Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN

DAN HEALT EDUKASI


Pada Klien Tn. M Dengan ASMA Dilaksanakan Pada Tanggal 4-
7 Januari 2022 Di Ruang Seruni Klinik Zahra Medika Dusun
Partelon Rt 02/Rw 10 Kecamatan Silo, Kabupaten Jember
Periode Januari 2022

Disusun Oleh:

Nama : Maulana Imanullah


NIM : 2112B1284

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2022

LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan


Diagnosis Keperawatan Asma

Di Klinik Zahra Medika Silo


Telah Dilaksanakan tanggal 4 sampai 7 - 01-2022

Dilaksanakan oleh
Nama : Maulana Imanullah
Nim : 2112B1284

04-01-2022

Mahasiswa

(……………………………………..)

Mengetahui
Direktur Klinik Zahra Medika Silo

(………..……………………………………..)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mukus, dan meningkatnya proses radang.
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma
dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun
dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan.
2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor Predisposisi
 Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
 Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Seperti : Debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Seperti : Makanan dan obat-obatan.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Seperti : Perhiasan, logam dan jam tangan.
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
 Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma
yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
 Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi
lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. Tanda dan Gejala
a. Asma Episodik Jarang:
 Gejala Muncul malam hari
 Timbul wheezing kurang dari 3-4hari
 Batuk berlangsung 10-14 hari
 Tumbuh kembang anak biasanya tidak terganggu
b. Asma Episodik Sering:
 Gejala muncul pada malam hari disertai batai batuk,dan
wheezing
 Sering teerbangun pada malam hari akibat sesak dan batuk
 Waktu serangan lebih dari 1-2 minggu
c. Asma Kronik Atau Persisten
 Sesak saat beraktifitas
 Perubahan bentuk thoraks (pigeon chest, Barrel chest)
 Terdapat sulkus horizon
 Gangguan pertumbuhan (tubuh Kecil)
 Kemampuan aktifitas menurun
 Aktifitas pendidikan seperti sekolah terganggu
 Sebagian kecil mengalami gangguan psikososial
4. Klasifikasi
Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang
disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan
obat-obatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat
keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi
tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.
Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan,
latihan fisik, emosi dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau
sebagai pencetus terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma
menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema, selain alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan
non alergi.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi
paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali.
4. Tingkat IV
1. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
2. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan
yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel.
c. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot
pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, dan
takikardi.
5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan


wheezing. Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada
penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping
hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat
meningkat (takipnu), otot bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak
gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan
PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang
terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan
penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi
kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena peningkatan konsentrasi
katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.
6. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi


dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi
otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan
adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas,
sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di
terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan
seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak
merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien
dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya
riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien
dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik)
sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang
spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan
asma
7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah


- Pneumotoraks,
- Status asmatikus
- Hipoksemia
- Emfisema
- Atelektasis,
- Gagal nafas,
- Bronkhitis, dan
- Fraktur iga.
8. Penatalaksanaan Medis
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronkial :
- Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
- Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma.
- Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
1. Pengobatan dengan obat-obatan
2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
- Oksigen 4-6 liter/menit.
- Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose
5% diberikan perlahan.
- Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam.
- Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera
atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat
berat.
9. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1. Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2. Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3. Tes provokasi bronkial seperti : Tes provokasi histamin, metakolin,
alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan
inhalasi dengan aqua destilata.
4. Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik
dalam tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum

10. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


I.1 Pengkajian
I.1.1 Riwayat Keperawatan
1. Data demografi
Nama
Usia
Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
Alamat
Suku/bangsa
Agama       
Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan
rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang asma
bronkhial, maka akan menganggap remeh penyakit ini.
2. Riwayat sakit dan kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit saat ini
c. Riwayat penyakit dahulu
I.1.2 Pemeriksaan fisik
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
 Peningkatan sekresi pernafasan.
 Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
 Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
 Menggunakan otot aksesoris pernafasan.
 Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
 Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi.
 Sakit kepala.
 Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah.
 Papiledema.
 Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat
status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek
kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting,
berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma
sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri
individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala
sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada
waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan
dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada
yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas
berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan
dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan,
meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang
lama.
 Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu
pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat
klien.
1. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut, kelembaban dan kusam.
2. Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan
irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi
dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
d) Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai
dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x
inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
3. Sistem pernafasan
 Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin
keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula
encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau
putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
 Frekuensi pernapasan meningkat.
 Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
 Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi
yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
 Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
 Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan
diameter anteroposterior rongga dada yang pada
perkusi terdengar hipersonor.
 Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta
pernapasan cuping hidung.
 Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan
pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan
dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
4. Sistem kardiovaskuler
a. Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat.
b. Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
 Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
c. Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi
dari kristal eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus.
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel
bronkus.
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil
meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal,
walaupun terdapat komplikasi asma
 Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi
bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH
menunjukkan prognosis yang buruk
 Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi.
 Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
 Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi
pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita
bebas dari serangan.
 Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif
pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma
normal. Pada  serangan asma, gambaran ini menunjukkan
hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi
adalah:
 Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
 Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
 Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
 Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi
terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan
penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan
asma dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan
gambaran emfisema paru, yakni :
 Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis
ke kanan dan rotasi searah jarum jam.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat
RBBB.
 Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi,
SVES, dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.
2.2 Diagnosa Keperawatan
 Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Nomor : 00031
Domain : 11
Class : 2
 Defenisi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah
ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
(NANDA NIC-NOC 2015-2017).
 Batasan Karakteristik
 Batuk yang tidak efektif
 Dispnea
 Gelisah
 Kesulitan verbalisasi
 Mata terbuka lebar
 Ortopnea
 Penurunan bunyi nafas
 Perubahan frekuensi nafas
 Perubahan pola nafas
 Sianosis
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan
 Suara nafas tambahan
 Tidak ada batuk
 Faktor yang Berhubungan
Lingkungan
 Perokok
 Perokok pasif
 Terpajan asap
Obstruksi jalan nafas
 Adanya jalan nafas buatan
 Benda asing dalam jalan nafas
 Eksudat dalam alveoli
 Hyperplasia pada dinding bronkus
 Mucus berlebihan
 Penyakit paru obstruksi kronis
 Sekresi yang tertahan
 Spasme jalan nafas
Fisiologis
 Asma
 Disfungsi neuromuscular
 Infeksi
 Jalan nafas alergik
 Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas
Nomor : 00030
Domain : 3
Class : 4
 Defenisi
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit
oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolar-kapiler.
 Batasan Karakteristik
 Diaphoresis
 Dispnea
 Gangguan penglihatan
 Gas darah arteri abnormal
 Gelisah
 Hiperkapnia
 Hipoksemia
 Hipoksia
 Iritabilitas
 Konfusi
 Nafas cuping hidung
 Penurunan karbondioksida
 pH arteri abnormal
 Pola pernafasan abnormal (mis., kecepatan, irama,
kedalaman)
 Sakit kepala saat bangun
 Sianosis
 Somnolen
 Takikardia
 Warna kulit abnormal (mis., pucat, kehitaman)
 Faktor yang Berhubungan
 Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
 Perubahan membran alveolar-kapiler
 Diagnosa 3: Intoleran aktivitas
Nomor : 00092
Domain : 4
Class : 4
 Defenisi
Intoleran aktivitas adalah ketidakcukupan energi
psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau
yang ingin dilakukan.
 Batasan Karakteristik
 Dispnea setelah beraktivitas
 Keletihan
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
 Perubahan EKG (mis., aritmia, abnormalitas konduksi,
iskemia)
 Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
 Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
 Faktor yang Berhubungan
 Gaya hidup kurang gerak
 Imobilitas
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
 Tirah baring
PATHWAY ASMA
Faktor Pencetus Serangan
Faktor Ekstrinsik Campuran Faktor Intrinsik
Inhalasi alergen Polusi udara: CO, asap rokok parfume
(debu, serbuk- Emosional: takut, cemas, stres
serbuk dan bulu Fisik: cuaca dingin perubahan temperature
binatang) Infeksi: parainfluenza virus, pneumonia,
mycoplasmal
Reaksi antigen &
antibodi Iritan: kimia

Antigen merangsang IgE di sel mast,


makaterjadi reaksi antigen-antibody

Proses pelepasan produk-produk selmast


(mediator kimiawi): Histamin,Bradikinin,
prostaglandin, anafilaksis

Mempengaruhi otot polos dan kelenjar pada


jalan nafas

Edema dinding Kontraksi otot polos Pe↑ produksi


bronkiolus mukus

Obstruksi saluran Spasme otot bronkus Pe↑ sekresi mukus


nafas (Bronkospasme)

MK: Pola nafas


Dispnea Rangsangan batuk
tidak efektif

MK: Bersihan
Kelelahan otot Asma jalan nafas tidak
efektif

Tubuh lemah Muncul pada malam hari Kurang pajanan


informasi
MK: Intoleransi MK: Gangguan pola tidur MK: Defisit
aktivitas pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12.
Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA
INDONESIA
Jln. Manila No. 37 Sumberece Kota Kediri Telp. (0354) 7009713 Fax. (0354)
695130

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tgl / jam MRS : 27 Desember 2021 / 10.30 WIB Ruang : Seruni


Tgl. Pengkajian : 27 Desember 2021 No. Register : 311xxx
Diagnosa Medis : ASMA

A. Identitas Klien
Nama : Tn. M Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 50 tahun Nama : Ny. I
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam Alamat : Dusun Krajan Silo
Suku / Bangsa : Indonesia
Bahasa : Jawa Penanggung jawab :
Pendidikan : SMP Nama :…………………..
Pekerjaan : Wiraswasta Alamat :…………………..
Status : Kawin Sumber
Alamat : Dusun Krajan Silo Biaya :…………………..

