Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII


SMP NEGERI 9 PEMATANGSIANTAR
T.A 2021/2022

SEMINAR PROPOSAL

Oleh :

Nama : Eunike Juliani Lestari Sitanggang


NPM : 1801070098
Program Studi : Pendidikan Matematika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

tepat waktu. Makalah ini membahas tentang “ Pengaruh Fasilitas Belajar dan

Motivasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 9 Pematangsiantar’’ yang merupakan pembahasan dalam mata kuliah

Seminar Pendidikan Matematika.

Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

dalam hal ini dapat menambah wawasan kita. Penulis minta maaf jika ada di

dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun, penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah agar

dapat melakukan perbaikan.

Pematangsiantar, November 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu yang memegang peran penting dalam dunia pendidikan

adalah matapelajaran Matematika, hal ini dapat dilihat dari jumlah jam

pelajaran di sekolah, pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan

diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik di tingkat SD, SMP, SMA,

hingga Perguruan Tinggi. Pelajaran Matematika juga sangatlah penting dalam

kehidupan sehari-hari, karena dapat membantu ketajaman berfikir secara logis

(masuk akal) serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan masalah.

Keberhasilan belajar siswa sangat bergantung terhadap keterlibatan dan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dalam arahan guru. Kegiatan

belajar akan berlangsung optimal jika siswa dan guru dapat berinteraksi baik

dan siswa dapat mengikuti setiap rangakain utuh dan bersikap aktif terhadap

proses pembelajaran yang berlangsung.

Keberhasilan belajar matematika dapat diukur melalui hasil belajar

matematika siswa yang ditandai dengan tercapainya tingkat standart minimal

Hasil Belajar Siswa. Hasil belajar yang diharapkan adalah hasil belajar yang

baik dan optimal karena siswa maupun guru menginginkan keberhasilan hasil

belajar yang baik. Jika hasil belajar matematika sudah dikatakan baik tentunya

memberi pengertian proses pembelajaran yang berlangsung sudah baik dan

optimal.

1
2

Namun pada kenyataannya kualitas hasil belajar siswa khususnya

pada mata pelajaran matematika masih tergolong rendah jika dibandingkan

dengan mata pelajaran lain. Karna walaupun mata pelajaran Matematika sudah

dipelajari di Indonesia sejak dini hingga usia dewasa tidak membuat

matematika menjadi bidang studi yang banyak disukai namun siswa masih

menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dipahami.. Dalam

Karismah ( 2015:6 ) menyatakan kualitas pembelajaran matematika tercermin

dari perolehan nilai Ujian Nasional (UN) matematika siswa yang dari tahun ke

tahun masih tergolong rendah. Santoso (2013) menyatakan perolehan rata-rata

UN menunjukkan pergerakan angka pada rentang yang rendah (3,00 - 6,00).

Selain itu, keikutsertaan Indonesia di International Mathematical Olympiade

(IMO) masih memberi hasil belum memuaskan. Hasil Trends in Mathematics

and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 Indonesia mengalami penurunan

11 poin dari penilaian tahun 2007. Untuk bidang studi matematika, Indonesia

berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara. Selain itu, berdasarkan

hasil ulangan harian dan wawancara, peneliti dan guru mata pelajaran

matematika yaitu Ibu Ayu Renansi, S.Pd yang mengajar di kelas VIII SMP

Negeri 6 Bambang bahwa hasil belajar matematika siswa masih tergolong

rendah. Rendahnya hasil belajar matematika siswa dilihat dari indeks Kriteria

Ketuntasa Minimal (KKM) siswa. Di SMP Negeri 6 Bambangan masih

banyak siswa yang nilai hasil belajar matematikanya di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terbukti hasil ulangan harian siswa yang

rendah yang ditandai dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada
3

semester ganjil tahun 2015/2016 yaitu 54,5 sedangkan KKM yang ditetapkan

disekolah tersebut adalah 65.

Menurut Slameto dikutip oleh Giantera (2013:1) “Keberhasilan siswa

dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal”.

Faktor internal berasal dari dalam diri sendiri, sedangkan faktor eksternal

berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari luar meliputi faktor-faktor

yang berhubungan dengan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat serta

lingkungan keluarga.

Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan

proses pembelajaran siswa salah satunya adalah fasilitas belajar. Fasilitas

belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memudahkan dalam

terselenggaranya kegiatan belajar mengajar. Fasilitas belajar sangat

dibutuhkan karena dapat mendorong kegiatan belajar mengajar. Fasilitas

belajar merupakan bentuk fisik maupun material yang dapat memudahkan

terselenggaranya dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan tersedianya

tempat perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku

pelajaran, perpustakaan, berbagai perlengkapan pratikum laboratorium dan

segala sesuatu yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar baik itu

di rumah sekolahbmaupun lingkungan. Terpenuhinya fasilitas belajar seperti

sarana prasarana dalam belajar dapat mendukung proses pembelajaran

sehingga kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung secara efektif dan

efisien. Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Sudah menjadi suatu tuntutan bahwa sekolah harus memiliki
4

fasilitas belajar yang memadai dan dalam kondisi yang baik, hal ini bertujuan

untuk menunjang jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Apabila

fasilitas yang tersedia kurang lengkap maka hal tersebut akan menghambat

proses belajar mengajar karena proses belajar mengajar tidak dapat

berlangsung dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Jika

proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan lancar, maka tujuan

dari pembelajaran juga tidak akan dapat tercapai dengan baik. Tentunya hal ini

juga akan berdampak pada hasil belajar siswa.

Selain fasilitas belajar, motivasi belajar juga menjadi faktor yang

mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran. Dalam proses belajar

mengajar motivasi sangat besar peranannya terhadap hasil belajar. Karena

dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Pada semua

usia, motivasi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan

seseorang dan mempunyai dampak yang besar. Siswa yang memiliki motivasi

belajar tinggi cenderung akan mempunyai sikap positif untuk berhasil.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya,

maka akan menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Seperti

kurangnya perhatian siswa saat guru menjelaskan materi dikelas dan berbicara

dengan teman sebangku saat guru menjelaskan materi, hal ini terjadi karena

kurangnya motivasi belajar pada diri siswa motivasi untuk mendapatkan hasil

yang tinggi. Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah

siswa menjadi tekun dalam proses belajar mengajar, dan dengan motivasi itu

pula kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan dengan baik. Pentingnya
5

motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar

kearah yang lebih positif.

Berdasarkan pengalaman yang dilakukan ketika melaksanakan PPL

(Praktik Pengalaman Lapangan) di SMP Negeri 9 Pematangsiantar,

kelengkapan fasilitas belajar disekolah tersebut sudah cukup lengkap dan

memadai. Hanya saja ada beberapapa kondisi dari fasilitas belajar yang

sudah mulai rusak karna kurang terawat dan fasilitas yang tersedia belum

digunakan secara maksimal oleh gur dalam proses pembelajaran. Seperti

dalam pemakaian infokus masih ditemukan guru yang belum dapat

menggunakan infokus saat pembelajaran, hal ini dikarenakan keterbatasan

waktu dan kemampuan guru untuk menggunakan media tersebut. Penggunaan

fasilitas internet sebenarnya sekolah telah menyediakan berupa wifi tetapi

sekolah tidak memberikan izin terbuka kepada siswa sehingga siswa tidak

bebas mengakses internet, dimana itu dapat membantu siswa untuk mencari

bahan atau tugas yang berhubungan dengan pelajaran sekolah. Untuk

perpustakaan di SMP Negeri 9 Pematangsiantar sudah cukup nyaman hanya

saja masih kurang nya buku-buku terbaru yang dapat membantu siswa dalam

menemukan referensi buku-buku matapelajaran yang mendukung proses

pembelajaran sebingga siswa kurang berminat untuk membaca atau

menggunakan fasilitas yang ada. Perpustakaan yang baik adalah

perpustakaaan yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat

disekolah dan diberikannya fasilitas yang baik, karena perpustakaan yang

tidak memadai maka akan menyebabkan kurangnya pengunjung di


6

perpustakaan. Selain itu beberapa siswa masih menunujukkan kurangnya

motivasi belajar dalam belajar matematika. Karna motivasi yang diterima

siswa juga masih tergolong rendah. Hal ini ditandai dengan siswa yang tidak

tekun dan tidak peduli dalam mengerjakan tugas disekolah ataupun tugas

dirumah, saat kegiatan pembelajaran siswa cenderung pasif dan kurangnya

respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru saat proses

belajar berlangsung. Sehingga membuat hasil belajar matematika siswa

cenderung rendah.

