Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

Sindroma Nefrotik Relaps + HT grade I (terkontrol)

Oleh:

Nurfahira Arif, S.Ked

NIM. 2030912320132

Pembimbing:

dr. Hana Christiani Erlitna Sembiring, M.Ked(Ped), Sp.A

BAGIAN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM

RSUD ULIN BANJARMASIN

Maret, 2022
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…........................................................................... i

DAFTAR ISI…........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN …................................................................ 1

BAB II LAPORAN KASUS.................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN........................................................................ 24

BAB V PENUTUP................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Sindroma nefrotik (SN) adalah keadaan klinis dengan gejala proteinuria,

hipoalbuminemia, edema dan hiperkolesterolemia. Jika tidak terdiagnosa atau

tidak segera diobati, edema intertisial akan meningkatkan tekanan tubulus

proksimal yang menyebabkan penurunan laju filtrasi glumerolus (LFG) sehingga

terjadi gagal ginjal.1 Gambaran klinis SN ditandai dengan proteinuria massif

(>40mg/m2 /jam), hypoalbuminemia (<2,5 g/dL), edema, dan hiperlipidemia.

Sekitar 90% SN pada anak-anak merupakan SN yang idiopatik. Sisanya yaitu

10% merupakan SN sekunder yang berhubungan dengan kelainan glomerulus.2

Sindrom nefrotik merupakan kelainan ginjal terbanyak dijumpai pada

anak, dengan angka kejadian 15 kali lebih banyak dibandingkan orang dewasa.

Insidennya sekitar 2-3 kasus pertahun tiap 100.000 anak berumur kurang dari 16

tahun. Terbanyak pada anak berumur antara 3-4 tahun dengan perbandingan anak

laki-laki dan perempuan 2: 1. Angka kejadian sindrom nefrotik di Amerika

Serikat mencapai 2-7 kasus per 100.000 pada anak usia di bawah 16 tahun.

Prevalensi kumulatifnya adalah 16 kasus per 100.000 anak.1 Angka kejadian

sindrom nefrotik di Indonesia dilaporkan terdapat 6 per 100.000 anak per

tahun.1,3,4

Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh arteri. Hipertensi seringkali dianggap sebagai penyakit yang menyerang

4
usia lanjut, namun seiring berjalannya waktu muncul berbagai penelitian yang

menyatakan hipertensi dapat muncul pada usia remaja.5,6

Prevalensi hipertensi pada remaja kerap mengalami peningkatan seiring

dengan berjalannya waktu. Menurut hasil analisis data Riskesdas 2013 oleh JNC

VII 2013, prevalensi nasional hipertensi pada usia 15-17 tahun sebanyak 5,3%

yang terdiri dari 6% laki-laki dan 4,7% perempuan.7 Penelitian terhadap 690 anak

usia 15―17 tahun di Polandia menemukan sebanyak 40 di antaranya mengalami

hipertensi.8 Penelitian lainnya di Indonesia yang dilakukan terhadap 125 siswa

SMA Negeri 19 Surabaya menemukan 58 di antaranya mengalami pre hipertensi

dan hipertensi tingkat 1.9

Tekanan darah normal dan tinggi anak usia 1-12 tahun berdasar pada

distribusi normal tekanan darah anak sehat dengan berat badan normal dan

diinterpretasikan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan.10 Menurut

Riley et al. hipertensi pada remaja usia 13 tahun ke atas didefinisikan dengan nilai

“≥130 mmHg” tekanan darah sistolik dan “≥80 mmHg” tekanan darah diastolik.10

Berikut ini akan disajikan sebuah laporan kasus seorang anak berusia 15 tahun 4

bulan dengan diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps + Hipertensi .

5
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

A. Identitas Penderita

Nama : An. AS

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat & tanggal Lahir : Banjarmasin, 11 November 2006

Umur : 15 Tahun 4 Bulan

B. Identitas Orangtua

Nama ayah : Tn. M Nama ibu : Ny. M

Usia : 44 tahun Usia : 37 tahun

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Alamat : Gambut

II. ANAMNESIS

Kiriman dari : Poli anak RSUD Ulin Banjarmasin

Diagnosis : Sindroma Nefrotik Relaps + HT grade I

(terkontrol)

Aloanamnesis dengan : Ibu pasien

Tanggal/jam : 19/02/2022/ 14.30 WITA

Masuk rumah sakit : 08/02/2022

6
1. Keluhan Utama

Bengkak di seluruh tubuh

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan bengkak

sejak 1 bulan SMRS. Bengkak dirasakan muncul perlahan dan menetap, tidak

pernah mengempis. Awalnya bengkak muncul di wajah terutama kedua

kelopak mata lalu menyebar ke lengan atas, tungkai bawah, dan kelamin.

Bengkak pada kaki jika ditekan dengan jari akan lambat kembali. Bengkak

dirasakan memberat jika pasien memakan-makanan yang asin. Sebelumnya

pasien pernah mengeluhkan bengkak seperti ini sejak 1 tahun yang lalu

sebanyak 2 kali.

Selain bengkak pasien juga mengeluhkan perut membesar 1 bulan SMRS.

Perut membesar merata diseluruh perut dan muncul secara perlahan-lahan

sejak bengkak 1 bulan yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan sesak napas

sejak 1 minggu SMRS. Sesak dirasakan seperti susah bernapas dan cepat

lelah, dirasakan sering dalam satu hari dan hilang timbul. Sesak memberat

ketika pasien berjalan kurang lebih 3 meter dan berkurang ketika beristirahat.