B. Keluhan Utama
Sesak Nafas

Riwayat Penyakit Sekarang


C. Pasien datang ke Klinik dengan keluhan sesak nafas hilang timbul, kambuh apabila terkena
debu, asap, alergi terhadap udara dingin dan saat beraktivitas sesak pasien sering kambuh dan
semenjak sakit Pasien susah untuk tidur

D. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma sejak 4 tahun yang lalu dan pasien seorang
perokok Aktif

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan ibu pasien memiliki riwayat penyakit asma, tetapi tidak memiliki riwayat
penyakit seperti, DM, jantung, ataupun hipertensi.
Genogram :

50 th

Keterangan:

: Laki-laki / perempuan hidup


: Laki-laki meninggal / perempuan meninggal
: Garis keturunan langsung
: Garis Tinggal satu rumah

50 th : Klien

F. Perilaku dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan


Pada saat pengkajian terlihat posisi tidur pasien tampak kurang nyaman

G. Riwayat Psikososial dan Spiritual


1. Adakah orang yang terdekat dengan pasien : Ada, yaitu istri klien
2. Interaksi dalam keluarga?
 Pola Komunikasi : Komunikasi yang dilakukan menggunakan bahasa
jawa setiap harinya
 Pembuatan keputusan : Sebelum sakit yang mengambil keputusan adalah Tn.
M tetapi setelah sakit istrinya yang lebih mengambil keputusan
 Kegiatan kemasyarakatan : selama sakit tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : Keluarga mengatakan selama klien sakit tidak
bisa bekerja
4. Masalah yang mempengaruhi pasien? : tidak ada
5. Mekanisme koping terhadap stress?
(√) Pemecahan masalah (√) Minum Obat
() Makan (√) Cari pertolongan
() Tidur () lain-lain : -
6. Persepsi pasien terhadap keluarga
 Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
 Harapan setelah menjalani perawatan : Klien mengatakan ingin segera sembuh dan
pulang dari klinik
Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : Tidak dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, dan aktivitas dibantu sebagian oleh keluarga
7. Sistem nilai Kepercayaan?
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada nilai-nilai yang
bertentangan
 Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : selama sakit tidak sholat sama
sekali
H. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolisme

Hal Yang Dikaji Sebelum Sakit Di RS/Saat ini


 Frekuensi makan : ...x/hari 3x/hari 3x/hari
 Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi habis ½ porsi habis
 Makanan yang tidak disukai Tidak ada Kurang suka dengan
menu makanan di RS
 Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
 Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
 Makanan diet Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan obat sebelum makanan
Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan alat bantu (NGT, dll)
a. Intake makan
TB:170cm,
BB:60kg
BB sebelum masuk Rumah Sakit: 60 kg
Penurunan Berat badan: tidak mengalami penurunan berat badan.
IMT : =BB(kg)/TB(m²)
=60kg/(1,7²)
=60/2,89
=20,76 Kg/M2 (Normal)
b. Intake cairan : Sebelum sakit pasien minum 7-8 gelas sehari. Minum air putih, dan teh manis.
Saat di rumah sakit pasien mendapat cairan infuse RL 20 tpm sebanyak 1500 mg sehari dan
minum air putih 1000cc sehari.
c. Balance Cairan:
BC =input-output
=(minum+infus)-(BAK+IWL)
=(1000+1500)-(1200+(15x60/24 jam))
=(2500)-(1200+900)
=2500-2100
= 400cc
2. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 6x/hari ganti pampers
Jumlah : 400cc sekali ganti pampers
Karakteristik : Bau khas urine
Alat Bantu : Klien memakai pampers (Khusus orang dewasa)
BAB
Frekuensi : 1x/hari
Jumlah :-
Karakteristik : lunak/kuning
3. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living
Makan/minum : Dibantu oranglain
Berpakain : Dibantu oranglain
Toileting : Dibantu oranglain
Mobilisasi di tempat tidur : Dibantu oranglain
Berpindah : Dibantu oranglain
Ambulasi : Hanya Bed Rest di kasur, mobilisi hanya miring kiri kanan,
posisi fowler, semifowler
Respon tubuh terhadap aktifitas
Aktivitas yang dilakukan klien dilakukan secara bertahap agar sesak dari klien berkurang,
mobilisasi hanya dilakukan di tempat tidur
Tabel 2. Pola Aktifitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakain √
Mobilitas di tempat tidur √
Ambulasi/ROM √
Berpindah √

0 : Mandiri,
1 : alat Bantu,
2 : dibantu orang lain,
3 : dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total.
Pasien mengatakan dalam beraktifitas dibantu oleh kelurga
4. Pola Oksigenasi
Klien mengalami sesak nafas klien terpasang O2 3 liter/menit.
5. Pola istirahat – tidur

Sebelum sakit : pasien tidur selama 7-8 jam, Selama sakit : pasien tidur hanya 4 jam
(Malam Hari)
Sebelum sakit : pasien tidur selama 3jam, Selama sakit : Tidak Bisa Tidur
(Siang Hari)
tidur pasien terganggu karena sering sesak nafas dan lingkungan yang ramai, sehingga
membuat pasien sering mudah terbangun dan ketika klien bangun yang dirasakan pasien lesu.