Berdasarkan hasil observasi peneliti (Cynthia, 2016;4) ketika

menjalankan praktik pengalaman lapangan (PPL) di SMP Negeri 9

Pematangsiantar terdapat beberapa fasilitas belajar yang belum memenuhi

seperti buku paket yang digunakan sebagai sumber belajar jumlahnya masih

terbatas yaitu sebanyak 15 buku untuk 32 siswa. Siswa harus berbagi buku

paket itu dengan teman sebangku ketika kegiatan pembelajaran berlangsung

dan buku itu harus dikumpulkan kembali ketika pelajaran selesai. Hal ini

menyebabkan siswa kurang dapat optimal dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Pengadaan fasilitas belajar sangat penting bagi siswa dan

kurikulum pada saat ini. Motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 9

Pematangsiantar juga masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari

kurang siapnya siswa dalam memulai pelajaran. Kesadaran siswa untuk

belajar juga masih kurang. Siswa cenderung tidak memperhatikan dan

berbicara dengan teman ketika guru menyampaikan materi. Selain itu siswa
7

juga terlihat jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa juga

kurang tepat waktu dalam mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru.

Sari menemukan bahwa fasilitas belajar mempunyai pengaruh

terhadap hasil belajar sebesar 31,27% (Giantera,2013:6) dan penelitian yang

dilakukan oleh Sefani & Latifah (Rahmayanti,2019:8) menemukan bahwa

pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar sebesar 38,7%. Hasil ini juga

didukung dan dibuktikan dengan penelitian yang relevan dari Saputra

(Utami,2019:315) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

motivasi belajar dan fasilitas belajar dengan hasil belajar. Berdasarkan kajian

statistik menggunakan korelasi sederhana dengan koefisien korelasi r sebesar

0,916, yang berarti taraf signifikansi lebih tinggi 5% dari r tabel yaitu sebesar

0,396. Dengan beberapa telaah pustaka yang telah dibuktikan kebenarannya

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antar motivasi belajar dengan fasilitas

belajar dengan hasil belajar yang diperoleh siswa.

Memahami permasalahan yang berkembang terkait dengan fasilitas

belajar, motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika sehingga

tertarik mengadakan penilitian berjudul “Pengaruh Fasilitas Belajar Dan

Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar matematika Kelas VIII Di

SMP Negeri 9 Pematangsiantar T.A 2021/2022”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan

masalah dalam penelitian ini yaitu:


8

1. Siswa masih menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit

dipahami.

2. Fasilitas belajar yang dipergunakan siswa kurang memadai

3. Motivasi belajar yang diterima siswa masih tergolong rendah

4. Rendahnya nilai hasil belajar matematika siswa dilihat dari indeks

Kriteria Ketuntasa Minimal (KKM) siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Fasilitas Belajar siswa disekolah.

2. Motivasi siswa ketika belajar.

3. Hasil belajar matematika siswa dilihat dari indeks Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitiannini adalah:

1. Bagaimana pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 9

Pematangsiantar T.A 2021/2022?


9

2. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika kelas VIII di SMP Negeri 9

Pematangsiantar T.A 2021/2022?

3. Bagaimana pengaruh fasilitas belajar dan motivasi belajar siswa

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas

VIII di SMP Negeri 9 Pematangsiantar T.A 2021/2022?

E. Tujuan Penilitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh fasilitas belajar terhadap

hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VIII di

SMP Negeri 9 Pematangsiantar T.A 2021/2022

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap

hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VIII di

SMP Negeri 9 Pematangsiantar T.A 2021/2022.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengaruh fasilitas belajar

dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika kelas VIII di SMP Negeri 9 Pematangsiantar T.A

2021/2022.
10

F. Manfaat Penilitian

Berdasarkan tujuan penilitian, maka penilitian ini diharapkan dapat

memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa, sebagai bahan informasi dan pengetahuan akan pentingnya

fasilitas belajar dan motivasi belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

2. Bagi Guru, memberi alternatif baru dalam pembelajaran matematika untuk

dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara

memperbaiki kelemahan ataupun kekurangannya dan mengoptimalkan

pelaksanaan hal-hal yang telah dianggap baik.

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pengelolaan mutu pendidikan dalam mengambil kebijakan inovasi

pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain.

4. Bagi Peneliti, sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi

peneliti untuk mempersiapkan diri tentang pengaruh fasilitas belajar dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. Serta memberi gambaran atau

informasi tentang pengukuran kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa dalam matematika.

5. Bagi Pembaca, sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan

dalam mencapai tujuan pendidikan.


11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses dari pada perkembangan hidup manusia.

Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu

sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar juga merupakan kegiatan yang

paling pokok dari keseluruhan proses pendidikan disekolah untuk mencapai

tujuan pendidikan. Akan terlihat perubahan tingkah laku baik dari pribadinya,

pengetahuan, keterampilan maupun sikap dari peserta didik setelah ia

mengalami proses belajar. Di sekolah tersebut siswa mengalami proses belajar,

setelah mengalami proses belajar tersebut diharapkan siswa berubah sesuai

dengan apa yang dipelajari dari proses belajar tersebut.

Banyak para ahli yang mendefenisikan pengertian belajar, antara lain :

1. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Budiningsih (2005:20) berpendapat bahwa “Belajar merupakan bentuk

perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertingkah

laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara situmulus dan

respon “
15

3. Menurut Janwar Tambunan (2018:17) ada empat kata kunci pemahaman

dalam hakikat belajar, yaitu (1) perubahan, (2) pengetahuan perilaku

pribadi, (3) permanen, dan (4) pengalaman. Jika dirumuskan secara

komprehensif belajar adalah aktivitas/pengalaman yang menghasilkan

perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan didalam diri seseorang, mencakup

perubahan tingkah laku, sikap,kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan

sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Matematika

Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dijadikan mata

pelajaran wajib dipelajari disetiap tingkatan pendidikan baik di SD, SMP dan

SMA sederajat karena matematika dianggap penting untuk dipelajari dan

sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk menyelesaikan masalah

kehidupannya sehari hari. Mata pelajaran Matematika merupakan ratunya

ilmu dan pelayan ilmu. Hal ini berarti matematika merupakan perangkat yang

diperlukan dalam suatu aktivitas terutama bidang sains dan sosial.

Matematika dapat melayani ilmu-ilmu lain karena rumus, aksioma dan model

pembuktian yang dimiliki dapat membantu ilmu-ilmu tersebut, menurut

Hamzah (Andri, 2017:416). Maka dari itu Matematika sangat berperan

penting dalam dunia pendidikan dan aktivitas didalam masyarakat.


16

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang

mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti

mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti

pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan

pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein

yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka

perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir

(bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio

(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi

matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan

dengan idea, proses, dan penalaran menurut Russeffendi (Siagian, 2016:59).

Menurut para ahli pendidikan matematika, matematika adalah ilmu yang

membahas pola atau keteraturan (pattern) dan tingkatan (order). Sekali lagi

hal ini menunjukkan bahwa guru matematika harus memfassilitasi siswanya

untuk belajar berpikir melalui keteraturan (pattern) yang ada menurut Shadiq

dalam (Siagian, 2016:59).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

Matematika ialah ilmu pengetahuan yang didapat dengan bernalar yang

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat

representasinya dengan simbol atau lambang-lambang yang memiliki arti

serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan

bilangan.
17

3. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan produk dari

proses belajar. Menurut Anni (Giantera,2013:9) ”hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajar”. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam

dirinya telah terjadi suatu perubahan. Akan tetapi tidak semua perubahan

yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena proses belajar. Perubahan yang

terjadi dalam kehidupan seseorang tanpa melalui proses belajar, contohnya :

perubahan akibat kematangan, perubahan kondisi fisik, mental dan perubahan

yang tidak bertahan lama.

Selanjutnya Dimyati (Giantera, 2013:9) menyatakan bahwa “hasil

belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar”. Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dua yaitu dampak

pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang

dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, atau angka dalam ijazah,

sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan

dibidang lain, suatu transfer belajar. Adapun menurut (Nasution:2000) hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah menerima

pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta

didik mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dan

Djamarah (Rahmayati,2019:22) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar

dapat diperoleh dari nilai ulangan harian, nilai mid semester, dan nilai akhir

semester.
18

Berdasarkan dari pendapat para ahli di atas mengenai pengertian hasil

belajar, maka hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku,

kemampuan, kualitas siswa setelah menerima pengalaman belajar melalui

pengukuran dan penilaian kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dapat

dilihat dari alat-alat penilaian baik berupa tes maupun bukan tes.

