Nim : D1A019086
Subak merupakan sekumpulan petani di Bali yang mengelola sistem irigasi yang ada
di sebuah kawasan persawahan. Satu kelompok subak biasanya memiliki satu sumber air
yang mengalir berada dekat dengan persawahannya. Para anggota kelompok subak
menggunakan sistem gotong royong dan saling bantu. Dengan demikian, setiap anggota harus
bertanggung jawab terhadap penggunaan air juga terhadap petani lain sesama anggota Subak.
Sistem irigasi subak dipimpin oleh seorang pengatur yang diebut pekaseh atau klean
subak. Para pekaseh beertugas mengatur dan memberitahukan ketersediaan air pada areal
persawahan kelompoknya. Apabila kekurangan air, sistem pinjam air dijalankan agar semua
petani mendapatkan air yang cukup untuk sawahnya.
Sistem irigasi subak dibangun oleh masyarakat Bali sejak beratus tahun lalu sebagai
bentuk kemandirian masyarakat dalam mengatasi persoalan air irigasi. Semua persoalan
pertanian dibahas secara musyawarah dan perencanaan yang baik. Subak dibuat berdasarkan
kondisi permukaan tanah yang terasering dan lokasi sungai yang curam dan cukup jauh dari
persaawahan.
Setiap petani di Bali di pastikan anggota Subak, sebagai organisasi yang otonom
subak dipimpin pekaseh atau ketua subak. Organisasi subak mempunyai awig awig atau
peraturan termasuk peraturan jadwal tanam padi agar mendapatkan hasil panen yang
maksimal. Dan pengurus subak selau mengkoordinasi dengan sekitar sebagai bentuk
toleransi.
Jika di suatu lokasi bidang sawah terdapat dua atau lebih cakangan yang saling
berdekatan maka ketinggian cakangan-cakangan tersebut adalah sama (kemudahan dan
kelancaran air mengalir masuk ke sawah masing-masing petani sama), tetapi perbedaan lebar
lubang cakangan masih dapat ditoleransi yang disesuaikan dengan perbedaan luas bidang
sawah garapan petani. Pembuatan, pemeliharaan, serta pengelolaan dari penggunaan fasilitas
irigasi subak dilakukan bersama oleh anggota (krama) subak.
Sawah, tanaman padi, dan air mempunyai peranan penting dalam sistem irigasi subak
bahkan dikaitkan dengan segi religius. Ketiganya berhubungan dengan kekuasaan Dewi
Sri (Dewi kesuburan dan kemakmuran). Oleh karena itu subak tidak semata hanya mengatur
masalah teknis pengaturan dan pembagian air semata, tetapi juga aspek sosial dan religius
(agama).
Untuk menjadi Kelian subak ini adalah sifatnya sosial, tidak mendapatkan gaji
ataupun imbalan. Pembagian atau penyaluran air disesuaikan dengan keanggotaan petani di
subak, ada anggota yang aktif dan pasif, keduanya mendapat pembagian air yang berbeda.
Inilah dasar keadilan dimana distribusi air disesuaikan dengan kontribusi.