6. Pola kognitif dan persepsi sensori


Penglihatan : Pasien mengatakan sering memakai alat bantu penglihatan/ kacamata.
Pendengaran : Pasien tidak menggunakan alat Bantu pendengaran, pendengaran pasien
normal.
Pengecapan : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada pengecapan, hasil dari pengkajian
menggunakan media teh manis dan air garam.
Penciuman : Pasien dapat menerima rangsangan bau atau mencium bau dengan jelas,
menggunakan media balsem dan parfum.
Sensasi : Pasien dapat membedakan antara tajam jarum dan halusnya kapas.
7. Pola konsep diri
Citra Tubuh: Klien mengatakan tidak ada bagian yang paling disukai dan bagian tubuh yang
tidak disukai mengatakan biasa-biasa
Identitas Diri: Status klien ada sebagai seorang kepala rumah tangga
Harga diri: Klien merasa harga diri rendah, karena tidak dapat melakukan atau memenuhi
kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang lain atau keluarga
Ideal Diri: Klien berharap dapat sembuh dari sakitnya dan organ tubuhnya dapat berfungsi
lagi dengan baik dapat bekerja lagi untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak
Peran Diri: Klien merasa sedih dengan sakitnya karena tidak dapat bekerja untuk mencari
nafkah untuk keluarga

8. Pola fungsi seksual – seksualitas


Pasien sudah menikah dan mempunyai dua anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Pasien
selalu didampingi oleh istrinya dan anaknya.
9. Pola peran hubungan
Pasien lebih dekat dengan istri. Komunikasi dengan perawat hanya apabila ditanya,
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Keadaan ekonomi pasien cukup.
10. Pola manajemen koping – stress
Setiap ada permasalahan pasien selalu didampingi oleh istri dan keluarganya.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Sebelum sakit pasien taat shalat, saat sakit pasien berwudhu dengan tayamum dan sholat
ditempat tidur. Pasien meyakini apapun penderitaannya Tuhan yang mengatur.
I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan
umum : Lemah. Tampak
Lemas, Pasien tampak sesak

Kesadaran : Composmentis GCS :456


BB sebelum sakit : 60 kg TB : 170 cm
BB saat ini : 60 kg BB ideal :
Status gizi :
Tanda– tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg Suhu : 38,5C
N : 80 x/mnt RR : 30 x/mnt
SPO2 : 98%

-Intake makan:
TB:170cm,
BB:60kg
BB sebelum masuk Rumah Sakit: 60 kg
Penurunan Berat badan: tidak mengalami penurunan berat badan.
IMT : =BB(kg)/TB(m²)
=60kg/(1,7²)
=60/2,89
=20,76 Kg/M2 (Normal)
-intake cairan:
Sebelum sakit pasien minum 7-8 gelas sehari. Minum air putih, dan teh manis. Saat di rumah
sakit pasien mendapat cairan infuse RL 20 tpm sebanyak 1500 mg sehari dan minum air putih
1000cc sehari.
-Balance Cairan:
BC =input-output
=(minum+infus)-(BAK+IWL)
=(1000+1500)-(1200+(15x60/24 jam))
=(2500)-(1200+900)
=2500-2100
= 400cc
2. Kepala & Leher
Kepala
Inspeksi : bentuk kepala normal, tidak ada ketombe, penyebaran rambut merata, hidung agak
kotor, telinga agak kotor, mulur agak kotor dan Wajah klien tampak lesu.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Leher
Inspeksi : leher terlihat simetris tidak terlihat pembesaran vena jugularis
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid

3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
Paru Jantung
Inspeksi : Simetris, dada datar, ada tarikanInspeksi: bentuk dada simetris
dinding dada, tidak ada lesi. Perkusi : ictus cordis teraba di mid clavikula
Perkusi : Hiper Sonor kanan kiri intercosta 4-5
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri, Palpasi : suara pekak
Auskult : Paru-paru: terdengar ada suara nafasAuskultasi: auskultasi bunyi jantung I dan bunyi
tambahan ronchi dan whezing. jantung II
- -
4. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut cembung (Buncit)
Auskultasi : bising usus 20 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
5. Tulang belakang
Normal tidak ada kelainan Kifosis,Lordosis,Skoliosis
6. Ekstrimitas
Inspeksi: Tangan kiri terpasang infus, tidak terdapat edema
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

Kekuatan otot: Odeam ekstermitas.

4 4 - -
4 4 - -

7. Integumen
Inspeksi: kulit klien terlihat agak kotor karena selama seminggu
dirawat di RS klien hanya di seka saja
8. Genetalia dan anus
Tidak terkaji
9. Pemeriksaan neurologis
Glasgow Coma Scale
a. Respon membuka mata (spontan= 4)
b. Respon verbal/bicara (baik, dapat menjaab dengan kalimat yang baik dan tahu siapa
dirinya, dimana dan kapan= 5)
c. Respon motorik (menuruti perintah= 6)

F. Terapi

Terapi Injeksi
1. Infus RL : 20 tpm
2. Ceftriazone : 2 gr/ 24 jam
3. Dexametaxone: 5mg/8jam
4. Bromhexine : 2x25mg
Terapi Nebulezer
1. Barotec : 0,8 mg
2. Atrofen : 0,2 mg
Terapi oral
1. Ambroxole : 2x3 tablet/ 8jam
2. OBH : 3x1 cth
3. Bisoprolol tab : 3x1,25 mg
G. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.
Jenis Hasil Satuan Normal Range Interpretasi
pemeriksaan
HEMATOLOGI
Rutin
Hemoglobin 13,3 g/dl 12,1-17,6 Normal
Hamatokrit 39 % 33-45 Normal
Leokosit 10,3 g/dl 14-18 Rendah
Trombosit 261 Ribu/ul 150-450 Normal
Eritrosit 4,29 Juta/ ul 4,10-5,10 Normal
Gol darah B
KIMIA KLINIK
Glukosa darah 134 Mg/dl 60-140 Normal
sewaktu
SGOT 21 u/l 0-35 Normal
SGPT 14 u/l 0-45 Normal
Kreatinin 0,8 Mg/dl 0,8- 13 Normal
Ureum 21 Mg/ dl < 50 Normal
ELEKTROLIT
Natrium 138 Mmol/L 132-146 Normal
Kalium 3,7 Mmol/L 3,7- 5,4 Normal
Klorida 104 Mmol/L 98-106 Normal
SEROLOGI l
Hepatitis
HBSAG Non reaktif

Jember, ..... Januari 2022


Mahasiswa

MAULANA IMANULLAH
NIM. 2112B1284
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Respon Alergi, Proses Bersihan Jalan Napas
Infeksi, Merokok Aktif Tidak Efektif (SDKI)
- Pasien mengatakan Sesak Nafas
dan kesulitan bernafas
- Pasien Perokok Aktif
- Pasien mengatakan sesak nafas
hilang timbul, kambuh apabila
terkena debu, asap, alergi
terhadap udara dingin
- saat beraktivitas sesak pasien
sering kambuh

DO:
- auskultasi suara nafas terdengar
suara nafas tambahan ronki dan
whezing
- Klien tampak memegang dada/
sesak nafas
- TD: 140/90
- N: 86xpermenit
- RR: 30xpermenit
- S: 38,5 c
- SPO2: 98%
2. DS: Tirah baring Intoleransi Aktivitas
(Nanda)
- Pasien mengatakan dalam
beraktifitas dibantu oleh kelurga
- Pasien mengatakan Sesak setelah
beraktivitas
DO:
- Pasien lemah ADL
Makan/minum, Berpakain,
Toileting, Mobilisasi di tempat
tidur, Berpindah (Dibantu
oranglain)
- Aktivitas yang dilakukan Pasien
dilakukan secara bertahap agar
sesak dari klien berkurang
- mobilisasi hanya dilakukan di
tempat tidur
- kekuatan otot klien
4 4
4 4

3. Ds: Hambatan Lingkungan Gangguan Pola Tidur


- Pasien mengatakan susah untuk (Nanda)
tidur
- Pasien Mengatakan Sebelum
sakit : pasien tidur selama 7-8
jam, Selama sakit : pasien tidur
hanya 4 jam (Malam Hari)
Sebelum sakit : pasien tidur
selama 3jam, Selama sakit :
Tidak Bisa Tidur (Siang Hari)
- Pasien Mengatakan tidur pasien
terganggu karena sering sesak
nafas dan lingkungan yang ramai

Do:
-Pasien tampak lemas
-Wajah Pasien Tampak Lesu
-pandangan mata lemah
-Mata panda/ hitam bagian mata
bawah
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
SESUAI PRIORITAS

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Respon Alergi, Proses Infeksi, Merokok Aktif d.d
Pasien mengatakan Sesak nafas hilang timbul, kambuh apabila terkena debu, asap, alergi
terhadap udara dingin, Pasien Perokok Aktif

2. Intoleransi Aktivitas b.d Tirah baring d.d dengan pasien mengatakan badan terasa lemas
dan ADL dibantu sebagian

3. Gangguan Pola Tidur b.d Hambatan Lingkungan d.d Pasien mengatakan susah untuk tidur
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF


JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Diagnostik: 1. Untuk mengetahui Maulana
Efektif b.d Respon Alergi, Proses 1. Observasi Frekuensi frekuensi
keperawatan selama 3x24
Infeksi, Merokok Aktif d.d Pasien Pernafasan dan SPO2 2. Untuk Mengetahui
mengatakan Sesak nafas hilang jam, pola nafas efektif adanya suara napas
timbul, kambuh apabila terkena Terapeutik: tambahan
Kriteria Hasil:
debu, asap, alergi terhadap udara 2. Kaji bunyi atau suara 3. Untuk melatih pasien
dingin, Pasien Perokok Aktif 1. RR dalam batas napas tambahan mengurangi sasak
nafasnya
normal 18 24x/menit
4. Pemberian Obat dapat
dan Spo2 dalam Edukasi: membantu pasien
3. Ajarkan Pasien
Rentang normal
Posisi untuk
2. Tidak terdengar
memkasimalkan
suara nafas tambahan
ventilasi
3. Memahami posisi
Semi Fowler Kolaboratif:
4. Kolaborasi dengan
4. Dispnea menurun dokter untuk
pemberian obat
melalui nebulizer