Berdasarkan Penjelasan diatas, maka hasil belajar matematika dapat

diartikan sebagai hasil akhir dari perubahan perilaku, kemampuan, kualitas

siswa setelah ia mengalami proses belajar matematika yang ditandai dengan

skala nilai berupa huruf atau simbol atau angka, dan hal ini biasa dijadikan

tolak ukur berhasil atau tidaknya siswa tersebut dalam pembelajaran

matematika.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara siswa yang satu

dengan siswa yang lain berbeda. Hal ini menimbulkan hasil belajar yang

dicapai masing-masing individu berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa, menurut Slameto ( Giantera,2013:10) faktor-

faktor tersebut adalah :

a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (intern)

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang

sedang belajar, yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor

kelelahan.
19

1) Faktor Jasmaniah

Kondisi jasmaniah umumnya sangat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Proses belajar seseorang akan tergantung jika kesehatan

seseorang terganggu. Agar sesorang dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu

mengindahkan ketentuan-ketentuan bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,

olah raga, rekreasi dan ibadah. Anak-anak yang kurang gizi ternyata

kemampuan belajarnya dibawah anak yang terpenuhi gizinya. Mereka cepat

lelah, mudah mengantuk dan sulit menerima pelajaran. Di samping kondisi

fisiologis, hal yang tidak kalah penting adalah kondisi panca indera, terutama

penglihatan dan pendengaran, karena sebagian besar yang dipelajarioleh

manusia adalah menggunakan penglihatan dan pendengaran.

2) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah : intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif kematangan dan kelelahan.

a) Intelegensi

Intelegensi yaitu kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru

dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat.


20

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Dalam situasi

yang sama, siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi akan lebih

berhasil dari pada siswa yang kecerdasannya lebih rendah.

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata

mata tertuju kepada sesuatu obyek ataupun sekumpulan objek. Untuk dapat

menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian

terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi

perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka

belajar.

c) Minat.

Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Kalau sesorang tidak

berminat untuk mempelajari sesuatu, jangan diharapkkan ia akan berhasil.

Kalau seseorang mempelajari sesuatu penuh minat, diharapkan dapat berhasil.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenal

beberapa kegiatan.

d) Bakat.

Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan ini baru

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan terlatih.

e) Motif.

Motif adalah psikologis yang mendorong seseorang melakukan

sesuatu. Motif belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk belajar. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif belajar yang kuat dapat
21

dilaksanakan dengan adanya latihan, kebiasaan dan pengaruh lingkungan

yang memperkuat, jadi latihan itu sangat perlu dalam belajar.

f) Kematangan

Kematangan yaitu fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat

tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan

berhasil jika anak sudah siap (matang).

g) Kesiapan

Kesiapan yaitu kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesiapan

ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan

padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani


terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
memberikan tubuh istirahat. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang.

a. Faktor yang berasal dari luar (ekstern)

Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar individu


yang dapat mempengaruhi proses belajar, terdiri dari :

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara

orang itu mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga.


22

a) Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya,

misalanya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak

memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan

anaknya dalam belajar dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil

dalam belajrnya.

b) Relasi Antar Anggota Keluarga

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua

dengan anaknya. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu

diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Orang tua harus

memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi : kasih sayang,

rasa aman, harga diri, kebebasan dan rasa sukses. Selain itu perhatian

terhadap pendidikan anak juga sangat penting sehingga anak akan mendapat

hasil belajar yang baik sesuai dengan harapan.

c) Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkansebagai situasi atau kejadian-kejadian

yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Agar

anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan susana rumah yang tenang

dan tenteram.
23

d) Keadaan Ekonomi Keluarga

Anak yang sedang belajar selain harus dipenuhi kebutuhan pokoknya

(makan, pakaian, kesehatan) juga membutuhkan faslitas belajar seperti ruang

belajar, meja, kursi, alat-alat tulis, buku-buku dan lain-lain. Jika anak hidup

dalam keluarga yang miskin, kebutuhan anak kurang terpenuhi, apabila

fasilitas belajar kurang memadai maka belajar akan terganggu atau kurang

berhasil.

e) Pengertian Orang Tua.

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Orang tua

wajib dan member pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat

mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi

guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

f) Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi

sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan kebiasaan

yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah adalah faktor-faktor yang berasal dan berhubungan

berkaitan dengan sekolah di mana seseorang menuntut ilmu


24

a) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

dalam mengajar. Mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang

kepada orang lain agar orang itu menerima, menguasai dan

mengembangkannya. Untuk itu perlu metode mengajar yang dapat membantu

meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Agar siswa dapat belajar dengan

baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efisien dan

seselektif mungkin.

b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada

siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar

siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.

c) Relasi Guru Dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa, sehingga

hasil belajar siswa dipengaruhi oleh relasi dengan gurunya. Di dalam reaksi

yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran

yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.

d) Relasi Siswa Dengan Siswa

Di dalam siswa sering terjadi persaingan yang tidak sehat, jiwa kelas

tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Hal ini
25

akan mengganggu belajar siswa. Akibatnya akan menjadi parah apabila siswa

menjadi malas utuk masuk sekolah dengan alasan karena di sekolah

mengalami perilaku yang kurang menyenangkan dari teman- temannya.

e) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam

sekolah dan juga dalam belajar. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata

tertib dan bekerja dengan disiplin akan membuat siswa disiplin pula. Dengan

disiplin maka siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik.

f) Alat Pelajaran

Karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar

dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran

yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang

diberikan kepada siswa

g) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu

sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, dan pagi adalah waktu yang sangat

efektif untuk belajar.


26

h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan

kemampuan siswa masing-masing , yang penting adalah tujuan yang telah

dirumuskan dapat tercapai.

i) Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka

masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di

dalam setiap kelas.

j) Metode Belajar

Siswa perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu

yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan dan cukup istirahat akan

meningkatkan hasil belajar.

k) Tugas Rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping waktu untuk

belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lain.

Maka diharapkan agar guru tidak memberikan tugas yang harus dikerjakan di

rumah, yang menyebabkan siswa tidak mempunyai lagi waktu untuk kegiatan

yang lain.
27

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat di mana anak didik tinggal sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam

masyarakat yang meliputi :

1) Kegiatan Siswa Dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya., tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan

masyarakat yang terlalu banyak maka belajarnya akan terganggu. Oleh

karena itu siswa harus mampu mengatur waktu belajarnya secara bijaksana.

2) Media Masa

Media masa yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap

belajarnya, sebaliknya media masa yang jelek juga berpengaruh jelek

terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan

kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di

dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

1) Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam

jiwanya, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa.

Agar diri siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar

siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan pergaulan yang baik

serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.
28

2) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat disekitar siswa berpengaruh terhadap belajar

siswa . Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar,

penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan

berpengaruh jelek kepada anak yang berada di situ.

5. Indikator Hasil Belajar

Menurut Benjamin S.Bloom dengan Taxonomi of education

objectives yang membagi tujuan pendidikan dalam 3 macam yaitu menurut

teori yang disampaikan oleh Benjamin S.Bloom terdiri atas ranah kognitif,

afektif, psikomotorik(dalam Nabbilah & Abdi,2019:660). Adapun penjelasan

terkait indikator hasil belajar yaitu :

1. Ranah kognitif adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi pada

kognisi. Proses belajar terdiri atas kegiatan sejak dari penerimaan

stimulus, penyimpanan dan pengolahan otak. Menurut Bloom

bahwa tingkatan hasil belajar kognitif dimulai dari terendah dan

sederhana yakni hafalan hingga paling tinggi dan komleks yaitu

evaluasi.

2. Ranah afektif, diketahui dalam ranah afektif ini bahwa hasill

belajar disusun secara mulai dari yang paling rendah hingga

tertinggi. Dengan demikian yang dimaksud dengan ranah afektif

adalah yang berhubungan dengan nilai-nilai yang pada selanjutnya

dihubungkan dengan sikap dan perilaku.


29

3. Ranah psikomotorik, hasil belajar disusun menurut urutan mulai

paling rendah dan sederhana hingga paling tinggi hanya dapat

tercapai ketika siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih

rendah.

Beragam penjelasan lanjutan dari teori Bloom dieksplikasi oleh para

ilmuwan. Adapun menurut Moore (2014), ketiga ranah hasil belajar tersebut

dijabarkan sebagai berikut.

1. Ranah kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

penciptaan, dan evaluasi.

2. Ranah afektif, yaitu penerimaan, menjawab, penilaian, organisasi, dan

penentuan ciri-ciri nilai.

3. Ranah psikomotorik, yaitu fundamental movement, generic movement,

ordinativemovement, dan creative movement.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator hasil

belajar terdiri ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah

digunakan untuk mengukursejauh mana kompetensi siswa selama kegiatan

belajar. Hasil belajar tidak hanya menyangkut soal aspek pengetahuan saja

(kognitif), tetapi hasil belajar juga memperhatikan perubahan tingkah laku

yang lebih baik dari siswa (afektif) dan memiliki skill atau keterampilan yang

mumpuni (psikomotorik), walaupun ranah kognitif menjadi ranah umum

yang menjadi fokus perhatian guru dalam menilai hasil belajar.


30

Dalam menentukan hasil belajar selain menentukan instrumen juga perlu

merancang cara menggunakan instrumen beserta kriteria keberhasilannya.

perlu dilakukannya, sebab dengan kriteria yang jelas dapat ditentukan apa

yang harus dilakukan siswa dalam mempelajari isi atau bahan pelajaran. Ilmu

yang kita miliki akan sebanding dengan hasil belajar yang kita peroleh. Jika

rajin belajar dengan sungguh-sungguh maka akan memperoleh hasil belajar

yang baik pula dan begitu sebaliknya.

