Anda di halaman 1dari 4

DOXORUBICINI HYDROCLORIDUM

Doksorubisin Hidroklorida

(8s,10s)-10-[(3-Amino-2,3,6-tridoksi-α-L-likso-hekso-piranosil)-oksil]-7,8,9,19-
tetrahidro-6,8,11-trihidroksi-1-metoksi-5,12-naftasenadiomhidroklorida[25316-40-9]
C27H29NO11HCL
Doksorubisin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 97,0%dan tidak lebih dari
102,0% C27H29NO11HCL, dihitung terhadap zat anhidrat bebas pelarut.
[perhatian hati-hati, jangan terhirup partikel doksorubisin hidroklorida dan hindari
pemaparan pada kulit.]
Pemerian serbuk hablur, merah-jingga, hidroskopis.
Kelarutan, larut dalam air, larutan natrium klorida 0,9% dan dalam metanol, praktis
tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam pelarut organik lain.
Baku pembanding doksorubisin hidroklorida BPFI, tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan.
Identifikasi Lakukan dengan kromatografi seperti yang tertera pada penetapan kadar,
waaktu etensi puncak utama yang di peroleh dari larutan uji sesuai yang diperoleh dari
larutan baku.
PH<1071> antara 4,0 dan 5,5 lakukan penetapan menggunakan larutan yang
mengandung 5 mg per ml.
Air <1031> metode 1 tidak lebih dari 4,0%
Sifat hablur <1091> memenuhi syarat
Zat hipotensif memenuhi syarat uji daya hipotensif <191> lakukan penetapan
menggunakan dosis uji 1,0 ml per kg yang mengandung 1,5 mg doksorubisin
hidroklorida per ml dalam larutan natrium klorida p 0,9% steril.
Kemurnian kromatografi jumlah cemaran tidak lebih dari 3,0%, lakukan penetapan
seperti yang tertera pada penetapan kadar, kecuali gunakan larutan uji yang dibuat
dengan melarutkan zat uji dalam fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
Dari kromatogram larutan uji, hitung persentase campuran dengan rumus :
100 s
( s+r )

S adalah jumlah respon puncak lain selain puncak utama, r adalah respon puncak utama.
Sifat pelarut tidak lebih dari 2,5% sebagai aseton dan etanol. Lakukan penetapan dengan
cara kromatografi gas seperti yang tertera pada kromatografi <931>.
Larutan baku timbang seksama masing-masing lebih kurang 200 mg aseton p, 300mg
etanol mutlak p dan 1000 mg ditoksan p, masukkan dalam labu tentukur 100-ml,
encerkan dengan air sampai tanda, pipet 5 ml larutkan kedalam labu tentukur 50-ml,
encerkan dengan air sampai tanda. Larutan mengandung lebih kurang 0,2 mg aseton p,
0,3 mg etanol p dan 1 mg dioksan p per ml.
Pelarut timbang seksama lebih kurang 100 mg dioksan p, masukkan kedalam labu
tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji timbang seksama lebih kurang 200 mg larutkan dalam 3,0 ml (3,0 g) pelarut.
Sistim kromatografi lakukan seperti yang tertera pada kromatografi <931>.
Kromatografi gas di lengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 4 mm x 2 m
berisi bahan pengisi 8 % sampai 10% fase cair G16 dan 24% kalium hidroksida p pada
penyangga S1A 100 mesh – 120 mesh. Pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 60 0,
gunakan kalium p sebagai gas pembawa. Atur suhu kolom dan laju aliran gas pembawa
sehingga dioksan p tereluasi dengan waktu lebih kurang 6 menit. Lakukan kromatografi
larutan baku, rekam respon puncak seperti yang tertera pada [rosedur : resolusi, R,
antara puncak yang berdekatan tidak kurang dari 2,0 . simpangan baku baku relatif
perbandingan respon puncak aseton dan dioksan dan etanol dan dioksan pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0% dan faktor ikutan puncak etanol tidak lebih dari
1,5.
Prosedur suntikan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 1 µl) larutan
baku dan larutan uji ke dalam kromatografi, rekam kromatogram dan ukur luas puncak
utama : waktu retensi relatif untuk aseton, etanol dan dioksan berturut turut lebih kurang
0,2:0,5 dan 1,0. Hitung persentase bobot aseton (CH 3COCH3 ) dan etanol (C2H3OH)
dalam doksorubisin hidroklorida dengan rumus :

