Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

BLOK TROPICAL MEDICINE


Semester 6
KELOMPOK A1
MODUL 6

Hari/tanggal : Senin, 26 Maret 2021


Disusun Oleh :
Nama : Ricky Rich Sitohang
NPM : 218 210 004

Nama Fasilitator

dr. MARLINA RAJAGUKGUK, MKT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnyalah laporan
tutorial ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada dr. Marlina Rajagukguk, MKT selaku
fasilitator dalam kegiatan tutorial ini karena telah membimbing kami selama tutorial.
Saya juga menyadari laporan ini masih belum sempurna baik dari penyusunan bentuk
dan materinya. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Tuhan beserta kita.
Terimakasih.

Medan, 14 Maret 2021


Penulis

Ricky Rich Sitohang


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………..... i


Daftar Isi ……………………………………………………………………………….. ii
Pemicu ………………………………………………………………………………….. 1
Klarifikasi Istilah ……………………………………………………………………….. 1
Identifikasi Masalah ……………………………………………………………………. 1
Analisis Masalah ……………………………………………………………………….. 1
Kerangka Konsep ………………………………………………………………………. 2
Learning Objective ……………………………………………………………………... 3
Pembahasan …………………………………………………………………………….. 3
Kesimpulan ……………………………………………………………………………...
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………..
PEMICU

I. KLARIFIKASI ISTILAH

II. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Demam 3 inggu terakhir, mendadak, mengigil sampai badan bergetar, berkeringat dan
kemudian merasa segar
2. Pada saat tugas dipapua os merasa sehat
3. Os mengeluhkan mual, muntah, nyeri perut dan lemas. BAK seperti teh pekat
4. P. Fisik, wajah ikterik, nyeri tekan abdomen pada eoigastrium dan hipokondrium kiri
5. Spleen teraba S-3 dan H-2
6. Hb menurun, bilirubin total meningkat, platelet menurun, bilirubin direk meningkat
7. Sgot dan Sgpt meningkat

III. ANALISIS MASALAH


1. OS terkena infeksi bakteri/virus yang manifestasi klinisnya menyebabkan demam
septik yang suhunya tinggi mendadak dan kembali normal dipagi hari
2. OS terkena penyakit endemis di papua dan pada saat terkena, mungkin bakteri atau
virus tersebut sedang pada tahap inkubasi
3. Terjdinya gangguan pada hati berupa peradangan dan terjadinya penekanan pada
lambung yang menyebabkan mual dan muntah, BAK seperti teh manifestasi dari
kekurangan cairan akibat muntah dan sebagai tanda adanya kelainan di hati/liver
4. HB menurun menandakan anemia yang diawali dengan fungsi ginjal yang terganggu
akibat dehidrasi sehingga asupan ginjal untuk memproduksi sebagian darah terganggu
5. SGOT dan SGPT meningkat, menandakan infeksi pada hati, syok pada peredaran
darah, dan kemungkinan mengonsumsi alkohol, menurut kasus meningkatnya sgot
dan sgpt menandakan gangguan pada hati OS
IV. KERANGKA KONSEP
Riwayat perjalanan,
Lak-Laki 40 Tahun Papua

KU : Demam 3 minggu terakhir,


mendadak, mengigil sampai badan
bergetar. berkeringat dan kemudian
merasa segar

P. FISIK : p. fisik, wajah ikterik.


nyeri tekan abdomen pada
epigastrium dan hipokondrium
kiri, spleen teraba S-3, H-2,

P. LAB : hb menurun, bilirubin total


meningkat, platelet menurun, DD : MALARIA, DEMAM TIFOID,
bilirubin direk meningkat, sgot dan HEPATITIS
sgpt meningkat

V. LEARNING OBJECTIVE
1. DD dan DX disertakan dengan gejala klinis
2. Etiologi & faktor resiko
3. Identifikasi penyebab malaria yang berkembang di papua
4. Cara mendignosis
5. Patofisiologi
6. Tatalaksana
7. Komplikasi
8. Pencegahan, prognosa dan Vaksinasi
9. Siklus dalam nyamuk dan tubuh manusia
10. Jenis nyamuk dan Jenis malaria
11. Anemia kenapa bisa terjadi
12. Klasifikasi malaria berat ringan

