Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

BLOK :KEDOKTERAN KOMUNITAS

MODUL : ILMU GIZI

Semester 6

Hari/ Tanggal : Jumat / 30 – Juli– 2021

Disusun Oleh :

Ricky Rich Sitohang 218210004

DOSEN FASILITATOR

dr. Evirosa Simanjuntak, M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan laporan hasil tutorial ini.
Dengan selesainya laporan tutorial ini, saya mengucapkan terimakasih kepada dr.
Evirosa Simanjuntak, M.Biomed selaku fasilitator yang telah membimbing sayadalam
menyelesaikan laporan tutorial ini.
Saya menyadari bahwa laporan tutorial ini tidak lepas dari berbagai kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari dokter selaku fasilitator dan berbagai
pihak yang membaca guna menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
dalam menunjang pendidikandi fakultas kedokteran Universitas Methodist Indonesia.

Medan, 30 Juli 2021


Penulis

Ricky Rich Sitohang

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………………………... i


Daftar Isi ……………………………………………………………………………….. ii
Pemicu ………………………………………………………………………………….. 1
KlarifikasiIstilah ……………………………………………………………………….. 1
IdentifikasiMasalah …………………………………………………………………….. 1
AnalisisMasalah ………………………………………………………………………... 1
KerangkaKonsep ……………………………………………………………………….. 2
Learning Objective ……………………………………………………………………... 2
Pembahasan …………………………………………………………………………….. 3
Kesimpulan ……………………………………………………………………………... 5
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 6

ii
PEMICU

Lembar 1
Laki laki, usia 67 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nafsu makan menurun dan
susah BAB sejak 2 bulan lalu. Pasien mengatakan semua makanan terasa tidak enak. Riwayat
hipertensi ada. Berat badan pasien menurun 5 kg dalam 2 bulan.
Lembar 2
Pada pemeriksaan fisik, tampak sakit sedang, tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi
nadi 80 kali/menit, frekuensi napas 16x/menit, suhu tubuh afebris. Pemeriksaan fisik ditemukan
kongjungtiva tidak anemis, toraks dalam batas normal, abdomen dalam batas normal, wasting
ada, edema tidak ada. Berat badan 50 kg, tinggi badan 168 cm.
Lembar 3
Dari riwayat makanan, pasien makan dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu nasi 150 gr dan
telur rebus 1 butir tiap kali makan. Pasien tidak memakai garam karena khawatir tekanan darah
naik. Pasien jarang makan sayur dan buah karena khawatir semakin susah BAB. Asupan cairan
pasien sekitar 6 gelas sehari.

I. KLARIFIKASI ISTILAH
 Wasting  kondisi kurang gizi akut disebabkan oleh asupan nutrisi yang kurang.

II. IDENTIFIKASI MASALAH


1) keluhan nafsu makan menurun, sehingga berat badan menurun 5 kg dalam 2
bulan, Pasien mengatakan semua makanan terasa tidak enak.
2) susah BAB
3) riwayat penyakit  hipertensi
4) ditemukan adanya wasting, Berat badan 50 kg, tinggi badan 168 cm.
5) riwayat makanan : pasien makan dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu nasi 150 gr
dan telur rebus 1 butir tiap kali makan, Pasien tidak memakai garam karena
khawatir tekanan darah naik. Pasien jarang makan sayur dan buah karena
khawatir semakin susah BAB, Asupan cairan pasien sekitar 6 gelas sehari.

III. ANALISIS MASALAH


1) Karena kurangnya variasi makanan dari si pasien, dan kurangnya mengomsumsi
buah dan sayur, kemungkinan bapak berusia 67 tahun tersebut mengalami
penurunan penglihatan.
2) Kurangnya mengomsumsi serat karena pasien jarang memakan buah dan sayur.
3) Menjadi faktor pemicu bahwa pemilihan makanan menjadi ada batasan.
4) IMT : 17,7 kategori berat badan kurang gizi. Pemahan lansia terhadap 4 sehat
sempurna kurang.
5) Dari riwayat makanan : kebutuhan nutrisinya kurang lengkap, masalah sosial
ekonomi yang kurang/lemah.