Intoleransi Aktivitas b.d Tirah Tujuan : Intoleransi Diagnostik: 1. Jika terdapat gangguan Maulana
baring d.d Pasien mengatakan Aktivitas teratasi dalam 1. Observasi Tanda- fungsi di salah satu bagian
dalam beraktifitas dibantu oleh waktu 3x24 jam, dengan tanda vital dan Spo2 tubuh dapat mengakibtkan
kelurga kriteria hasil: Terapeutik: aktivitas terganggu
2. Kaji lokasi dan 2. Mengetahui lokasi
1. Saturasi oksigen ketidaknyamanan ketidaknyamanan
normal selama melakukan 3. latihan gerak dapat
2. Kemudahan dalam aktivitas meminimalkan kelelahan
melakukan aktivitas Edukasi: pada otot
sehari-hari (ADL) 3. Ajarkan latihan 4. Melakukan aktivitas
3. Memahami Latihan rentang gerak pasif secara bertahap dapat
Gerak dan aktif mengurangi intoleransi
4. Mampu berpindah aktivitas
tanpa bantuan Kolaboratif:
4. Kolaborasikan
dengan keluarga
melakukan aktivitas
secara bertahap

Gangguan Pola Tidur b.d Kendala Tujuan: Rencana Tindakan Rasional: Maulana
lingkungan Lingkungan d.d Pasien Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur:
keperawatan selama 2x24 1. Untuk Mengetahui
mengatakan susah untuk tidur
jam diharapkan pasien Diagnostik/Observasi: penyebab gangguan tidur
dapat mempertahan 1. Lakukan pengkajian .pasien
kebutuhan tidur dalam masalah gangguan tidur
batas normal klien, karakteristik, dan 2. Mengajarkan pasien cara
penyebab kurang tidur. meningkatkan rasa
nyaman saat hendak
Terapeutik: tidur.
Kriteria Hasil:
2. Ajarkan pasien untuk
tidur dengan posisi
1. Mempertahankan Jam
yang nyaman, seperti 3. Mengurangi waktu
tidur
posisi sim. keterjagaan pada saat
2. Pasien dapat tidur
tidur
nyenyak Edukasi:
3. Perasaan segar 3. Edukasi pasien dan
4. Memberikan rasa
sesudah tidur orang terdekat
nyaman dan
4. Klien dapat mengenai faktor yang mempercepat proses
melakukan tindakan- berkontribusi pemicu tidur
tindakan yang gangguan pola tidur
mempercepat tidur. (misalnya, fisiologis,
psikologis, pola hidup,
jam kerja yang panjang
dan berlebihan, faktor
lingkungan lainnya).

Kolaboratif:
4. Kolaborasi terapi
relaksasi otot autogenik
atau non farmakologi
untuk memancing rasa
ngantuk
IMPLEMENTASI
HARI 1,2,3

TGL Dx. Hari 1 NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


/
JAM
Bersihan Jalan 1 Diagnostik:
Napas Tidak 1. Mengobservasi Frekuensi Pernafasan dan
Efektif b.d Respon SPO2
Alergi, Proses
Infeksi, Merokok Terapeutik:
Aktif d.d Pasien 2. Mengkaji bunyi atau suara napas tambahan
mengatakan Sesak
nafas hilang
timbul, kambuh Edukasi:
apabila terkena 3. Mengajarkan Pasien Posisi untuk
debu, asap, alergi memkasimalkan ventilasi
udara dingin,
Pasien Perokok Kolaboratif:
Aktif 4. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk
pemberian obat melalui nebulizer

Intoleransi 2 Diagnostik:
Aktivitas b.d Tirah 1. Mengobservasi Tanda-tanda vital dan Spo2
baring d.d Pasien Terapeutik:
mengatakan dalam 2. Mengkaji lokasi dan ketidaknyamanan
beraktifitas selama melakukan aktivitas
dibantu oleh Edukasi:
kelurga 3. Mengajarkan latihan rentang gerak pasif
dan aktif

Kolaboratif:
4. Mengkolaborasikan dengan keluarga
melakukan aktivitas secara bertahap
Gangguan Pola 3 Diagnostik/Observasi:
Tidur b.d Kendala 1. Melakukan pengkajian masalah gangguan
lingkungan tidur klien, karakteristik, dan penyebab
Lingkungan d.d
kurang tidur.
Pasien
mengatakan susah Terapeutik:
untuk tidur 2. Mengajarkan pasien untuk tidur dengan posisi
yang nyaman, seperti posisi sim.

Edukasi:
3. Mengedukasi pasien dan orang terdekat
mengenai faktor yang berkontribusi pemicu
gangguan pola tidur (misalnya, fisiologis,
psikologis, pola hidup, jam kerja yang
panjang dan berlebihan, faktor lingkungan
lainnya).