100
( )( )( )
ca
Cd
Du
Wu
Ru
Rs

Caadalah kadar aseton atau etanol dalam mg per ml larutan baku; Cd adalah kadar
dioksan dalam mg per ml larutan baku; D u adalah jumlah dioksan dalam mg per ml
dalam larutan uji ;Wu adalah jumlah doksorubisin hidroklorida yangdi gunakan dalam
larutan uji; Ru dan Rs berturut-turut adalah perbandingan puncak analit (aseton atau
etanol) terhadap dioksan yang di peroleh dari larutan uji dan larutan baku ; jumlah
aseton dan etanol tidak lebih dari 2,5%. Gunakan hasilyang diperoleh untuk menghitung
kadar zat dalam penetapan kadar bebas pelarut.
Penetapan kadar lakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
tertera pada kromatografi <931>.
Fase gerak untuk campuran air-asetonitril p-metanol p-asam fosfat p(340:290:170:2)
larutkan 1 gram natrium lauril sulfat p ke dalam 1000 ml larutan tersebut, atur Ph
hingga 3,6 ± 0,1 menggunakan natrium hidroksida 2 N dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti yang tertera pada kromatografi
<931>.
Larutan resolusi larutkan lebih kurang 10 mg doksorubisin hidroklorida dalam 5 ml ai,
tambahkan 5 ml asam fosfat p, biarkan selama lebih kurang 30 menit. Atur pH hingga
2,6 ±0,1 menggunakan lebih kurang 37 ml natrium hidroksida 2 N. Tambahkan 15
mlasetonitril p dan 10 ml metanol p. Campur, saring. [catatan dapat di bakukan sampai
waktu akan digunakan.]
Larutan baku timbang seksama doksarubisin hidroklorida BPFI larutkan dalam fase
gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg perml.
Larutan uji timbang saksama lebih kurang 20 mg masukkan kedalam labu tentukur 200-
ml, tambahkan fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi lakukan seperti yang tertera pada kromatografi <931>. KCKT di
lengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 nm x 25 cm berisi bahan pengisi L13.
Laju alirah lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukn kromatografi terhadap larutan baku,
reskam respon puncak seperti yang tertera pada prosedur : faktor ikatan puncak
doksarubisin tidak kurang dari 0,7 dan tidak lebih dari 1,2 ; efisiesi kolom kolom yang
ditentukan daari puncak. Doksorubisin tidak kurang dari 2250 lempeng teoritis
simpangan baku relatif pada penyunting ulang tidak lebih dari 1,0%. Lakukan
kromatografi terhadap larutan resolusi, rekam respon puncak seperti yang tertera pada
prosedur : waktu retensi doksorubisinon dan doksorubisin berturut-turut adalah lebih
kurang 0,6 dan 1,0 resolusi R antara puncak doksorubisinon dan puncak doksorubisin
tidak kurang dari 5,5.
Prosedur suntikan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µl ) larutan
uji dan larutan baku ke dalam kromatograf, ukur respon puncak utama. Hitung jumlah
dalam mg C27H29NO11.HCL dengan rumus :

0,2 CP
()
ru
rs

C adalah kadar Doksorubisin Hidroklorida BPFI dalam mg per ml larutan baku ; p


adalah kandungan C27H29NO11.HCL dalam µg per mg dokorubisin hidroklorida BPFI; r u
dan rs berturut-turut adalah respon puncak doksorubisin dari larutan uji dan larutan
baku.
Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup tapat.
(farmakope indonesia edisi IV 1995 depertemen kesehatan repunlik indonesia halaman
337-339)
EFEK SAMPING
Mielosupresi, kardiotoksisitas, alopesia, gangguan saluran cerna, hipersensitif, mekrosis
jaringan selulitis berat, demam, menggigil, urtikarial, anafilaksi, konjungtivitas, dan
kadar asam urat.
Iso indonesiavol 46 hal 221- 222

Anda mungkin juga menyukai