembaca harus
diberi nama. Nama ini menurut kelaziman dicantumkan di bawah grafik, bukan
diatasnya.

14
Keempat hal di atas perlu diperhatikan dalam penyajian grafik. Macam-macam
grafik yang pertama adalah histogram. Grafik histogram biasa disebut bar diagram.
Yaitu sebuah grafik yang berbentuk beberapa segi empat. Membuat grafik histogram
dari bahan berikut.
Tabel 1: Nilai-Nilai berhitung 72 murid Sekolah Remidi di Kota Praja Y.
Nilai Batas Nyata *) Frekuensi
8,5
8 7,5 4
7 6,5 23
6 5,5 28
5 4,5 16
4 3,5 1

Jumlah - 72
*) Batas nyata atas dan bawah dijadikan satu
Langkah-langkah membuat histogram
1) Membuat absis dan ordinat, dengan perbandingan 10:7
2) Absis diberi nama nilai dan ordinat dengan frekuensi atau f.
3) Membuat skala pada absis dan ordinat. Perskalaan pada absis ini tidak perlu
sama dengan kebutuhan perskalaan pada ordinat. Hal ini harus kita sesuaikan
dengan kebutuhan. Yang penting adalah skala-skala pada absis harus diapat
memuat semua nilai (dan oleh karena histogram dibuat atas dasar batas
nyata, maka skala-skala pada ordinat harus dapat memuat frekuensi
tertinggi).
4) Mendirikan segi empat-segi empat pada absis. Tinggi masing-masing segi
empat harus sama dengan (Sesuai dengan) frekuensi tiap-tiap nilai
variabelnya. Segi empat- segi empat ini berimpit satu sama lain pada batas
nyatanya.
5) Pembuatan histogram ini diselesaikan dengan memberi keterangan
selengkapnya, yakni mengenai apa yang kita sjaikan melalui histogram ini,
Dengan memeriksa grafik 1, kita mengerti bahwa untuk apa kolom batas nyata
dicantumkan dalam tabel persiapan kita. Batas nyata ini diperlukan karena histogram
lazimnya dibangun di atas batas nyata.

15
Perlu kita catat bahwa sungguhpun lazimnya histogram dibentuk di atas batas
nyata, namun sekarang ada kecenderungan untuk membuat histogram dengan
menggunakan titik tengah pada nilai variabelnya. Sudah barang tentu dalam hal
semacam itu kita tidak perlu mempersiapkan kolom batas nyata dalam tabe kita.
Sebagai gantinya kita cantumkan titik tengahnya. Sebagai contohnya dapat kita lihat
histogram di bawah ini. Histogram ini dibuat dari distribusi bergolong dari bahan
tabel dalam Bab I.

Tabel 2: contoh nilai-nilai hasil Tes A


Interval Nilai Titik Tengah (X) Frekuensi (f)
70 – 74 72 1
65 – 69 67 3
60 – 64 62 4
55 – 59 57 9
50 – 54 52 9
45 – 49 47 11
40 – 44 42 5
35 – 39 37 4
30 – 34 32 2

16
Jumlah - 48

Histogram yang menunjukkan distribusi nilai-nilai hasil Tes A terhadap 48 orang.


Jelaslah bahwa tidak ada perbedaan pokok-pokok pembuatan histogram dengan
menggunakan batas nyata dengan pembuatan histogram menggunakan titik tengah.
Yang berbeda hanya nilai-nilai yang dicantumkan pada absis, yang satu
mencantumkan batas nyata, sedang yang lain mencantumkan titik tengah.
Perlu dicatat bahwa histogram yang menggunakan batas nyata maupun histogram
yang menggunakan titik tengah, keduanya dapat dibuat dari distribusi tunggal maupun
distribusi bergolong. Untuk memahami benar-benar cara menyajikan histogram
marilah ditinjau. Ada dua sumbu pertama sumbu mendatar dan kedua sumbu
menegak. Nilai variabel (dalam contoh di atas itu adalah titik-titik tengah)
dicantumkan pada sumbu mendatar, sumbu absis, sedangkan sumbu tegaknya, sumbu
ordinat memuat frekuensi dari tiap-tiap interval kelas yang bersangkutan. Lebar tiap-
tiap segi empat itu memanjang dari batas rendah nyata ke batas atas nyata, berimpit
satu sama lain, sehingga tidak akaa ada lubang di antara tiap-tiap segi empat.
a) Poligon
Perbedaan garfik polygon dengan histogram terletak pada:

17
1) Grafik histogram biasanya dibuat dengan menggunakan batas nayat sedangkan
grafik polygon selalu menggunakan titik tengah.
2) Grafik histogram berwujud segi empat-segi empat, sedangkan grafik polygon
berwujud garis-garis atau kurva (garis yang sudah dilicinkan).
Grafik poligon atau sering disebut grafik polygon frekuensi dibuat dengan
menghubungkan titik-titik tengah tiap-tiap interval kelas secara berturut-turut. Dengan
menghubungkan kedua ujungnya ke titik tengah interval kelas di dekatnya (di kedua
ujungnya) maka akan selesailah pembuatan poligon itu. Sebagai contoh mari kita buat
poligon.
Akibat dari keharusan menyeesaikan poligon dengan menarik garis-garis ke absis
pada kedua ujung distribusi itu ialah bahwa kita harus membagi-bagi panjang absis
menjadi lebih anyak daripada jumlah interval kelas dalam distribusi. Dalam contoh di
atas kita membagi-bagi absis menjadi kira-kira dua belas, tidak hanya menjadi
sembilan (jumlah interval kelas ada sembilan).