Keluhan sesak pada saat berbaring rata, terbangun malam karena sesak, nyeri

dada disangkal, pasien tidur dengan 1 bantal. Pasien juga mengeluhkan BAK

sedikit sejak 1 bulan SMRS, BAK 2 kali sehari dengan volume urin kurang

lebih 400 cc per hari, dengan warna urin kuning pekat berbuih, tidak berpasir,

tidak ada warna kemerahan, tidak nyeri saat berkemih, dan tidak ada rasa

7
tidak lampias setelah berkemih. Keluhan berupa demam, batuk, pilek, nyeri

tenggorokan, kejang, bercak merah pada kulit, bisul pada kulit, mual, muntah,

nyeri pinggang, dan nyeri kepala disangkal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien telah terdiagnosis sindroma nefrotik sejak Mei 2021.

- Pasien sempat di rawat inap di RSUD M Ansari Saleh selama 1 minggu

karena bengkak di seluruh tubuh dan mendapatkan tranfusi albumin namun

lupa berapa banyak yang diberikan, lalu melanjutkan terapi rawat jalan

berupa po prednisone 3x4 tablet dan lisinopril 1x1 tablet selama 4 minggu

kemudian turun dosis po prednisone 3-2-2 tablet yang diminum berselang-

seling 1 hari, saat itu pasien rutin minum obat sesuai anjuran dan rutin

kontrol tiap minggu ke poli nefrologi anak RSUD Ulin, namun setelah

turun dosis pasien kembali bengkak di seluruh tubuh. Setelah bengkak itu

pengobatan pasien diulang dari awal dengan prednisone dosis penuh 3x4

tablet. Setelah kembali bengkak tersebut pasien sempat meminum obat

sebentar namun tidak lagi meminum obat dan jarang kontrol ke poli dan

mencoba terapi alternatif berupa jamu herbal akar-akaran rebus namun

tidak ada respon apapun, dan 3 bulan kemudian kembali bengkak diseluruh

tubuh lalu pasien dan akhirnya ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin.

- Riwayat cuci darah (-)

- ISK (-) batu saluran kemih (-)

8
4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit gula darah, tekanan darah tinggi, ginjal, hati, dan

autoimun pada keluarga inti dan keluarga besar pasien.

5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat antenatal : Ibu pasien rutin periksa kehamilan ke bidan setiap

bulan namun tidak pernah USG. Selama kehamilan

mendapat suntik TT, mengonsumsi TTD dan asam

folat rutin. Tidak ada riwayat demam dengan ruam,

keputihan, rembes-rembes, HT, DM, asma selama

kehamilan.

Riwayat Natal : Cukup bulan

Spontan/tidak spontan : Spontan

Nilai APGAR : Lahir menangis

Berat badan lahir : 2500 gram

Panjang badan lahir : 48 cm

Lingkar kepala : ibu lupa

Penolong : Bidan

Tempat : di rumah

6. Riwayat Neonatal

Tidak ada riwayat kekuningan, kebiruan dan resusitasi aktif.

7. Riwayat Perkembangan

Tiarap : 3 bulan

9
Merangkak : 6 bulan

Duduk : 7 bulan

Berdiri : 10 bulan

Berjalan : 1 Tahun

Saat ini : Pasien bersekolah kelas 9 SMP, dapat bersosialisasi

dengan teman sebayanya dan mengikuti kegiatan

pembelajaran secara luring dan daring dengan baik, tidak

ada penurunan prestasi belajar.

8. Riwayat Imunisasi :

Tabel 2.1 Riwayat imunisasi pasien


Ulangan
Nama Dasar
(Umur dalam bulan)
(umur dalam bulan)
BCG 1 -
Polio 0 2 3 4 -
Hepatitis B 0 2 3 4 -
DPT 2 3 4 18
Campak 9 18
Status imunisasi: Imunisasi dasar lengkap sesuai standar Kemenkes

9. Riwayat Makanan

- Usia 0 – 24 bulan: ASI sesuai keinginan, setiap minum kurang lebih 10

menit, anak puas menyusu

- Usia 0– 3 bulan : pasien diberikan buah pisang kerok sebanyak 1 sendok

makan dengan frekuensi 2x sehari (pagi dan sore)

- Usia 3 - 6 bulan : pasien diberikan bubur susu dengan frekuensi 3x sehari

sebanyak 3-4 sendok makan bubuk bubur susu dalam 100 cc air di dalam

mangkuk kecil, selalu habis.

10
- Usia 6 – 12 bulan : pasien diberikan bubur nasi dengan frekuensi 3x sehari

disertai lauk ayam, hati dan sayuran seperti wortel, dengan porsi mangkok

kecil, selalu habis.

- Usia 12 bulan - saat ini: pasien makan makanan keluarga dengan frekuensi

3x sehari dengan nasi sebanyak 1 sendok nasi disertai lauk telur, ikan,

ayam, dan sayuran, dengan porsi piring sedang, selalu habis.

- Saat ini selama sakit, pasien mengalami penurunan nafsu makan dan hanya

mau makan makanan keluarga 2x sehari, dan tidak selalu habis

10. Riwayat Keluarga

Iktisar Keturunan :

Ket :

: Perempuan : Laki-laki

: Meninggal : Pasien

11
Susunan Keluarga

Tabel 2.2 Susunan keluarga


Jelaskan : Sehat, Sakit (apa)
No. Nama Umur L/P
Meninggal (umur,sebab)
1. Tn. M 44 tahun L Sehat
2. Ny. M 37 tahun P Sehat
3. Nn . S 20 tahun P Sehat
4. An. AS 15 tahun L Pasien
5. An.F 11 tahun P Sehat
6. An. T 2 tahun P Sehat

11. Riwayat Sosial Lingkungan

Pasien tinggal Bersama kedua orang tua dan 3 saudari lainnya. Rumah tidak

sempit, tinggal di lingkungan yang tidak padat penduduk, jarak antar rumah tidak

terlalu berdekatan, rumah dekat pasar dan sawah. Ventilasi dan sirkulasi udara di

dalam rumah baik, cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah cukup. Di rumah

menggunakan obat nyamuk bakar setiap malam. Tidak ada yang merokok di

dalam rumah. Keluarga mandi dan mencuci dengan air ledeng, minum dengan air

ledeng yang direbus terlebih dahulu

III. PEMERIKSAAN FISIS

A. Tanggal : 19 Februari 2022

B. Umur : 15 Tahun 4 Bulan

C. BBS : 58,1 kg (dengan edem tungkai dan wajah + acites)

BBI : 50 kg LK : 54 cm

TB : 164 cm LiLA : 20 cm

Status Gizi :

• BB/U : P25 – P50 (BB Normal)

12
• TB/U : P10 – P25 (Normal stature)

• BB/TB : 116% (gizi lebih)

D. Tanda vital

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS: E4 V5 M6

Tekanan darah : 120/80 mmHg Presentil 90- 95

Denyut nadi : 86 x/menit, Kualitas: Kuat angkat, isi cukup, reguler

13
Suhu : 37,0°C

Respirasi : 22 kali/menit

SpO2 : 98% on room air

VAS :-

E. Kulit :

Warna : Kuning Langsat

Sianosis : Tidak ada

Pucat : Pada telapak tangan dan kaki

Hemangiom : Tidak ada

Turgor : Cepat kembali. CRT < 2 detik

Kelembaban : Cukup

Ikterik : Tidak ada

F. Kepala

Kepala : Bentuk normosefali, lingkar kepala 44 cm, UUB tertutup, Moon

face(+)

Rambut : Distribusi rambut merata, tebal, dengan warna hitam

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), edema palpebra (+/+) berkurang, sklera

ikterik (-), produksi air mata cukup, pupil diameter (3mm/3mm),

RCL (+/+), RCTL (+/+), kornea jernih

Telinga : Normotia, simetris, serumen minimal, sekret (-), edema dan

hiperemis aurikula (-/-), nyeri tekan (-)

Hidung : Hidung berbentuk normal, simetris, epistaksis (-/-), mukosa hiperemi

(-), edema chonca (-), nyeri tekan sinus (-)

14
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis bibir (-), stomatitis (-), gusi berdarah (-)

pembengkakan gusi (-), deviasi lidah (-), pembesaran tonsil (-)

T1/T1, gigi-geligi normal, Lidah kotor (-), lidah pucat (-), lidah

ikterik (-), lidah tremor (-), faring hiperemis (-), edem faring (-),

pseudomembran/membrane (-/-)

G. Leher :

Pulsasi vena jugularis (-), JVP 5+0 cmH2O, Pembesaran KGB (-), kaku kuduk

(-), massa(-) buffalo hump(-)

H. Dinding dada/paru

Inspeksi : Bentuk normal, gerakan dinding dada simetris, retraksi (-),

dispneu (-)

Palpasi : Gerakan dada simetris, fremitus vocal simetris

Perkusi : Sonor kedua lapang paru

Auskultasi : suara napas dasar vesikuler, Rhonki (---/---), Wheezing (---/---),

ekspirasi memanjang (-)

I. Jantung:

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba; ICS VI linea midlavicularis sinistra, thrill (-)

Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-).

J. Abdomen:

Inspeksi : Bentuk cembung, striae (-), spider nevi (-), hernia (-), caput

medusa(-)

15
Auskultasi : Bising usus (+) 15x / menit

Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, massa tidak teraba,

ballottement ginjal tidak teraba, defens muscular (-), rigiditas (-), murphy sign

(-), mc burney sign (-).

Perkusi : Timpani di seluruh regio, shifting dullness (+), undulasi (+), nyeri

costovertebral angle (-), traube’s space timpani, traube sign (-) splenomegaly (-

K. Ekstremitas

Umum : Akral hangat, tidak ada sianosis, CRT <2detik, pitting edem (+)

pada kedua tungkai bawah.

Neurologis :

Tabel 2.3 Hasil pemeriksaan neurologis


Lengan Tungkai
Tanda Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks Fisiologis +2/+2 +2/+2 +2/+2 +2/+2
Refleks patologis - - - -
Sensibilitas +(baik) +(baik) +(baik) +(baik)
Kaku kuduk (-)
Tanda meningeal
Brudzinzki I (-), Brudzinzki II (-), Kernig (-)
L. Susunan Saraf :

Tidak ditemukan adanya defisit neurologis saraf perifer dan saraf kranial

M. Genitalia :

Laki-laki, hipospadia (-), epispadias (-), phimosis (-), undensensus testis (-)

N. Anus :

16
Paten, tidak ada kelainan, hemoroid (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

4.1. Hasil pemeriksaan laboratorium darah

Tabel 2.4 Hasil pemeriksaan lab darah (16 Februari 2022)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.5 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 10.6 4.00-10.5 ribu/ul
Eritrosit 4.62 4.10-5.30 juta/ul
Hematokrit 25.7 42.00-52.00 vol%
Trombosit 607 150-450 ribu/ul
RDW-CV 18.1 12.1-14.0 %
Retikulosit % 1.2 0.5-1.5 %
Retikulosit # 55400 25000-75000 /ul
MCV, MCH, MCHC
MCV 55.6 75-96 fl
MCH 18.4 28-32 pg
MCHC 33.1 33-37 %
HITUNG JENIS
Basofil % 0.1 0.0-0.1 %
Eosinofil % 0.0 1.0-3.0 %
Neutrofil % 80.8 50.0-81.0 %
Limfosit % 14.4 20.0-40.0 %
Monosit % 4.7 2.0-8.0 %
Basofil # 0.01 <1.00 ribu/ul
Eosinofil # 0.00 <3.00 ribu/ul
Neutrofil # 8.55 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit # 1.53 1.25-4.00 ribu/ul
Monosit # 0.50 0.30-1.00 ribu/ul
HATI DAN PANKREAS
Albumin 1.6 3.8-5.4 g/dl
IMUNO-SEROLOGI
CRP 0.2 <=5.00 Mg/L

Tabel 2.4 Hasil pemeriksaan lab darah (19 Februari 2022)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI

17
Hemoglobin 10.7 14.0-18.0 g/dl
Leukosit 14.1 4.00-10.5 ribu/ul
Eritrosit 5.96 4.10-5.30 juta/ul
Hematokrit 33.3 42.00-52.00 vol%
Trombosit 650 150-450 ribu/ul
RDW-CV 19.4 12.1-14.0 %
Retikulosit % 1.5 0.5-1.5 %
Retikulosit # 86400 25000-75000 /ul
MCV, MCH, MCHC
MCV 55.9 75-96 fl
MCH 18.0 28-32 pg
MCHC 32.1 33-37 %
HITUNG JENIS
Basofil % 0.1 0.0-0.1 %
Eosinofil % 0.0 1.0-3.0 %
Neutrofil % 73.2 50.0-81.0 %
Limfosit % 17.9 20.0-40.0 %
Monosit % 8.8 2.0-8.0 %
Basofil # 0.01 <1.00 ribu/ul
Eosinofil # 0.00 <3.00 ribu/ul
Neutrofil # 10.34 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit # 2.53 1.25-4.00 ribu/ul
Monosit # 1.25 0.30-1.00 ribu/ul
HATI DAN PANKREAS
SGOT 22 5-34 U/L
SGPT 19 0-55 U/L
GINJAL
Ureum 124 0-50 Mg/dL
Kreatinin 0.84 0.72-1.25 Mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 134 136-145 Meq/L
Kalium 3.0 3.5-5.1 Meq/L
Chlorida 103 98-107 Meq/L
Kesan:

 Anemia mikrositik hipokromik


 Trombositosis
 Uremia
 Hiponatrium ringan
 Hipokalium ringan
 Hipoalbuminemia

18
Tabel 2.5 Hasil pemeriksaan urinalisis (8 Februari 2022)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


URINALISA
MAKROSKOPIS -
Warna Kuning Kuning -
Kejernihan Jernih Jernih -
Berat Jenis 1.020 1.005-1.030 -
pH 6.0 5.0- 6.5 -
Keton Negatif Negatif
Protein-Albumin 3+ Negatif
Glukosa 1+ Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah samar 2+ Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen 0.1 0.1-1.0
Leukosit Negatif Negatif
SEDIMEN URIN
Leukosit 0-1 0-3 -
Eritrosit 2-3 0-2 -
Epithel 1+ 1+ -
Kristal Negatif Negatif -
Slinder Negatif Negatif -
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif -

Kesan:

• Proteinuria (3+)
• Glukosuria (1+)
• Hematuria (2+ dan eritrosit 2-3/LPB)

19
4.2. Hasil pemeriksaan Foto Thorax AP/Lat (08-02-2022)

Kesan: Efusi pleura dextra

20
RESUME

Nama : An. AS

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 15 Tahun 4 Bulan

Berat badan : 58.1 kg

Keluhan Utama : Bengkak diseluruh tubuh

Uraian :

Pasien datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan

bengkak sejak 1 bulan SMRS, Pasien juga mengeluhkan perut membesar 1

bulan SMRS, merata diseluruh perut dan muncul secara perlahan-lahan.

Selain itu, pasien mengeluhkan sesak napas sejak 1 minggu SMRS memberat

ketika pasien berjalan kurang lebih 3 meter dan berkurang ketika beristirahat.

Keluhan sesak pada saat berbaring rata, terbangun malam karena sesak, nyeri

dada(-), pasien tidur dengan 1 bantal. BAK sedikit sejak 1 bulan SMRS, BAK

2 kali sehari dengan volume urin kurang lebih 400 cc per hari, dengan warna

urin kuning pekat berbuih, berpasir (-), warna kemerahan(-), nyeri saat

berkemih (-) rasa tidak lampias setelah berkemih(-). Demam(-), batuk(-),mual

muntah(-), nyeri pinggang(-)dan nyeri kepala(-). Pasien rutin minum obat

sesuai anjuran dan rutin kontrol tiap minggu ke poli nefrologi anak RSUD

Ulin, namun setelah turun dosis pasien kembali bengkak di seluruh tubuh.

Setelah bengkak itu pengobatan pasien diulang dari awal dengan prednisone

dosis penuh 3x4 tablet. Setelah kembali bengkak tersebut pasien sempat

meminum obat sebentar namun tidak lagi meminum obat dan jarang kontrol

21
ke poli dan mencoba terapi alternatif berupa jamu herbal akar-akaran rebus

namun tidak ada respon apapun.