1
IV. KERANGKA KONSEP

Keluhan nafsu makan menurun


dan susah BAB sejak 2 bulan
Laki laki, 67 tahun. Datang ke puskesmas lalu. Riwayat hipertensi ada,
berat badab menurun 5 kg
dalam 2 bulan

Pemeriksaan fisik, tampak sakit


sedsng, Td : 140/80 mmHg,
Nadi : 80x/mnt, suhu tubuh
afebris.

Pemeriksaan fisik ditemukan


konjungtiva tidak anemis, toraks
dalam batas normal, abdomen
dalam batas normal, wasting
ada, edema tidak ada. BB 50 kg,
Tb 168 cm.

 Riwayat makanan : 2 x sehari


nasi 150 gr dan telur rebus 1
butir tiap kali makan.
 Tidak mau memakai garam 
takut TD ↑.
 Jarang makan sayur dan buah 
kwatir susah BAB.
 Asupan cairan : 6 gelas/ hari.

Malnutrisi pada lansia

2
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Jelaskan perubahan fisiologis apa saja yang terjadi pada pasien.
2. Bagaimana car melakukan skrining dan assement
3. Apa saja kebutuhan nutrisi normal untuk lansia?
4. Menghitung IMT dan termasuk kemana , status gizi pada pasien
5. a.Faktor resiko terjadinya malnutrisi pada lansia
b.Dan apa saja dampak malnutrisi pada lansia
6. kalori yang dibutuhkan pasien untuk mencapai berat badan normal, dan
berapa kadar garam untuk riwayat hipertensi ?
7. bagaimana tatalaksana pemberian makan pada pasien ini ?
8. a. edukasi pola hidup sehat pada lansia
b.bagaimana edukasi nutrisi pada pasien ini ?

VI. PEMBAHASAN
1. Jelaskan perubahan fisiologis apa saja yang terjadi pada pasien.
Penurunan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan
lebih mudah timbulnya masalah kesehatan pada lanjut usia. Masalah gizi
yang seringkali terjadi pada lanjut usia juga dipengaruhi oleh sejumlah
perubahan fisiologis. Adapun perubahan fisiologis tersebut sebagai
berikut:

a. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh dapat memberikan indikasi status


gizi dan tingkat kebugaran jasmani seseorang. Penurunan massa otot
akan mengakibatkan penurunan kebutuhan energi yang terlihat pada
lansia. Keseimbangan energi pada lansia lebih lanjut dipengaruhi oleh
aktifitas fisik yang menurun. Pemahaman akan hubungan berbagai
keadaan tersebut penting dalam membantu lansia mengelola berat badan
mereka.

b. Gigi dan Mulut


Hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan
bawah dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun yang semula
maksimal dapat mencapai 300 poinds per square inch dapat mencapai 50
pound per square inch. Selain itu, terjadinya atropi gingiva dan procesus
alveolaris yang menyebabkan akar gigi terbuka dan sering menimbulkan
rasa sakit semakin memperparah penurunan daya kunyah. Pada lansia
saluran pencernaan tidak dapat mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi
kunyah sehingga akan mempengaruhi kesehatan umum.

c. Indera Pengecap dan Pencium Dengan bertambahnya umur,


kemampuan mengecap, mencerna, dan mematobolisme makanan
3
berubah. Penurunan indera pengecap dan pencium pada lansia
menyebabkan sebagian besar kelompok umur ini tidak dapat lagi
menikmati aroma dan rasa makanan. Gangguan rasa pengecap pada
proses penuaan terjadi karena pertambahan umur berkorelasi negatif
dengan jumlah ‟taste buds‟ atau tunas pengecap pada lidah. Cherie Long
(1986) dan Ruslijanto (1996) dalam Darmojo (2010) menyatakan 80%
tunas pengecap hilang pada usia 80 tahun. Wanita pasca monopause
cenderung berkurang kemampuan merasakan manis dan asin. Keadaan
ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati makanan dan
mengalami pemurunan nafsu makan dan asupan makanan. Gangguan
rasa pengecap juga merupakan manifestasi penyakit sistemik pada lansia
disebabkan kandidiasis mulut dan defisiensi nutrisi terutama defisiensi
seng.

