Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

“SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE”

Disusun oleh :

Nama : Fadilla mubakkira s.nao


NIM : 1911102415020
Kelas :C
Dosen P : RIZKI NUR AZMI, M. Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan diharapkan mampu menetapkan kadar suatu senyawa menggunakan alat
spectrofotometri Visible dengan tahapan analisa data yang bener.
2. Mampu menetapkan kadar senyawa obat berdasarkan metode spektrofotometri.
3. Mengetahui dan memahami bahwa senyawa obat, dapat ditetapkan kadarnya lebih dari
satu metode.

B. LATARBELAKANG
Spektrofotometri adalah metode pengukuran konsentrasi suatu zat berdasarkan
besarnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi dari panjang
gelombang radiasi zat tersebut. Benda bercahaya seperti matahari atau suatu bohlam
listrik memancarkan spektrum yang lebar yang terdiri dari panjang gelombang. Panjang
gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput
pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subjektif yang diterjemahkan
oleh otak sebagai sebuah warna tampak. Namun banyak radiasi yang dipancarkan oleh
benda panas terletak diluar daerah kepekaan mata yaitu daerah ultraviolet dan
inframerah, dari spektrum yang terleak di kiri dan di kanan daerah tampak spektrum
elektromagnetik. Dalam daerah tampak spektrum itu dapat mengkorelasikan panjang
gelombang cahaya yang mengenai mata dengan indera subjektif mengenai warna seperti
diuraikan. Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer sinar tampak, spektrofotometer infra
merah, dan spektrofotometer srapan atom.
Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus
kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah. Tiga jenis
elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas. Kromofor- kromofor
organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil mampu menyerap sinar
ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimumnya dapat berubah sesuai
dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai
elektron bebas nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan
mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar
dan disertai dengan peningkatan intensitas (Hart 2003). Ketika cahaya melewati suatu
larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah cahaya
ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya discattering.

2
Mekanisme Kerja Spektrofotometer
Alat spektrophotometer mengukur serapan sinar yang kontinyu melalui sampel
bahan kimia baik berupa senyawa maupun berupa atom. Tergantung jenis sinar yang
dideteksi, dikenal spektrophotometer sinar tunggal yang dipakai untuk kawasan spektrum
ultravioletdan cahaya tampak (uv-visible), juga dikenal spektrophotometer sinar ganda
yang dapat mendeteksi sampai kawasan spektrum inframerah (Sari, 2010).
Spektrofotometri merupakan metode analisis kimia yang berdasarkan interaksi
energi dengan materi. Alat untuk analisis secara spektrofotometri disebut
Spektrofotometer, yang dapat digunakan untuk menganalisa suatu senyawa secara
kuantitatif maupun kualitatif. Metode analisis yang umum digunakan adalah dengan
spektrofotometer UV-Vis (Mulja dan Suharman dalam Suharmanto dan Fredy, 2013).
Adapun menurut Yanlinastuti, dkk. (2011), spektrofotometer UV-Vis adalah alat
untuk analisa unsur-unsur berkadar rendah secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang dihasilkan pada spektrum
suatu unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara
kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum senyawa kompleks
unsur yang dianalisa dengan pengompleks yang sesuai.
Sumber radiasi elektromagnetik dalam spektrofotometer akan melewati sampel
yang berada pada kuvet. Metode yang digunakan merupakan metode in-vitro di mana
sampel harus dimasukkan kedalam tempat sampel (kuvet). Dalam beberapa kasus analisis
in-vitro tidak bisa dilakukan karena harus dilakukan analisis secara langsung dan ada
beberapa sampel akan berubah ketika dimasukkan kuvet. Apabila tidak bisa dilakukan
analisis secara in-vitro maka harus dilakukan secara in-situ, yang berarti alat yang
digunakan dimasukkan ke dalam larutan yang dianalisis (Suharmanto dan Fredy, 2013).
Spektrum UV-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi elektromagnetik
(REM) dengan molekul. REM merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat
gelombang dan partikel. Karena bersifat sebagai gelombang maka beberapa parameter
perlu diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi, bilangan gelombang dan
serapan.REM mempunyai vektor listrik dan vektor magnit yang bergetar dalam bidang
yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masing tegak lurus satu sama lain dan tegak
lurus pada arah perambatan radiasi (Harmita, 2006).

