BAB I
PENDAHULUAN
berdasarkan prinsip otonomi Daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang
kepada masyarakatnya.
Daerah dibidang keuangan yang merupakan salah satu indikator penting guna
mengukur tingkat otonomi suatu Daerah. Menurut Kaho (2007: 124), untuk
sangat penting, karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak
membutuhkan biaya.
1
2
yang sah.
Daerah sendiri, yang terdiri dari (1) hasil Pajak Daerah; (2) hasil Retribusi
Daerah; (3) hasil Perusahaan milik Daerah dan hasil Pengelolaan kekayaan
Daerah yang dipisahkan; (4) lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah,
dapat dibiayai dengan Pendapatan Asli Daerah, maka semakin tinggi pula tingkat
pendapatan bagi hasil pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
BPHTB, Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan pendapatan bagi hasil bukan
pajak yang terdiri dari bagi hasil sektor kehutanan, sektor perikanan, sektor
migas, sektor pertambangan umum serta dari dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus. Namun sejak tahun 2013 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk
Sektor Perdesaan dan Perkotaan sudah tidak lagi menjadi dana perimbangan
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
tahun 2013 s/d 2016 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
3
Tahun Perkembangan
NO Pendapatan Asli Daerah
Anggaran (%)
1. 2013 Rp. 49.272.026.350,83 -
2. 2014 Rp. 61.699.708.628,94 25,22%
3. 2015 Rp. 70.375.786.187,00 14,06%
4. 2016 Rp. 53,857,519,601.30 -23,47%
Sumber : Kantor Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, 2017
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Kuantan Singingi dari tahun 2013 sampai dengan 2016 mengalami
fluktuasi dimana dari tahun 2013 sampai dengan 2015 Pendapatan Asli Daerah
Penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2016 disebabkan oleh
pendapatan dari Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2). Walaupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun 2013 sampai
Pendapatan Asli Daerah (PAD) turun sebesar 11,16% menjadi 14,06% dan
pikir teori keuangan Daerah, Penerimaan Pajak pada umumnya digunakan untuk
membiayai jasa layanan yang bersifat murni publik (publik goods), sedangkan
yang bersifat semi publik (semi public goods) di mana komponen manfaat
individunya relatif lebih besar. Salah satu Pendapatan Pajak yang memberikan
4
pusat yang dialihkan menjadi penerimaan daerah. Pajak Bumi dan Bangunan
pada tahun 2013 setelah dua tahun Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan
Singingi Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang
sebelumnya Daerah hanya menerima 64,8% dari total penerimaan menjadi 100%
Tahun Perkembangan
NO Pendapatan PBB-P2
Anggaran (%)
1. 2013 Rp. 2,112,874,756.13 -
2. 2014 Rp. 2,429,915,718.96 15,01%
3. 2015 Rp. 2,798,764,974.79 15,18%
4. 2016 Rp. 2,157,662,683.00 -22,91%
Sumber : Kantor Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, 2017
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) tahun 2013 telah menjadi Pajak Daerah
dimana penerimaannya seluruhnya akan menjadi hak daerah dan tidak ada lagi
pembagian penerimaan dengan pusat dan provinsi. Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari tahun 2014 sampai dengan
5
mengalami fluktuasi dimana tahun 2015 nilai sebesar 0,17% menjadi 15,18%
Kabupaten Kuantan Singingi belum mencapai target yang ditetapkan, hal ini
Tabel 1.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten
Kuantan Singingi Tahun 2013-2016
Kuantan Singingi pernah melebihi atau mencapai target yaitu tahun 2013
sebesar 108,35%, hal ini dikarenakan belum di hitung ulangnya target setelah
adanya perubahan posisi Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) dari Pusat ke Daerah. Tahun, 2014, 2015 dan tahun 2016
6
tidak pernah mencapai target dimana tahun 2014 persentase sebesar 60,75%,
tahun 2015 persentase naik sebesar 9,22% menjadi 69,75% dan tahun 2016
persentase turun sebesar 16,03% menjadi 53,94%. Meskipun Pajak Bumi dan
yang diinginkan, namun Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
potensial bagi daerah sehingga peningkatan pendapatan dari Pajak Bumi dan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-
P2) pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.4 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) per Kecamatan di Kabupaten Kuantan
Singingi tahun 2016.
Perkotaan (PBB-P2) pada tahun 2016 yang tinggi rata-rata adalah kecamatan
88,94% dan Kecamatan Logas Tanah Darat dengan pencapian realisasi 80,87%
Benai, dan Kecamatan Inuman pencapaian realisasi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) pada tahun 2016 dibawah
dari 30%. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya Surat Pemberitahuan Pajak
dua Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) yang terdiri dari satu Surat
Pajak Terhutang (SPPT) lama, kemudian yang dibayar wajib pajak hanya satu
yang telah dihapuskan sebagai objek pajak karena dijadikan sebagai taman kota
(PBB-P2) pada tahun 2016 yang paling tinggi adalah Kecamatan Kuantan
Tengah sebesar Rp. 583.519.976,00 dan yang paling kecil adalah Kecamatan
paling tinggi adalah Kecamatan Pucuk Rantau yaitu 98,95% dan yang paling
realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
tidak pernah mencapai target dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Kauntan
Singingi.
Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) yang tidak di bayar sampai jangka waktu yang telah
menjadi hutang untuk tahun berikutnya dan tidak ada pemberian tax amnesty
terhadap hutang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) karena tax amnesty hanya diberikan kepada wajib pajak pribadi dan
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pengaruhnya besar dari 50% seperti
penelitian yang dilakukan oleh Angga Hidayat (2016) dimana Pajak Bumi dan
begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichwan Adrian (2008) dimana
dengan besar pengaruh kecil dari 50% antara lain penelitian yang dilakukan oleh
A.Tendri Esse Irham, dkk (2011) dimana Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
14,1%. Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa Pajak Bumi
melihat apakah Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
1. Apakah Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-
Kuantan Singingi ?
10
Kuantan Singingi ?
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Kuantan Singingi.
Kuantan Singingi.
pengetahuan tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tentang Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta pengaruh dari
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap
wawasan penulis tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Bumi dan
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tentang Pajak Bumi