B. Fasilitas Belajar

1. Pengertian Fasilitas Belajar

Proses belajar mengajar akan semakin sukses jika ditunjang dengan

adanya fasilitas belajar atau yang disebut sarana dan prasarana pendidikan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sunadi,2013:6), fasilitas adalah

“sarana yang memudahkan atau melancarkan dalam melakukan tugas atau

pekerjaan”. Lebih diperjelas lagi pengertian fasilitas belajar menurut

Depdikbud (Sunadi, 2013:6) adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam

proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar

pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif

dan efisien.

Bafadal (Cyntha, 2016:9) mendefenisikan “sarana atau fasilitas

belajar adalah semua peralatan, bahan dan perabotan yang secara langsung

digunakan dalam proses belajar di sekolah”. Menurut Djamarah

(Haryono,2014:31) “Fasilitas belajar merupakan kelengkapan yang

menunjang belajar peserta didik disekolah”. Sedangkan menurut Suharsimi


31

Arikonto fasilitas dapat diartikan “Sebagai sesuatu yang dapat memudahkan

dan memperlancar pelaksanan segala sesuatu usaha”. Fasilitas belajar yang

mendukung kegiatan belajar peserta didik akan menyebabkan proses belajar

mengajar menyenangkan dan memperoleh hasil belajar yang diharapkan.

Oleh karena itu fasilitas belajar yang memadai sangat penting demi

pencapaian hasil belajar siswa yang memuaskan. Sesuai dengan pendapat

Dalyono (Rahmayanti, 2019:34) yang menyatakan bahwa kelengkapan

fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat

atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan belajarnya. Sudah menjadi

suatu tuntutan bahwa sekolah harus memiliki fasilitas belajar yang memadai

dan dalam kondisi yang baik, hal ini bertujuan untuk menunjang jalannya

proses belajar mengajar di sekolah. Supaya lebih efektif dan efisien yang

nantinya peserta didik dapat belajar dengan maksimal dan hasil belajar

memuaskan.

Dari berbagai pengertian diatas fasilitas belajar dapat diartikan sebagai

sarana dan prasarana yang memudahkan atau melancarkan pelaksanaan

proses pembelajaran agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan

dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien serta dapat memperoleh hasil

belajar yang diharapkan.

2. Fungsi Fasilitas Belajar

Dalam pengertian di atas fasilitas belajar dapat diartikan sebagai

segala sarana yang dapat memudahkan proses pembelajaran. Untuk


32

memperoleh hasil belajar yang optimal membutuhkan berbagai macam faktor

pendukung proses pembelajaran salah satunya dengan adanya fasilitas belajar.

Salah satu yang memperlancar dan meningkatkan proses pembelajaran di

dalam kelas yaitu dengan adanya sarana atau fasilitas belajar pada sebuah

sekolah.

Dalam kegiatan belajar mengajar dengan adanya fasilitas belajar,

secara langsung maupun tidak akan berdampak pada keaktifan siswa ketika

melaksanakan proses menimba ilmu di sekolah. Fasilitas belajar mempunyai

fungsi yang dapat mendukung proses pembelajaran diantaranya:

1) Menunjang proses belajar mengajar di dalam kelas

2) Memudahkna guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga

pendidikan.

3) Membantu peserta didik yang kurang memahami materi dalam

proses belajar mengajar.

4) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia

3. Macam-Macam Fasilitas Belajar

Menurut Djamarah (2008:149), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam penyediaan fasilitas belajar di sekolah antara lain sebagai berikut:

1. Gedung Gedung sekolah merupakan tempat yang strategis bagi

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Gedung sekolah

yang bersih dan terawat akan senantiasa memberikan kenyamanan bagi

siswa dalam proses belajar.


33

2. Ruang Kelas Suatu sekolah yang kurang ruang kelas, sementara

jumlah anak didik yang dimiliki dalam jumlah yang banyak melebihi

daya tampung kelas, akan banyak menemukan masalah. Kegiatan

belajar mengajar berlangsung kurang kondusif. Pengelolaan kelas

kurang efektif. Konflik antar anak didik secara proporsional sering

terabaikan. Pertimbangan materiil yang menerima anak didik yang

masuk dalam jumlah yang banyak, melebihi kapasitas kelas adalah

kebijakan yang cenderung mangabaikan aspek kualitas pendidikan.

3. Laboratorium Lengkap tidaknya fasilitas sekolah membuka peluang

bagi guru untuk lebih kreatif mengajar. Guru dapat membimbing anak

didik melakukan percobaan di laboratorium. Dengan adanya

laboratorium disekolah siswa dapat aktif belajar dengan berbagai

percobaan yang tidak hanya lewat kata-kata saja tetapi dapat

dibuktikan secara langsung.

4. Perpustakaan Kelengkapan buku-buku di perpustakaan sekolah ikut

menentukan kualitas suatu sekolah. Perpustakaan sekolah adalah

laboratorium ilmu. Tempat ini harus menjadi sahabat karib anak didik.

Di sekolah, kapan dan dimana ada waktu luang anak didik harus

datang kesana untuk membaca buku atau meminjam buku demi

keberhasilan belajar.

5. Ruang BK Bahwa seorang siswa yang belajar di sekolah tidak bisa

lepas dari suatu masalah, siswa dapat menyelesaikan setiap

permasalahan disekolah dengan berkonsultasi pada guru BK. Dalam


34

menyelesaikan masalah diperlukan ruangan yang nyaman dalam

membicarakan permasalahan sehingga siswa dapat menceritakan

masalah yang dihadapi tanpa canggung.

6. Buku-buku Pelajaran Buku pegangan anak didik harus lengkap sebagai

penunjang kegiatan belajar. Dengan pemilikan buku sendiri anak didik

dapat membaca sendiri kapan dan dimanapun ada kesempatan. Pihak

sekolah dapat membantu anak didik dengan meminjami anak sejumlah

buku yang sesuai dengan kurikulum. Dengan pemberian fasilitas

belajar tersebut diharapkan kegiatan belajar anak didik lebih bergairah.

Dari teori diatas dapat disimpulkan fasilitas belajar merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Interaksi yang terjadi

dalam proses belajar mengajar akan semakin produktif dan aktif apabila

antara siswa, guru, dan materi pelajaran didukung oleh sarana dan prasarana

yang memadai serta pemanfaatan yang baik sehingga dapat menghasilkan

pembelajaran yang bermakna. Fasilitas yang memadai dan mendukung dapat

menimbulkan motivasi tersendiri bagi siswa untuk giat belajar, karena dengan

tampilan yang menarik dan cara penyampaian materi yang berbeda dapat

membuat siswa tertarik untuk belajar.

4. Indikator Fasilitas Belajar

Indikator fasilitas belajar merupakan salah satu cara untuk mengukur

keberhasilan suatu keadaan dengan adanya fasilitas belajar tersebut. Fasilitas

belajar merupakan sesuatu yang sangat penting di dalam proses belajar.

Apabila fasilitas belajar kurang mampu mendukung di dalam proses belajar,


35

kemungkinan besar siswa akan mudah merasakan jenuh yang menyebabkan

proses penerimaan informasi terhambat. Pembelajaran yang efektif, efesien

sangat perlu ditekankan dan diciptakan.15 Fasilitas belajar yang mendukung

akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat atau fasilitas

belajar akan menghambat kemajuan belajarnya (Dalyono, 2001: 241).

Menurut Slameto (2013 :63) indikator fasilitas belajar antara lain :

1. Ruang atau tempat belajar

Sebuah syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya ialah tersedia

tempat belajar yang khusus. Setiap pelajar hendaknya mengusahakan agar

dapat menggunakan tempat belajar yang khusus. Tempat belajar di rumah

yang nyaman yaitu cukup luas untuk aktifitas belajar, warna tembok yang

menarik, dilengkapi ventilasi udara dan dilengkapi dengan penerangan yang

cukup.

2. Perabot belajar

Benda benda seperti perlengkapan belajar adalah bendabenda yang membantu

tercapainya suatu proses belajar, yaitu: meja belajar khusus, kursi belajar

khusus, lampu belajar, rak buku, almari/ rak buku dan rak sepatu.

3. Alat bantu belajar

Alat dan benda sebagai perlengkapan bantu belajar adalah alat tulis yang

lengkap, jangka, busur derajat, dan alat hitung kalkulator dan laptop atau

komputer. Semakin lengkap alat-alat tentunya semakin dapat belajar dengan


36

baik dan belajar tidak dapat dilakukan tanpa adanya alat-alat belajar

secukupnya.