d. Gastrointestinal Motilitas lambung dan pengosongan lambung


menurun seiring dengan meningkatnya usia. Lapisan lambung lansia
menipis. Di atas usia 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang.
Akibatnya penyerapan vitamin dan zat besi berkurang sehingga
berpengaruh pada kejadian osteoporosis dan osteomalasia pada lansia.

e. Hematologi Berbagai kelainan hematologi dapat terjadi pada usia


lanjut sebagai akibat dari proses menua pada sistem hematopoetik.
Berdasarkan pengamatan klinik dan laboratorik, didapatkan bukti bahwa
pada batas umur tertentu, sumsum tulang mengalami involusi, sehingga
cadangan sumsum tulang pada usia lanjut menurun. Beberapa variabel
dalam pemeriksaan darah lengkap (full blood count) seperti kadar
hemoglobin, indeks sel darah merah (MCV, MCH, MCHC), hitung
leukosit, trombosit menunjukkan perubahan yang berhubungan dengan
umur. Anemia kekurangan zat besi adalah salah satu bentuk kelainan
hematologi yang sering dialami pada lansia . Penyebab utama anemia
kekurangan zat besi pada usia lanjut adalah karena kehilangan darah
yang terutama berasal dari perdarahan kronik sistem gastrointestinal
akibat berbagai masalah pencernaan seperti tukak peptik, varises
esofagus, keganasan lambung dan kolon. Menurunnya cairan saluran
cerna (sekresi pepsin) dan enzim-enzim pencernaan proteolitik
mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien.

2. Bagaimana cara melakukan skrining dan assement


Penilaian status gizi menggunakan antropometri. Antropometri berasal
dari kata Anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
4
metrosartinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan energy dan protein.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan


mengukur beberapa parameter yang meliputi umur, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lengkar pinggul,
dan lemakdi bawah kulit. Kombinasi antara beberapa parameter
antropometri disebut juga sebagai indeks antropometri.

a. Berat badan Berat badan dapat memberikan gambaran massa tubuh.


Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak bila
terserang penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi.

b. Tinggi badan Tinggi badan merupakan parameter yang


menggambarkan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan kurang sensitive
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang singkat karena
pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan timbul dalam
waktu yang lama.

c. Lingkar Lengan Atas, Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan


status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data
umur yang terkadangsusah diperoleh.Lingkar lengan atas memberikan
gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak di bawah
kulit Lingkar Lengan Atas merupakan parameter yang sangat sederhana
dan mudah dilakukan oleh tenaga non-profesional. Lingkar lengan atas
merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat,
sehingga merupakan indeks yang menggambarkan status saat ini.
Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut:
1. LLA < 21 = buruk
2. LLA 21 sampai ≤ 22 = sedang
3. LLA > 22 = baik/normal

d. Indeks Massa Tubuh IMT merupakan indikator status gizi yang cukup
peka digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18
tahun dan mempunyai hubungan yang cukup tinggi dengan persen lemak
dalam tubuh. IMT juga merupakan sebuah ukuran “berat terhadap
tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang
5
dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan),
Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus
atau cara menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2).

Asesmen gizi pada orang lanjut usia


Asesmen Diet
Penghitungan asupan gizi yang baik sebaiknya dilakukan oleh ahli gizi.
Berbagai metode yang berbeda dapat dipergunakan. Pasien dapat
diwawancarai terkait makanan yang telah dikonsumsi selama 24 jam.
Data makanan yang dikonsumsi selama 7 hari juga dapat dipergunakan
dan dapat membantu menghilangkan variasi. Penurunan berat badan
yang tidak disengaja adalah salah satu prediktor terbaik dari hasil klinis
terburuk dan pada orang tua adalah dikaitkan dengan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan.

Asesmen Klinis
Sejumlah besar tanda-tanda klinis dapat menunjukkan terjadinya
kekurangan gizi. Penilaian umum yang yang dapat dilihat, antara lain;
fisik individu, kulit yang terlihat kering/ bersisik, penyembuhan luka
yang buruk.

