Anda di halaman 1dari 37

TUGAS RINGKASAN MATERI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


1. ERIKA FERAWATI SITUMORANG :7212560003
2. DINA RAHMATUL HASANAH :7211260006
3. RULY MANUEL NAINGGOLAN :7213260006

PERTEMUAN KE-1

KONSEP,TEORI KEPEMIMPINAN DAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN

Definisi Kepemimpinan Menurut Para Ahli

Adapun definisi Kepemimpinan menurut Para Ahli, yaitu sebagai berikut:

George R. Terry (1972:458)


Kepemimpinan adalah sebuah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan
mencapai tujuan organisasi.

Stoner
Kepemimpinan adalah proses usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan
dengan anggota kelompok.

Jacobs dan Jacques (1990:281)


Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif dan mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

Hemhiel dan Coons (1957:7)


Perilaku dari seseorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu
tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal).
Ralph M. Stogdill
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang
terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai tujuan.

Pengertian Manajemen Kepemimpinan

Menurut Rocketmanajemen.com, merangkum dari pengertian manajemen dan


kepemimpinan, maka Manajemen kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu seni untuk
mengelola kemampuan seseorang dalam memimpin, mengarahkan dan mengajak orang lain
menuju tujuan dengan cara yang efisien dan efektif.

Tentunya manajemen yang baik juga perlu diterapkan dalam mengelola keuangan, Anda
dapat menggunakan bantuan Aplikasi Finansialku untuk mengelola keuangan Anda menjadi
lebih matang

5 Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, ada 5 fungsi yang menjadi komponen di dalamnya, yaitu sebagai
berikut:

#1 Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah sebuah aktivitas untuk menyusun dan merencanakan setiap tujuan
sebuah perusahaan atau organisasi, termasuk berbagai cara yang akan ditempuh untuk
mencapai tujuan tersebut.

Sebelum membentuk sebuah organisasi atau perusahaan, perencanaan atau planning ini


sangat dibutuhkan dan dilakukan pada awal mula sebelum semua komponen fungsi
manajemen lainnya bergerak.

Perencanaan menjadi sebuah tonggak yang sangat penting untuk menentukan sebuah
tujuan yang esensi dari awal. Dengan penetapan tujuan yang jelas, maka dapat dipastikan
bahwa setiap proses lainnya akan bergerak dengan progresivitas sesuai yang diinginkan.
[Baca Juga: Kunci Sukses Kepemimpinan: 3P (Passion, Persistence, Panache)]

Perencanaan ini bisa dikatakan juga sebuah penjabaran dari visi yang akan dituju dan
dikejar. Tanpa adanya sebuah tujuan yang akan dicapai, maka setiap orang di dalamnya
hanya akan sekadar melakukan kewajiban mereka hanya demi sebuah bayaran semata.

Tanpa adanya tujuan ini, maka tidak akan sebuah usaha untuk meningkatkan kualitas
performa perusahaan atau organisasi dan dapat diprediksi bahwa perusahaan atau
organisasi itu akan menuju pada satu titik jenuh atau stagnan, bahkan dapat dipastikan akan
mengalami kebangkrutan.

Proses perencanaan yang menyeluruh sangat dibutuhkan jika sebuah organisasi ingin
bergerak ke atas dan memiliki umur yang panjang.

Peran pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengatur atau me-manage secara


holistik melalui setiap upaya untuk mendorong setiap komponen berfungsi dengan
semestinya demi tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi.

Setiap langkah perencanaan yang telah dieksekusi juga perlu menjadi bahan evaluasi
selanjutnya yang masuk dalam agenda perencanaan yang akan dilaksanakan pada tahap
berikutnya.

Anda dapat membayangkan jika sebuah organisasi melakukan kesalahan dalam langkah
strategi mereka. Tentu ini akan menyulitkan mereka dalam langkah selanjutnya. Inilah
pentingnya evaluasi dan juga kembali melakukan perencanaan yang menjadi sebuah aksi
perbaikan dari kegagalan sebelumnya.
Dengan perencanaan yang matang dan menyeluruh, terutama melalui pemimpin yang
mampu mengatur dengan kemampuan dan performa yang mumpuni, progresivitas dan
kemajuan sebuah organisasi akan nampak jelas terlihat.

Dalam proses fungsi perencanaan, ada 4 aktivitas yang dilakukan, sebagai berikut:

 Penentuan visi dan misi organisasi yang menjadi sebuah gagasan dan tujuan yang
akan menjadi tujuan dalam jangka waktu tertentu.
 Penetapan langkah atau strategi, cara dalam menempuh setiap tujuan yang telah
ditetapkan pada mulanya.
 Menyusun, menjabarkan dan menentukan setiap sumber daya yang dibutuhkan
untuk merealisasikan rancangan yang telah dibuat.
 Tetapkan sebuah goal atau standar dari kesuksesan akan pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan dari semula. Kejelasan standar ini akan menjadi sebuah indikator
penilaian dari pencapaian tujuan tersebut.

Dalam proses perencanaan juga ada yang namanya tingkatan atau hierarki dalam
pembuatan perencanaan, sebagai berikut:

1. Top Level Planning (Perencanaan Tingkat Atas)


Ini adalah tahap teratas dari sebuah hierarki perencanaan organisasi. Perencanaan ini
bersifat strategis, misalnya memberikan arahan atau petunjuk secara garis besar,
perumusan tujuan pengambilan keputusan dan arahan kerja yang bersifat efisien.

Selain itu, target jangka panjang juga ditentukan oleh mereka yang duduk dalam posisi
teratas dalam sebuah organisasi.

2. Middle Level Planning (Perencanaan Tingkat Menengah)


Tingkat menengah dalam aktivitas perencanaan ini lebih bersifat administratif, lebih
mendetail kepada cara penentuan tujuan yang telah ditentukan.

3. Low Level Planning (Perencanaan Tingkat Bawah)


Pada tingkat bawah, perencanaan akan lebih memfokuskan pada sisi operasional atau
sebuah pelaksanaan dari tujuan dan strategi yang telah digambarkan dan diarahkah
sebelumnya.