Grafik 2
Poligon distribusi nilai-nilai hasil tes A terhadap 48 orang.
Dengan grafik kita dengan dengan mudah dapat membandingkan keadaan dua
distribusi, bilamana kedua distribusi itu dilukiskan dalam satu grafik. Hal ini dapat
kita lihat dengan jelas pada keadaan sebagai berikut.

18
Tabel 3: distribusi frekuensi (dalam persen) tentang perhatian terhadap lapangan
keinsyinyuran dari para insinyur dan Mahasiswa -mahasiswa tingkat 1
dari Fakultas Teknologi

Dengan menyajikan dua distribusi tentang suatu hal dalam satu grafik itu kita akan
lebih mudah dan lebih cepat menarik beberapa kesimpulan. Kita lihat bahwa nilai-
nilai perhatian keinsinyuran dan insinyur-insinyur mengelompok di sekitar angka 50,
sebaliknya nilai-nilai perhatian keinsinyuran dari mahasiswa-mahasiswa tingkat 1
menunjukkan penyebaran (biasa dalam statistic disebut “variabilitas” yang lebih besar
mengelompok di sekitar nilai-nilai yang lebih rendah (menunjukkan rendahnya
perhatian keinsinyuran).

19
Frekuensi poligon dari bahan Tabel 3
b) Ogive
Grafik ogive biasa disebut juga grafik frekuensi meningkat. Grafik macam ini tidak
begitu sering kita jumpai dalam buku-buku bacaan. Akan tetapi, kadang-kadang
grafik ini juga ada gunanya. Seorang perancang pakaian mode-mode baru mungkin
ingin mencatat dalam bentuk grafik perkembangan penjualan modenya dalam setahun
dalam jumlah meningkat. Seorang perancang tes ingin menyelidiki tiap-tiap soal tes
yang dirancangnya menurut keurutan kesukarannya. Seorang ahli penduduk mungkin
tertarik untuk mencatat secara meningkat jumlah kematian dan atau kelahiran dari
tahun ke tahun dan sebagainya. Penyajian ogive rupa-rupanya sangat cocok untuk
maksud-maksud tersebut.
Ogive dapat dibuat baik dari distribusi tunggal maupun dari distribusi bergolong.
Di bawah ini diberikan contoh untuk membuat grafik ogive dari distribusi bergolong.
Tabel distribusi khayalan tentang suatu hal sebagai
contoh untuk membuat grafik ogive.
Interval Nilai Batas Nyata Frekuensi (f) Frekuensi Meningkat (cf)
36 – 38 38, 5 2 100
33 – 35 35,5 3 98
30 – 32 32,5 2 95
27 – 29 29,5 6 93
24 – 26 26,5 5 87
21 – 23 23,5 5 82
18 – 20 20,5 5 77
15 – 17 17,5 14 72
12 – 14 14,5 10 58
9 – 11 11,5 17 48
6–8 8,5 15 31
3–5 5,5 14 16
0–2 2,5 2 2
0,5
Jumlah N = 100

20
Pembuatan ogive dimulai dengan cara-cara seperti membuat grafik lainnya; membuat
sumbu absis dan ordinat yang berbanding kira-kira satu banding tiga perempat;
memuat skala pada absis untuk mencantumkan frekuensi meningkatnya, absis kita
beri nama Nilai, dan ordinat kita beri nama Frekuensi Meningkat; dengan menarik
garis-garis dari batas bawah di sebelah kiri berturut-turut ke batas nyata di atasnya
pada ketinggian menurut frekuensi interval-interval yang bersangkutan, maka
selesailah grafik ogive kita; grafik ini kita sempurnakan dengan mencantumkan
“keterangan” yang diperlukan untuk penyajian itu. Jadinya, grafik ogive kita adalah
sebagai berikut.

Grafik: Ogive yang menunjukkan distribusi nilai suatu hal dari bahan tabel di atas.

21
BAB III
KESIMPULAN

22
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, T., Noviana, W., Handayani, I., & Firdaus, I. C. (2019). Statistika dasar.
Mundir, M. (2012). Statistik pendidikan; Pengatar analisis data untuk penulisan
skripsi dan tesis.
Ananda, R., & Fadhli, M. (2018). Statistik Pendidikan (Teori dan Praktik dalam
Pendidikan) (Vol. 3322018). Cv. Pusdikra Mitra Jaya/Cv. Widya Puspita.
Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press
Nar Heryanto, dkk. 2012. Statistika Pendidikan. Tanggerang Selatan. Penerbit
Universitas Terbuka
Subana, Mursetyo Rahadi & Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.

23

Anda mungkin juga menyukai