PERTEMUAN KE-1
Stoner
Kepemimpinan adalah proses usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan
dengan anggota kelompok.
Tentunya manajemen yang baik juga perlu diterapkan dalam mengelola keuangan, Anda
dapat menggunakan bantuan Aplikasi Finansialku untuk mengelola keuangan Anda menjadi
lebih matang
5 Fungsi Manajemen
Dalam manajemen, ada 5 fungsi yang menjadi komponen di dalamnya, yaitu sebagai
berikut:
#1 Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah sebuah aktivitas untuk menyusun dan merencanakan setiap tujuan
sebuah perusahaan atau organisasi, termasuk berbagai cara yang akan ditempuh untuk
mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan menjadi sebuah tonggak yang sangat penting untuk menentukan sebuah
tujuan yang esensi dari awal. Dengan penetapan tujuan yang jelas, maka dapat dipastikan
bahwa setiap proses lainnya akan bergerak dengan progresivitas sesuai yang diinginkan.
[Baca Juga: Kunci Sukses Kepemimpinan: 3P (Passion, Persistence, Panache)]
Perencanaan ini bisa dikatakan juga sebuah penjabaran dari visi yang akan dituju dan
dikejar. Tanpa adanya sebuah tujuan yang akan dicapai, maka setiap orang di dalamnya
hanya akan sekadar melakukan kewajiban mereka hanya demi sebuah bayaran semata.
Tanpa adanya tujuan ini, maka tidak akan sebuah usaha untuk meningkatkan kualitas
performa perusahaan atau organisasi dan dapat diprediksi bahwa perusahaan atau
organisasi itu akan menuju pada satu titik jenuh atau stagnan, bahkan dapat dipastikan akan
mengalami kebangkrutan.
Proses perencanaan yang menyeluruh sangat dibutuhkan jika sebuah organisasi ingin
bergerak ke atas dan memiliki umur yang panjang.
Setiap langkah perencanaan yang telah dieksekusi juga perlu menjadi bahan evaluasi
selanjutnya yang masuk dalam agenda perencanaan yang akan dilaksanakan pada tahap
berikutnya.
Anda dapat membayangkan jika sebuah organisasi melakukan kesalahan dalam langkah
strategi mereka. Tentu ini akan menyulitkan mereka dalam langkah selanjutnya. Inilah
pentingnya evaluasi dan juga kembali melakukan perencanaan yang menjadi sebuah aksi
perbaikan dari kegagalan sebelumnya.
Dengan perencanaan yang matang dan menyeluruh, terutama melalui pemimpin yang
mampu mengatur dengan kemampuan dan performa yang mumpuni, progresivitas dan
kemajuan sebuah organisasi akan nampak jelas terlihat.
Dalam proses fungsi perencanaan, ada 4 aktivitas yang dilakukan, sebagai berikut:
Penentuan visi dan misi organisasi yang menjadi sebuah gagasan dan tujuan yang
akan menjadi tujuan dalam jangka waktu tertentu.
Penetapan langkah atau strategi, cara dalam menempuh setiap tujuan yang telah
ditetapkan pada mulanya.
Menyusun, menjabarkan dan menentukan setiap sumber daya yang dibutuhkan
untuk merealisasikan rancangan yang telah dibuat.
Tetapkan sebuah goal atau standar dari kesuksesan akan pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan dari semula. Kejelasan standar ini akan menjadi sebuah indikator
penilaian dari pencapaian tujuan tersebut.
Dalam proses perencanaan juga ada yang namanya tingkatan atau hierarki dalam
pembuatan perencanaan, sebagai berikut:
Selain itu, target jangka panjang juga ditentukan oleh mereka yang duduk dalam posisi
teratas dalam sebuah organisasi.
Sebuah perencanaan yang baik ternyata memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
sebuah organisasi dapat segera mengeksekusi rencana ke tahap selanjutnya, diantaranya:
1. Kejelasan dari sebuah tujuan yang semakin spesifik.
2. Tidak bertele-tele, singkat, padat, jelas dan sederhana (mampu diterjemahkan dan
diterima maksudnya agar bagian atau tahap berikutnya tidak mengalami kesulitan
dalam pelaksanaanya).
3. Perencanaan harus berisi sebuah analisa yang jelas tentang pekerjaan yang harus
dilakukan.
4. Adanya keseimbangan antara tanggung jawab dan tujuan yang selaras dari setiap
bagian.