Sebuah perencanaan yang baik ternyata memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
sebuah organisasi dapat segera mengeksekusi rencana ke tahap selanjutnya, diantaranya:
1. Kejelasan dari sebuah tujuan yang semakin spesifik.
2. Tidak bertele-tele, singkat, padat, jelas dan sederhana (mampu diterjemahkan dan
diterima maksudnya agar bagian atau tahap berikutnya tidak mengalami kesulitan
dalam pelaksanaanya).
3. Perencanaan harus berisi sebuah analisa yang jelas tentang pekerjaan yang harus
dilakukan.
4. Adanya keseimbangan antara tanggung jawab dan tujuan yang selaras dari setiap
bagian.
5. Perlu adanya persiapan sumber daya yang menjadi prasarana dari eksekusi sebuah
perencanaan.

PERTEMUAN KE-2

PERBEDAAN MANAJER DAN PEMIMPIN DALAM ORGANSASI

Apa itu Pemimpin?

Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai tanggung jawab penuh dalam


mengembangkan perusahaan. Karyawan yang berada di perusahaannya akan melihat
pemimpin sebagai figur yang dapat mengayomi mereka selama bekerja di perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, seorang pemimpin mempunyai pengaruh yang paling besar dalam
sebuah perusahaan, baik pengaruh terhadap perusahaan itu sendiri, maupun pengaruh
terhadap orang-orang yang berada di dalam perusahaan.

Apa itu Manajer?

Manajer adalah seseorang yang mempunyai tanggung jawab dalam mengatur sistem
organisasi perusahaan. Seluruh karyawan yang berada dalam sebuah perusahaan akan lebih
sering berkomunikasi langsung dengan manajer dibandingkan pemimpin mengenai job
desk dan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Manajer juga harus
memastikan bahwa seluruh karyawan menyelesaikan job desk mereka dengan baik dan
benar.

Perbedaan Antara Pemimpin dan Manajer

Setelah kita mengetahui masing-masing arti dari pemimpin dan manajer, mari kita lihat apa
saja perbedaan pemimpin dan manajer secara pekerjaannya dalam sebuah perusahaan.

1. Pemimpin membangun visi dan misi, manajer membuat rencana/rancangan

Setiap perusahaan pasti mempunyai visi misi dan yang membuat visi misi perusahaan
adalah seorang pemimpin. Pemimpin akan berpikir secara visioner untuk melihat
perkembangan perusahaannya di masa mendatang dan tugas seorang manajer adalah
membuat rencana untuk menjalankan visi misi tersebut serta melakukan pengukuran
terhadap visi misi yang sudah dibuat. Seorang manajer harus dapat memilah visi misi mana
yang dapat dilaksanakan dan mana yang tidak mungkin untuk direalisasikan.

2. Pemimpin berani mengambil risiko, manajer mementingkan realitas lapangan

Seorang pemimpin biasanya bersifat idealis dan seorang manajer memiliki sifat realistis.
Oleh karena itu, pemimpin lebih berani untuk mengambil risiko atas pemikiran idealis yang
dia punya sedangkan manajer akan memperhitungkan risiko yang harus diambil, apakah
risiko tersebut dapat merugikan perusahaan di kemudian hari atau tidak.

3. Pemimpin melihat proses, manajer melihat hasil

Dalam perusahaan pasti akan ada proses yang dilalui baik dari karyawan maupun
perkembangan sebuah perusahaan. Seorang pemimpin akan mengamati proses yang telah
dilalui tersebut agar pemimpin dapat membuat sebuah evaluasi yang berguna untuk
perkembangan perusahaan. Sedangkan tugas seorang manajer lebih condong dalam hasil
yang telah dikerjakan oleh karyawan sesuai dengan yang sudah ditargetkan oleh seorang
pemimpin. Manajer mempunyai peranan untuk memastikan bahwa karyawan
melaksanakan tugas mereka sesuai dengan arahannya dalam mencapai target dari
pemimpin.

4. Pemimpin memberikan motivasi, manajer memberikan arahan

Kata-kata seperti "kita pasti bisa bergerak menuju kesuksesan" atau "saya yakin kalian pasti
dapat melakukannya" biasanya tercetus dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin lebih
sering memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Tugas manajer
adalah memberikan arahan kepada karyawan mengenai apa yang harus mereka lakukan
agar motivasi tersebut bisa terwujud.

Pemimpin dan Manajer Bekerja Sama Dalam Memajukan Perusahaan

Tugas pemimpin dan manajer memanglah berbeda. Namun, keduanya saling bekerja sama
dalam membangun dan memajukan perusahaan. Tentunya, mereka membutuhkan
karyawan-karyawannya untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan tersebut. Bukan
tidak mungkin jika suatu hari nanti pemimpin akan mengapresiasi hasil kerja keras para
karyawannya dalam menjalankan pekerjaan mereka.

PERTEMUAN KE-3

KONSEP DAN STRUKTUR KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Kepemimpinan dalam Organisasi


Setelah mengetahui pengertian dan manfaat umum organisasi, selajutnya kita masuk ke
bagian inti dalam makalah ini, yaitu membahas salah satu figur penting organisasi,
yaitu pemimpin dan kempemimpinan dalam organisasi.
Sebenarnya, pemimpin dan kepemimpinan  merupakan suatu kesatuan kata yang tidak
dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.
Seperti organisasi, juga terdapat banyak pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan
kepemimpinan, antara lain :

o   Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok


o   Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok,
akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam
hal ini, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan posisinya yang khusus dalam
kelompok, pemimpin berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok,
suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
o   Leadership is a process by which a person influences others to accomplish an objective
and directs the organization in a way that makes it more cohesive and coherent.
o   Northouse’s (2007, p3) definition — Leadership is a process whereby an individual
influences a group of individuals to achieve a common goal.
o   Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan mengarahkan orang lain untuk memperoleh
hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar,
kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.

o   Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota
kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.

Dari definisi di atas, jelas bahwa pemimpin merupakan salah satu figur penting yang
menentukan kesuksesan sebuah organisasi. Namun, berikutnya muncul dua pertanyaan
yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin. Pertanyaan tersebut adalah: (1) apakah
seorang pemimpin dilahirkan atau ditempa? (2) Apakah efektivitas kepemimpinan
seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang
pemimpin yang sama?

Khalayak umum sering meyakini bahwa para pemimpin (leader) dilahirkan bukan ditempa.