3
BAB II
PROSEDUR KERJA

A. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a) Spektofotometri UV
b) Kuvet
c) Labu ukur 50 ml
d) Gelas ukur
e) Batang pengaduk
f) Gelas kimia
g) Pipet tetes
h) Hot plate
2. Bahan
a) Asam salisilat
b) Aquadest
c) Aspirirn
d) NaOH
B. METODE KERJA
1. Pembuatan baku asam sakisikat
Timbang dengan seksama 160 mg baku asam salisilat ke dalam
erlenmeyer 50 ml

Tambahkan 5 ml NaOH 0,10 N (gunakan pipt ukur)

Tempatkan labu erlenmeyer pada hot plate panaskan campuran


selama 5 menit secara perlahan sambil sesekali diaduk hingga padatan
laursempurna , setelah itu didinginkan larutan.

Pindahkan larutan yang diperoleh ke dalam labu ukur 100,0 ml


tambahkan aquaest hingg tanda batas

4
Larutan yang diperoleh adalah larutan baku asam salisilat

5
2. Penetapan kurva baku asam salisilat

Siapkan 5 labu ukur 10,0 ml

Pipet untuk 5 labu ukur, larutan baku berturut-tururt sebanyak 0,1 ml, 0,2
ml, 0,3 ml, 0,4 ml, dan 0,5 ml dan dimauskan pada masing-masing
labu 10,0 ml

Berikan label atau etiket pada masing-masing labu ukur.

Kemudian tambahkan larutan FeCL3 0,02 M sampai batas tanda 10,0 ml

Bilas kuvet terlebih dahulu sebelum diisi dengan larutan baku

Gunakan FeCCL 3 sebagai larutan blanko

Ukur absorbansi dari masing-masing kadar pada panjang gelombang


maksimum yaitu 530 nm

6
3. Penetapan kadar sampai tablet XonCe

Serbukan 5 tablet apirin yang dijual di pasaran

Timbang dengan seksama 160 mg aspirin yang telah diserbukan

Tempatkan labu erlenmeyer pada hot plate panaskan campuran selama 5


menit secara perlahan sambil sesekali diaduk hingga padatan larut
dengan sempurna, seyelah itu didinginkan larutan

Pengukuran absorbansi dialkukan secara triplo

Catat nilai absorbansi dari larutan terssebut pada panjang gelombang


530 nm

7
BAB III

HASIL PERHITUNGAN

A. Pembuatan Larutan Baku Asam Salisilat


Diketahui :
Asam Salisilat = 160 mg
Volume = 100 ml > 0,1 L
Ditanya = Konsentrasi Asam
Salisilat Penyelesaian
160 mg
Konsentrasi= =1600 mg/ L>¿
0,1 L
1600ppm

B. Berat gram NaOH dalam 100 ml


1. Larutan Mr NaOH
Mr = Ar Na + Ar O + Ar H
Mr = 23 + 16 + 1
Mr = 40 g/mo

2. Gram NNaOH 0,1 N


M = N / e
M = 0,1 N/1
M = 0,1 M

3. M = gr/mr x 1000/v
gr 1000
0,1= x
40 5 ml
= 2 gr

C. Penetapan Kurva Baku Asam salisilat :


V1.C1 = V2.C2
1. Konsentrasi 0,1 ml
0,1 ml x 1600 ppm = 10 ml x C2
1600 ppm x 0,01 ml
C 2=
10 ml
C2 = 16 ppm