Pemeriksaan Fisis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Denyut Nadi : 86 kali/menit kualitas: reguler, kuat angkat, isi cukup

Pernafasan : 22 kali/menit

Suhu : 37.0°C

Kepala : Normosefali, konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), moon

face (+)

Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5+0 cmH20, buffalo hump(-)

Toraks/Paru : Bentuk dada normal, retraksi (-), sonor, vesikuler, ronki (-

--/---) wheezing (---/---)

Jantung : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Bentuk cembung, BU (+) 15x/menit, pembesaran lien,

hepar, dan ginjal (-), massa (-), timpani

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-),CRT <2detik, pitting edem

ekstremitas inferior (+/+)

Diagnosis

Diagnosis Kerja : Sindrom nefrotik relaps, Hipertensi grade I (terkontrol)

Status gizi : BB normal, normal stature, gizi lebih

Penatalaksanaan awal

1. Venflon

22
2. Inj.furosemide 4x 60 mg ( 1-3 mg/kgBB/hari, jika tidak ada penurunan BB atau

diuresis dalam 24 jam dinaikkan 2x lipat max 4-6 mg/kgBB/hari)

3. Po prednisone 5 mg 6-5-5 tab full dose (0.05- 2 mg/kgbb/hari)

4. Po lisinopril 1x 20 mg (0.1 mg/kgBB/hari)

5. Po valsartan 1x10 mg (80 mg/kgbb/hari)

Program

- TTV/ 8 jam

- BD/24 jam

- Ukur Lingkar perut dan BB/ hari

- Diet tinggi albumin sesuai divisi NPM

Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad malam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

Follow up

Tabel 2.5 Hasil Follow up pasien selama 5 hari


Follow Up 20/2/22 (HP 13) 21/2/22 (HP 14)
S Bengkak(+) , pucat(+), demam (- Bengkak(+) , pucat(+), demam (-),
), sesak (-), Nyeri kepala (-) , sesak(-) ,Nyeri kepala (-) , mual
mual muntah (-), nyeri BAK (-), muntah (-), nyeri BAK (-), BAB
BAB cair (-), intake makan baik cair (-), intake makan baik
O
Balance BB: 58.1 kg LP: 85cm BB: 58,2 kg LP: 86 cm
Input: 1300 ml Input: 1300 ml
Output: 23744ml Output: 2344 ml
Balans : - 1044ml Balans : -1044 ml
Diuresis: 1.2 ml/kg/jam Diuresis: 1.2 ml/kg/jam
TTV KU: baik KU: baik
Kesadaran: CM Kesadaran: CM
TD: 110/70 mmHg TD: 120/80 mmHg
N: 86x/m N: 72x/m
RR: 22x/m RR: 20x/m
SpO2: 98 % room air SpO2: 99% room air

23
T: 36.8 T: 36.7

K/L Konjungtiva pucat (+) edem Konjungtiva pucat (+) edem


palpebral (+) ↓ palpebral (+) ↓
Thorax Simetris, retraksi (-), vesikuler, Simetris, retraksi (-), vesikuler,
wheezing (---/---), Rh (---/---) wheezing (---/---), Rh (---/---)
S1S2 tunggal, murmur (-) gallop S1S2 tunggal, murmur (-) gallop
(-) (-)
Abdomen Cembung, acites (+) Cembung, acites (+)
Ekstremitas Pitting edem (+) pada kedua Pitting edem (+) pada kedua
tungkai bawah tungkai bawah
A - Sindrom nefrotik relaps jarang - Sindrom nefrotik relaps jarang
- Efusi pleura (D) e.c - Efusi pleura (D) e.c
hipoalbuminemia berat hipoalbuminemia berat
- Susp spontaneous infection - Susp spontaneous infection
- Hipoalbuminemia berat - Hipoalbuminemia berat
- HT stage II (terkontrol) - HT stage II (terkontrol)
- CKD stg II G2A3 - CKD stg II G2A3
- Trombositosis, - Trombositosis,
leikositosis(perbaikan) leikositosis(perbaikan)
- Anemia hipokromik mikrositik - Anemia hipokromik mikrositik
- Dyslipidemia - Dyslipidemia
- Hypokalemia - Hypokalemia ringan
- Hyponatremia ringan
- Toksik steroid
P - Minum restriksi 1300ml/hr - Minum restriksi 1300ml/hr
- IV Cefotaxim 3x1 g (H6) - IV Cefotaxim 3x1 g (H7)
- IV furosemide 4x 60 mg - IV furosemide 4x 60 mg
- Po prednisone 5 mg (6-5-5 tab - Po prednisone 5 mg (6-5-5 tab
FD) (H11) FD) (H12)
- Po valsartan 1x 160 mg - Po valsartan 1x 160 mg
- Po lisinopril 1x 20 mg - Po lisinopril 1x 20 mg
- Po atorvastatin 1x10 mg - Po atorvastatin 1x10 mg
- Po vip albumin 3x1 caps - Po vip albumin 3x1 caps
- Po omeprazole 2x20 mg - Po omeprazole 2x20 mg
- Po sucralfate 3x1 mg - Po sucralfate 3x1 mg
- Po KSR 3x1 - Po KSR 3x1
TTV/8 jam TTV/8 jam
BD/24 jam BD/24 jam
Ukur LP dan BB tiap hari Ukur LP dan BB tiap hari
Diet tinggi albumin sesuai NPM Diet tinggi albumin sesuai NPM
Persiapan protocol CPA pulse Persiapan protocol CPA pulse

Follow Up 22/2/22 (HP 15) 23/2/22 (HP 16)


S Bengkak(+) , pucat(+), demam (- Bengkak(+) , pucat(+), demam (-),
), sesak(-) ,Nyeri kepala (-) , sesak(-) ,Nyeri kepala (-), mual
mual muntah (-), nyeri BAK (-), muntah (-), nyeri BAK (-), BAB
BAB cair (-), intake makan baik cair (-), intake makan baik