Tool Skrining
Malnutrisi Universal Screening Tool (MUST) adalah lima langkah tool
skrining untuk mengidentifikasi kekurangan gizi atau berisiko
kekurangan gizi pada orang dewasa.
Asesmen Antropometrik
Body Mass Index (BMI) dapat dipergunakan untuk memprediksi risiko
penyakit pada orang kurus maupun obesitas. Pengukuran BMI pada
orang lanjut usia memiliki keterbatasan-keterbatasan, hal ini dapat
disebabkan karena perubahan postur tubuh, hilangnya tonus otot. Pada

6
kasus tinggi badan tersebut, data diperoleh dari bagian tubuh lainnya,
seperti; kaki, lengan, rentang lengan. Sedangkan penggunaan data
antropometrik dimaksudkan untuk mendapatkan referensi nilai berbagai
bagian tubuh.

Tanda-tanda Biokimia
Serum albumin merupakan penanda yang biasa dipergunakan karena
dapat memprediksikan kematian pada orang lanjut usia. Selain itu juga
penilaian vitamin dan telusur elemen juga penting, karena apabila terjadi
kekurangan pada hal tersebut, dapat menyebabkan komplikasi medis.
Sampai saat ini tidak ada penanda biokimia tunggal malnutrisi sebagai
uji skrining. Hal utama dalam penanda biokimia adalah penilaian secara
detil dan adanya pemantauan.

3. Apa saja kebutuhan nutrisi normal untuk lansia?


Berdasarkan data AKG dalam Permenkes No.28 Tahun 2019, kebutuhan
gizi harian lansia (65-80 tahun) untuk pria, baik makro, vitamin, maupun
mineral adalah:
Energi: 1.800 kkal
Protein: 64 gram
Lemak total: 50 gram
Karbohidrat: 275 gram
Serat: 25 gram
Air: 1.800 ml

4. Menghitung IMT dan termasuk kemana , status gizi pada pasien

IMT =17,715 (Gizi Kurang)

5. a.Faktor resiko terjadinya malnutrisi pada lansia


Malnutrisi pada lansia dapat diakibatkan oleh beberapa faktor risiko
meliputi kondisi patologis seperti penyakit kronis, keadaan yang dapat
memengaruhi kemampuan mendapatkan, menyiapkan, mengonsumsi,
atau menikmati makanan, aktivitas fisik, stressor psikologis berupa
depresi, perawatan mulut yang buruk, efek obat-obatan yang merugikan,
faktor budaya dan sosial ekonomi serta faktor lingkungan. Perubahan
terkait usia yang dapat mempengaruhi terjadinya malnutrisi pada lansia
berupa kemampuan mengunyah yang menurun, penurunan indera

7
penciuman, perasa dan sekresi air liur, melambatnya motilitas usus,
perubahan degeneratif yang mempengaruhi pencernaan (Miller, 2012).

b.Dan apa saja dampak malnutrisi pada lansia


a. Berkurangnya Massa Otot dan Bertambahnya Massa Lemak
Hal ini dapat menurunkan jumlah cairan tubuh sehingga kulit terlihat
mengerut dan kering, wajah berkeriput dengan garis-garis yang menetap,
sehingga seorang lansia terlihat kurus (Kemenkes RI, 2012).
b. Gangguan Indera
Kemampuan indera perasa pada lansia mulai menurun. Sensitifitas
terhadap rasa manis dan asin biasanya berkurang, ini menyebabkan
lansia senang makan yang manis dan asin (Kemenkes RI, 2012).
Kelenjar saliva mulai sukar disekresi yang mempengaruhi proses
perubahan karbohidrat kompleks menjadi disakarida karena enzim
ptyalin menurun. Fungsi lidah pun menurun sehingga proses menelan
menjadi lebih sulit (Fatmah, 2010).
c. Gangguan Rongga Mulut
Menurut Meiner (2006) dalam Oktariyani (2012), lansia mengalami
penurunan fungsi fisiologis pada rongga mulut sehingga mempengaruhi
proses mekanisme makanan. Perubahan dalam rongga mulut yang terjadi
pada lansia mencakup gigi tanggal, mulut kering dan penurunan
motilitas esophagus. Gigi-geligi yang tanggal, menyebabkan gangguan
fungsi mengunyah yang mengakibatkan kurangnya asupan makanan
pada lansia (Kemenkes RI, 2012).
d. Gangguan Lambung
Cairan saluran cerna dan enzim-enzim yang membantu pencernaan
berkurang pada proses menua. Nafsu makan dan kemampuan
penyerapan zat-zat gizi juga menurun terutama lemak dan kalsium. Pada
lambung, faktor yang berpengaruh terhadap penyerapan vitamin B12
berkurang, sehingga dapat menyebabkan anemia (Kemenkes RI, 2012).
Perubahan yang terjadi pada lambung adalah atrofi mukosa yang
menyebabkan berkurangnya sekresi asam lambung sehingga rasa lapar
juga berkurang. Ukuran lambung pada lansia juga mengecil sehingga
daya tampung makanan berkurang (Fatmah, 2010).

e. Penurunan Motilitas Usus


Hal ini menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut
kembung, nyeri perut dan kesulitan buang air besar. Hal ini dapat
menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya wasir
(Kemenkes RI, 2012). Menurut Miller (2004) dalam Oktariyani (2012),
perubahan struktur di permukaan usus secara signifikan mempengaruhi
8
motilitas, permeabilitas atau waktu transit usus halus. Perubahan ini
dapat mempengaruhi fungsi imun dan absorpsi dari beberapa nutrisi
seperti kalsium dan vitamin D.
f. Penurunan Fungsi Sel Otak
Terjadinya penurunan fungsi sel otak menyebabkan penurunan daya
ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, mengatur dan
mengurutkan sesuatu yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari yang disebut dengan demensia/pikun.
Penurunan kemampuan motorik menyebabkan lansia kesulitan untuk
makan (Kemenkes RI, 2012).
g. Gangguan Organ Tubuh
Kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga
berkurang, sehingga dapat terjadi pengenceran natrium sehingga ginjal
mengalami penurunan fungsi. Selain itu pengeluaran urine di luar
kesadaran (incontinensia urine) menyebabkan lansia sering mengurangi
minum, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi (Kemenkes RI, 2012).
Setelah usia 70 tahun, ukuran hati dan pankreas akan mengecil. Terjadi
penurunan kapasitas penyimpanan dan kemampuan mensintesis protein
dan enzim-enzim percernaan. Perubahan fungsi hati terutama dalam
produksi enzim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas
metabolisme karbohidrat, pepsin, dan lemak juga menurun (Fatmah,
2010).

6. kalori yang dibutuhkan pasien untuk mencapai berat badan normal, dan
berapa kadar garam untuk riwayat hipertensi ?
Kalori
BB ideal TB 168. = 61.2
66.5 + (13.7 X BB) + (5 X TB) - (6.8 X U)
66.5 + (13.7 X 61.2) + (5 X 168) - (6.8 X 67)
= 66.5 + 838.44 + 840 – 455.6
= 1.289,34 Kalori/hari
Untuk orang yang menderita hipertensi, konsumsi natrium dianjurkan
tidak lebih dari 2.300 mg perhari. Sedangkan American Heart
Association (AHA) merekomendasikan konsumsi Na bagi orang dewasa
tidak lebih dari 2.400 mg/hari, atau setara dengan satu sendok teh garam
dapur sehari (Rijanti, 2015).

7. bagaimana tatalaksana pemberian makan pada pasien ini ?


1. Sajikan makanan yang padat gizi. Misalnya, alih-alih menyajikan
kaldu ayam polos, buatlah sop ayam dilengkapi sayur-sayuran.

9
2. Tingkatkan jumlah kalori tanpa menambah jumlah makanan. Caranya
dengan menambahkan keju dan kuah daging di makanan, madu atau
maple syrup di dalam sereal.
3. Gunakan banyak herbal dan bumbu-bumbu karena indera penciuman
dan pengecap lansia pada umumnya telah menurun.
Masaklah makanan itu dengan warna-warna mencolok yang menggugah
selera.
4. Bagilah kebutuhan nutrisinya ke dalam beberapa kali makan dan
camilan dengan porsi kecil sehingga lebih mudah bagi orang tua untuk
menghabiskannya.
5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan. Bila perlu tambahan
dengan suplemen nutrisi.