8
2. Konsentrasi 0,2 ml
0,2 ml x 1600 ppm = 10 ml x C2
1600 ppm x 0,02 ml
C 2=
10 ml
C2 = 32 ppm
3. Konsentrasi 0,3 ml
0,3 ml x 1600 ppm = 10 ml x C2
1600 ppm x 0,03 ml
C 2=
10 ml
C2 = 48 ppm
4. Konsentrasi 0,4 ml
0,4 ml x 1600 ppm = 10 ml x C2
1600 ppm x 0,04 ml
C 2=
10 ml
C2 = 64 ppm
5. Konsentrasi 0,5 ml
0,5 ml x 1600 ppm = 10 ml x C2
1600 ppm x 0,05 ml
C 2=
10 ml
C2 = 80 ppm

Konsentrasi Absorbansi Absorbansi Absorbansi Rata- SD


1 2 3 rata (Standar
Deviansi)
16 ppm 0,204 0,207 0,205 0,205 0,00124
32 ppm 0,315 0,310 0,313 0,312 0,00205
48 ppm 0,422 0,423 0,426 0,423 0,00169
64 ppm 0,503 0,506 0,504 0,503 0,0005
80 ppm 0,612 0,615 0,614 0,613 0,00124
Perhitungan Rata-rata :
 (0,204+0,207+0,205)
Rata-rata = 3 = 0,205
 (0,315+0,310+0,313)
Rata-rata = 3 = 0,312
 (0,422+0,423+0,426)
Rata-rata = 3 = 0,423
 (0,503+0,506+0,504)
Rata-rata = 3 = 0,503
 (0,612+0,615+0,614)
Rata-rata = 3 = 0,613

9
B. Kurva Baku Asam Salisilat

Absorbansi

C. PERHITUNGAN FeCl3

Diketahui :
Mr = 162,5
Mr = 0,02M
Ditanya : gr FeCl3?
gr 1000
Penyelesain : M = X
mr v
gr 1000
¿ x =0,0325 gr
162,5 10

D. Pembuatan Larutan Baku Aspirin


Diketahui :
Berat sampel aspirin = 160
mg Volume = 100 ml > 0,1 L
160 mg
Konsentrasi= =1600 mg/ L>¿
0,1 L
1600ppm

gr 1000
M= x
mr v
0,16 1000
M= X
180 100 ml
M=0,0088

E. Perhitungan Pengenceran Aspirin


Rumus :
V1 x N1 = V2 x N2
10
V 1+ N 1
N 2=
V2
1600 X 0,3
N 2=
10
N2 = 48 ppm

F. Perhitungan Konsentrasi Aspirin


Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm)
1 0,319 2,079
2 0,310 1,990
3 0,312 2,009
Kurva Baku
Y = 0,1008x + 0,1094
R2= 0,9977
1. Abrobansi 0,319
y = 0,1008x + 0,1094
0,319 = 0,1008x + 0,1094
0,319−0,1094
x = 0,1008