24
Balans BB: 57,6 kg LP: 85,7cm BB: 58.7 kg LP: 86 cm
Input: 1300 ml Input: 3300 ml
Output: 1894 ml Output: 2444 ml
Balans : -1294 ml Balans : +856ml
Diuresis: 0.9 ml/kg/jam Diuresis: 1,2 ml/kg/jam
TTV KU: baik KU: baik
Kesadaran: CM Kesadaran: CM
TD: 120/70 mmHg TD: 110/60 mmHg
N: 82x/m N: 88x/m
RR: 20x/m RR: 20x/m
SpO2: 98 % room air SpO2: 98% room air
T: 36.3 T: 36.4
K/L Konjungtiva pucat (+)palpebral Konjungtiva pucat (+)palpebral
(+) ↓ (+) ↓
Thorax Simetris, retraksi (-), vesikuler, Simetris, retraksi (-), vesikuler,
wheezing (---/---), Rh (---/---) wheezing (---/---), Rh (---/---)
S1S2 tunggal, murmur (-) gallop S1S2 tunggal, murmur (-) gallop
(-) (-)
Abdomen Cembung, acites (+) Cembung, acites (+)
Ekstremitas Pitting edem (+) pada kedua Pitting edem (+) pada kedua
tungkai bawah tungkai bawah
A - Sindrom nefrotik relaps jarang - Sindrom nefrotik relaps jarang
- Efusi pleura (D) e.c - Efusi pleura (D) e.c
hipoalbuminemia berat hipoalbuminemia berat
- Susp spontaneous infection - Susp spontaneous infection
- Hipoalbuminemia berat( - Hipoalbuminemia berat
perbaikan) - HT stage II (terkontrol)
- HT stage II (terkontrol) - CKD stg II G2A3
- CKD stg II G2A3 - Trombositosis,
- Trombositosis, leikositosis(perbaikan)
leikositosis(perbaikan) - Anemia hipokromik mikrositik
- Anemia hipokromik mikrositik - Dyslipidemia
- Dyslipidemia - Hypokalemia ringan
- Hypokalemia ringan - Hyponatremia ringan
- Hyponatremia ringan - Toksik steroid
- Toksik steroid
P - Minum restriksi 1300ml/hr - Minum restriksi 1300ml/hr
- IV furosemide 4x 60 mg - IV furosemide 4x 60 mg
- Po prednisone 5 mg (6-5-5 tab - Po Cefixime 2x150 (H2)
FD) (H13) - Po prednisone 5 mg (6-5-5 tab
- Po valsartan 1x 160 mg FD) (H14)
- Po lisinopril 1x 20 mg - Po valsartan 1x 160 mg
- Po atorvastatin 1x10 mg - Po lisinopril 1x 20 mg
- Po vip albumin 3x1 caps - Po atorvastatin 1x10 mg
- Po omeprazole 2x20 mg - Po vip albumin 3x1 caps
- Po sucralfate 3x1 cth - Po omeprazole 2x20 mg
- Po KSR 3x1 tab - Po sucralfate 3x1 mg
- Cefixime 2x150 mg (H1) - Po KSR 3x1
Hidrasi 1000 ml pre CPA pulse+ Cek UL
1000 ml post CPA pulse TTV/8 jam
CPA pulse 750 mg BD/24 jam
TTV/8 jam Ukur LP dan BB tiap hari

25
BD/24 jam Diet tinggi albumin
Ukur LP dan BB tiap hari
Diet tinggi albumin sesuai NPM

Follow Up 24/2/22 (HP 17)


S Bengkak(+) , pucat(+), demam (-), sesak(-) ,Nyeri kepala (-) , perut bengah (+), mual
muntah (-), nyeri BAK (-), BAB cair 2x, lendir (-) darah (-), intake makan baik
Balans BB: 58.6 kg LP: 85 cm
Input: 800 ml
Output: 3444 ml
Balans : -2644ml
Diuresis: 2 ml/kg/jam
TTV KU: baik
Kesadaran: CM
TD: 115/60 mmHg
N: 92x/m
RR: 22x/m
SpO2: 98 % room air
T: 36.3
K/L Konjungtiva pucat (-) sklera ikterik (-), pembesaran KGB (-)
Thorax Simetris, retraksi (-), vesikuler, wheezing (---/---), Rh (---/---)
S1S2 tunggal, murmur (-) gallop (-)
Abdomen Cembung, acites (+)
Ekstremitas Pitting edem (+) pada kedua tungkai bawah
A - Sindrom nefrotik relaps jarang
- Efusi pleura (D) e.c hipoalbuminemia berat
- Susp spontaneous infection
- Hipoalbuminemia berat( perbaikan)
- HT stage II (terkontrol)
- CKD stg II G2A3
- Trombositosis, leikositosis(perbaikan)
- Anemia hipokromik mikrositik
- Dyslipidemia
- Hypokalemia ringan
- Hyponatremia ringan
P - Minum restriksi 1300ml/hr
- IV furosemide 4x 60 mg
- Po Cefixime 2x150 (H3)
- Po prednisone 5 mg 1x2 tab (AD)
- Po valsartan 1x 160 mg
- Po lisinopril 1x 20 mg
- Po atorvastatin 1x10 mg
- Po vip albumin 3x1 caps
- Po omeprazole 2x20 mg
- Po sucralfate 3x1 mg
- Po KSR 3x1
Cek DR,SE,Albumin,Ur,Cr
TTV/8 jam, BD/24 jam
Ukur LP dan BB tiap hari, Diet tinggi albumin

26
BAB III

PEMBAHASAN

Telah dilaporkan seorang anak AS berusia 15 tahun 4 bulan dirawat di

RSUD Ulin Banjarmasin karena di seluruh tubuh sejak 1 bulan SMRS. Keluhan

bengkak disertai perut yang membesar dan juga sesak. Berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis sindrom nefrotik

relaps, Hipertensi grade II.

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang ditandai dengan gejala:

Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio

protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik ≥ 2+),

Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL, edema anasarka, dan dapat disertai

hiperkolesterolemia > 200 mg/dL. Pada pasien ini didapatkan hasil urinalisis

protein-albumin 3+ yang menandakan adanya proteinuria massif serta jumlah

kadar albumin 1.6 g/dL yang menandakan adanya hipoalbuminemia berat yang

merupakan kriteria diagnosis sindrom nefrotik.11

Pasien sindrom nefrotik biasanya datang dengan edema palpebra atau

pretibia. Bila lebih berat akan disertai asites, efusi pleura, dan edema genitalia.

Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala infeksi, nafsu makan berkurang, dan

diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya

peritonitis atau hipovolemia. Seperti halnya pada kasus ini, didapatkan seorang

anak yang datang karena keluhan bengkak diseluruh tubuh. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan adanya edem palpebral serta wajah yang membulat (moon face)

27
yang disertai dengan adanya acites serta bengkak pada kedua tungkai bawah.11

Perburukan kondisi ini menunjukkan bahwa cairan yang menumpuk semakin

banyak. Pasien juga mengeluh buang air kecil berbusa. urine berbusa merupakan

penanda bahwa terdapat protein dalam urin. Pasien juga mengeluh buang air kecil

menjadi sedikit yang mungkin disebabkan karena aliran darah ke ginjal menurun.

Hal ini dapat terjadi karena meskipun terjadi penumpukan cairan tetapi cairan

berada pada kompartemen ekstravaskular bukan intravaskular. Pasien juga

mengeluh sesak yang mungkin disebabkan oleh penumpukan cairan di rongga

pleura atau desakan organ-organ intraabdominal seperti hepar akibat asites yang

dialami. Selain itu, ditemukan moon face (wajah bulat dan bengkak dengan

timbunan lemak di fossa temporal dan pipi). Hal ini dikarenakan pemberian

steroid jangka lama akan menimbulkan efek samping yang signifikan berupa

moon face, striae, dan gangguan pertumbuhan.15

Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat. Biasanya diberikan

loop diuretic seperti furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu dikombinasikan

dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-4

mg/kgbb/hari. Sebelum pemberian diuretik, perlu disingkirkan kemungkinan

hipovolemia. Pada pasien ini diberikan injeksi furosemide 4x 60 mg karena

didapatkan adanya edem pada kedua tungkai.11

Beberapa faktor menurut peneliti berhubungan dengan kejadian

kekambuhan Sindrom nefrotik pada anak antara lain: usia saat terdiagnosis,

pengetahuan orang tua tentang penyakit sindrom nefrotik, kepatuhan pengobatan,

dan kepatuhan diet. Pada kasus ini, awalnya pasien rutin minum obat sesuai

28
anjuran dan rutin kontrol tiap minggu ke poli nefrologi anak RSUD Ulin, namun

setelah turun dosis pasien kembali bengkak di seluruh tubuh. Setelah bengkak itu

pengobatan pasien diulang dari awal. Pasien sempat meminum obat sebentar

namun tidak lagi meminum obat dan jarang kontrol ke poli dan mencoba terapi

alternatif berupa jamu herbal akar-akaran rebus namun tidak ada respon apapun.

Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan pengobatan berpengaruh terhadap

kekambuhan dari sindrom nefrotik itu sendiri.12

Anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa kontraindikasi steroid

sesuai dengan anjuran ISKDC adalahdiberikan prednison 60 mg/m2 LPB/hari atau

2 mg/kgbb/hari (maksimal 80 mg/ hari) dalam dosis terbagi, untuk menginduksi

remisi. Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat badan ideal (berat badan

terhadap tinggi badan). Prednison dosis penuh (full dose) inisial diberikan selama

4 minggu. Bila terjadi remisi dalam 4 minggu pertama, dilanjutkan dengan 4

minggu kedua dengan dosis 40 mg/m2 LPB (2/3 dosis awal) atau 1,5

mg/kgbb/hari, secara alternating (selang sehari). Bila setelah 4 minggu

pengobatan steroid dosis penuh, tidak terjadi remisi, pasien dinyatakan sebagai

resisten steroid. Pada pasien ini, diberikan prednisone 5 mg full dose secara

preoral dan dilanjutkan dengan alternating dose.11

Pasien yang telah terdiagnosis sindrom nefrotik akan mendapatkan terapi

kortikosteroid dosis penuh sampai remisi (maksimal selama 4 minggu), diikuti

dengan alternating dose selama 4 minggu berikutnya. Pada pasien sindrom

nefrotik yang mengalami proteinuria kembali ≥2+ tetapi tanpa edema, sebelum

pemberian prednison, dicari lebih dahulu pemicunya, biasanya infeksi saluran

29
nafas atas. Bila terdapat infeksi diberikan antibiotik 5-7 hari, dan bila kemudian

proteinuria menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps. Bila sejak awal

ditemukan proteinuria ≥ 2+ disertai edema, maka diagnosis relaps dapat

ditegakkan, dan prednison mulai diberikan. Hal ini didapatkan pada kasus ini

dimana pasien sudah didiagnosis sindrom nefrotik sejak mei 2021 dan telah

mendapat terapi kortikosteroid yaitu prednison secara teratur namun pasien

mengaku keluhan bengkak seperti ini terjadi sebanyak 2 kali sejak 1 tahun yang

lalu yang menandakan adanya relaps. Sesuai teori bahwa dikatakan remisi apabila

proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-

turut dalam 1 minggu. Relaps apabila dalam pemeriksaan 3 hari berturut-turut

dalam 1 minggu, proteinuria ≥ 2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam). Disebut

relaps jarang, apabila kurang dari dua kali dalam 6 bulan pertama setelah respons

awal atau kurang dari 4 kali per tahun pengamatan, sedangkan relaps sering

(frequent relaps), yakni relaps ≥ dua kali dalam 6 bulan pertama setelah respons

awal atau ≥ 4 x dalam periode 1 tahun.11

Hipertensi dapat ditemukan pada awitan penyakit atau dalam perjalanan

penyakit sindrom nefrotik akibat toksisitas steroid.11 Kortikosteroid dapat

menyebabkan hipertensi melalui efek mineralokortikoid yaitu dengan

meningkatkan retensi natrium dan air di ginjal, ekspansi volume plasma, dan

akhirnya meningkatkan tekanan darah. Pada pasien ini didapatkan tekanan darah

120/80 mmHg dan mendapatkan pengobatan berupa lisinopril dan valsartan oral.13

Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor merupakan obat

antihipertensi yang juga memiliki pengaruh terhadap hemodinamik ginjal yang

30
dapat mengurangi tekanan hidrolik glomerulus. ACE inhibitor dapat menurunkan

hipertensi glomerular dan proteinuria dengan memodifikasi tekanan kapiler dan

glomerular permselectivity. ACE inhibitor sudah digunakan untuk terapi

proteinuria pada pasien dengan penyakit ginjal. Pada pasien ini diberikan terapi

berupa lisinopril 1x20 mg/ hari.14

Untuk tata laksana non farmakologi pada pasien dengan sindrom nefrotik

Pemberian diet tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi karena akan

menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein

(hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis glomerulus. Bila diberi diet rendah

protein akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) dan menyebabkan hambatan

pertumbuhan anak. Jadi cukup diberikan diet protein normal sesuai dengan RDA

(recommended daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari. Diet rendah garam (1-2

g/hari) hanya diperlukan selama anak menderita edema.11

Pada kasus sindrom nefrotik relaps seperti ini sangat penting untuk

memberikan edukasi kepada orang tua anak bahwa sindrom nefrotik sendiri

memerlukan pengobatan jangka panjang sehingga sangat penting mengetahui

bahwa kepatuhan minum obat dan kepatuhan diet sangat berpengaruh terhadap

terjadinya relaps itu sendiri.

31
BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus anak laki - laki usia 15 tahun 4 bulan yang

dirawat di ruang anak RSUD Ulin Banjarmasin dari tanggal 8 Februari 2022

dengan diagnosis sindrom nefrotik relaps + hipertensi grade I (terkontrol).Pasien

mendapatkan terapi Injeksi furosemide 4x 60 mg, Po prednisone 5 mg 6-5-5 tab

full dose, Po lisinopril 1x20 mg, dan Po valsartan 1x10 mg.

32
Lampiran:

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Amalia TQ. Aspek Klinis, Diagnosis dan Tatalaksana Sindroma Nefrotik


pada Anak. J Kedokt Nanggroe Med. 2018;1(2):81–8.
2. Nilawati G. Profil Sindrom Nefrotik pada Ruang Perawatan Anak RSUP
Sanglah Denpasar. Sari Pediatr. 2016;14(4):269.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Sindroma Nefrotik. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak. 7th ed.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997. p:832- 835.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sindroma Nefrotik dalam Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : IDAI Publishing;
2009. p:274-276.
5. Rahma ND, Ajda SA, Paramitha TH. Faktor risiko hipertensi pada remaja.
Fakt Risiko Hipertens Pada Remaja. 2017;5(1):18–27.
6. Kurnianingtyas B, Suyatno S, Kartasurya M. Faktor Risiko Kejadian
Hipertensi Pada Siswa Sma Di Kota Semarang Tahun 2016. J Kesehat
Masyarakat Universitas Diponegoro. 2017;5(2):70–77.
7. Badan LITBANG KEMENKES RI 2013. Riset kesehatan dasar 2013.
Jakarta: KEMENKES RI; 2013.
8. Wieniawski P, Werner B. Prediction of the hypertension risk in teenagers. J
Cardio. 2020;10(10), 1–10.
9. Suryawan, ZF. Analisis faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada
remaja. 2018
10. Riley M, Hernandez AK, Kuznia AL. High Blood Pressure in Children and
Adolescents. J American Family Phys. 2018;98(8):486–494.
11. Trihono PP, Alatas H, Tambunan T, Pardede SO. Konsensus tatalaksana
sindrom nefrotik idiopatik pada anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2012.
12. Immawati I. Pengaruh kepatuhan pengaruh terhadap kejadia kekambuhan
pada anak pengidap sindrom nefrotik. J wacan kesehatan. 2018;2(2).

32
13. Raisania I, Muryawan MH, Radityo ANS. Hubungan antara terapi
kortikosteroid dengan kejadian hipertensi pada anak dengan sindrom
nefrotik. 2018.
14. Prabu OG, Shatri H. Penggunaan ace-inhibitor untuk mengurangi
proteinuria pada sindrom nefrotik. J Universitas Indonesia. 2015;3(2): 135-
140.
15. Yasir M, Goyal A, Bansal P, et al. Corticosteroid adverse effects. StatPearls.
2021;1–7.

33

Anda mungkin juga menyukai