5. Perlu adanya persiapan sumber daya yang menjadi prasarana dari eksekusi sebuah
perencanaan.
PERTEMUAN KE-2
Manajer adalah seseorang yang mempunyai tanggung jawab dalam mengatur sistem
organisasi perusahaan. Seluruh karyawan yang berada dalam sebuah perusahaan akan lebih
sering berkomunikasi langsung dengan manajer dibandingkan pemimpin mengenai job
desk dan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Manajer juga harus
memastikan bahwa seluruh karyawan menyelesaikan job desk mereka dengan baik dan
benar.
Setelah kita mengetahui masing-masing arti dari pemimpin dan manajer, mari kita lihat apa
saja perbedaan pemimpin dan manajer secara pekerjaannya dalam sebuah perusahaan.
Setiap perusahaan pasti mempunyai visi misi dan yang membuat visi misi perusahaan
adalah seorang pemimpin. Pemimpin akan berpikir secara visioner untuk melihat
perkembangan perusahaannya di masa mendatang dan tugas seorang manajer adalah
membuat rencana untuk menjalankan visi misi tersebut serta melakukan pengukuran
terhadap visi misi yang sudah dibuat. Seorang manajer harus dapat memilah visi misi mana
yang dapat dilaksanakan dan mana yang tidak mungkin untuk direalisasikan.
Seorang pemimpin biasanya bersifat idealis dan seorang manajer memiliki sifat realistis.
Oleh karena itu, pemimpin lebih berani untuk mengambil risiko atas pemikiran idealis yang
dia punya sedangkan manajer akan memperhitungkan risiko yang harus diambil, apakah
risiko tersebut dapat merugikan perusahaan di kemudian hari atau tidak.
Dalam perusahaan pasti akan ada proses yang dilalui baik dari karyawan maupun
perkembangan sebuah perusahaan. Seorang pemimpin akan mengamati proses yang telah
dilalui tersebut agar pemimpin dapat membuat sebuah evaluasi yang berguna untuk
perkembangan perusahaan. Sedangkan tugas seorang manajer lebih condong dalam hasil
yang telah dikerjakan oleh karyawan sesuai dengan yang sudah ditargetkan oleh seorang
pemimpin. Manajer mempunyai peranan untuk memastikan bahwa karyawan
melaksanakan tugas mereka sesuai dengan arahannya dalam mencapai target dari
pemimpin.
Kata-kata seperti "kita pasti bisa bergerak menuju kesuksesan" atau "saya yakin kalian pasti
dapat melakukannya" biasanya tercetus dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin lebih
sering memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Tugas manajer
adalah memberikan arahan kepada karyawan mengenai apa yang harus mereka lakukan
agar motivasi tersebut bisa terwujud.
Tugas pemimpin dan manajer memanglah berbeda. Namun, keduanya saling bekerja sama
dalam membangun dan memajukan perusahaan. Tentunya, mereka membutuhkan
karyawan-karyawannya untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan tersebut. Bukan
tidak mungkin jika suatu hari nanti pemimpin akan mengapresiasi hasil kerja keras para
karyawannya dalam menjalankan pekerjaan mereka.
PERTEMUAN KE-3
o Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota
kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Dari definisi di atas, jelas bahwa pemimpin merupakan salah satu figur penting yang
menentukan kesuksesan sebuah organisasi. Namun, berikutnya muncul dua pertanyaan
yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin. Pertanyaan tersebut adalah: (1) apakah
seorang pemimpin dilahirkan atau ditempa? (2) Apakah efektivitas kepemimpinan
seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang
pemimpin yang sama?
Dari sikapnya, gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
ü pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan
kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut
keterlibatannya langsung.
ü Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja
yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum
ü Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan
martabat manusia
Lantas dari sekian banyak tipe dan gaya kepemimpinan di atas, tipe manakah yang paling
ideal diterapkan dalam sebuah organisasi (seperti organisasi mahasiswa)? Secara umum
pemimpin dan kepemimpinan yang ideal memiliki beberapa indikator, yaitu pemimpin yang
memiliki:
o Pengetahuan Umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki
kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara
generalis.
o Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di
atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan
intelektual adalah daya ingat yang kuat.
o Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki
pandangan holistik mengenai organisasi.
o Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara
lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi
pengawasan.
o Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula
tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu
akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan
organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
o Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan
penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam
mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
o Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud
dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang
berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan
dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila
dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
o Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik
organisasional adalah “SWOT”.
o Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
o Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga
hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
o Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam
sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
o Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.
o Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan
perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa
mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
o Ketegasan
o Keberanian
D. Pemimpin Visioner
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti
pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan
dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan
visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
o memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan komponen lainnya
dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance,
encouragement, and motivation.”
o memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala
ancaman dan peluang.
o memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi,
prosedur, produk dan jasa. Mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan
mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved
vision).
o memiliki atau mengembangkan peluang untuk mengantisipasi masa depan.
Sementara, Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin
visioner, yaitu:
o Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang
hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
o Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada
saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan
datang.
o Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan
masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin
dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang
mungkin dapat mempengaruhi rencana.
o Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik
untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau
mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk
menanggulangi rintangan itu
o Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari
alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah.
Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
o Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan
sebagai peluang bukan kemunduran.
o Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan
sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan
pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
o Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara
dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar
organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu,
departemen dan golongan tertentu.
o Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian
dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar
organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga
mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk
bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan,
memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
o Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu
bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan
yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki
jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Selanjutnya, Burt Nanus (1992), mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan
oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu:
o Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana seorang
pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi,
guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-go.” Hal ini bagi para
ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai
penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi
pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang
benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha
menuju masa depan.
o Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua
dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah
pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus,
beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan.
Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan
keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan
menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial
dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi
atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang
paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan
adalah juga penting lingkungan yang berubah.
o Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh
dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi.
Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala
bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi
masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu
pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-
secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik,
dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.”
o Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan
ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk
mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh
“pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah
“pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin,
sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan,
memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi
organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat
dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk ditunjuk sebagai “player-
coach.”
E. Integritas dan Sikap-sikap Negatif dalam Organisasi
Sebagian besar kita ingin jadi pemimpin. Namun, dalam memimpin, satu hal penting
ditekankan adalah kepemimpinan tidak hanya menyangkut organisasi, namun dimulai dari
lingkup yang terkecil yaitu diri kita sendiri. Kepemimpinan dalam diri pribadi dapat dilatih
dengan memiliki integritas yang tinggi.
Integritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “mutu, sifat, atau keadaan yg
menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg
memancarkan kewibawaan; kejujuran.” Kesatuan dalam hal ini berarti adanya konsistensi
antara apa yang kita katakan dengan apa yang kita perbuat. Sekilas, integritas terlihat
sepele, namun menurut John C. Maxwell, integritas adalah faktor kepemimpinan yang
paling penting. Hal ini terbukti dari bobroknya bangsa Indonesia pada masa orde baru
karena kurangnya integritas yang berujung pada KKN meskipun pemimpinnya cakap dalam
berpolitik dan bernegara.
Integritas bukanlah apa yang kita lakukan melainkan lebih banyak siapa diri kita. Siapa diri
kita ini bisa terus menerus diperbaiki, baik dengan menetapkan nilai-nilai dan norma-norma
yang sesuai bagi diri kita sendiri. Dan pada akhirnya siapa diri kita akan menentukan apa
yang kita lakukan.
Ketika kita menganut suatu nilai misalnya kejujuran maka kita akan memilih untuk tetap
jujur pada waktu ujian ketimbang mencoba untuk bertanya kepada teman. Perbuatan jujur
ini akan membawa keuntungan bagi diri kita sendiri keuntungan pertama adalah kita
merasa puas dengan hasil ujian yang kita kerjakan, dan keuntungan kedua adalah teman-
teman yang lain akan percaya kepada kita. Kepercayaan merupakan harga yang sangat
mahal dan hal inilah yang membuat seseorang menjadi seorang pemimpin.
Hal yang sulit dalam integritas kepemimpinan adalah ketika terjadi perbedaan nilai, norma
ataupun kepentingan. Masalah ini sering terjadi pada seorang mahasiswa yang menganut
nilai kejujuran dan setia kawan. Tentunya kedua nilai ini akan bertentangan ketika melihat
ada teman yang tidak bisa mengerjakan ujian dan mahasiswa tersebut merasa tergerak
untuk membantu dengan alasan kesetiaan, namun takut membantu dengan alasan
kejujuran. Pada kasus ini tentunya kita harus bisa memilah kapan menggunakan suatu
nilai/norma dan kapan tidak menggunakannya. Kesetian kawan tentunya tidak dilihat pada
saat ujian saja, melainkan dalam bersosialisasi sehari-hari dan pada saat ujian merupakan
momentum paling tepat untuk menguji kejujuran kita
Lebih lanjut, dalam suatu organisasi terdapat beberapa sikap yang perlu dihindari. Sikap ini
merupakan bagian perwujudan integritas pribadi yang tidak baik yang berkembang dalam
suatu organisasi. Sikap-sikap yang perlu dihindari tersebut antara lain:
o Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan dari
pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak tengah
(middle level) dalam organisasi.
o Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak dipahami
dan dihayati pleh anggota organisasi.
o Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisi organisasi yang
nyaman.
o Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
Keretakan dalam organisasi dapat menumbuhkan citra negatif, dengan permasalah yang
saling terkait, antara lain :
o Perselisihan yang terus berlarut-larut dan suasana organisasi yang muram.
PERTEMUAN KE-4
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, akan tetapi hasilnya nyata, kadangkala
kepemimpinan mengarah kepada seni, akan tetapi sering pula berkaitan dengan ilmu. Pada
kenyataannya kepemimpinan merupak seni dan sekaligus ilmu. Pada kejian tentang
kepemimpinan ini, paling tidak ada tiga definisi, yaitu pemimpin,
kepemimpinan, dan memimpin. Pada dasarnya tiga istilah tersebut berasal dari kata dasar
yang sama yaitu pimpin. Akan tetapi ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu peran dalam system tertentu. Oleh karena itu, seseorang dalam
peran normal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin. Pemimpin juga pada hakekatnya seoarang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan itu
tersendiri berarti kemampuan untuk mengarahkan dan mepengaruhi bawahan sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan
tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang. Oleh sebaba itu, kepemimpinan bisa dmiliki oleh
orang yang bukan pemimpin. Sementara itu, istilah pemimpin digunakan dalam konteks
hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya untuk memengaruhi
orang lain dengan berbagai cara.
Ordway Tead mengatakan bahwa “Leadership is the activity influencing people to cooperate
towards some goal which they come to find desirable”. Kepemimpinan adalah suatu
kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertenttu
ynag diinginkan. Singkatnya, dalam pengertian yang sederhana bahwa kepemimpinan
adalah mempengaruhi orang lain atau seni mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu
tujuan.
Sejalan dengan definisi diatas, Sofyan bahri harahap mengatakan bahwa kepemimpinan
mempengaruhi orang lain yang dimaksudkan membentuk prilaku sesuai dengan kehendak
kita. Oleh karena itu, sebagai seorang leader biasanya mempengaruhi orang lain dengan
gaya dan keahliannya memimpin tanpa mengandalkan kekuasaan.
Dari definisi-definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang kita inginkan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini seorang pemimpin
beruaha semaksimal mungkin dengan berbagai upaya agar orang lain mengikuti apa yang
diinginkannya. Oleh karena itu, kemampuan mempengaruhi ini merupakan kemampuan
tersendiri bagi seorang pemimpin yang tidak dimiliki oleh orang lain. Bahkan kemampuan ini
harus dimiliki oleh seseorang jika mau menjadi seorang pemimpin.
Secara lebih rinci, Ralph m. stogdill seperti yang dikutip oleh anasom mengungkapkan
bahwa dalam member arti kepemimpinan ini, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
yaitu :
Setiap anggota kelompok, pada tingkatan tertentu adalah “pemimpin”. Hal ini dengan
mudah dapat dimengerti karena setiap anggota kelompok pada saat tertentu dituntut
untuk mempengaruhi aktivitas anggota-anggota lain di dalam kelompok.
Perbuatan-perbuatan yang mencerminkan “kepemimpinan” merupakan kejadian
yang dapat digolongkan ke dalam ‘interpersonal-behaviour’, misalnya interaksi.
Semua interaksi bersifat dua arah dalam hal ini “pemimpin” mempengaruhi pengikut
dan sebaliknya pengikut mempengaruhi “pemimpin”. Menurut Haythorn, bahwa
tingkah laku “pemimpin” pada tingkatan tertentu merupakan fungsi sikap anggota-
anggota kelompok.
Perlu dibedakan antara “pemimpin” sebagai individu yang mempunyai sejumlah
pengaruh yang berarti dengan “pemimpin” formal dari suatu kelompok yang mungkin
mempunyai pengaruh yang sangat kecil. Disini dapat dikatakan bahwa tidak
semua “pemimpin” formal adalah “pemimpin” yang benar-benar “pemimpin”.
Struktur, situasi dan tugas-tugas kelompok, akan menentukan “kepemimpinan” yang
tumbuh dan berfungsi di dalam suatu kelompok. “Pemimpin” yang merupakan pusat posisi
di dalam kelompok memainkan peranan penting di dalam pencapaian tujuan kelompok,
ideologi kelompok, struktur kelompok dan di dalam pencapaian aktivitas-aktivitas yang
disetujui oleh anggota-anggota kelompok. Disini nampak adanya hubungan timbal-balik
antara munculnya “kepemimpinan” dan fungsi-fungsi yang terbentuk dengan struktur,
situasi dan tugas-tugas kelompok.
Pada umumnya pengaruh di dalam kelompok lebih diarahkan pada satu atau beberapa
orang saja, jarang yang diarahkan pada semua anggota kelompok. Secara alamiah
perubahan konsentrasi “kepemimpinan” dapat beraneka ragam sesuai dengan
pertumbuhan dan berfungsinya kelompok.
Hierarkhi “kepemimpinan” berkembang di dalam kelompok yang tumbuh menjadi besar
dan kompleks karena tuntutan dan fungsi “pemimpin” kelompok serta pelengkap tujuan
kelompok meningkat. Pada tingkat tertinggi dari hierarkhi “kepemimpinan” dipegang
oleh “pemimpin” utama, satu tingkat lebih rendah dipegang oleh “pemimpin” kedua, satu
tingkat lebih rendah dipegang oleh “pemimpin” ketiga, dan seterusnya. Pada tingkat yang
paling rendah terdapat pengikut.
Di dalam hierarkhi “kepemimpinan” yang membentuk struktur kelompok ada
pendelegasian atau penyebaran “kepemimpinan”. Sering diduga
bahwa “kepemimpinan” yang hierarkhis adalah “kepemimpinan” yang mempunyai
konsentrasi “kepemimpinan” di satu tangan manusia. Dugaan seperti ini tidak benar !
Mengapa? —- Karena makin besar dan makin kompleks suatu kelompok atau organisasi,
makin dibutuhkan banyak “pemimpin”, karena makin banyak memberikan kondisi untuk
munculnya “pemimpin-pemimpin”.
“Kepemimpinan” akan muncul pula pada situasi dimana usaha-usaha pencapaian tujuan
kelompok mengalami hambatan atau pada saat kelompok menderita tekanan-tekanan dari
luar yang mengancam keselamatan kelompok. Situasi kelompok yang demikian menuntut
adanya pengertian yang dapat melangkahkan kelompok mencapai tujuannya atau
mengatasi bahaya yang dihadapinya. Pengertian tersebut dapat muncul pada individu di
dalam kelompok yang diterima oleh kelompok karena karakteristik pribadinya yang berani,
terampil, berpengetahuan, percaya diri sendiri dan karakteristik lainnya, sehingga diakui
kelompok sebagai seorang “pemimpin”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi
kelompok yang mengalami krisis dapat mengarahkan munculnya “kepemimpinan”. Analisa
historis terhadap munculnya kediktatoran terbukti karena adanya situasi krisis yang
menuntut perubahan-perubahan segera di dalam pencapaian tujuan kelompok.
Apabila masalah dalam kelompok tersebut sangat rumit,
fungsi “kepemimpinan” didistribusikan diantara sejumlah anggota sehingga
muncul “pemimpin-pemimpin” baru. Dengan berkurangnya tugas yang dilakukan karena
sebagian tugas didelegasikan kepada anggota lain, maka “kepemimpinan” dapat
dilaksanakan dengan lebih berkonsentrasi lagi. Pembagian tugas yang mewujudkan tugas-
tugas semudah mungkin sehingga setiap orang dapat melaksanakan pekerjaannya
merupakan kunci kesuksesan di dalam pencapaian tujuan kelompok.
“Pemimpin-pemimpin” baru juga dapat muncul seandainya “pemimpin” formal kelompok
tersebut tidak menjalankan fungsinya sebagai seorang “pemimpin”.
Namun Walaupun situasi dan kondisi kelompok memungkinkan
munculnya “kepemimpinan”, tetapi tidak ada anggota kelompok yang mempunyai
potensi “pemimpin”, maka tidak akan muncul seorang pemimpin pun di dalam kelompok
tersebut. Jadi ….. Selain kesempatan, potensi psikologis “pemimpin” dibutuhkan untuk
muncul “kepemimpinan”. “Pemimpin” yang muncul adalah “pemimpin-pemimpin” yang
mempunyai keinginan-keinginan terutama keinginan untuk meningkatkan kekuasaan,
prestasi dan materi.
2.3 FUNGSI-FUNGSI “PEMIMPIN”.
Bagaimanapun alam dan situasi kelompok. semua “pemimpin” harus dapat menjalankan
fungsi-fungsi “pemimpin” sesuai dengan tujuan kelompok. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
“Pemimpin” sebagai orang yang menjalankan “kepemimpinan”nya.
Peranan “pemimpin” yang paling jelas di dalam setiap kelompok adalah sebagai
koordinator tertinggi di dalam mengelola aktivitas-aktivitas
kelompok. “Pemimpin” dituntut berperan langsung di dalam pemutusan
kebijaksanaan atau penentuan tujuan-tujuan kelompok. Namun…. “pemimpin” tidak
diharuskan untuk melakukan sendiri semua aktivitas kelompok.
“Pemimpin” sebagai perencana.
“Pemimpin” sebagai pembuat kebijaksanaan.
“Pemimpin” sebagai seorang ahli.
“Pemimpin” sebagai wakil kelompok.
“Pemimpin” sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok.
“Pemimpin” sebagai orang yang mampu memberikan hadiah dan hukuman (reward
and punishmant).
“Pemimpin” sebagai pelerai dan penengah.
“Pemimpin” sebagai contoh.
“Pemimpin” sebagai simbol kelompok.
“Pemimpin” sebagai pengganti tanggung jawab individu.
“Pemimpin” sebagai orang yang mempunyai ideologi.
“Pemimpin” sebagai tokoh ayah.
“Pemimpin” sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
Dari semua fungsi yang disebutkan tadi dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
Fungsi utama.
Fungsi pelengkap.
Yang termasuk dalam fungsi utama adalah: fungsi sebagai orang yang
menjalankan “kepemimpinan”, sebagai perencana, sebagai pembuat keputusan, sebagai
ahli, sebagai wakil kelompok, sebagai pengawas hubungan dalam kelompok, sebagai orang
yang mampu memberikan hadiah dan hukuman, sebagai penengah dan pendamai.
Sedangkan fungsi pelengkap adalah: Fungsi sebagai model atau contoh, sebagai simbol
kelompok, sebagai pengganti tanggung jawab individu, sebagai orang yang mempunyai
ideologi, sebagai tokoh ayah, sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
2.4 KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN “PEMIMPIN”.
Pada umumnya seorang “pemimpin” memiliki intelegensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan intelegensi para pengikutnya. Disamping itu seorang “pemimpin” juga
memperlihatkan karakteristik penyesuaian diri yang lebih baik, lebih dominan, lebih
ekstrovert, lebih jantan, tidak konservatif dan lebih sensitif di dalam hubungan antar
manusia bila dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya.
Karakteristik “pemimpin” akan berkembang apabila berperanan sebagai “pemimpin”,
artinya apabila bergumul dengan masalah-masalah yang menuntut usaha mengarahkan
kelompok. Dengan demikian pola “pemimpin” pada seseorang adalah hasil dari proses
belajar.
Penampilan yang terus menerus dalam waktu yang cukup lama di dalam melakukan suatu
pekerjaan akan membentuk kepribadian tertentu. Misalnya seseorang yang bekerja sebagai
pedagang akan memperlihatkan kepribadian yang berbeda dengan kepribadian seorang
yang mempunyai pekerjaan sebagai guru atau pegawai negeri, dan seterusnya. Jadi dapat
dikatakan bahwa kantor atau pekerjaan dapat membentuk pribadi manusia. Demikian pula
dengan kedudukan “pemimpin” dengan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dapat mempengaruhi dan membentuk pribadi tertentu pada seorang “pemimpin”.
Mengenai sifat “kepemimpinan” ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan
bahwa “kepemimpinan” itu bersifat umum, artinya seseorang yang menjadi “pemimpin” di
dalam suatu situasi akan menjadi “pemimpin” di dalam situasi-situasi lainnya. Pendapat
kedua, menyatakan bahwa “kepemimpinan” itu bersifat khusus, artinya
seorang “pemimpin” dari suatu kelompok dengan tugas dan karakteristik tertentu belum
tentu dapat menjadi “pemimpin” dari kelompok dengan tugas dan karakteristik yang lain.
Perubahan tugas dan karakteristik kelompok dapat menyebabkan timbulnya perubahan di
dalam cara memimpinnya.
Menurut Carter dan Nixon, ada tiga macam tugas dalam kelompok, yaitu:
Tugas yang menuntut pemikiran.
Tugas yang menuntut keahlian mekanis.
Tugas yang ada kaitannya dengan keagamaan.
Dari ketiga macam tugas tadi dihitung korelasinya sehingga dihasilkan adanya dua
macam “kepemimpinan”, yaitu:
“Kepemimpinan” Intelektual.
“Kepemimpinan” mekanik (tehnik).
Di dalam studi lebih lanjut lagi, Carter menyimpulkan hanya ada dua macam tugas yaitu
tugas yang menuntut pemikiran dan tugas yang menuntut penggunaan obyek.
2.5 TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat dapat digolongkan
dalam lima tipe sebagai berikut :
1) Tipe otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai
berikut :
Sulit untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis, karena
dari mana asalnya kharismanya memang sulit untuk ditelusuri. Sering disebutkan bahwa
pemimpin yang kharismatis diberkahi kekuatan gaib. Kekayaan, profil, kesehatan tidak dapat
dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Sebagai contoh : Gandhi bukanlah orang kaya
yang ataupun mememiliki wajah yang tampan.
5) Tipe demokratis.
Seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai
berikut :
Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa
manusia adlah makhluk yang termulia;
Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya;
Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya;
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai
tujuan;
Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya
untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan
itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi tetap berani untuk berbuat
kesalahan yang lain;
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dia sendiri;
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin.
Variasi yang baik dari tipe-tipe kepemimpin ini adalah tipe kepemimpinan yang demokratis
sekaligus kharismatis.. Dengan demikian keberadaan pemimpin memiliki legitimasi ganda
karena dipilih dan menerpakan pola kepemimpinan yang demokratis sekaligus memiliki
kharisma di hadapan masyarakatnya.
Tetapi, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang dapat menerapkan berbagai macam tipe memimpin di atas sesuai dengan
kondisi dan situasi. Ada kalanya dia bertipe demokratis, tapi dalam kondisi dan situasi yang
menuntut dia harus tegas maka sah-sah saja apabila dia bertipe milliteristis
Rangkuman Pertemuan 5
REFLEKSI FAKTA-FAKTA PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN ORGANISASI DAN
MASYARAKAT YANG BERBASIS DATA
Ketika perusahaan terlalu fokus pada bagaimana ia bersaing dengan perusahaan lain,
kondisi dalam organisasi diperlakukan dengan cara yang tidak efektif. Manajemen lebih
tertarik pada penampilan yang baik daripada melakukan apa yang diperlukan, hasilnya yaitu
kemunduran besar bagi ekonomi dan pendidikan di dunia. Pemimpin tim berfokus untuk
memeras bakat individu demi kepentingan organisasi Manajer, di sisi lain mengevaluasi isu-
isu dan masalah. Perbedaannya jelas sebuah tim memiliki visi dan sebuah manajemen
memiliki agenda.”
Pemimpin yang baik harus dapat mengelola waktu, baik internal ataupun eksternal.
Kesuksesan seorang pemimpin tidak lepas dari management waktu yang baik; namun,
banyak masalahyang berawal dari titik ini.
Masalah kepemimpinan yang kedua adalah pembiaran. Terkadang, anda melihat karyawan
melakukan kesalahan yang kecil, tapi anda diamkan dengan harapan karyawan tersebut
akan sadar sendiri akan kesalahannya. Namun yang terjadi, karyawan tersebut tidak sadar,
dan pada akhirnya, anda sebagai seorang pemimpin akan menjadi sasaran keluhan dan
complaint dari karyawan lainnya. Pemimpin harus bisa menyelamatkan karyawannya. Jika
ada karyawan yang berpotensi mengganggu produktifitas karena kesalahan kecil saja,
seorang pemimpin harus menegur, menegur bukan berarti marah, dan juga bukan berarti
harus dihadapan banyak orang. Dengan demikian, karyawan tersebut akan faham apa yang
dia perbuat dan efek negatif dari perbuatan tersebut kepada perusahaan.
3. Kurangnya Review dan Evaluasi
Adanya batasan antara atasan dan bawahan memang harus dihindari. Namun, jika terlalu
akrab maka kita akan menimbulkan masalah kepemimpinan di kemudian hari. Bayangkan,
jika ternyata menurut penilaian perusahaan anda harus memecat seorang anak buah yang
sudah terlanjur sangat dekat dengan anda
5. Kurangnya Motivasi
Dalam kepemimpinan salah satu tugas dari pemimpin adalah memotivasi. Namun jika salah
untuk memotivasi anak buah, maka ini menjadi masalah kepemimpinan, sebab tujuan dari
motivasi tersebut tidak akan tercapai. Seorang anak buah yang menginginkan penghargaan
akan tidak mempan jika diberi motivasi tentang uang.
A. KESIMPULAN
Masalah dalam organisasi itu sebenarnya berasal dari diri mereka masing masing
yang menciptakan masalah itu sendiri dan juga dikarenakan manusia merupakan manusia
yang mempunyai akal dan pikiran yang berbeda beda.
Dalam sebuah organisasi ada beberapa hal yang harus dipelajar oleh setiap
pemimpin maupaun para anggotanya seperti:
Sebagai pemimpin atau anggota harus mau nenerima masukan dari orang lain dan
berani untuk menerima jika pendapatnya atau idenya itu ditolak oleh orang lain
Dalam berorganisasi antar ketua dan anggotanya harus saling mempercayai, jika
kepercayaan itu tercipta maka akan mudah dalam melaksanakan tugas – tugasnya
Sebagai ketua harus tegas dan jangan pernah lelah untuk mengingatkan para
anggotanya dalam tugas tugas yang diberikan
Berkerja sama / saling bahu membahu untuk mendapat tujuan bersama
Mau berkorban untuk organisasi
Rangkuman Pertemuan 6
MAKALAH KONSEP DAN NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL
Hakikat kepemimpinan
Teori Kepemimpinan
Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan
berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang
dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah
yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh
didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa
kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang
muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah
masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali
terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan
infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang
dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan
membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan
sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis
telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat
No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007.
Rangkuman Pertemuan 7
GAYA GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya
direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari
pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak
buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak
menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus
dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah. Pemimpin
otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia
memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta
menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan
oleh pimpinan.
Rangkuman Pertemuan 8
IMPLEMENTASI GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENYELESAIAN MASALAH DI
ORGANISASI
Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu leadership. Menurut Tikno Lensufie,
Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik
kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan.
Kepemimpinan bukan berarti memimpin orang untuk sesaat (insidental) seperti memimpin
upacara bendera, memimpin paduan suara dan sebagainya. Tapi kepemimpinan lebih
kepada seseorang yang memimpin suatu organisasi atau institusi.kepemimpinan adalah
faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah
entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Macam-Macam Tipe Kepemimpinan
Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga teori dasar
kepemimpinan:
3 Teori Ekologis.
4 Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka
sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-
segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang
paling mendekati kebenaran. Teori ini tidak hanya didasari atas padangan yag bersifat
psikologis dan sosiologis, tetapi juga ekonomi dan politis. Menurut teori ini
kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation).
Teori yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah memiliki
sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota
kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi yang
selalu berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan
kelompok yang didampingnya.
Definisi Kepemimpinan
1. Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas
suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal) (Hemhill&
Coons, 1957:7).
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu
situasitertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satuatau
beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik, 1961:24)….
3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan
dan interaksi (Stogdill, 1974:411).
4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan
beradadiatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi (Katz &
Kahn,1978:528)
5. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang
diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984:46)
6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap
usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
dinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques, 1990:281)
7. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yangefektif
terhadap orde sosial dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking,
1988:153)
1. Perencana.
2. Pelaksana.
3. Penyusun kebijakan.
4. Tenaga ahli.
5. Wakil kelompok luar.
6. Pengawas dan pengendali pertalian-pertalian di dalam kelompoknya.
7. Pelaksana hukuman dan pujian.
8. Pelerai bawahannya yang bersengketa.
9. Suri teladan bawahannya.
10. Jambang suatu kelompok.
11. Penanggung jawab.
12. Tokoh bapak.
13. Kambing hitam.
14. Pecinta ideologi bagi kelompoknya.