= 2,079

2. Abrobansi 0,310
y = 0,1008x + 0,1094
0,310 = 0,1008x + 0,1094
0,310−0,1094
x = 0,1008

= 1,990

3. Abrobansi 0,312
y = 0,1008x + 0,1094
0,312 = 0,1008x + 0,1094
0,312−0,1094
x = 0,1008

= 2,009

11
BAB IV

PEMBAHASAN

Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak diterapkan


untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk
penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil.
Penetapan kurva baku dilakukan dengan menyiapkan 5 labu ukur 10,0 ml,
kemudian pipet luntuk 5 labu ukur, larutan baku bertut-turut sebanyak 0,1 ml,0.2 ml,
0,3 ml, 0,4 ml, dan 0,5 ml dan dimasukan pada masimg masing labu 100 ml, kemudian
tambahkan larutan FeCl3 0,02 M sampai batas tanda 10,0, labu diberikan label,
kemudian diukur absorbansi dari masing -masing kadar pada panajng gelombang
maksimum yaitu 550 nm, etelah itu bilas kuvet sebelum diisi dengan larutan baku,
larutan blanko menggunakan larutan FeCl3.
Pada perhitungan larutan baku asam salisilat dengan berat sampel asam salisilat
yaitu 160 mg dengan volume labu takar 100 mL didapatkan konsentrasi larutan baku
asam salisilat yaitu 1600 ppm.
Pada perhitungan kurva baku asam salisilat dengan 5 data larutan yang diambil
yaitu 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml dan 0,5 ml dan kemudian didapatkan hasil
pengenceran yaitu pada larutan 0,1 ml dengan konsentrasi 16 μg/ml, pada larutan 0,2
ml dengan konsentrasi 32 μg/ml, pada larutan 0,3 ml dengan konsentrasi yaitu 48 ppm,
pada larutan 0,4 ml dengan konsentrasi 64 ppm, dan pada larutan 0,5 ml dengan
konsentrasi yaitu 80 ppm. Kemudian didapatkan hasil rerata dari data absorbansi
pertama yaitu 0,205; absorbansi kedua 0,312; absorbansi ketiga 0,423; absorbansi
keempat 0,503; dan absorbansi kelima 0,613. Pada persamaan kurva baku asam
salisilat didapatkan y = 0,1008x + 0,1094 dengan koefisien relasi (r) yaitu 0,9977
sehingga koefisien relasinya memenuhi persyaratan standar.
Dari nilai kurva baku yang didapat kemudian di hitung nilai konsentrasi sesusai
dengan data kelompok, nilai kurva baku didapatkan y= 0,1008x+0,1096, pada kadar
sampel 0,319 didapatkan nilai konsentrasi sebesar 2,079 ppm; pada kadar sempel 0,310
didapatkan nilai konsentrasi 1,990 ppm; pada kadar sampel 0,312 didapatkan
konsentrasi sampel sebesar 2,009 ppm. Semakin tinggi panjang gelombang yang di
gunakan untuk mengukur sampel, maka semakin tinggi pula nilai absorbennya.
Semakin tinggi nilai pengenceran ppm, semakin besar nilai absorbennya.
12
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil dari praktikum menunjukan bahw anilai konsentrasi sesusai dengan data
kelompok, nilai kurva baku didapatkan y= 0,1008x+0,1096, pada kadar sampel
0,319 didapatkan nilai konsentrasi sebesar 2,079 ppm; pada kadar sempel 0,310
didapatkan nilai konsentrasi 1,990 ppm; pada kadar sampel 0,312 didapatkan
konsentrasi sampel sebesar 2,009 ppm. Semakin tinggi panjang gelombang yang di
gunakan untuk mengukur sampel, maka semakin tinggi pula nilai absorbennya.
Semakin tinggi nilai pengenceran ppm, semakin besar nilai absorbennya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sudjarwo, Poedjiarti S., Pramitasari, 2013, Validasi Spektrofotometri Visible untuk


Penentuan Kadar Formalin dalam Daging Ayam, Surabaya, Jurnal Berkala
Ilmiah Kimia Farmasi, 1(2):89-97.

Yanlinastuti, Anggraini D., S. Fatimah, Yusuf Nampira, 2011, Penentuan Kadar


Zirkonium dalam Paduan U-Zr Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis dengan
Pengompleks Arsenazo III, Yogyakarta, Jurnal Seminar Nasional SDM
Teknologi, 56-70.

Suharmanto, Edi dan Fredy Kurniawan, 2013,Adaptif Probeserat Optik untuk


Spektrofotometer Genesys 10s Uv-Vis Generasi Kedua, Surabaya, Jurnal Sains
dan Seni, 1(2): 2337-3520.

Harmita, 2006, Analisis Fisikokimia, Jakarta, Universitas Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai