Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG PALEM DI RSUD POLEWALI

Oleh:
ERVIANA
B1210336

CI Lahan CI Institusi

(……………………) (……………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES MARENDENG MAJENE
TAHUN AJARAN 2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan
Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami
halusinasi. Gangguan Jiwa lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi
adalah gangguan maniak depresif dan delerium. (Wahyudi, Oktaviani,
Dianesti dkk. 2018)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal
(persepsi palsu). Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi
yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien. (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti
dkk. 2018)
Halusinasi pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam
mempersepsikan suara yang di dengar klien. Suara bisa menyenangkan,
ancaman, membunuh atau merusak (Yosep, 2014).
2. ETIOLOGI
Menurut Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk (2018), faktor-faktor yang
menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian.
Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia,
sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak
yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang
15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan
dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-
obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis
masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup,
perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran
dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya
dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam
bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri
rendah, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan
kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang,
bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan
gejala.

3. JENIS-JENIS HALUSINASI
Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit
tertentu,seperti skizofrenia.Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh
penyalahgunaan narkoba ,demam,depresi atau demensia,berikut ini jenis
jenis halusianasi yang mungkin saja mengintai pikiran manusia. (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)
a. Halusinasi Pendengaran (Audio) 70%
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari
bunyi, musik, kebisingan atau suara. Mendengar suara ketika tidak ada
stimulus pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi
audio pada penderita gangguan mental.Suara dapat didengar baik di
dalam kepala maupun di luar kepala seseorang dan umumnya dianggap
lebih parah ketika hal tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang
berupa suara wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab.
Pada penderita skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara
suara dua orang atau lebih yang berbicara pada satu sama lain, ia
mendengar suara berupa kritikan atau komentar tentang dirinya,
perilaku atau pikirannya.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20%
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan isi dari halusinasi
dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh seperti manusia.
Misalnya seseorang merasa ada orang berdiri di belakangnya.
c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa biasanya
pengalaman ini tidak menyenangkan. Misalnya seorang individu
mungkin mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus menerus.
Jenis halusinasi ini sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti
epilepsi dibandingkan pada gangguan mental
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah, urin, feses asap atau daging
busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh virus,
trauma, tumor otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan
e. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada
kulit.
f. Halusinasi somatik
Ini mengacu pada saat seseorang mengalami perasaan tubuh mereka
merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi atau pergeseran
sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami penyerahan
oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap dalam perut.

4. TANDA DAN GEJALA

Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengar suara
c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
f. Pembicaraan kacau terkadang tidak masuk akal
g. Sikap curiga dan bermusuhan
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan
j. Ketakutan
k. Mudah tersinggung
l. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
m. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendiri.
n. Muka merah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan darah meningkat
q. Nadi cepat
r. Banyak keringat

5. RENTANG RESPON HALUSINASI


Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indra ibualaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara
kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika
interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat
sesuai stimulus yang diterima.
Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan


Persepsi akurat Ilusi pikir/delusi
Emosi konsisten Halusinasi
Reaksi emosi
dengan
berlebihan/kurang Sulit berespon emosi
pengalaman
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak Perilaku
Berhubungan sosial biasa disorganisas
Menarik diri i
Isolasi sosial

Gambar : Rentang respon halusinasi (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti


dkk. 2018)
6. TAHAP-TAHAP HALUSINASI
Pada gangguan jiwa,Halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling
sering terjadi, dapat berupa suara suara bising atau kata kata yang dapat
mempengaruhi perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu
seperti berbicara sendiri,marah,atau berespon lain yang membahayakan diri
sendiri orang lain dan lingkungan. Tahap-tahap halusinasi sebagai berikut
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. Sleep disorder
Sleep desorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul
halusinasi.
1. Karakteristik : Seseorang merasa banyak masalah, ingin
menghindar dari lingkungan takut diketahui orang lain bahwa
dirinya banyak masalah.
2. Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus
sehingga terbiasa menghayal dan menganggap hayalan awal
sebagai pemecah masalah
b. Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan: pasien cemas
sedang.
1. Karakteristik : Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas.
2. Perilaku : Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri,
menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat respon
verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi
c. Condeming
Condeming adalah tahap halusinasi menjadi menjijikan: pasien cemas
berat.
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang presepsikan.Klien mungkin
merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri
dari orang lain
2. Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda tanda sistem syaraf
otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung,
pernafasan dan tekanan darah,rentang perhatian dengan lingkungan
berkurang dan terkadang asyik dengan pengalaman sendiri dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
d. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa: pasien
cemas berat
1. Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halisinasi dan menyerah pada halusinasi trsebut.
2. Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit
berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja.
e. Conquering
Concuering adalah tahap halusinasi panik umumnya menjadi melebur
dalam halusinasi
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
mengikuti perintah halusinasi.
2. Perilaku : Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau
membunuh orang lain.

7. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

Isolasi sosial (menarik diri)

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)
8. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya
yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018).
9. MEKANISME KOPING PENDERITA GANGGUAN HALUSINASI
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor: pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
b. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan
c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses masalah
dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.

10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara (Wahyudi, Oktaviani,
Dianesti dkk. 2018):
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan dilakukan secara
individu dan usahakan terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh
atau dipegang
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya
secara persuasif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
diberikan betul ditelannya serta reaksi obat yang diberikan.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana
penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan
kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan dengan dua alasan.
Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap
keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin
sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara
kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi.
Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa
berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin
masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara
penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis
begitu klien kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara
teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila
gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan –
lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore
pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang
sekali menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi
6 – 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5
mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit
parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,
gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping
yang jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi,
gejala gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu
alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai
dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot
atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah
( 12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai
dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan
obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan
levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam
Pambayun (2015).
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
d. Memberi aktifitas kepada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolahraga, bermain, atau melakukan kegiatan untuk
menggali potensi keterampilan dirinya
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan
keperawatan.
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018) berisi tentang hal-hal dibawah ini :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama atau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi
a) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan,
suka melamun, dan berdiam diri.
b) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran
pasien.
4. Status mental menurut Hartono (2010) :
a) Pembicaraan klien meliputi nada suara rendah, lambat,
kurang bicara, apatis.
b) Penampilan diri meliputi pasien tampak lesu, tak bergairah,
rambut acak-acakan.
c) Aktivitas motorik klien meliputi kegiatan yang dilakukan
tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada
satu posisi yang dibuatnya.
d) Emosi klien berupa emosi dangkal (mudah tersinggung)
e) Afek pada klien meliputi dangkal, tak ada ekspresi wajah.

f) Interaksi selama wawancara klien meliputi cenderung tidak


kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
g) Persepsi klien meliputi tidak terdapat halusinasi atau
waham
h) Proses berpikir klien meliputi gangguan proses berpikir
jarang ditemukan.
i) Kesadaran pada klien dapat berubah, tidak sesuai dengan
kenyataan.
j) Memori atau ingatan pada klien tidak ditemukan gangguan
spesifik, orientasi tempat, waktu dan orang.
k) Kemampuan penilaian kien dapat berupa tidak dapat
mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak
jelas atau tidak tepat.
l) Tilik diri tak ada yang khas

C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi Pendengaran
D. INTERVENSI
SP HALUSINASI PASIEN DAN KELUARGA
N SP PASIEN SP KELUARGA
O
1 Sp 1 Sp 1 keluarga
1. Bina hubungan saling percaya 1. Memberikan pendidikan
dengan pasien kesehatan pada keluarga mengenai
2. Membantu pasien menyadari masalah pengertian halusinasi,
gangguan sensori persepsi 2. jenis halusinasi yang dialami
halusinasi. pasien,
3. Melatih pasien cara mengontrol 3. tanda dan gejala halusinasi dan
halusinasi. 4. cara-cara merawat pasien
4. Mengidentifikasi halusinasi : halusinasi.
isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan,
respon
5. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi: menghardik, minum
obat, bercakap- cakap,
melakukan kegiatan
6. Melatih klien cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
7. Melatih klien memasukkan
latihan menghardik dalam
jadibual kegiatan harian klien
2 Sp 2 Sp 2 keluarga
1. Evaluasi ke jadwal harian 1. Melatih keluarga praktek merawat
2. Melatih pasien mengendalikan pasien langsung dihadapan pasien
halusinasi dengan cara 2. Berikan kesempatan kepada
bercakap-cakap dengan orang keluarga untuk memperagakan
lain. cara merawat pasien dengan
3. Menganjurkan kepada klien halusinasi langsung dihadapan
agar memasukan kegiatan ke pasien.
jadwal kegiatan harian klien.
3 Sp 3 Sp 3
1. Evaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat
harian. jadual aktivitas di rumah termasuk
2. Melatih pasien mengontrol minum obat  (discharge planning)
halusinasi dengan cara 2. Menjelaskan  follow up pasien
melakukan kegiatan yang setelah pulang
mampu klien lakukan.
Menganjurkan klien
memasukan kegiatan ke jadwal
kegiatan sehari-hari klien.

4 Sp 4
3. Evaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
4. Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa.
5. Jelaskan akibat bila obat tidak
digunakan sesuai program.
6. Jelaskan akibat bila putus obat.
7. Jelaskan cara mendapatkan
obat.
8. Jelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 6 benar
(benar obat, benar pasien, benar
cara, benar ibuaktu, benar dosis
dan kontinuitas.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Wahyudi, A, I., Oktaviani, C., Dianesti, E, N., dkk..2018. Strategi Pelaksanaan dengan
Halusinasi. E-Journal Universitas Rustida Banyuwangi

Yosep, H, I., dan Sutini, T (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing, Bandung: Refika Aditama
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. K
Umur : 27 thn
Tgl Pengkajian: 28-02-2022

No Tanggal Data Masalah keperawatan


1 28-02-2022 DS: Gangguan halusinasi
- Pasien mengatakan bahwa ia (pendengaran)
mendengar suara bisikan
DO:
- Pasien sering berbicara sendiri
- Pasien terlihat menutup telinga
- Pasien terlihat menyendiri
- Pasien terlihat melamun
RENCANA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

N DIAGNOSA TUJUAN DAN PERTEMUAN


O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL Pertemuan ke 1 Pertemuan ke 2 Pertemuan ke 3
1 Gangguan Setelah di berikan Sp1 Sp2 Sp3
persepsi sensori tindakan pasien di - Bina hubungan - Evalusi -Evaluasi
halusinasi harapkan dapat yang baik dengan tindakan yang tidakan Sp1
pendengaran mengontrol klien berikan dilakukan di dan 2
halusinasinya Dengan salam Sp1 - kemudian
Kriteria Hasil perkenalan,nama - lalu ajarkan lanjutkan
(Untuk pasien) - Klien mampu serta tujuan tehnik ke 2 mengajarkan
berhubungan datang ke klien yaitu berdiskusi untuk focus
baik dengan untuk berkunjung atau melakukan
perawat - tanyakan dan berinteraksi kegiatan sehari
- Klien dapat panggil nama dengan orang hari untuk
menjelaskan isi pasien yang lain untuk mengalihkan
halusinasinya disukai mengalihkan halusinasi
- Klien dapat - tunjukkan pada suara tersebut tersebut.
menjelasakan pasien sikap yang -jika klien
waktu dan hal sopan,dan santun melakukannya
hal yang dapat serta jujur pada dengan baik
membuat pasien setiap kali berikan pujian
halusinainya berintraksi agar kliennya
kambuh lagi - dengarkan tetap semangat
- Pasien dapat keluhan pasien
mengontrol atau jadilah
halusinasinya pendengar yanag
baik untuk pasien
- tanyakan
halusinasi apa
yang di
rasakan ,kapan
dan seperti apa
halusinasi nya
timbul
- ajarkan cara
mengontrol
halusinasi”
dengan cara
menutup telinga
saat suara
tersebut
terdengan dan
menolak untuk
mematuhi suara
tersebut
(Untuk keluarga) -keluarga dapat Sp1 k Sp2 k Sp3 k
mendiskusikan - - Evalusi -Evaluasi
masalahnya terkait memperkenalkan masalah yang di kembali
merawat pasien diri rasakan kegiatan
-keluarga dapat -menjelaskan keluarga pasien keluarga dlm
menjelasakan tujuan pada kemampuan dl merawat pasieb
halusinasi apa yang keluarga merawat klien serta
yang dirasakn oleh - mendiskusikan - mengikut mengontrol
klien tentang perihal sertakan halusinasi
- keluarga mampu masalah masalah keluarga dalam pasien
membantu mencegah yang yang tindakan - evalusi
dan mengontrol dirasakan pada selanjutnya keterlibatan
halusinasi pasien saat merawat berdiskusiatau keluarga dlam
klien ber interaksi kegiatan sehari
- keluarga dengan orang hari pasien
membantu dalam lain untuk dlam
merawat pasien pencegahan mencegah
- memberikan halusinasi timblnya
dorongan posit pasien dengan halusinasi
pda keluarga cara mengajak - nilai
psien berinteraksi kemampuan
- menjelakan atupu berdiskusi keluarga
pada keluarga dalam merawat
psien mengenai dan
hausinasi, keikutsertaan
penyebab,tanda dalam
dan gejala serta mrngontrol
akibatnya halusinasi
- mengikut pasien
sertakan keluarga
dalammelaukan
pengontolan dlm
halusinasi klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
Inisial Klien : Tn. K Ruangan : Perawatan Palem

No Hari/TanggalJjam IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Selasa 01-03-2022 SP 1 SP 1
Jam 14.00 - Membina hubungan saling S:
percaya - Pasien dapat
- Menanyakan bagaimana perasaan memperkenalkan
pasien dirinya dengan baik
- Mendengarkan segala keluh - Pasien masih sering
kesah pasien atau jadilah mendengar suara suara
pendengar yang baik untuk pasien - Pasien mau minum
- Menanyakan tentang halusinasi obat
pasien
- Menanyakan kapan dan dalam O:
situsi halusinasi itu muncul - Pasien berbicara
- Mengajarkan cara mengontrol dengan suara kecil
halusinasi dengan cara saat berinteraksi
menghardik halusinasi - Pasien masih tampak
- Berikan pujian dan semangat berbicara sendiri
pada pasien jika berhasil - Pasien tampak
melakukannya menutup telinga
- Pasien dapat
memperagakan cara
menghardik halusinasi
A
- Identifikasi kembali
penyebab halusinasi
klien
- Masalah halusinasi
klien masih belum
teratasi
P:
- Ajarakan pasien cara
mengontrol kembali
halusinasinya
- Jangan memaksa
pasien jika tidak mau
- Lakukan pendekatan
dengan pasien untuk
bisa betemu
selanjutnya

Rabu 02-03-2022
Jam 10.00 SP2
SP2
-Evalusi tindakan yang dilakukan di Sp1 S:
- Lalu ajarkan tehnik ke 2 yaitu - Pasien belum dapat
berdiskusi atau berinteraksi dengan berinteraksi/bercakap-
orang lain/ bercakap-cakap untuk cakap dengan orang
mengalihkan suara tersebut lain
-jika klien melakukannya dengan baik - Pasien bicara tidak
berikan pujian agar kliennya tetap jelas
semangat O
- Tampak gemetaran
- Pasien menolak
melakukan tindakan
- Tampak bicara sendiri
A
- Permasalahan
halusinasi belum
teratasi
P
- Lanjutkan intervensi
- Kontrak waktu
kembali dengan pasien

Kamis 04-03-2022
Jam 09.30
SP3
- Menanyakan kabar pasien
- Kemudian ajarkan kembali cara SP3 P
menghardik halusinasi S
- Langka terakhir melakukan - Pasien dapat
kegiatan sehari hari untuk menerima tindakan
mengalihkan halusinasi - Pasien minum obat
dengan baik
O
- Pasien mendengarkan
perawat pada saat
berbicara mengenai
menghardik halusinasi
A
- Latihan sp 1 dan 2
belum teratasi dan sp 3

P - Lanjutkan inttervensi
- Menghardik halusinasi
- Bercakap-cakap untuk
mengalihkan suara-
suara
- Menjadwalkan
kegiatan sehari-hari
- Meminum obat
dengan teratur

Anda mungkin juga menyukai