VI. PEMBAHASAN
1. DD dan DX
Malaria,
Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang
didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat
banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal dari
daerah non endemis). Selain gejala klasik di atas, dapat ditemukan gejala lain seperti
nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot . Gejala tersebut
biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun)

Demam Tifoid,
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
enterica serovar typhi (S.typhi) (Parry, 2004).
Setelah 7-14 hari tanpa gejala (asimptomatis) dapat muncul keluhan atau gejala yang
bervariasi mulai dari yang ringan dengan demam yang tidak tinggi, malaise, dan batuk
kering sampai dengan gejala yang berat dengan demam yang berangsur makin tinggi
setiap hari, serta rasa tidak nyaman. Gejala lain yang biasa dijumpai adalah demam
sore hari dengan serangkaian keluhan klinis, seperti anoreksia, mialgia, nyeri
abdomen , dan obstipasi, dapat disertai dengan lidah kotor, nyeri tekan perut, dan
pembengkakan pada stadium lanjut dari hati dan limpa atau dapat keduanya
(Nelwan,2012).
Hepatitis,
Hepatitis virus akut adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hampir
semua kasus hepatitis virus akut disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus yaitu:
virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus
hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV). Jenis virus lain yang ditularkan
pascatransfusi seperti virus hepatitis G dan virus TT telah dapat diidentifikasi akan
tetapi tidak menyebabkan hepatitis. Semua jenis hepatitis virus yang menyerang
manusia merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B, yang merupakan virus
DNA.

DX
Malaria

2. Etiologi dan faktor resiko


Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium
knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia.

Faktor Resiko
- Tidak memasang kawat kasa pada semua ventilasi
- Dinding rumah yang terbuat dari kayu/papan
- Keberadaan kandang ternak dekat rumah
- Kebiasaan keluar rumah pada malam hari

3. Di Papua terdapat 2 spesies nyamuk Anopheles telah diketahui menyebar di seluruh


kabupaten yaitu spesies An.farauti, dan An.punctulatus. Malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium falciparum lebih dominan dibanding Plasmodium vivax dibeberapa
Kabupaten. Hasil surveilans malaria pada 9 Puskesmas di Kota Jayapura tahun 2004
menunjukkan bahwa malaria yang disebabkan oleh P.falciparum sebanyak 13.702
jiwa, P.vivax sebanyak 4.028 jiwa, dan yang menderita malaria klinis sebanyak 6.327
jiwa. Sedangkan tahun 2005 jumlah kasus malaria mengalami peningkatan yaitu
malaria yang disebabkan oleh P.falciparum sebanyak 14.166 jiwa, P.vivax sebanyak
5.470 jiwa, dan malaria klinis sebanyak 8.880 jiwa. Dengan demikian malaria
menempati urutan pertama dari 10 besar penyakit

4. A. Anamnesis Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:


a. Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual,
muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
c. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
d. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
B. Pemeriksaan fisik
a. Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C
b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Sklera ikterik
d. Pembesaran Limpa (splenomegali)
e. Pembesaran hati (hepatomegali)
C. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis
di Puskesmas/lapangan/ rumah sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b) Spesies dan stadium plasmodium.
c) Kepadatan parasit.
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test) Mekanisme
kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan
metoda imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk
penggunaan dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan
untuk mengevaluasi pengobatan.

5. Patofisiologi
6. Tatalaksana
A. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
1) Malaria falsiparum dan Malaria vivaks Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks
saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria
falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya
diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria
vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan
pada bayi usia < 6 bulan.
Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di
bawah ini:
Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin
2) Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria vivaks relaps
(kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
3) Pengobatan malaria ovale Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT
yaitu DHP ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya
sama dengan untuk malaria vivaks.
4) Pengobatan malaria malariae Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali
perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan
tidak diberikan primakuin
5) Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale Pada penderita dengan
infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25
mg/kgBB/hari selama 14 hari.
PENGOBATAN MALARIA BERAT
A. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan Jika
puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria berat harus
langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk berikan artesunat
intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb)
B. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau Rumah Sakit
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat diberikan kina
drip.
Kemasan dan cara pemberian artesunat
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam
artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat 5%. Keduanya
dicampur untuk membuat 1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian diencerkan
dengan Dextrose 5% atau NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60
mg/6ml (10mg/ml). Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan. Artesunat diberikan
dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya
diberikan
7. Komplikasi
Komplikasi malaria berat yang didapat berupa black water fever, malaria billiosa,
anemia dan malaria related acute kidney injury (MAKI).

8. Pencegahan dan prognosa


Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko
malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis.
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lainlain. Obat yang digunakan untuk
kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2
hari sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu setelah
kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan
tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan.

Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau puskesmas
perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai, misalnya jika dibutuhkan
fasilitas dialisis, maka penderita harus dirujuk ke RS dengan fasilitas yang lebih
lengkap. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
pengobatan.

Vaksinasi, untuk saat ini belum diproduksi secara massal, ataupun masih dalam tahap
penelitian, penelitian terbaru. University of Oxford menemukan vaksin dengan
efektifitas 77%. Yang menjadi harapan baru untuk lini vaksinasi malaria.
9. A. Siklus hidup plasmodium di tubuh manusia (siklus aseksual) Parasit yang masuk
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terifeksi (sporozoid) akan
menginfeksi sel di hati dan akan melakukan replikasi aseksual menjadi schizon,
schizon akan pecah dan menghasilkan banyak merozoid biasanya sekitar 2000-40.000
tergantung dari jenis spesies, menjadi matur “merozoid” terjadi 10-14 hari sampai
beberapa siklus (siklus eksoeritrositic). Merozoid selanjutnya akan menyebar ke
dalam aliran darah dan menginfeksi sel darah merah, pada P.vivax dan P. ovale tidak
semua parasit menyebar ke aliran darah ada yang dorman di hati dan dapat aktif
kembali. Merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan berkembang menjadi
parasit dengan bentuk cincin karena adanya vakuola di dalam sel parasit sehingga sel
inti berada di tepi (tropozoit). Tropozoit matur bentunya lebih besar sehingga bentuk
cincin terlihat jelas. Tropozoit kemudian bereplikasi aseksual dengan pembelahan inti
menjadi schizon yang terdiri dari 10-30 inti bergantung species parasitnya.
Schizon yang telah matur akan pecah dan melepaskan banyak merozoid baru yang
akan menginfeksi sel darah merah lainnya (siklus eritrositer). Siklus replikasi
menyebabkan banyak eritrosit yang pecah dan rusak, berulangnya replikasi dan
kerusakan menyebabkan timbulnya gejala klinis. Periode sejak gigitan nyamuk yang
infektif sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai masa inkubasi intrinsik.
Setelah beberapa kali bereplikasi, beberapa tropozoid berkembang menjadi gamet
jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogamet) pada tahap inilah parasit akan
terbawa nyamuk saat menghisap darah manusia yang terinfeksi dan akan berkembang
di dalam tubuh nyamuk.

B. Siklus hidup plasmodium di tubuh nyamuk (pembiakan seksual/ sporogoni)


Mikrogamet dan makrogamet yang terhisap dari darah manusia yang terinfeksi, akan
terjadi perkawinan silang antara jantan (mikrogamet) dan betina (makrogamet)
menjadi zigot, zigot berkembang dan memanjang menjadi ookinete yang akan
menembus dinding lambung (midgut) selanjutnya menjadi ookista. Ookista yang telah
matur akan pecah menghasikan ribuan sporozoid baru yang akan menyebar ke seluruh
tubuh nyamuk termasuk kelenjar ludah. Proses perkembangan dari zigot sampai
sporozoid membutuhkan waktu 12-14 hari disebut masa inkubasi ekstrinsik.

10. Di Papua terdapat 2 spesies nyamuk Anopheles telah diketahui menyebar di seluruh
kabupaten yaitu spesies An.farauti, dan An.punctulatus,
1. Malaria Falsiparum Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam
timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria
berat yang menyebabkan kematian.
2. Malaria Vivaks Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang
dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax.
3. Malaria Ovale Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya
bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
4. Malaria Malariae Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam berulang
dengan interval bebas demam 3 hari.
5. Malaria Knowlesi Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam
menyerupai malaria falsiparum.