Kolaboratif:
4. Mengkolaborasikan terapi relaksasi otot
autogenik atau non farmakologi untuk
memancing rasa ngantuk
TGL/ Dx. Hari 2 NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
JAM
Bersihan Jalan 1 Diagnostik:
Napas Tidak 1. Mengobservasi Frekuensi Pernafasan dan
Efektif b.d SPO2
Respon Alergi,
Proses Infeksi, Terapeutik:
Merokok Aktif 2. Mengkaji bunyi atau suara napas tambahan
d.d Pasien
mengatakan
Sesak nafas Edukasi:
hilang timbul, 3. Mengajarkan Pasien Posisi untuk
kambuh apabila memkasimalkan ventilasi
terkena debu,
asap, alergi Kolaboratif:
udara dingin, 4. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk
Pasien Perokok pemberian obat melalui nebulizer
Aktif
Intoleransi 2 Diagnostik:
Aktivitas b.d 1. Mengobservasi Tanda-tanda vital dan Spo2
Tirah baring d.d Terapeutik:
Pasien 2. Mengkaji lokasi dan ketidaknyamanan
mengatakan selama melakukan aktivitas
dalam Edukasi:
beraktifitas 3. Mengajarkan latihan rentang gerak pasif
dibantu oleh dan aktif
kelurga
Kolaboratif:
4. Mengkolaborasikan dengan keluarga
melakukan aktivitas secara bertahap
Gangguan Pola 3 Diagnostik/Observasi:
Tidur b.d 1. Melakukan pengkajian masalah gangguan
Kendala tidur klien, karakteristik, dan penyebab
lingkungan
kurang tidur.
Lingkungan d.d
Pasien Terapeutik:
mengatakan 2. Mengajarkan pasien untuk tidur dengan
susah untuk tidur
posisi yang nyaman, seperti posisi sim.

Edukasi:
3. Mengedukasi pasien dan orang terdekat
mengenai faktor yang berkontribusi pemicu
gangguan pola tidur (misalnya, fisiologis,
psikologis, pola hidup, jam kerja yang
panjang dan berlebihan, faktor lingkungan
lainnya).
Kolaboratif:
4. Mengkolaborasikan terapi relaksasi otot
autogenik atau non farmakologi untuk
memancing rasa ngantuk

TGL/ Dx. Hari 3 NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


JAM
Bersihan Jalan 1 Diagnostik:
Napas Tidak 1. Mengobservasi Frekuensi Pernafasan dan
Efektif b.d SPO2
Respon Alergi,
Proses Infeksi, Terapeutik:
Merokok Aktif 2. Mengkaji bunyi atau suara napas tambahan
d.d Pasien
mengatakan
Sesak nafas Edukasi:
hilang timbul, 3. Mengajarkan Pasien Posisi untuk
kambuh apabila memkasimalkan ventilasi
terkena debu,
asap, alergi Kolaboratif:
udara dingin, 4. Mengkolaborasikan dengan dokter untuk
Pasien Perokok pemberian obat melalui nebulizer
Aktif

Intoleransi 2 Diagnostik:
Aktivitas b.d 1. Mengobservasi Tanda-tanda vital dan Spo2
Tirah baring d.d Terapeutik:
Pasien 2. Mengkaji lokasi dan ketidaknyamanan
mengatakan selama melakukan aktivitas
dalam Edukasi:
beraktifitas
3. Mengajarkan latihan rentang gerak pasif
dibantu oleh
dan aktif
kelurga
Kolaboratif:
4. Mengkolaborasikan dengan keluarga
melakukan aktivitas secara bertahap
EVALUASI
HARI KE 1

TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


KEPERAWATAN
Bersihan Jalan Napas Tidak S:
Efektif b.d Respon Alergi, - Pasien mengatakan sesak nafas Tetap
Proses Infeksi, Merokok - Pasien kesulitan menarik nafas panjang
Aktif d.d Pasien
mengatakan Sesak nafas O:
hilang timbul, kambuh TTV:
apabila terkena debu, asap, TD: 140/90
alergi udara dingin, Pasien N: 86xpermenit
Perokok Aktif
RR: 30x/menit
S: 38,5 c
SPO2: 98%
-pasien tampak lemah
-otot bantu pernafasan (+)
-Dipsnea tetap
-bentuk dada funnel chest
-Masih terpasang oksigen
- wheezing dan ronkhi (+)
-Pasien Belum Mengerti posisi Semi Fowler

A:
- Masalah Belum Teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
Intoleransi Aktivitas b.d S:
Tirah baring d.d Pasien -Pasien mengatakan badan masih terasa lemas
mengatakan dalam -Pasien Mengatakan Masih Kesulitan saat
beraktifitas dibantu oleh memulai aktivitas dan Terasa Sesak saat
kelurga beraktifitas

O:
Aktivity Daily Living dibantu sebagian
1. Makan/minum : Dibantu oranglain
2. Berpakain : Dibantu oranglain
3. Toileting : Dibantu oranglain
4. Berpindah : Dibantu oranglain
5. Ambulasi : Dibantu oranglain
6. Respon tubuh terhadap aktifitas:
Aktivitas yang dilakukan klien
dilakukan secara bertahap agar sesak
dari klien berkurang
- Pasien Melakukan Gerak Aktif dan
Pasif Dibantu Perawat
4 4 -
4 4

TTV:
TD: 140/90
N: 86xpermenit
RR: 30x/menit
S: 38,5 c
SPO2: 98%

A: Masalah Belum Teratasi

P: Intervensi Dilanjutkan
Gangguan Pola Tidur b.d S :
Kendala lingkungan - Pasien mengatakan baru mengerti masalah
Lingkungan d.d Pasien apa saja yang mengakibatkan gangguan
mengatakan susah untuk
pola tidurnya
tidur
- Pasien mengatakan masih susah untuk
memulai tidurnya
-Kepala Pusing