8. A.edukasi pola hidup sehat pada lansia


a. Faktor Makanan
Usia tua sudah di mulai pada umur 40 tahun, karena perkembangan fisik
akan menurun, tapi perkembangan mental terus berlangsung. Mulai saat
itulah kita harus bisa menahan diri untuk tidak mengkonsumsi makanan
yang hanya di sukai dan yang memberi kepuasan, karena enak di mulut.
Tapi memikirkan akibatnya dalam tubuh, karena bukan lagi kesehatan
jadi baik, tapi sudah membuat penyakit di tubuh kita. Bagi lansia
sebaiknya mengkonsumsi makanan seperti sayuran segar yang di cuci
bersih dengan pestisida, buah segar, tahu, tempe yang berprotein tinggi.
Terutama hati yang banyak mengandung gizi seperti kalsium, fosfor,
besi, vitamin A, B1, B2, B12 dan vitamin C.

b. Faktor Istirahat
Istirahat yang cukup sangat di butuhkan dalam tubuh kita. Orang lansia
harus tidur lima sampai enam jam sehari. Banyak orang kurang tidur jadi
lemas, tidak ada semangat, lekas marah, dan stress. Bila kita kurang
tidur hendaknya di isi dengan ekstra makan. Dan bila tidur terganggu
perlu konsultasi ke dokter. Hobi untuk menonton televise boleh saja, tapi
jangan sampai larut malam.

c. Faktor Olahraga
Olahraga yang teratur apapun itu, baik untuk kesehatan kita seperti
senam, berenang, jalan kaki, yoga, waitangkung, taichi, dan lain-lain.
Berolahraga bersama orang lain lebih menguntungkan, karena dapat
bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat kenalan
10
baru, mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan makan
bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi hari setelah subuh.
Dimana udara masih bersih. Berolahraga dapat menurunkan kecemasan
dan mengurangi perasaan depresi dan lowself esteem. Selain fisik sehat
jiwa juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat di usia tua.

B.bagaimana edukasi nutrisi pada pasien ini ?


mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna guna memenuhi kadar
kalori pasien 1.289,34 Kalori/hari Kalori/hari untuk mencapai berat
badan ideal pasien tersebut dan memperhatikan kadar garam yang
dianjurkan untuk penderita, setara satu sendok teh.

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan pemicu diatas dapat disimpulkan bahwa laki – laki 67 tahun di diagnose dengan
malnutrisi pada lansia dengan keluhan nafsu makan berkurang dan susah BAB sejak dua
bulan yang lalu, semua makanan terasa tidak enak,pada pemeriksaan fisik tekanan darah
140/80 mmhg, dijumpai wasting, berat badan 50 kg dan tinggi badan 168 cm, Riwayat
penyakit hipertensi dan sehari hari pasien hanya makan 150 gr nasi dan sebutir telur tiap kali
makan, jarang makan buah dan sayur dan asupan cairan sekitar 6 gelas sehari. Maka pasien

11
termasuk dalam status gizi kurang dimana harus diberikan terapi berupa pemberian nutrisi
secara oral dan pemantauan peningkatan berat badan serta dilakukan penilaian gizi yang
lebih mendalam

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. Gambaran kesehatan usia lanjut di Indonesia. ISSN: 2088-270X.

Kuntjoro H. Pengkajian status nutrisi dan deteksidini timbulnya malnutrisi pada usia lanjut.
Jakarta: Sari Pustaka; 2011.hlm.1.

12
Lipoeto N, Megasari N, Putra AE. Malnutrisi dan Asupan kalori pada Pasien Inap di Rumah
Sakit. Majalah Kedokteran Indonesia 2006; Vol 56 No.11

Muis SF, Purohita N. Gizi pada Lansia. Dalam: Martono H, Pramarka K, editor (penyunting).
Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.hlm.642.

Setiati, S. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan: untuk Pengasuh Orang Usia lanjut. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.

Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta:
Primamedia Pustaka; 2006.

Ganong’s Review of Medical


Physiology.
24th Edition. McGraw Hill
Professiona

13

Anda mungkin juga menyukai