11. HB menurun menandakan anemia yang diawali dengan fungsi ginjal yang terganggu
akibat dehidrasi sehingga asupan ginjal untuk memproduksi sebagian darah
terganggu, dan bisa terjadi karena hemolisis yang disebabkan oleh plasmodium masuk
ke limfa yang berfungsi untuk menyaring eritrosit. Plasmodium masuk dan merusak
pabrik dari eritrosit.

12. Malaria Berat


Malaria berat adalah : ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual
dengan minimal satu dari manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil
laboratorium (WHO, 2015):
1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernafasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80 mm Hg
(pada anak: <70 mmHg)
6. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasit >100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%)
Gambaran laboratorium :
1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis sedang-
rendah), pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit <15%)
4. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di daerah endemis
rendah atau > 5% eritrosit atau 100.0000 parasit /μl di daerah endemis tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%)
Malaria Ringan
Infeksi parasit malaria dapat mengakibatkan berbagai gejala, mulai dari tidak ada atau
sangat ringan sampai penyakit yang parah dan bahkan kematian. Periode dari
masuknya parasit sampai menimbulkan gejala klinis disebut masa inkubasi intrinsik,
masa inkubasi tergantung dari spesies. Plasmodium falciparum mempunyai periode
yang lebih pendek 12 hari dan periode yang paling panjang adalah P. malariae 28 hari
(18-40 hari) sementara untuk malaria vivax 12-17 hari, 17 hari (16-18 hari) pada
Plasmodium ovale. Gejala klinis muncul pada infeki malaria dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh, jenis plasmodium dan jumlah parasit yang menginfeksi. Gejala yang
muncul tidak spesifik, seperti lemah, lesu, ketidaknyamanan perut dan nyeri otot,
demam diikuti dengan gejala prodormal seperti rasa dingin atau menggigil dan
berkeringat, sakit kepala, menggigil dan muntah.
1) Menggigil. Terjadi setelah pecahnya skizon dalam sel darah merah yang diikuti
keluarnya zat-zat antigen. Proses menggigil berlangsung 15 – 60 menit.
2) Demam. Timbul setelah menggigil, biasanya sekitar 37,5 - 40° C pada penderita
hiperparasitemia (hitung parasit >5%), suhu bisa meningkat sampai >40° C.
Wajah memerah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, frekuensi napas
meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin hebat, muntah-
muntah, kesadaran menurun, sampai timbul kejang (pada anak-anak). Proses
demam berlangsung 2 - 6 jam.
3) Berkeringat. Timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme yang
menjadikan produksi keringat bertambah. Proses ini berjalan 2 - 4 jam. Setelah
berkeringat biasanya penderita merasa sehat kembali, 2-3 hari kemudian serangan
demam akan terulang kembali.
VII. KESIMPULAN
Dari pemicu diatas dapat disimpulkan bahwa seorang laki laki berusia 40 tahun didiagnosa
dengan malaria berat, dengan riwayat perjalanan ke papua dan gejala yang sesuai dengan
pemicu yaitu perasaan dingin, menggigil sampai seluruh badan bergetar diikuti dengan
berkeringat. Os mengeluhkan mual, muntah, nyeri perut dan lemas. BAK seperti teh pekat. P.
Fisik, wajah ikterik, nyeri tekan abdomen pada eoigastrium dan hipokondrium kiri. Spleen
teraba S-3 dan H-2. Hb menurun, bilirubin total meningkat, platelet menurun, bilirubin direk
meningkat. Sgot dan Sgpt meningkat, diindikasikan os mengidap malaria berat karena terjadi
Ikterik/jaundice, seperti pada pemicu. Maka terapi yang diberikan ialah Dihidroartemisinin-
Piperakuin(DHP) + Primakuin
DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen Pengendalian Penyakit dan penyehatan
Lingkungan. Kementrian Kesehatan RI. 2012.

Harijanto PN. Tatalaksana Malaria untuk Indonesia dalam Epidemiologi Malaria di


Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI. 2011.

Kim D. Guidelines for Employer-Based Malaria Control Programmes. World Economic


Forum. 2006.

Pedoman Penatalaksanaan Malaria di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2008.

Anda mungkin juga menyukai