4. Sumber belajar

Sebagai sumber belajar bagi siswa yaitu buku pelajaran, akses internet, radio,

majalah atau koran, dan televisi. Internet dapat diakses dengan handphone,

laptop atau komputer. yang terkoneksi internet.

Menurut The Liang (Utami, 20`9:314) menjelaskan macam-macam

fasilitas belajar dapat di indikatorkan sebagai berikut :

1) Ruang atau tempat yang baik, salah satu syarat untuk dapat belajar

dengan sebaik-baiknya adalah tersedianya ruang atau tempat belajar, inilah

yang diguanakan oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.

Dengan ruang atau tempat belajar yang memadahi dan nyaman untuk belajar

yang baik maka siswa akan memperoleh hasil belajar yan baik. Tempat

belajar yang baik harus mempertimbangkan penerangan dan sirkulasi udara

yang baik.

(a) Penerangan cahaya, suatu tempat belajar yang baik harus memiliki

penerangan cahaya yang cukup. Penerangan yang baik adalah penerangan

yang tidak berlebihan dan tidak kurang, melainkan memadahi untuk dapat

belajar sebaik-baiknya;

(b) Sirkulasi udara, tempat belajar hendaknya diusahakan memiliki

sirkulasi udara yang baik, yaitu bisa keluar dan masuk dari dua arah. Karena

tanpa adanya sirkulasi udara yang baik maka akan membuat tempat belajar
37

pengab dan akan membuat siswa kurang maksimal dalam kegiatan belajar

mengajar.

2) Perabotan belajar yang lengkap, dalam hal ini perabotan yang

dibutuhkan untuk kegiaran belajar mengajar yang baik, diantaranya yaitu

meja belajar, kursi belajar, dan lemari buku serta kemungkinan perabotan lain

yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Semakin

optimal ketersediaan fasilitas belajar di sekolahan maka semakin baik juga

proses pembelajaran berlangsung dan hasil yang diperoleh siswa pun akan

tinggi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka peneliti menyimpulkan

bahwa indikator fasilitas belajar yang digunakan adalah:

a. Ruangan atau tempat belajar

b. Pemanfaatan media dan alat bantu belajar

c. Penerangan

d. Tersedianya sumber belajar

e. Perpustakaan

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni “movere” yang berarti

menggerakkan” (Winardi, 2007). Menurut Uno (2014) motivasi merupakan

sorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu

yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut dapat diartikan bahwa yang
38

dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga

kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih

semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.

Sedangkan menurut Dimyati (Rahmayanti, 2019:41 ) motivasi

memiliki 3 komponen utama yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

Kebutuhan terjadi jika individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa

yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental

untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan yang

berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Tujuan tersebut

merupakan hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Rifa’i & Catharina

(Rahmayanti, 2019:41) mengemukakan bahwa motivasi bukan saja penting

karena menjadi faktor penyebab belajar, akan tetapi juga memperlancar

belajar dan hasil belajar.

Menurut Purwanto (Utami,219:313) “motivasi belajar adalah

pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhui tingkah laku

seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”. Menurut Mudjiono

(Utami,2019:313) “motivasi belajar sebagai kekuatan mental yang

mendorong terjadinya belajar. Kekuatan mental tersebut berupa keinginan,

perhatian, kemauan atau cita-cita”. Adanya keinginan atau cita-cita, maka

siswa akan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Siswa akan

memperlihatkan penjelasan dari guru dan ikut berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran.
39

Dari beberapa teori yang telah dijelaskan di atas maka dapat

disimpulkan motivasi belajar adalah suatu penggerak atau pendorong yang

ada dalam diri seseorang untuk belajar agar dapat mencapai tujuan belajar

yang diinginkan.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Notoatmojo (2007) fungsi motivasi adalah:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motifasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan

sebelumnya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mancapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan

perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan

kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyelesaian

Menurut Hamalik (Giantera, 2013:27) fungsi motivasi itu meliputi :

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi

tidak akan timbul suatu perbuatan seperi belajar.


40

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan

ketercapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi

mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu

pekerjaan.

Jadi dari pendapat-pendapat para ahli di atas bisa ditarik kesimpulan

bahwa fungsi motivasi belajar adalah sebagai pendorong atau penggerak bagi

siswa dalam kegiatan belajarnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati (Giantera,2013:25-27), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

1) Cita-cita.

Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai

tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi

seseorang. Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan perkembangan akar,

moral kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang juga menimbulkan

adanya perkembangan kepribadian.

2) Kemampuan Belajar.

Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini diukur

melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf

perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah

sampai pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang merasa dirinya
41

memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya

berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan

sebaliknya yang merasa tidak mampu akan merasa malas untuk berbuat

sesuatu.

3) Kondisi Siswa

Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis, karena

siswa adalah makluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik siswa

lebih cepat diketahui daripad kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi

fisik lebih jelas menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis.

4) Kondisi Lingkungan.

Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa yaitu

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan fisik sekolah, saran

dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar dapat menyenangkan dan membuat

siswa merasa nyaman untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga

perlu mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai,

diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat

dipertahankan.

5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar.

Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses

belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan

hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa

memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami

perubahan selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.


42

6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa.

Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam mempersiapkan

diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara

menyampaikannya, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar

siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang

menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar

sehingga motivasi belajar siswa menjadi melemah atau hilang.

Dengan melihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar dapat dibedakan adanya dua pembagian motivasi, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik.

“Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari

luar, karena ada dalam diri setiap individu suatu dorongan untuk melakukan

sesuatu” (Sardiman, 2008:89). Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan

memiliki tujuan untuk menjadi orang yang terdidik dan ditunjukkan dengan

tingginya aktivitas yang dilakukan, terutama aktivitas dalam belajar. Dorongan

yang menggerakkan tersebut bersumber pada suatu kebutuhan yaitu kebutuhan

yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik.

2) Motivasi Ekstrinsik.

“Motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar”

(Sardiman, 2008:90). Motivasi ekstrinsik merupakan bentuk motivasi yang

didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari

luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi
43

ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah karena pengajaran di sekolah tidak

semuanya menarik perhatian siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa,

lagipula sering terjadi siswa tidak memahami untuk apa sebenarnya dia belajar

hal-hal yang diberikan di sekolah.

4. Macam-macam Motivasi Belajar

Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang


Sardiman (Sunandi,2013:5)

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya terdiri dari motif bawaan dan

motif yang dipelajari. Motivasi bawaan adalah motif yang dibawa sejak

lahir, jadi motivasi tersebut ada tanpa dipelajari. Misalnya, dorongan untuk

makan, minum, bekerja, beristirahat, dan seksual. Motif yang dipelajari

adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari. Misalnya, dorongan

untuk mempelajari satu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk

mengajar sesuatu dimasyarakat.

2) Motivasi diklasifikasikan menjadi motivasi jasmaniah dan motivasi

rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: refleks,

insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk rohaniah adalah

kemauan.

3) Motivasi diklasifikasikan berdasarkan jalarannya menjadi motivasi

intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
44

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar.

5. Indikator- indikator Motivasi Belajar

Menurut Uno (Jumarniati, 2016:331) menyatakan bahwa, indikator motivasi

belajar dapat diklasifiksi menjadi enam, yaitu :

(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil;

(2) adanya dorongan dan kebutuhan belajar;

(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan;

(4) adanya penghargaan dalam proses belajar;

(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan

(6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

siswa dapat belajar dengan baik.

Pengukuran motivasi belajar menurut Makmun (Wahyuningrum,2015:34)

dapat dilakukan dengan mengidentifikasi beberapa indikatornya, antara lain:

(1) Durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya

untuk melakukan kegiatan)

(2) Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam

periode waktu tertentu)

(3) Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.

(4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan

dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

(5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.


45

(6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau

target,dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang

dilakukan.

(7) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai

dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan

atau tidak)

(8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka peniliti meyimpulkan bahwa indikator

motivasi belajar yang digunakan adalah:

a) Dorongan belajar yang kuat

b) Harapan atau cita-cita yang dicapai

c) Adanya penghargaan dalam belajar

d) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

e) Kondisi belajar yang efektif

D. Penelitian Yang Relevan

Sebuah penelitian yang dilakukan harus memperhatikan penelitian terdahulu

yang relevan yaitu sebagai bahan kajian. Beberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian ini yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014). Metode penelitian yang

digunakan yaitu survey explanatory. Sedangkan analisis data yang

digunakan adalah path analysis yaitu model yang digunakan untuk

menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk


46

mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat

variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Hasil

penelitian yang dilakukan membuktikan pengaruh minat belajar terhadap

motivasi sebesar 35,2%, pengaruh fasilitas belajar terhadap motivasi

sebesar 17,8%, pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar sebesar

15,2%, pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar sebesar 58,5%,

pengaruh motivasi terhadap hasil belajar sebesar 20,9%.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Giantera (2013). Metode pengumpulan

data menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan

analisis deskriptif persentase dan analisis regresi berganda.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa analisis regresi linier berganda diperoleh

persamaan: Y = 38,519 + 0,541X 1 + 0,249X2 Uji F yang diperoleh Fhitung

= 60,005, sehingga H3 diterima. Secara parsial (uji t) fasilitas belajar (X 1)

diperoleh thitung = 5,445, sehingga H1 diterima. Variabel motivasi belajar

(X2) diperoleh thitung= 2,847, sehingga H2 diterima. Secara simultan (R2)

fasilitas belajar dan motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa sebesar 69,40%. Simpulan penelitian ini adalah fasilitas

belajar dan motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar baik

secara simultan maupun parsial.

3. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas V Sekolah Dasar Negeri 65 Seluma Desa Bukit Peninjauan II

Kecamatan Sukaraja” yang disusun oleh Titik Mardianti Tahun 2015

IAIN Bengkulu. Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa


47

terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas V sekolah dasar negeri 65 seluma desa bukit peninjauan II

kecamatan sukaraja.Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut: (1) Ada

hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar di rumah dan

prestasi belajar pekerjaan dasar teknik otomotif teknik dengan R Square

sebesar 0,268. (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara

fasilitas belajar di rumah dan motivasi belajar (variabel intervening)

dengan prestasi belajar pekerjaan dasar teknik otomotif siswa SMK

Muhammadiyah Bambanglipuro, yang ditunjukkan dengan nilai

koefisien hubungan tidak langsung melalui motivasi 0,156134 dan t

hitung 2,6587 > t tabel 1,9999 dengan taraf kesalahan 5 %.

4. Padmini (2008) dengan judul “Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap

Motivasi Belajar dan Implikasinya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan Tahun 2008”. Dari hasil

penelitian menunjukan dengan menggunakan penghitungan uji-t dimana

fasilitas belajar (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi

belajar (Z) dengan tingkat determinasi sebesar 14,5% dan sisanya

(85,5%) dipengaruhi oleh faktor lain, kemudian motivasi belajar (Z)

berpengaruhpositif dan signifikan terhadap prestasi belajar (Y) dengan

tingkat determinasi sebesar 4% dan sisanya (96%) dipengaruhi oleh

faktor lain, serta fasilitas belajar (X) berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap prestasi belajar (Z) dengan tingkat determinasi

sebesar 0,6% dan sisanya (99,4%) dipengaruhi oleh faktor lain.


48

E. Kerangka Berpikir

Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa. Fasilitas belajar termasuk dalam

faktor ekstern yang berada di lingkungan sekolah. “Faktor intern dan faktor

ekstern merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar” (Slameto,

2003:54). Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah

motivasi belajar.

“Motivasi dapat dikatakan sebagai daya dan upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu” (Sardiman, 2008:73). Dalam kegiatan

belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang memberikan arah dalam kegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan.

Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat jika siswa mempunyai motivasi

belajar yang kuat. “Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan

aktivitas seseorang” (Dimyati , 2006: 42). Siswa pada dasarnya termotivasi untuk

melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan

kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga Siswa

yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan

atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri.

Fasilitas belajar dan motivasi belajar pada mata pelajaran Matematika

merupakan komponen yang sangat penting dalam menunjang hasil belajar siswa
49

yang optimal. Oleh karena itu hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan

fasilitas belajar yang lengkap serta ditingkatkannya motivasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat dua variabel

yaitu variabel bebas dinyatakan dengan (X) dan variabel terikat (Y). Variabel

bebas tersebut adalah fasilitas belajar (X1) dan motivasi belajar (X2) dan variabel

terikat adalah hasil belajar matematika (Y).

Dengan demikian, maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:

Fasilitas Belajar

(X1)
Hasil Belajar

(Y)
Motivasi Belajar

(X2)

Gambar 1. Skema Kerangka berpikir.


50

F. Hipotesis Penelitian

Suharsimi (2010: 110) menyatakan hipotesis adalah suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan

seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka kemudian membuat suatu teori

sementara yang kebenarannya masih perlu diuji hipotesis.

Berdasarkan Kerangka berpikir diatas yang menjadi hipotesis dari penilitian ini

sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan fasilitas belajar terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Pematangsiantar

T.A 2021/2022.

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Pematangsiantar

T.A 2021/2022.

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan fasilitas belajar dan motivasi

belajar terhadap hasil belajar matematika di SMP Negeri 9

Pematangsiantar T.A 2021/2022.


51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017:8) penelitian

kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fasilitas belajar

dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan peneliti merupakan keseluruhan prosedur perencanaan dan pelaksanaan

penelitian ini meliputi prosedur pengumpulan data dan pengolahan data yang ditentukan. Dalam

pelaksanaan suatu penelitian, seorang peneliti harus menyusun rancangan penelitian yang di

sesuaikan dengan jenis dan tujuan penelitian. Maka yang menjadi rancangan atau langkah-

langkah penelitian kuantitatif menurut Arikunto (2014:61-66) adalah sebagai berikut:

1. Memilih Masalah

Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi orang-orang

yang belum banyak berpengalaman meneliti. Untuk ini perlu kepekaan dari calon

peneliti. Kepekaan yang dimaksudkan adalah peka terhadap masalah-masalah yang ada

disekitar.
52

2. Melakukan studi pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan

meneliti. Selain itu juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang di perlukan oleh

peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.

3. Merumuskan Masalah

Agar penelitian dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan

masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, kemana harus pergi dan dengan apa.

4. Merumuskan Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan

berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi penelitian di dalam

melaksanakan penelitiannya.

5. Memilih Pendekatan

Yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah metode atau cara mengadakan

penelitian seperti halnya: eksperimen atau non eksperimen. Tetapi disamping itu juga

menunjukkan jenis atau tipe penelitian yang diambil, dipandang dari segi tujuan misalnya

eksploratif, deskriftif atau historis. Masih ada lagi pandangan dari subjek penelitiannya,

misalnya populasi atau kasus.

6. Menentukan variabel dan sumber data

Langkah ke-6 ini menjawab pertanyaan:

a. Apa yang akan diteliti?

b. Dari mana data diperoleh?


53

Kedua hal ini harus diidentifikasikan secara jelas agar dengan tepat dapat ditentukan alat

apa yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan datanya.

7. Menentukan dan Menyusun Instrumen

Setelah peneliti mengetahui dengan pasti apa yang akan diteliti dan dari mana data bisa

diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan dengan apa data akan

dikumpulkan. Instrumen ini sangat tergantung dari jenis data dan dari mana.

8. Mengumpulkan Data

Apabila peneliti sudah menentukan data apa yang akan dikumpulkan, dari mana data

tersebut dapat diperoleh dan dengan cara apa, maka dirinya sendiri maupun orang lain

yang akan membantu, sudah mengetahui dengan pasti apa yang berikutnya dilakukan.

9. Analisis Data

Tugas menganalisis data tidak seberat mengumpulkan data, baik tenaga maupun

pertanggungjawaban. Akan tetapi menganalisis data membutuhkan ketekunan dan

pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data.

10. Menarik Kesimpulan

Langkah ke-10 ini sebenarnya sudah merupakan langkah terakhir dari kegiatan

penelitian. Pekerjaan meneliti telah selesai, dan peneliti tinggal mengambil konklusi dari

hasil pengolahan data, dicocokan dengan hipotesis yang telah dirumuskan.

11. Menyusun Laporan

Kegiatan penelitian menutut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuk laporan

penelitian agar hasilnya diketahui orang lain serta prosedurnya pun diketahui orang lain

pula sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.


54

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Pematangsiantar yang beralamat di

jl. Medan KM. 4,5 Pematangsiantar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

hasil belajar siswa kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Adapun alasan

peneliti meneliti di sekolah tersebut karna tempat peneliti melakukan PPL (Praktik

Pengalaman Lapangan) sehingga mempermudah peneliti memperoleh data. Alasan lain

karena sekolah tersebut lebih dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga mudah

dijangkau dan ekonomis.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2019:126), “populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9

Pematangsiantar T.A 2021/2022 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1
Populasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Pematangsiantar

No Kelas Jumlah Siswa

1 VIII-1 32
2 VIII-2 32
3 VIII-3 32
4 VIII-4 32
5 VIII-5 32
6 VIII-6 32
7 VIII-7 32
8 VIII-8 32
Jumlah 256
55

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono 2017:81). Menurut pendapat yang diberikan oleh Arikunto (Hatmoko, 2015) yang

menjelaskan bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100

maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel secara acak yakni kelas VIII-2 dan VIII-7

Yaitu sebanyak 64 siswa untuk mewakili keseluruhan penelitian.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini variabel yang akan

diteliti adalah sebagai berikut:

a) Variabel independen (bebas)

Variabel independen (bebas) merupakan Variabel ini mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat) (Sugiyono2017:39).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel bebas (X1) : Fasilitas Belajar


56

2) Variabel bebas (X2) : Motivasi Belajar

b) Variabel dependen (terikat)

Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variable bebas (Sugiyono 2017: 39). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Hasil belajar matematika siswa (Y).

2. Defenisi Operasional

Demi tercapainya pandangan yang sama terhadap penelitian ini, maka penyeragaman

pemikiran yang mempermudah pemahaman suatu masalah. Di bawah ini diuraikan pemikiran-

pemikiran yang digunakan sehubungan dengan judul penelitian ini:

1. Fasilitas belajar

Fasilitas belajar adalah sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar siswa dan

menyebabkan proses belajar yang menyenangkan serta dapat memperoleh hasil belajar

yang diharapkan.

2. Motivasi belajar adalah suatu pendorong atau penggerak dalam diri seseorang untuk

mencapai tujuan belajar yang diinginkan.

3. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar.


57

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya, meneliti itu adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena social

maupun alam. Melakukan pengukuran berarti harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam

penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi Instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono 2017:102).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data

yang akurat yaitu dengan menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2017: 93) yang

dimaksud dengan Skala Likert adalah sebagai berikut:

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variable

penelitian.”

Dengan Skala Linkert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Berikut ini tabel alternatif jawaban dan kisi-kisi kuesioner dari fasilitas belajar dan

motivasi belajar.

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2014:211) uji validitas yaitu pengukuran yang menunjukan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai nilai validitas yang tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mampu

mengukur apa yang diinginkan dan mampu mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat.
58

Untuk menguji kesahihan dan kendali soal digunakan teknik korelasi product moment

dengan bantuan SPSS. Rumus yang digunakan adalah:

n ∑ x i y i −( ∑ x i) (∑ y i)
r xy = (Arikunto,2014:213)
√ {n ∑ x i
2
−( ∑ x i ) } {n ∑ y i −( ∑ y i ) }
2 2 2

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi yang tinggi

N = Jumlah sampel atau responden

ΣX = Jumlah skor butir

ΣY = Jumlah skor total

ΣY = Jumlah perkalian butir dan total

ΣX2 = Jumlah kuadrat butir

ΣY2 = Jumlah kuadrat total

Dengan menggunakan kriteria jika rhitung ≥ rtabel dengan taraf signifikan 95% dan (α =0,05)

maka angket itu dikatakan valid. Namun jika rhitung ≤ rtabel maka angket dianggap tidak valid.

2. Reliabilitas Angket

Suatu instrument dikatakan reliable jika instrumen tersebut ketika dipakai untuk mengukur

suatu gejala yang sama dalam waktu yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama (Arikunto

2010). Untuk menguji reliabilitas instrument digunakan rumus Cronbach Alpha. Rumus alpha

digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan satu atau nol. Rumus Cronbach Alpha

adalah sebagai berikut:

( )( ∑σb
)
2
k
r11 = 1− (Arikunto,2014:239)
k −1 σ t2
59

Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknnya soal
∑σb = jumlah varians total
2

σt2 = varians total

Untuk kriteria reliabilitas angket jika rhitung ≥ rtabel dengan taraf signifikan (α=0,05) maka angket

itu dikatakan reliable. Namun jika rhitung ≤ rtabel maka angket dianggap tidak memiliki reliabilitas.

F. Teknik Pengumpulan Data

Hal yang utama yang memengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas pengumpulan

data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai

cara atau tehnik (Sugiyono, 2017:224). Didalam penelitian ini menggunakan metode

pengumpulan data yaitu:

1. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiono,2017:142). Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

fasilitas belajar dan motivasi belajar.

Para responden cukup memberikan tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan

Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah

disediakan

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2014:274) menyatakan bahwa metode dokumentasi mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen, rapat, lenger, agenda dan sebagainya”. Dokumentasi hasil
60

belajar matematika nantinya akan diperoleh dari guru matematika yang ada di sekolah

tempat peneliti meneliti

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2017:147) yang dimaksud dengan analisis data adalah sebagai berikut:

“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data

terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan

jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data

tiap variabel yang teliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”.

1. Uji Prasyarat Analisis

Tujuan analisis adalah menjawab atau mengkaji kebenaran hipotesis yang diajukan.

Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis agar penelitian

dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan kenyataan, dapat dipercaya dan dapat

dipertannggungjawabkan.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data merupukan uji persyaratan analisis sebelum dilakukan pengujian

hipotesis. Analisis jalur yang digunakan dalam penelitian mensyaratkan bahwa data variabel

harus berdistribusi normal atau mendekati nomor. Pengujian tersebut digunakan rumus Chi-

kuadrat.

Langkah-langkah untuk menguji normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai

berikut:
61

1) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya.

2) Menentukan jumkah kelas interval.

3) Menentukan panjang kelas interval.

4) Menyusun kedalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel

penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat.

5) Memasukan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga


2 2
( f 0−f h ) ( f 0−f h )
(fo-fh) dan dan menjumlahkannya. Harga merupkan harga Chi
fh fh

Kuadrat ( χ 2).

6) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Bila harga Chi

kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi kuadrat tabel ( χ h2 ≤ χ t2 ¿ , maka

distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) maka dinyatakan tidak

normal.

(Sugiyono, 2017).

b. Uji Linearitas

Uji linearlitas diperlukan untuk menentukan apakah analisis data menggunakan model

linear atau non linear (Sugiyono:2019). Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan bantuan

komputer program SPSS versi 24 melalui Test For Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Kriteria

pengujian adalah terima H0 apabila nilai signifikansinya > 0,05 maka hubungan antara variabel

adalah linier, sebaliknya jika nilai signifikansinya < 0,05 maka H0 tolak atau hubungan antara

variabel adalah non-linier (Sudarmanto,2005:135).

Menurut Wardhani, dkk, 2016: 50), adapun prosedur pada uji lineritas adalah sebagai berikut:
62

a) Membuat uraian dalam uraian kalimat Ho: Data kelompok A dengan data kelompok

B tidak berpola Linier Ha: Data kelompok A dengan data kelompok B berpola

Linier b.

b) Membuat hipotesis dalam bentuk model Statistika

Ho: β =0

Ha: β ≠ 0

c) Membuat resiko kesalahanTaraf signifikansi yang digunakan adalah (α ¿ = 5 %

d) Kriteria pengujian signifikan Jika: F hitung ≤ F tabel , maka Ho diterima

e) Menentukan nilai F hitung dan nilai F tabel

f) Membandingkan F hitung dan nilai F tabel

g) Memuat keputusan apakah Ha atau Ho yang diterima

Adapun rumus yang digunakan untuk linearitas adalah:

Freg = RKreg / RKres

Keterangan:

Freg= harga bilangan F untuk regresi

RKreg= rerata kuadrat garis regresi

RKres= rerata kuadrat residu . ( Hadi, 2004).

Kriteria yang digunakan yaitu apabila harga Fhitung < Ftabel pada taraf signifikansi 5% maka

model linear tersebut dapat diterima karena pengaruh antar variabel bebas dan variabel terikat

berbentuk linear. Sebaliknya jika harga F hitung > Ftabel pada taraf signifikansi 5% maka pengaruh

antar variabel bebas dan variabel terikat tidak berbentuk linear. Sedangkan uji regresi ganda

hanya dapat dilanjutkan appabila data tersebut linear.

2. Pengujian Hipotesis
63

Rancangan pengujian hipotesis statistik ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara

variabel independen (X) yaitu Pengaruh Fasilitas belajar ( X 1 ), Motivasi belajar ( X 2 ), terhadap

Hasil belajar matematika siswa (Y), adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis 1 : H01= Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa.

Ha1 = Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa.

Hipotesis 2 : H02 = Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa.

Ha2= Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa

Hipotesis 3:H03= Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar, dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa.

Ha3= Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar, dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa.

a. Analis Regresi Sederhana

Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis ke-1 dan ke-2, yaitu pertama, pengaruh

variabel fasilitas belajar (X1) terhadap hasil belajar matematika (Y) dan yang kedua, pengaruh

variabel motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar matematika (Y). Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Menurut Sugiyono (2017:188) persamaan regresi linear sederhana yang ditetapkan adalah

sebagai berikut:
64

Y’ = a + bX

Keterangan:
Y’ = Nilai yang diprediksi
a = Konstanta atau bila harga X=0
b = koefisien regresi
X = Nilai variabel independen
Nilai dari a dan b pada persamaan regresi dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

Y ' =a+bX

b=n ¿ ¿

a=
∑ y−b . ∑ x
n

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan:

1. Uji t (Uji parsial)

Uji t (t-test) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial, pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel independen

terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap

konstan.

Menurut Sugiyono (2017) menggunakan rumus:

r √ n−2
t=
√ 1−r 2
Keterangan:
t = Distribusi t
r = Koefisien korelasi parsial
65

2
r = Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel
(t-test) hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan menggunakan

tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

- H0 diterima jika nilai thitung ≤ ttabel atau nilai sig ˃ α

- H0 ditolak jika nilai thitung ≥ ttabel atau nilai sig ˂ α

Bila terjadi penerimaan Ho maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

signifikan, sedangkan bila Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan.

Rancangan pengujian hipotesis statistik ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara

variabel independen (X) yaitu Pengaruh Fasilitas belajar ( X 1 ), Moivasi belajar ( X 2 ), terhadap

hasil belajar matematika siswa (Y), adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H 0 1 : β =0 (tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara fasilitasvbelajar terhadap prestasi hasilbelajar matematika ).

H a 1 : β ≠ 0 (terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika).

H 0 2 : β =0 (tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika).

Ha 2 : β ≠ 0 (terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika).

 H 0 1 diterima jika nilai t h itung ≤ t tabel atau nilai sig >α

 H 02 ditolak jika nilai t h itung ≥ t tabel atau nilai sig <α


66

Bila terjadi penerimaan H 0 maka dapat disimpulkan bahwa tidakterdapat pengaruh

signifikan, sedangkan bila H 0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan.

Rancangan pengujian hipotesis statistik ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara

variabel independen (X) yaitu Pengaruh Fasilitas belajar ( X 1 ), Motivasi belajar ( X 2 ), terhadap

hasil belajar matematika siswa (Y), adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 1 : β =0 ( terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas

belajar terhadap hasil belajar matematika).

Ha 1 : β ≠ 0 (tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika).

H 0 2 : β =0 (terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika).

Ha 2 : β ≠ 0 (tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

gaya belajar terhadap hasil belajar matematika).

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linear berganda.Menurut Sugiyono

(2017) bahwa:

“Analisis regresi linear berganda bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik

turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai

faktor prediator dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan

dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua”.

Menurut Sugiyono(2017) persamaan regresi linear berganda yang ditetapkan adalah


sebagai berikut:
67

Y= + b1 X 1 + b2 X2 + e

Keterangan:

Y = Hasil belajar matematika siswa

= Konstanta dari keputusan regresi

b1 = Koefisien regresi X1

b2 = Koefisien regresi X2

X1 = Fasilitas belajar siswa

X2 = Motivasi belajar siswa

Nilai dari a, b1, b2 pada persamaan regresi dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

a=Y −b1 x 1 +b2 x 2+ e

b 1 = ( ∑ X 21 ) ¿ ¿

b2 = ¿ ¿

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan:

1. Uji F (Pengujian secara simultan)

Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan. Pengujian ini dilakukan

untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di dalam model secara

bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji F dalam penelitian ini digunakan

untuk menguji signifikasi pengaruh pengaruh Fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap

Hasil Belajar matematika siswa.

Menurut Sugiyono (2017:192) dirumuskan sebagai berikut:


68

2
R
F= k
¿¿¿

Keterangan:

R² = Koefisien korelasi ganda


k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel

Fhitung dibandingkan dengan Ftabel yang diperleh dengan menggunakan tingkat resiko atau

signifikan level 5% atau dengan degree freedom = k (n-k-1) dengan kriterian sebagai berikut:

- H0 ditolak jika Fhitung ˃ Ftabel atau nilai sig ˂ α

- H0 diterima jika Fhitung ˂ Ftabel atau nilai sig ˃ α

Jika F hitung> F tabel pada taraf signifikan 0,05 maka H 0 3 ditolak dan Ha3 diterima atau terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar dan motivasi belajar terhadap hasil

belajar matematika siswa akan tetapi jika F hitung< F tabel pada taraf signifikan 0,05 maka H 03

diterima dan Ha3 ditolak atau tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara fasilitas belajar dan

motivasi belajar terhadap hasil matematika siswa.

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 3 : β =0 (terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika).

Ha 3 : β ≠ 0 (tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas

belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika).

Jika F hitung> F tabel pada taraf signifikan 0,05 maka H 0 3 ditolak atau terdapat pengaruh yang

signifikan antara fasilitas dan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika siswa akan
69

tetapi jika F hitung> F tabel pada taraf signifikan 0,05 maka H 03 diterima atau tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara motivasi dan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika

siswa.

c. Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien Determinan (R²) digunakan untuk mengetahui seberapa Determinasi (R²)

digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel dependen. Adapun

rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

R = b¿¿
2

Keterangan:

R² = Koefisien korelasi ganda


b = Koefisien regresi variabel X dan Y
X = variabel independen
Y = variabel dependen
N = jumlah sampel
Dengan ketentuan jika R² yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan semakin

besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa sumbangan dari variabel bebas terdapat

variabel terikat semakin besar ( 0 < R²<1).


70

DAFTAR PUSTAKA

Andri, Zul Zagir, dan Olenggius Jiran.2017.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di SD Negeri 04
Bati Tahun Pelajaran 2016/2017.STKIP Persada Khatulistiwa Sintang: Jurnal Pendidikan
Dasar PerKhasa.Vol 3 No 2.Hal 416

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Cynthia.dkk.2016.Pengaruh Fasilitas Belajar dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar


Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IIS di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran
2015/2016. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Indonesia. Hal 4-5.

Danarjati,Dwi Prasetia,dkk.2014.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta:Graha Ilmu

Fatmawati. 2015. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Kradenan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Universitas Muhhamadiyah Surakarta. Hal 2.
71

Giantera.2013. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa
Mata Pelajaran Peralatan Kantor pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi
Perkantoran SMK Cokroaminoto 1 Banjarnegara. Universitas Negeri Semarang. Hal 1-
8.

Haryono, Eko,2014. Pengaruh Fasilitas dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Praktik
Survai dan Pemetaan Siswa Kelas XI TGB SMK N 1 Sedayu. Universitas Negeri
Yogyakarta.Hal 2-3.

Hatmoko, Jefri Hendri.2015.Survei Minat dan Motivasi Siswa Putri Terhadap Mata Pelajaran
Penjasorkes di SMK Se-Kota Salatiga Tahun 2013.Journal of Physical Education, Sport,
Health and Recreations.Vol. 4 No.4.Tersedia:

Jannah.2017.Pengaruh Fasilitas Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Kelas V Pada Mata Pelajarn Matematika di MI Bustanul Ulum Brudu Sumobito
Jombang.Progran Pascasarjan Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibitidaiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.Hal 6

Jumarniati. 2016. Pengaruh Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMAN
di Kecamatan Biringkanaya. Universitas Cokroaminoto Palopo. Volume 02 Nomor 1.
Hal 331.

Karismah.2015. Kontribusi Perilaku Siswa, Fasilitas Belajar, dan Motivasi Terhadap Hasil
Belajar Matematika di Pondok Pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen Tahun
Ajaran 2014/2015. Universitas Muhammadyah Surakarta.Hal 5-6.

Khotimah,Husnul.2019.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Matematika. Universitas


Balikpapan. de Fermat : Jurnal Pendidikan Matematika.Vol 2,No 2. Hal 116-117.

Nabillah,Tasya; Agung Prasetyo Abadi.2019.Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar


Siswa.Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
Sesiomadika.Hal 660

Novianti. 2017. Implementation Of Cooperative Learning Model Of Group Type In Increasing


Learning Result Of Math. Jurnal Daya Matematis. Volume 5 no 2 juli 2017. Hal 16-17.

Rahmayanti, Aprilia, 2019. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Keterampilan Mengajar Guru
Terhadap Hasil Belajar Komputer Akuntansi melalui Motivasi Belajar sebagai Variabel
Mediasi pada Siswa Kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Kebumen Tahun Pelajaran
2017/2018. Universitas Negeri Semarang. Hal 8.

Ricardo;Rini Intansari Meilani.2017.Impak minat dan motivasi belajar terhadap hasil belajar
siswa.Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran.Vol 2,No 2,juli 2017,Hal.194
72

Siagian.2016.Kemampuan Koneksi Matematika Dalam Pembelajaran Matematika. Prodi


Pendidikan Matematika FKIP UISU:MES(Journalof Mathematic Education and
Science.Vol 2 No 1.Hal 59

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

Sunadi.2013.Pengaruh motivasi belajar dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap prestasi


belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI di SMA Muhammadiyah 2
Surabaya. Hal 6

Tambunan,Janwar.dkk.2018.Belajar&Pembelajaran.Pematangsiantar.UniversitasHKBP
Nommensen.

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli
2003.Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301,Jakarta.

Utami. 2019. Kajian Tentang Hubungan Motivasi Belajar dan Fasilitas Belajar dengan Hasil
Belajar. Program Studi Pendidkan Guru Sekolah Dasar. Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa. Hal 313 & 315.

Wahyininhrum,Kartika.2015.Pengaruh Fasilitas Belajar Di Sekolah Terhadap Motivasi Belajar


Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten
Purworejo.Universitas Negeri Semarang.Hal 34
73

Anda mungkin juga menyukai