Sementara kepemimpinan (leadership) adalah sesuatu yang dipelajari, keterampilan dan
pengetahuan yang diproses oleh pemimpin dapat dipengaruhi oleh atributnya atau miliknya
atau ciri, seperti kepercayaan, nilai, etika karakter, dan. Pengetahuan dan keterampilan
berkontribusi langsung kepada proses kepemimpinan, sedangkan atribut lain memberikan
karakteristik tertentu pada pemimpin yang membuat dia unik.
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat terkait.
Pertama, pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan” melihat bahwa
seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-
bakat kepemimpinannya. Sementara, kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk
dan ditempa” berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan
ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan
untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai
kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Terkait dengan perdebatan tersebut, Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang
hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :

 seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,


 bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki
jabatan kepemimpinannya,
 ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik
yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Berikutnya, untuk menjawab pertanyaan kedua dapat dirumuskan dua asumsi yang sudah
barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi apakah hal tersebut benar. Asumsi tersebut, yaitu,
(1) keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dialihkan
kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain, (2) keberhasilan seseorang
memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi
lain.
Selanjutnya, setelah mengetahui arti penting pemimpin dan kepemimpinan, kita akan
melihat tipe-tipe kepemimpinan. Kita mengenal beberapa pemimpin besar dunia yang
memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Secara umum, tipe kepemimpinan itu dapat
kita bagi menjadi:
1.      Tipe Otokratik, semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan
otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai
karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat
egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
“keakuannya”, antara lain dalam bentuk :

ü  kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam


organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat
mereka

ü  pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan


pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.

ü  Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Dari sikapnya, gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:

ü  menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya

ü  dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya

ü  bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi

ü  menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.


2.      Tipe Paternalistik, Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan
masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama
masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota
masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya
tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap
kebersamaan.
3.      Tipe Kharismatik, Tidak banyak informasi dari literatur yang ada mengenai kriteria
kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya
kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah
seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak
selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4.      Tipe Laissez Faire, Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang
yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran
apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan
pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
Dari beberapa literatur digambarkan  gaya kepemimpinan yang memiliki tipe Laissez Faire
antara lain:

ü  pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif

ü  pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan
kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut
keterlibatannya langsung.

ü  Status quo organisasional tidak terganggu

ü  Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif


diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.

ü  Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja
yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum

5.      Tipe Demokratik, Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya


selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Artinya,
tipe pemimpin demokratik tahu peran dan fungsi dari masing-masing bagian atau
komponen dalam organisasinya. Karakternya antara lain:
ü  Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga
menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus
dilakukan demi tercapainya tujuan.

ü  Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.

ü  Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan
martabat manusia

ü  Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

Lantas dari sekian banyak tipe dan gaya kepemimpinan di atas, tipe manakah yang paling
ideal diterapkan dalam sebuah organisasi (seperti organisasi mahasiswa)? Secara umum
pemimpin dan kepemimpinan yang ideal memiliki beberapa indikator, yaitu pemimpin yang
memiliki:

o   Pengetahuan Umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki
kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara
generalis.

o   Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang


o   Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan
dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua,
kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.

o   Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada


kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, namun
kemampuan untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang integralistik, strategik dan
berorientasi pada pemecahan masalah.

o   Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di
atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan
intelektual adalah daya ingat yang kuat.

o   Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki
pandangan holistik mengenai organisasi.

o   Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara
lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi
pengawasan.

o   Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk


meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan
dedikasinya kepada organisasi.

o   Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula
tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu
akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan
organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.

o   Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan
penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam
mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.

o   Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud
dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang
berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan
dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila
dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.

o   Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik
organisasional adalah “SWOT”.

o   Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting


o   Naluri yang Tepat, kemampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu.

o   Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.

o   Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga
hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha
pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.

o   Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam
sikap, tindak-tanduk dan perilaku.

o   Menjadi Pendengar yang Baik

o   Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.

o   Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan
perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa
mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.

o   Ketegasan

o   Keberanian

o   Orientasi Masa Depan

o   Sikap yang Antisipatif dan Proaktif

 D.    Pemimpin Visioner
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti
pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan
dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan
visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).

Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya


harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), 
yaitu:

o   memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan komponen lainnya
dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance,
encouragement, and motivation.”
o   memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala
ancaman dan peluang.
o   memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi,
prosedur, produk dan jasa. Mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan
mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved
vision).
o   memiliki atau mengembangkan peluang untuk mengantisipasi masa depan.

Sementara, Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin
visioner, yaitu:

o   Visualizing.  Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang
hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
o   Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada
saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan
datang.
o   Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan
masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin
dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang
mungkin dapat mempengaruhi rencana.
o   Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik
untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau
mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk
menanggulangi rintangan itu
o   Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari
alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah.
Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
o   Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan
sebagai peluang bukan kemunduran.
o   Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan
sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan
pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
o   Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara
dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar
organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu,
departemen dan  golongan tertentu.
o   Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian
dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar
organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga
mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk
bekerjasama  dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan,
memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
o   Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu
bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan
yang tidak diinginkan atau  tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki
jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Selanjutnya, Burt Nanus (1992), mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan
oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan  kepemimpinannya, yaitu:
o   Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana  seorang
pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi,
guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-go.” Hal ini bagi para
ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai
penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi
pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang
benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha
menuju masa depan.
o   Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua
dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah
pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus,
beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan.
Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan
keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan
menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial
dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi
atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang
paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan
adalah juga penting lingkungan yang berubah.
o   Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh
dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi.
Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala
bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi
masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu
pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-
secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik,
dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.”
o   Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan
ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk
mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh
“pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah
“pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin,
sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan,
memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi
organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat
dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih,  lebih tepat untuk ditunjuk  sebagai “player-
coach.”
 E.     Integritas dan Sikap-sikap Negatif dalam Organisasi
Sebagian besar kita ingin jadi pemimpin. Namun, dalam memimpin, satu hal penting
ditekankan adalah kepemimpinan tidak hanya menyangkut organisasi, namun dimulai dari
lingkup yang terkecil yaitu diri kita sendiri. Kepemimpinan dalam diri pribadi dapat dilatih
dengan memiliki integritas yang tinggi.

Integritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “mutu, sifat, atau keadaan yg
menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg
memancarkan kewibawaan; kejujuran.” Kesatuan dalam hal ini berarti adanya konsistensi
antara apa yang kita katakan dengan apa yang kita perbuat. Sekilas, integritas terlihat
sepele, namun menurut John C. Maxwell, integritas adalah faktor kepemimpinan yang
paling penting. Hal ini terbukti dari bobroknya bangsa Indonesia pada masa orde baru
karena kurangnya integritas yang berujung pada KKN meskipun pemimpinnya cakap dalam
berpolitik dan bernegara.
Integritas bukanlah apa yang kita lakukan melainkan lebih banyak siapa diri kita. Siapa diri
kita ini bisa terus menerus diperbaiki,  baik dengan menetapkan nilai-nilai dan norma-norma
yang sesuai bagi diri kita sendiri. Dan pada akhirnya siapa diri kita akan menentukan apa
yang kita lakukan.

Ketika kita menganut suatu nilai misalnya kejujuran maka kita akan memilih untuk tetap
jujur pada waktu ujian ketimbang mencoba untuk  bertanya kepada teman. Perbuatan jujur
ini akan membawa keuntungan bagi diri kita sendiri keuntungan pertama adalah kita
merasa puas dengan hasil ujian yang kita kerjakan, dan keuntungan kedua adalah teman-
teman yang lain akan percaya kepada kita. Kepercayaan merupakan harga yang sangat
mahal dan hal inilah yang membuat seseorang menjadi seorang pemimpin.

Hal yang sulit dalam integritas kepemimpinan adalah ketika terjadi perbedaan nilai, norma
ataupun kepentingan. Masalah ini sering terjadi pada seorang mahasiswa yang menganut
nilai kejujuran dan setia kawan. Tentunya kedua nilai ini akan bertentangan ketika melihat
ada teman yang tidak bisa mengerjakan ujian dan mahasiswa tersebut merasa tergerak
untuk membantu dengan alasan kesetiaan, namun takut membantu dengan alasan
kejujuran. Pada kasus ini tentunya kita harus bisa memilah kapan menggunakan suatu
nilai/norma dan kapan tidak menggunakannya. Kesetian kawan tentunya tidak dilihat pada
saat ujian saja, melainkan dalam bersosialisasi sehari-hari dan pada saat ujian merupakan
momentum paling tepat untuk menguji kejujuran kita

Lebih lanjut, dalam suatu organisasi terdapat beberapa sikap yang perlu dihindari. Sikap ini
merupakan bagian perwujudan integritas pribadi yang tidak baik yang berkembang dalam
suatu organisasi. Sikap-sikap yang perlu dihindari tersebut antara lain:

o   Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan.

o   Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan dari
pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak tengah
(middle level) dalam organisasi.
o   Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak dipahami
dan dihayati pleh anggota organisasi.

o   Adanya kepentingan pribadi. Organisasi dipergunakan untuk memperoleh keuntungan


pribadi.

o   Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisi organisasi yang
nyaman.

o   Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
Keretakan dalam organisasi dapat menumbuhkan citra negatif, dengan permasalah yang
saling terkait, antara lain :

o   Keretakan hubungan antara anggota organisasi.

o   Perselisihan yang terus berlarut-larut dan suasana organisasi yang muram.

o   Wujud sikap mementingkan diri sendiri.

o   Produktivitas organisasi merosot.

o   Ketidakstabilan organisasi akibat dari retaknya hubungan.

o   Penyalahgunaan kekuasaan, mementingkan diri sendiri

PERTEMUAN KE-4

KONSEP DAN STRUKTUR KEPEMIMPINAN DALAM MASYARAKAT

KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, akan tetapi hasilnya nyata, kadangkala
kepemimpinan mengarah kepada seni, akan tetapi sering pula berkaitan dengan ilmu. Pada
kenyataannya kepemimpinan merupak seni dan sekaligus ilmu. Pada kejian tentang
kepemimpinan ini, paling tidak ada tiga definisi, yaitu pemimpin,
kepemimpinan, dan memimpin. Pada dasarnya tiga istilah tersebut berasal dari kata dasar
yang sama yaitu pimpin. Akan tetapi ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu peran dalam system tertentu. Oleh karena itu, seseorang dalam
peran normal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin. Pemimpin juga pada hakekatnya seoarang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan itu
tersendiri berarti kemampuan untuk mengarahkan dan mepengaruhi bawahan sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan
tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang. Oleh sebaba itu, kepemimpinan bisa dmiliki oleh
orang yang bukan pemimpin. Sementara itu, istilah pemimpin digunakan dalam konteks
hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya untuk memengaruhi
orang lain dengan berbagai cara.

Ordway Tead mengatakan bahwa “Leadership is the activity influencing people to cooperate
towards some goal which they come to find desirable”. Kepemimpinan adalah suatu
kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertenttu
ynag diinginkan. Singkatnya, dalam pengertian yang sederhana bahwa kepemimpinan
adalah mempengaruhi orang lain atau seni mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu
tujuan.

Sejalan dengan definisi diatas, Sofyan bahri harahap mengatakan bahwa kepemimpinan
mempengaruhi orang lain yang dimaksudkan membentuk prilaku sesuai dengan kehendak
kita. Oleh karena itu, sebagai seorang leader biasanya mempengaruhi orang lain dengan
gaya dan keahliannya memimpin tanpa mengandalkan kekuasaan.

Dari definisi-definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang kita inginkan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini seorang pemimpin
beruaha semaksimal mungkin dengan berbagai upaya agar orang lain mengikuti apa yang
diinginkannya. Oleh karena itu, kemampuan mempengaruhi ini merupakan kemampuan
tersendiri bagi seorang pemimpin yang tidak dimiliki oleh orang lain. Bahkan kemampuan ini
harus dimiliki oleh seseorang jika mau menjadi seorang pemimpin.

Secara lebih rinci, Ralph m. stogdill seperti yang dikutip oleh anasom mengungkapkan
bahwa dalam member arti kepemimpinan ini, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
yaitu :

 Kepemimpinan sebagai titik pusat proses kelompok


 Kepemimpinan adalah sebagai suatu bentuk kepribadian yang mepunyai pengaruh
 Kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesepakatan
 Kepemimpinan adalah suatu pelaksanaan pengaruh
 Kepemimpinan dalam tindakan atau perilaku
 Kepemimpinan adalah suatu bentuk persuasi
 Kepemimpinan adalah suatu suatu hubungan kekuatan atau kekuasaan
 Kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan
 Kepemimpinan adalah suatu hasil dari interaksi
 Kepemimpinan sebagai inisiasi (permulaan) dan struktur
Sedangkan Fillmore H.Sanford mengungkapkan bahwa suatu kepemimpinan yang
komprehensif harus meliputi tiga fakta, yaitu :

 Pemimpin dengan karakter psikologisnya


 Para pengikut dengan masalah, sikap, dan kebutuhannya
 Situasi kelompok yang mana pemimpin dan pengikut saling berinteraksi. Jelasnya,
bahwa kepemimpinan itu tidak selalu diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi
Sesuai dengan formasi kumpulan manusia tersebut, beberapa anggotanya terlihat
berperanan lebih aktif apabila dibandingkan dengan anggota lainnya, lebih disukai, lebih
didengar dengan rasa hormat, lebih berpengaruh terhadap yang lainnya. Hal ini merupakan
permulaan anggota-anggota kelompok ke dalam penggolongan para “pemimpin” dan para
pengikut. Jika kelompok tersebut berkembang dan makin stabil, akan makin terlihat batasan
hirarki “pemimpin”-pengikut.
2.2    IDENTIFIKASI DAN DEFINISI “PEMIMPIN”.
Dalam melakukan identifikasi “pemimpin” suatu kelompok, dapat menggunakan cara
sebagai berikut:
 Bertanya kepada anggota-anggota kelompok, siapakah menurut mereka yang paling
berpengaruh di dalam mengarahkan kelompok.
 Bertanya kepada pengamat kelompok untuk menyebutkan anggota-anggota
kelompok yang terlihat berpengaruh terhadap anggota-anggota lainnya. Atau
mencatat banyaknya perbuatan-perbuatan yang mempunyai konotasi mempengaruhi
anggota-anggota kelompok.
Dari cara-cara di atas dapat diakui bahwa kriteria identifikasi “pemimpin” adalah pengaruh
individu terhadap individu lain. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan
bahwa “pemimpin” adalah anggota kelompok yang dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas
kelompok.
Berdasarkan pada definisi tadi dapat diambil kesimpulan, bahwa:

 Setiap anggota kelompok, pada tingkatan tertentu adalah “pemimpin”. Hal ini dengan
mudah dapat dimengerti karena setiap anggota kelompok pada saat tertentu dituntut
untuk mempengaruhi aktivitas anggota-anggota lain di dalam kelompok.
 Perbuatan-perbuatan yang mencerminkan “kepemimpinan” merupakan kejadian
yang dapat digolongkan ke dalam ‘interpersonal-behaviour’, misalnya interaksi.
Semua interaksi bersifat dua arah dalam hal ini “pemimpin” mempengaruhi pengikut
dan sebaliknya pengikut mempengaruhi “pemimpin”. Menurut Haythorn, bahwa
tingkah laku “pemimpin” pada tingkatan tertentu merupakan fungsi sikap anggota-
anggota kelompok.
 Perlu dibedakan antara “pemimpin” sebagai individu yang mempunyai sejumlah
pengaruh yang berarti dengan “pemimpin” formal dari suatu kelompok yang mungkin
mempunyai pengaruh yang sangat kecil. Disini dapat dikatakan bahwa tidak
semua “pemimpin” formal adalah “pemimpin” yang benar-benar “pemimpin”.
Struktur, situasi dan tugas-tugas kelompok, akan menentukan “kepemimpinan” yang
tumbuh dan berfungsi di dalam suatu kelompok. “Pemimpin” yang merupakan pusat posisi
di dalam kelompok memainkan peranan penting di dalam pencapaian tujuan kelompok,
ideologi kelompok, struktur kelompok dan di dalam pencapaian aktivitas-aktivitas yang
disetujui oleh anggota-anggota kelompok. Disini nampak adanya hubungan timbal-balik
antara munculnya “kepemimpinan” dan fungsi-fungsi yang terbentuk dengan struktur,
situasi dan tugas-tugas kelompok.
Pada umumnya pengaruh di dalam kelompok lebih diarahkan pada satu atau beberapa
orang saja, jarang yang diarahkan pada semua anggota kelompok. Secara alamiah
perubahan konsentrasi “kepemimpinan” dapat beraneka ragam sesuai dengan
pertumbuhan dan berfungsinya kelompok.
Hierarkhi “kepemimpinan” berkembang di dalam kelompok yang tumbuh menjadi besar
dan kompleks karena tuntutan dan fungsi “pemimpin” kelompok serta pelengkap tujuan
kelompok meningkat. Pada tingkat tertinggi dari hierarkhi “kepemimpinan” dipegang
oleh “pemimpin” utama, satu tingkat lebih rendah dipegang oleh “pemimpin” kedua, satu
tingkat lebih rendah dipegang oleh “pemimpin” ketiga, dan seterusnya. Pada tingkat yang
paling rendah terdapat pengikut.
Di dalam hierarkhi “kepemimpinan” yang membentuk struktur kelompok ada
pendelegasian atau penyebaran “kepemimpinan”. Sering diduga
bahwa “kepemimpinan” yang hierarkhis adalah “kepemimpinan” yang mempunyai
konsentrasi “kepemimpinan” di satu tangan manusia. Dugaan seperti ini tidak benar !
Mengapa? —- Karena makin besar dan makin kompleks suatu kelompok atau organisasi,
makin dibutuhkan banyak “pemimpin”, karena makin banyak memberikan kondisi untuk
munculnya “pemimpin-pemimpin”.
“Kepemimpinan” akan muncul pula pada situasi dimana usaha-usaha pencapaian tujuan
kelompok mengalami hambatan atau pada saat kelompok menderita tekanan-tekanan dari
luar yang mengancam keselamatan kelompok. Situasi kelompok yang demikian menuntut
adanya pengertian yang dapat melangkahkan kelompok mencapai tujuannya atau
mengatasi bahaya yang dihadapinya. Pengertian tersebut dapat muncul pada individu di
dalam kelompok yang diterima oleh kelompok karena karakteristik pribadinya yang berani,
terampil, berpengetahuan, percaya diri sendiri dan karakteristik lainnya, sehingga diakui
kelompok sebagai seorang “pemimpin”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa situasi
kelompok yang mengalami krisis dapat mengarahkan munculnya “kepemimpinan”. Analisa
historis terhadap munculnya kediktatoran terbukti karena adanya situasi krisis yang
menuntut perubahan-perubahan segera di dalam pencapaian tujuan kelompok.
Apabila masalah dalam kelompok tersebut sangat rumit,
fungsi “kepemimpinan” didistribusikan diantara sejumlah anggota sehingga
muncul “pemimpin-pemimpin” baru. Dengan berkurangnya tugas yang dilakukan karena
sebagian tugas didelegasikan kepada anggota lain, maka “kepemimpinan” dapat
dilaksanakan dengan lebih berkonsentrasi lagi. Pembagian tugas yang mewujudkan tugas-
tugas semudah mungkin sehingga setiap orang dapat melaksanakan pekerjaannya
merupakan kunci kesuksesan di dalam pencapaian tujuan kelompok.
“Pemimpin-pemimpin” baru juga dapat muncul seandainya “pemimpin” formal kelompok
tersebut tidak menjalankan fungsinya sebagai seorang “pemimpin”.
Namun Walaupun situasi dan kondisi kelompok memungkinkan
munculnya “kepemimpinan”, tetapi tidak ada anggota kelompok yang mempunyai
potensi “pemimpin”, maka tidak akan muncul seorang pemimpin pun di dalam kelompok
tersebut. Jadi ….. Selain kesempatan, potensi psikologis “pemimpin” dibutuhkan untuk
muncul “kepemimpinan”. “Pemimpin” yang muncul adalah “pemimpin-pemimpin” yang
mempunyai keinginan-keinginan terutama keinginan untuk meningkatkan kekuasaan,
prestasi dan materi.
2.3    FUNGSI-FUNGSI “PEMIMPIN”.
Bagaimanapun alam dan situasi kelompok. semua “pemimpin” harus dapat menjalankan
fungsi-fungsi “pemimpin” sesuai dengan tujuan kelompok. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
 “Pemimpin” sebagai orang yang menjalankan “kepemimpinan”nya.
Peranan “pemimpin” yang paling jelas di dalam setiap kelompok adalah sebagai
koordinator tertinggi di dalam mengelola aktivitas-aktivitas
kelompok. “Pemimpin” dituntut berperan langsung di dalam pemutusan
kebijaksanaan atau penentuan tujuan-tujuan kelompok. Namun…. “pemimpin” tidak
diharuskan untuk melakukan sendiri semua aktivitas kelompok.
 “Pemimpin” sebagai perencana.
 “Pemimpin” sebagai pembuat kebijaksanaan.
 “Pemimpin” sebagai seorang ahli.
 “Pemimpin” sebagai wakil kelompok.
 “Pemimpin” sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok.
 “Pemimpin” sebagai orang yang mampu memberikan hadiah dan hukuman (reward
and punishmant).
 “Pemimpin” sebagai pelerai dan penengah.
 “Pemimpin” sebagai contoh.
 “Pemimpin” sebagai simbol kelompok.
 “Pemimpin” sebagai pengganti tanggung jawab individu.
 “Pemimpin” sebagai orang yang mempunyai ideologi.
 “Pemimpin” sebagai tokoh ayah.
 “Pemimpin” sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
Dari semua fungsi yang disebutkan tadi dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:

 Fungsi utama.
 Fungsi pelengkap.
Yang termasuk dalam fungsi utama adalah: fungsi sebagai orang yang
menjalankan “kepemimpinan”, sebagai perencana, sebagai pembuat keputusan, sebagai
ahli, sebagai wakil kelompok, sebagai pengawas hubungan dalam kelompok, sebagai orang
yang mampu memberikan hadiah dan hukuman, sebagai penengah dan pendamai.
Sedangkan fungsi pelengkap adalah: Fungsi sebagai model atau contoh, sebagai simbol
kelompok, sebagai pengganti tanggung jawab individu, sebagai orang yang mempunyai
ideologi, sebagai tokoh ayah, sebagai orang yang selalu dipersalahkan.

2.4    KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN “PEMIMPIN”.
Pada umumnya seorang “pemimpin” memiliki intelegensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan intelegensi para pengikutnya. Disamping itu seorang “pemimpin” juga
memperlihatkan karakteristik penyesuaian diri yang lebih baik, lebih dominan, lebih
ekstrovert, lebih jantan, tidak konservatif dan lebih sensitif di dalam hubungan antar
manusia bila dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya.
Karakteristik “pemimpin” akan berkembang apabila berperanan sebagai “pemimpin”,
artinya apabila bergumul dengan masalah-masalah yang menuntut usaha mengarahkan
kelompok. Dengan demikian pola “pemimpin” pada seseorang adalah hasil dari proses
belajar.
Penampilan yang terus menerus dalam waktu yang cukup lama di dalam melakukan suatu
pekerjaan akan membentuk kepribadian tertentu. Misalnya seseorang yang bekerja sebagai
pedagang akan memperlihatkan kepribadian yang berbeda dengan kepribadian seorang
yang mempunyai pekerjaan sebagai guru atau pegawai negeri, dan seterusnya. Jadi dapat
dikatakan bahwa kantor atau pekerjaan dapat membentuk pribadi manusia. Demikian pula
dengan kedudukan “pemimpin” dengan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakannya
dapat mempengaruhi dan membentuk pribadi tertentu pada seorang “pemimpin”.
Mengenai sifat “kepemimpinan” ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan
bahwa “kepemimpinan” itu bersifat umum, artinya seseorang yang menjadi “pemimpin” di
dalam suatu situasi akan menjadi “pemimpin” di dalam situasi-situasi lainnya. Pendapat
kedua, menyatakan bahwa “kepemimpinan” itu bersifat khusus, artinya
seorang “pemimpin” dari suatu kelompok dengan tugas dan karakteristik tertentu belum
tentu dapat menjadi “pemimpin” dari kelompok dengan tugas dan karakteristik yang lain.
Perubahan tugas dan karakteristik kelompok dapat menyebabkan timbulnya perubahan di
dalam cara memimpinnya.
Menurut Carter dan Nixon, ada tiga macam tugas dalam kelompok, yaitu:
 Tugas yang menuntut pemikiran.
 Tugas yang menuntut keahlian mekanis.
 Tugas yang ada kaitannya dengan keagamaan.
Dari ketiga macam tugas tadi dihitung korelasinya sehingga dihasilkan adanya dua
macam “kepemimpinan”, yaitu:
 “Kepemimpinan” Intelektual.
 “Kepemimpinan” mekanik (tehnik).
Di dalam studi lebih lanjut lagi, Carter menyimpulkan hanya ada dua macam tugas yaitu
tugas yang menuntut pemikiran dan tugas yang menuntut penggunaan obyek.

2.5    TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat dapat digolongkan
dalam lima tipe sebagai berikut :

1)      Tipe otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai
berikut :

 Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;


 Mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
 Mengangap bawahan sebagai alat semata-mata;
 Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;
 Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya;
 Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).
2)      Tipe militeristis.
Seorang pemimpin dengan tipe militeristis tidak berarti selalu seorang pemimpin dari
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin
yang memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut :

 Dalam menggerakan bawahannya lebih sering mepergunakan sistem perintah;


 Dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;
 Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
 Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
 Sukar menerima kritik dari bawahannya;
 Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3)      Tipe paternalistis.
Seorang pemimpin bertipe paternalistis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai
berikut :

 Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;


 Bersikap terlalu melindungi (over protective);
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut mengambil
keputusan;
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya;
 Sering bersikap maha tahu.
4)      Tipe kharismatis.
Seorang pemimpin yang kharismatis mempunyai daya penarik yang amat besar dan oleh
karena itu pada umumnya memiliki pengikut dalam jumlah besar, meskipun para pengikut
tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin
tersebut.

Sulit untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis, karena
dari mana asalnya kharismanya memang sulit untuk ditelusuri. Sering disebutkan bahwa
pemimpin yang kharismatis diberkahi kekuatan gaib. Kekayaan, profil, kesehatan tidak dapat
dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Sebagai contoh : Gandhi bukanlah orang kaya
yang ataupun mememiliki wajah yang tampan.

5)      Tipe demokratis.
Seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai
berikut :

 Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa
manusia adlah makhluk yang termulia;
 Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya;
 Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya;
 Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai
tujuan;
 Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya
untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan
itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi tetap berani untuk berbuat
kesalahan yang lain;
 Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dia sendiri;
 Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin.
Variasi yang baik dari tipe-tipe kepemimpin ini adalah tipe kepemimpinan yang demokratis
sekaligus kharismatis.. Dengan demikian keberadaan pemimpin memiliki legitimasi ganda
karena dipilih dan menerpakan pola kepemimpinan yang demokratis sekaligus memiliki
kharisma di hadapan masyarakatnya.

Tetapi, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang dapat menerapkan berbagai macam tipe memimpin di atas sesuai dengan
kondisi dan situasi. Ada kalanya dia bertipe demokratis, tapi dalam kondisi dan situasi yang
menuntut dia harus tegas maka sah-sah saja apabila dia bertipe milliteristis
Rangkuman Pertemuan 5
REFLEKSI FAKTA-FAKTA PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN ORGANISASI DAN
MASYARAKAT YANG BERBASIS DATA

 Masalah Kepemimpinan Dalam Organisasi Dan Masyarakat

Ketika perusahaan terlalu fokus pada bagaimana ia bersaing dengan perusahaan lain,
kondisi dalam organisasi diperlakukan dengan cara yang tidak efektif. Manajemen lebih
tertarik pada penampilan yang baik daripada melakukan apa yang diperlukan, hasilnya yaitu
kemunduran besar bagi ekonomi dan pendidikan di dunia. Pemimpin tim berfokus untuk
memeras bakat individu demi kepentingan organisasi Manajer, di sisi lain mengevaluasi isu-
isu dan masalah. Perbedaannya jelas sebuah tim memiliki visi dan sebuah manajemen
memiliki agenda.”

 Faktor-Faktor Timbulnya Permasalahan Kepimpinan Dalam Organisasi Dan


Masyarakat
1. Management Waktu Yang Buruk

Pemimpin yang baik harus dapat mengelola waktu, baik internal ataupun eksternal.
Kesuksesan seorang pemimpin tidak lepas dari management waktu yang baik; namun,
banyak masalahyang berawal dari titik ini.

2. Kaderisasi Yang Keliru

Masalah kepemimpinan yang kedua adalah pembiaran. Terkadang, anda melihat karyawan
melakukan kesalahan yang kecil, tapi anda diamkan dengan harapan karyawan tersebut
akan sadar sendiri akan kesalahannya. Namun yang terjadi, karyawan tersebut tidak sadar,
dan pada akhirnya, anda sebagai seorang pemimpin akan menjadi sasaran keluhan dan
complaint dari karyawan lainnya. Pemimpin harus bisa menyelamatkan karyawannya. Jika
ada karyawan yang berpotensi mengganggu produktifitas karena kesalahan kecil saja,
seorang pemimpin harus menegur, menegur bukan berarti marah, dan juga bukan berarti
harus dihadapan banyak orang. Dengan demikian, karyawan tersebut akan faham apa yang
dia perbuat dan efek negatif dari perbuatan tersebut kepada perusahaan.
3. Kurangnya Review dan Evaluasi

Kepemimpinanyang baik adalah pemimpin yang bisa mencetak pemimpin-pemimpin yang


baru atau dikenal juga dengan sebutan kaderisasi. Itu benar, namun, bukan berarti anda
melepaskan semua tanggung jawab ke bahu seorang anak buah yang sedang ditempa untuk
menjadi pemimpin. Itu sama saja anda meletakkan sebilah pedang di atas kepala dengan
diikat ke sehelai rambut. Sangat riskan.

4. Masalah Hubungan Interpersonal

Adanya batasan antara atasan dan bawahan memang harus dihindari. Namun, jika terlalu
akrab maka kita akan menimbulkan masalah kepemimpinan di kemudian hari. Bayangkan,
jika ternyata menurut penilaian perusahaan anda harus memecat seorang anak buah yang
sudah terlanjur sangat dekat dengan anda

5. Kurangnya Motivasi

Dalam kepemimpinan salah satu tugas dari pemimpin adalah memotivasi. Namun jika salah
untuk memotivasi anak buah, maka ini menjadi masalah kepemimpinan, sebab tujuan dari
motivasi tersebut tidak akan tercapai. Seorang anak buah yang menginginkan penghargaan
akan tidak mempan jika diberi motivasi tentang uang.

A. KESIMPULAN

Masalah dalam organisasi itu sebenarnya berasal dari diri mereka masing masing
yang menciptakan masalah itu sendiri dan juga dikarenakan manusia merupakan manusia
yang mempunyai akal dan pikiran yang berbeda beda.

Dalam sebuah organisasi ada beberapa hal yang harus dipelajar oleh setiap
pemimpin maupaun para anggotanya seperti:

 Sebagai pemimpin atau anggota harus mau nenerima masukan dari orang lain dan
berani untuk menerima jika pendapatnya atau idenya itu ditolak oleh orang lain
 Dalam berorganisasi antar ketua dan anggotanya harus saling mempercayai, jika
kepercayaan itu tercipta maka akan mudah dalam melaksanakan tugas – tugasnya
 Sebagai ketua harus tegas dan jangan pernah lelah untuk mengingatkan para
anggotanya dalam tugas tugas yang diberikan
 Berkerja sama / saling bahu membahu untuk mendapat tujuan bersama
 Mau berkorban untuk organisasi

Rangkuman Pertemuan 6
MAKALAH KONSEP DAN NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL

 Hakikat kepemimpinan

Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :


Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan
wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan
wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang
bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan
perusahaan.
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri
mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap
yang diinginkan pihak lainnya
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu
fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.

 Teori Kepemimpinan

1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )


Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
a. Kecerdasan
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
d. Sikap Hubungan Kemanusiaan

2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi


Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
a. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini
seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
b. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
3. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan
faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.

4. Teori Kepemimpinan Situasi


Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.

Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan


berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya
tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi ,
. Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam
mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan
menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan
. Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan
yang diambil tidak bersifat sepihak.
. Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan
dapat mengarahkan diri sendiri.
. Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.

 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL

Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan
berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang
dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah
yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.

Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh
didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa
kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang
muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah
masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali
terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan
infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang
dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan
membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan
sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis
telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat
No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007.
Rangkuman Pertemuan 7
GAYA GAYA KEPEMIMPINAN

 Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya
direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari
pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak
buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak
menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus
dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah. Pemimpin
otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia
memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta
menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan
oleh pimpinan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan.

3. Gaya Kepemimpinan Delegatif


Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin memberikan arahan,
keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat
menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor, 2004).

4. Gaya Kepemimpinan Birokratis


Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”.

5. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif.

6. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian


Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil
dari dirinya sendiri secara penuh.
7. Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya
pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi
perubahan dan tantangan.

8. Gaya Kepemimpinan Diplomatis


Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak
orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat
dari sisi keuntungan lawannya.

9. Gaya Kepemiminan Moralis


Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan
kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin
ini.

10. Gaya Kepemimpinan Administratif


Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita
bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta
Limited change.

11. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).


Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta
berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

12. Gaya kemimpinan asertif (Assertive).


Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan
muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul
kesimpulan yang memuaskan.

Rangkuman Pertemuan 8
IMPLEMENTASI GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENYELESAIAN MASALAH DI
ORGANISASI

 Pengertian Kepemimpinan Dalam Organisasi

Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu leadership. Menurut Tikno Lensufie,
Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik
kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan.
Kepemimpinan bukan berarti memimpin orang untuk sesaat (insidental) seperti memimpin
upacara bendera, memimpin paduan suara dan sebagainya. Tapi kepemimpinan lebih
kepada seseorang yang memimpin suatu organisasi atau institusi.kepemimpinan adalah
faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah
entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Macam-Macam Tipe Kepemimpinan

1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis


Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan
yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-
kemampuan yang superhuman, yang di perolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan
teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis


Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan
dengan sifat-sifat sebagai berikut:
· mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau
anak sendiri yang perlu dikembangkan.
· mereka bersikap terlalu melindungi.
· mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
· mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif.
· mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada
pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka
sendiri,
· selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik


Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
· lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter,
kaku dan seringkali kurang bijaksana.
· menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
· sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)


Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
· mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
· pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
· berambisi untuk merajai situasi.
· setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire


Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung
jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya
diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena
itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis


Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif


Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-
teknokrat dan administrator-administrator yang mampu menggerakkan dinamika
modernisasi dan pembangunan.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis


Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang
efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap
individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui
keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan
kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya
direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari
pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak
buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak
menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus
dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah. Pemimpin
otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia
memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta
menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan
oleh pimpinan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan.

3. Gaya Kepemimpinan Delegatif


Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin memberikan arahan,
keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat
menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor, 2004).

4. Gaya Kepemimpinan Birokratis


Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”.

5. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif.

6. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian


Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil
dari dirinya sendiri secara penuh.

7. Gaya Kepemimpinan Karismatis


Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya
pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi
perubahan dan tantangan.

8. Gaya Kepemimpinan Diplomatis


Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak
orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat
dari sisi keuntungan lawannya.

9. Gaya Kepemiminan Moralis


Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan
kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin
ini.

10. Gaya Kepemimpinan Administratif


Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita
bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta
Limited change.

11. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).


Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta
berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika
dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

12. Gaya kemimpinan asertif (Assertive).


Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan
muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul
kesimpulan yang memuaskan.

 Teori Dasar Kepemimpinan

Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga teori dasar
kepemimpinan:

1. Teori Genetis (Keturunan).


Inti dari teori menyatakan bahwa—Leader are born and not made—(pemimpin itu
dilahirkan (bakat) bukannya dibuat).
2. Teori Sosial.
Teori ini memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function of the group).
Menurut teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-
sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh
sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang didampinginya.

3 Teori Ekologis.
4 Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka
sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-
segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang
paling mendekati kebenaran. Teori ini tidak hanya didasari atas padangan yag bersifat
psikologis dan sosiologis, tetapi juga ekonomi dan politis. Menurut teori ini
kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation).
Teori yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah memiliki
sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota
kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi yang
selalu berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan
kelompok yang didampingnya.

Definisi Kepemimpinan
1. Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas
suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal) (Hemhill&
Coons, 1957:7).
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu
situasitertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satuatau
beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik, 1961:24)….
3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan
dan interaksi (Stogdill, 1974:411).
4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan
beradadiatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi (Katz &
Kahn,1978:528)
5. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang
diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984:46)
6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap
usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
dinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques, 1990:281)
7. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yangefektif
terhadap orde sosial dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking,
1988:153)

 Fungsi Dari Kepemimpinan


Fungsi utama seorang pemimpin menurut Davis Krench dan Richard S. Krutchfield sebagai
berikut:

1. Perencana.
2. Pelaksana.
3. Penyusun kebijakan.
4. Tenaga ahli.
5. Wakil kelompok luar.
6. Pengawas dan pengendali pertalian-pertalian di dalam kelompoknya.
7. Pelaksana hukuman dan pujian.
8. Pelerai bawahannya yang bersengketa.
9. Suri teladan bawahannya.
10. Jambang suatu kelompok.
11. Penanggung jawab.
12. Tokoh bapak.
13. Kambing hitam.
14. Pecinta ideologi bagi kelompoknya.

Anda mungkin juga menyukai