O:
- pasien belum bisa tidur tepat waktu.
-Wajah pasien terlihat tidak segar
-Pasien tampak lemas
-Wajah Pasien Tampak Lesu
-Pandangan mata Lemah
-Mata panda/ hitam bagian mata bawah
-TD : 140/90 mmHg
A:
- Masalah belum teratasi

P:
-Intervensi dilanjutkan
HARI KE 2

TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


KEPERAWATAN
Bersihan Jalan Napas Tidak S:
Efektif b.d Respon Alergi, - Pasien mengatakan sesak nafas
Proses Infeksi, Merokok Berkurang
Aktif d.d Pasien - Pasien mengatakan mulai bisa menarik
mengatakan Sesak nafas nafas panjang
hilang timbul, kambuh
apabila terkena debu, asap, O:
alergi udara dingin, Pasien TTV:
Perokok Aktif TD: 130/90
N: 82x/menit
RR: 28x/menit
S: 37,5 c
SPO2: 96%
-pasien tampak lemah
-otot bantu pernafasan (-)
-Dipsnea berkurang
-bentuk dada Normal
-Masih terpasang oksigen
- wheezing dan ronkhi (+)
-Pasien memahami posisi Semi Fowler

A:
- Masalah Teratasi Sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Intoleransi Aktivitas b.d S:
Tirah baring d.d Pasien -Pasien mengatakan badan masih terasa lemas
mengatakan dalam -Pasien Mengatakan Bisa Memulai aktivitas
beraktifitas dibantu oleh sedcara bertahap dan Sesak saat beraktifitas
kelurga berkurang

O:
Aktivity Daily Living dibantu sebagian
1. Makan/minum : Mandiri
2. Berpakain : Mandiri
3. Toileting : Dibantu oranglain
4. Berpindah : Dibantu oranglain
5. Ambulasi : Dibantu oranglain
6. Respon tubuh terhadap aktifitas:
Aktivitas yang dilakukan pasien
dilakukan secara bertahap agar sesak
dari pasien berkurang
- Pasien Melakukan Gerak Aktif dan
Pasif Dibantu Perawat
4 4 -
- 4 4

TTV:
TD: 130/90
N: 82xpermenit
RR: 28x/menit
S: 37,5 c
SPO2: 96%
A: Masalah Teratasi Sebagian

P: Intervensi Dilanjutkan
Gangguan Pola Tidur b.d S :
Kendala lingkungan -Pasien sudah Mengerti faktor-faktor yang
Lingkungan d.d Pasien mengakibatkan gangguan pola tidurnya
mengatakan susah untuk
-Pasien mengatakan sudah bisa memulai
tidur
tidurnya dengan menerapkan posisi tidur
dan terapi yang sudah diajarkan

O:
- pasien sudah bisa tidur tepat waktu.
-Wajah pasien tampak segar
-Pasien tidak terlihat lemas
-Wajah Pasien tidak terlihat lesu
-Pandangan Mata Tajam
-Mata panda/ hitam bagian mata bawah
berkurang
-TD : 130/90 mmHg
A:
Masalah Teratasi Sepenuhnya
P:
Intervensi dihentikan
HARI KE 3

TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


KEPERAWATAN
Bersihan Jalan Napas Tidak S:
Efektif b.d Respon Alergi, - Pasien mengatakan sesak nafas hilang
Proses Infeksi, Merokok - Pasien mengatakan bisa bernafas
Aktif d.d Pasien normal lagi
mengatakan Sesak nafas
hilang timbul, kambuh O:
apabila terkena debu, asap, TTV:
alergi udara dingin, Pasien TD: 120/80
Perokok Aktif N: 80x/menit
RR: 24x/menit
S: 36,3 c
SPO2: 95%
-pasien tampak segar
-otot bantu pernafasan (-)
-Dipsnea berkurang
-bentuk dada Normal
-Tidak Terpasang Oksigen
- wheezing dan ronkhi (-)
-Pasien sudah terbiasa menerapkan posisi
Semi Fowler saat sesak nafas

A:
- Masalah Teratasi
P:
Intervensi dihentikan pasien krs
Intoleransi Aktivitas b.d S:
Tirah baring d.d Pasien -Pasien mengatakan sudah tidak lemas
mengatakan dalam -Pasien Mengatakan Bisa Memulai aktivitas
beraktifitas dibantu oleh secara bertahap dan Sesak saat beraktifitas
kelurga hilang

O:
Aktivity Daily Living dibantu sebagian
7. Makan/minum : Mandiri
8. Berpakain : Mandiri
9. Toileting : Mandiri
10. Berpindah : Mandiri
11. Ambulasi : Mandiri
12. Respon tubuh terhadap aktifitas: Pasien
dapat Melakukan aktivitas seperti biasa
- Pasien Melakukan Gerak Aktif dan
Pasif Mandiri
5 5 -
5 5

TTV:
TD: 120/80
N: 80xpermenit
RR: 24x/menit
S: 36,3 c
SPO2: 95%
A: Masalah Teratasi Sebagian

P: Intervensi Dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai