Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691

Universitas Muhammadiyah Gorontalo

PERBANDINGAN KOMPRES HANGAT PADA DAERAH DINDING


PERUT, VENA-VENA BESAR (AXILA) DAN DAERAH TEMPORAL
TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH KLIEN FEBRIS
DI RSUD DR. M. M. DUNDA LIMBOTO
1
Fadli Syamsuddin, 2Abdul Wahab Pakaya
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
e-mail : fadlisyamsuddin@umgo.ac.id

ABSTRAK

Kompres hangat dapat dilakukan di daerah dinding perut, vena-vena besar (axilla) dan daerah
temporal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektifitas pemberian
kompres hangat pada daerah dinding perut, vena-vena besar (axila) dan daerah temporal terhadap
penurunan suhu tubuh klien febris. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan There
Group Pretest Posttest. Penelitian ini dilakukan di ruangan irina F dan irina H, di RSUD dr. M.M.
Dunda Limboto. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Pada
penelitian ini dilakukan pengujian yaitu penggunakan paired sample t test pada masing-masing
kelompok intervensi yang dilanjutkan dengan analisis one way anova.Kesimpulan penelitian adalah
terdapat perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres hangat pada daerah vena-vena besar (axila)
dengan kompres pada daerah perut dan daerah temporal (ρvalue 0,000) dan tidak terdapat perbedaan
kompres daerah perut dengan daerah temporal ditunjukkan (ρvalue 0,539).
Kata Kunci : Kompres hangat, Suhu Tubuh

PENDAHULUAN laki-laki mencapai 1.115 klien, dan perempuan


Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh sebanyak 1283 klien. Penyakit terbanyak dengan
diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat gejala awal febris pada tahun 2017 yaitu Demam
pengaturan suhu dihipotalamus (Sodikin, 2012). Typoid Laki-laki sebanyak 971 klien, perempuan
Sebagian besar demam merupakan akibat dari sebanyak 1.094 klien, Demam dengue laki-laki
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di sebanyak 92 klien, perempuan sebanyak 126 klien,
hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai Demam dengue dengan perdarahan (DHF) laki-laki
dengan adanya demam dapat menyerang sistem sebanyak 49 klien dan perempuan sebanyak 44
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam klien, Demam tifus laki-laki berjumlah 1 klien,
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan perempuan 18 klien, dan Demam kuning/yelow
nonspesifik dalam membantu pemulihan atau fever laki-laki sebanyak 2 klien dan perempuan 1
pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012). klien (Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo, 2017).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) Penanganan terhadap demam dapat dilakukan
memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh dengan tindakan farmakologis, tindakan non
dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu farmakologis maupun kombinasi keduanya.
kematian tiap tahunnya (Setyowati, 2013). Data Tindakan farmakologis yaitu memberikan obat
kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil antipiretik sedangkan tindakan non farmakologis
terdapat sekitar 19% sampai 30% diperiksa karena yaitu tindakan tambahan dalam menurunkan panas
menderita demam (Jalil, 2007 dalam Setiawati, setelah pemberian antipiretik. Tindakan non
2009). farmakologis terhadap penurunan panas seperti
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo memberikan minuman berupa air mineral yang
menyebutkan penyakit terbanyak dengan gejala awal banyak, menempatkan klien dalam ruangan bersuhu
febris yaitu tahun 2015 terdapat 620 klien normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal, dan
mengalami malaria klinis dan 379 klien mengalami memberikan kompres (Kania, 2007).
demam dengue, sedangkan tahun 2016 yang Kompres adalah salah satu metode fisik untuk
mengalami malaria klinis sebanyak 414 klien, dan menurunkan suhu tubuh klien yang mengalami
demam dengue yaitu sebanyak 27 klien (Dinas demam. Pemberian kompres hangat pada daerah
Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2017). dinding perut, vena-vena besar (axilla) dan temporal
Data dari Dinas Kesehatan Kab.Gorontalo merupakan upaya memberikan rangsangan pada area
tahun 2017 menyebutkan bahwa demam terjadi pada preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh.

875
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju 2. Suhu Tubuh Kompres 38.56 0.8276 37.6 – 10
hipotalamus akan merangsang area preoptik Daerah Axilla 39.7
mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem 3. Suhu Tubuh Kompres 38.14 0.5967 37.6 – 10
Daerah Temporal 39.3
efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui
dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah Tabel tersebut menyatakan bahwa sebelum
perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2011). dilakukan intervensi pada 10 orang responden
Masalah penyakit dengan gejala febris kelompok kompres hangat pada daerah dinding
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perut rata-rata suhu tubuh 38,30 oC dengan standar
perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang deviasi 0,7087, suhu minimum 37,6 oC serta suhu
baik, mengingat prevalensinya yang tinggi dan maksimum 39,7 oC. Pada 10 orang responden
meningkat, dapat menimbulkan komplikasi yang kelompok kompres hangat pada daerah dinding
cukup berat ditambah besarnya biaya yang axilla rata-rata suhu tubuh 38,56 oC dengan standar
diperlukan dalam penanganan penderita. Dengan deviasi 0,8276, suhu minimum 37,6 oC serta suhu
mengetahui adanya faktor risiko lebih awal maka maksimum 39,7 oC. Pada 10 orang responden
pengendalian faktor risiko tersebut dapat dilakukan kelompok kompres hangat pada daerah dinding
lebih dini yang pada akhirnya prevalensi febris dapat temporal rata-rata suhu tubuh 38,14 oC dengan
ditekan. standar deviasi 0,5967, suhu minimum 37,6 oC serta
Dari data diatas peneliti tertarik untuk suhu maksimum 39,3 oC.
melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan Tabel 2 : Suhu Tubuh Klien di RSUD M. M.
Efektifitas Kompres Hangat Pada Daerah Dinding Dunda Limboto Sesudah Pemberian
Perut, Vena-Vena Besar (Axila) dan Daerah Kompres Hangat di Daerah Dinding
Temporal Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Perut, Axilla dan Temporal
Klien Febris di RSUD dr. M. M. Dunda Limboto”. No Variabel Mean SD Min - Max N
1. Suhu Tubuh Kompres 37.51 .8306 36.3-38.8 10
METODE PENELITIAN Daerah Perut
Desain penelitian digunakan yaitu kuantitatif, 2. Suhu Tubuh Kompres 36.70 .4216 36.3-37.6 10
rancangan Quasy experiment dengan There Group Daerah Axilla
Pretest Posttest. Variabel independen (bebas) adalah 3. Suhu Tubuh Kompres 37.59 .7218 36.8-38.7 10
Daerah Temporal
pemberian kompres hangat pada daerah dinding
perut, daerah vena besar dan pada daerah temporal,
sementara itu variabel dependen (terikat) penurunan Tabel tersebut menyatakan bahwa sesudah
suhu tubuh pada klien febris. Sampel dalam dilakukan intervensi pada 10 orang responden
penelitian ini adalah berjumlah 30 orang pasien kelompok kompres hangat pada daerah dinding
rawat inap diruangan irina F dan irina H di RSUD. perut rata-rata suhu tubuh 37,51 oC dengan standar
dr.MM DUNDA Limboto. Sampel dibagi menjadi 3 deviasi 0,8306, suhu minimum 36,3oC serta suhu
kelompok yaitu 10 orang untuk kompres hangat maksimum 38,8 oC. Pada 10 orang responden
pada dinding perut, 10 orang lagi untuk kompres kelompok kompres hangat pada daerah dinding
hangat pada vena-vena vesar (axila) dan 10 orang axilla rata-rata suhu tubuh 36,70 oC dengan standar
untuk kompres hangat pada daerah temporal. Tehnik deviasi 0,4216, suhu minimum 36,3oC serta suhu
pengambilan sampel adalah tehnik purposive maksimum 37,6 oC. Pada 10 orang responden
sampling. Untuk menganalisa data dilakukan dengan kelompok kompres hangat pada daerah dinding
sistem komputer menggunakan SPSS 21 yang terdiri temporal rata-rata suhu tubuh 37,59 oC dengan
dari analisis Univariat dan analisis Bivariat. Pada standar deviasi 0,7218, suhu minimum 36,8 oC serta
penelitian ini dilakukan dua kali pengujian yaitu suhu maksimum 38,7 oC.
penggunakan paired sample t test pada masing-
masing kelompok intervensi yang dilanjutkan Analisis Bivariat
dengan analisis one way anova untuk mengetahui Tabel 2: Analisis Normalitas Data Suhu Tubuh
perbedaan efektifitas antara selisih penurunan suhu Sebelum dan Sesudah Pemberian
tubuh pada ketiga kelompok intervensi. Kompres Hangat pada Daerah Perut,
Vena-Vena Besar (Axilla) dan Temporal
HASIL PENELITIAN pada Klien Febris di RSUD M. M. Dunda
Analisis Univariat Limboto
Tabel 1 : Suhu Tubuh Klien di RSUD M. M. Shapiro-Wilk
Kategori
Dunda Limboto Sebelum Pemberian Statistic df Sig.
Kompres Hangat di Daerah Dinding Suhu Tubuh Pretest 0,870 10 0,100
Perut, Axilla dan Temporal Kelompok Kompres
Hangat Daerah Perut Posttest 0.954 10 0,719
No Variabel Mean SD Min - N
Max Suhu Tubuh Pretest 0,895 10 0,191
1. Suhu Tubuh Kompres 38.30 0.7087 37.6 – 10 Kelompok Kompres
Posttest 0,867 10 0,092
Daerah Perut 39.7 Hangat Daerah

876
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Vena-Vena Besar sebesar 0,000. Dengan pemenuhan hipotesis t hitung


(Axilla) (10,935) > ttabel 2,262 dan ρvalue (0,000) < α (0,05),
Suhu Tubuh Pretest 0,853 10 0,063
Kelompok Kompres maka diinterpretasikan bahwa kompres hangat pada
Posttest 0,983 10 0,141 daerah daerah vena-vena besar (axilla) efektif
Hangat Daerah
Temporal terhadap penurunan suhu tubuh klien febris di
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui RSUD M. M. Dunda Limboto.
bahwa hasil analisis normalitas data menggunakan Tabel 6: Efektifitas Pemberian Kompres Hangat
uji saphiro wilks, didapatakan nilai sig. (α) > 0,05 pada Daerah Temporal Terhadap
pada seluruh data pretest dan posttest baik pada Penurunan Suhu Tubuh Klien Febris di
kelompok pemberian kompres hangat pada daerah RSUD M. M. Dunda Limboto
perut, vena-vena besar (axilla) maupun temporal. Kelompok Suhu N Mean SD
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data Tubuh
Kompres Hangat Daerah Pretest 10 38,14 0,5967
suhu tubuh sebelum dan sesudah pemberian Temporal Postest 10 37,59 0,7218
kompres hangat pada daerah perut, vena-vena besar thitung = 4,144
(axilla) dan temporal pada klien febris di RSUD M. Ρvalue= 0,003
M. Dunda Limboto dinyatakan terdistribusi secara
normal. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui
Tabel 4: Efektifitas Pemberian Kompres Hangat bahwa pada 10 responden yang termasuk pada
pada Daerah Perut Terhadap Penurunan kelompok pemberian kompres hangat di daerah
Suhu Tubuh Klien Febris di RSUD M. M. temporal, rata-rata suhu tubuh sebelum pemberian
Dunda Limboto adalah 38,14oC dan sesudah pemberian mengalami
Kelompok Suhu N Mean SD penurunan menjadi 37,59oC sehingga mengalami
Tubuh
Kompres Pretest 10 38,30 0,7087
penurunan suhu tubuh rata-rata sebesar 0,55oC. Hasil
Hangat Postest 10 37,51 0,8306 analisis menggunakan paired sample t test
Daerah Perut didapatkan nilai thitung 3,176 dan ρvalue sebesar 0,011.
thitung = 7,317 Dengan pemenuhan hipotesis t hitung (4,144) > t tabel
Ρvalue= 0,000 2,262 dan ρvalue (0,003) < α (0,05), maka
diinterpretasikan bahwa kompres hangat pada daerah
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui daerah temporal efektif terhadap penurunan suhu
bahwa pada 10 responden yang termasuk pada tubuh klien febris di RSUD M. M. Dunda Limboto.
kelompok pemberian kompres hangat di daerah
perut, rata-rata suhu tubuh sebelum pemberian Tabel 7: Analisis Homogenitas Data Selisih
adalah 38,30oC dan sesudah pemberian mengalami Penurunan Suhu Tubuh Sebelum dan
penurunan menjadi 37,51oC sehingga mengalami Sesudah Pemberian Kompres Hangat
penurunan suhu tubuh rata-rata sebesar 0,79oC. Hasil pada Daerah Perut, Vena-Vena Besar
analisis menggunakan paired sample t test (Axilla) dan Temporal pada Klien Febris
didapatkan nilai thitung 7,317 dan ρvalue sebesar 0,000. di RSUD M. M. Dunda Limboto
Dengan pemenuhan hipotesis t hitung (7,317) > t tabel Levene
2,262 dan ρvalue (0,000) < α (0,05), maka Kategori
Statistic
df1 df2 Sig.
diinterpretasikan bahwa kompres hangat pada daerah Penurunan Suhu Based 2,076 2 27 0,145
perut efektif terhadap penurunan suhu tubuh klien Tubuh on
febris di RSUD M. M. Dunda Limboto. Kelompok Mean
Tabel 5: Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Kompres
Hangat Daerah
pada Daerah Vena-Vena Besar (Axilla) Perut, Vena-
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Klien Vena Besar
Febris di RSUD M. M. Dunda Limboto (Axilla) dan
Kelompok Suhu N Mean SD Temporal
Tubuh
Kompres Hangat Pretest 10 38,56 0,8276 Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan hasil
Daerah Axilla Postest 10 36,70 0,4216
homogenitas data menggunakan uji levene dengan
thitung = 10,935
Ρvalue= 0,000 nilai sig (ρ) sebesar 0,145. Dengan pemenuhan
hipotesis nilai ρ (0,145) > α (0,05) maka dinyatakan
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa data selisih penurunan suhu tubuh sebelum
bahwa pada 10 responden yang termasuk pada dan sesudah pemberian kompres hangat pada daerah
kelompok pemberian kompres hangat di daerah perut, vena-vena besar (axilla) dan temporal pada
vena-vena besar (axilla), rata-rata suhu tubuh klien febris di RSUD M. M. Dunda Limboto
sebelum pemberian adalah 38,56oC dan sesudah merupakan data yang homogen.
pemberian mengalami penurunan menjadi 36,70 oC Tabel 8: Perbedaan Efektifitas Pemberian
sehingga mengalami penurunan suhu tubuh rata-rata Kompres Hangat pada Daerah Dinding
sebesar 1,86oC. Hasil analisis menggunakan paired Perut, Vena-Vena Besar (Axila) dan
sample t test didapatkan nilai thitung 10,935 dan ρvalue Daerah Temporal terhadap Penurunan

877
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Suhu Tubuh Klien Febris di RSUD dr. M. sebanyak 4 orang (40,0%) dan yang tetap pada
M. Dunda Limboto kategori febris sebanyak 6 orang (60,0%). Rata-rata
95% Confidence suhu tubuh setelah intervensi pada kelompok
(I) (J) Mean
Std. Interval
Kelompok Kelompok Difference Sig. kompres hangat pada daerah dinding perut menurun
Error Lower Upper
Perlakuan Perlakuan (I-J)
Bound Bound
Kompres Kompres -1.0700* 0.1970 0.000 -1.573 -0.567
menjadi sebesar 37,51°C, pada daerah axilla menjadi
Hangat Hangat sebesar 36,70°C dan pada daerah temporal menjadi
Daerah Daerah
Dinding Axilla
sebesar 37,59°C. Dengan demikian terjadi
Perut Kompres 0.2400 0.1970 0.701 -0.263 0.743 penurunan rata-rata setelah intervensi pada
Hangat
Daerah
kelompok kompres hangat pada daerah dinding
Temporal perut menurun sebesar 0,79°C, pada daerah axilla
Kompres Kompres 1.0700* 0.1970 0.000 0.567 1.573
Hangat Hangat
menurun sebesar 1,86°C dan pada daerah temporal
Daerah Daerah menjadi sebesar 0,55°C.
Axilla Dinding
Perut Peneliti berpendapat bahwa dengan melakukan
Kompres 1.3100* 0.1970 0.000 0.807 1.813 kompres air hangat pada daerah tubuh seperti
Hangat
Daerah dinding perut, daerah-daerah vena besar (axilla) dan
Temporal daerah temporal akan merangsang hipotalumus
Kompres Kompres -0.2400 0.1970 0.701 -0.743 0.263
Hangat Hangat untuk merangsang terjadinya vasodilatasi yang
Daerah Daerah menyebabkan terjadinya pengeluargan panas melalui
Temporal Dinding
Perut kulit sehingga suhu tubuh berangsur-angsur
Kompres -1.3100* 0.1970 0.000 -1.813 -0.807 mengalami penurunan mencapai suhu tubuh normal.
Hangat
Daerah Untuk menurunkan demam pada dapat
Axilla dilakukan dengan cara sederhana yaitu salah satunya
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui adalah dengan mengompres menggunakan air suam-
bahwa terdapat perbedaan penurunan suhu tubuh suam kuku (air hangat), setelah pemberian anti
antara kompres hangat pada daerah vena-vena besar piretik pada kasus demam yang cukup tinggi.
(axila) dengan kompres pada daerah perut dan Kompres dengan air dingin atau alkohol sangat tidak
daerah temporal ditunjukkan nilai ρ 0,000 (<α 0,05) disarankan mengingat dapat menyebabkan
dan tidak terdapat perbedaan kompres daerah perut menggigil atau dapat juga menyebabkan keracunan
dengan daerah temporal ditunjukkan nilai ρ 0,701 alkohol (Sodikin, 2012).
(>α 0,05). Berdasarkan hal tersebut, dapat Adapun manfaat kompres air hangat adalah
disimpulkan bahwa kompres hangat pada daerah dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
axilla lebih efektif terhadap penurunan suhu tubuh suhu tubuh Pemberian kompres air panas/hangat
klien febris dibandingkan dengan kompres pada pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
daerah dinding perut dan temporal. hypothalamus melalui sumsum tulang belakang.
Ketika reseptor yang peka terhadap panas di
PEMBAHASAN hypothalamus dirangsang, system efektor
Suhu Tubuh Klien Febris di RSUD M. M. Dunda mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat.
Limboto Sebelum Dan Sesudah Pemberian Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat
Kompres Hangat pada Daerah Dinding Perut, vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,
Vena-Vena Besar (Axila) dan Daerah Temporal dibawah pengaruh hypothalamic bagian anterior
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi
dilakukan intervensi pada kelompok kompres hangat menyebabkan pembuangan panas melalui kulit
pada daerah dinding perut, axilla dan temporal menjadi meningkat, sehingga diharapkan akan
seluruhnya mengalami febris (suhu tubuh 37,6°C- terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai
38,8°C) yaitu masing-masing sebanyak 10 orang keadaan normal kembali (Djuwarijah, 2011).
(100,0%). Rata-rata suhu tubuh pada kelompok Mekanisme penurunan suhu dengan kompres
kompres hangat pada daerah dinding perut sebesar hangat yaitu tubuh akan menginterpretasikan bahwa
38,30°C, pada daerah axilla sebesar 38,56°C dan suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh
pada daerah temporal sebesar 38,14°C. akan menurunkan kontrol pengatur suhu diotak
Sesudah dilakukan intervensi pada kelompok supaya tidak meningkatkan pengaturan suhu tubuh
kompres hangat pada daerah dinding perut, yang lagi. Disamping itu lingkungan luar yang hangat
mengalami penurunan menjadi normal dan tetap akan membuka pembuluh darah tepi dikulit melebar
pada kategori febris sama besar yaitu masing-masing atau vasodilatasi dan pori-pori kulit terbuka
5 orang (50,0%). Pada kelompok kompres hangat sehingga mempermudah pengeluaran panas.
pada daerah axilla, yang mengalami penurunan suhu Intervensi pemberian kompres hangat dalam
tubuh menjadi normal sebanyak 9 orang (90,0%) menangani demam dapat dilakukan pada beberapa
dan yang tetap pada kategori febris sebanyak 1 area permukaan tubuh. Kompres hangat dapat
orang (10,0%). Sementara itu pada kelompok diberikan di daerah temporal/frontal (dahi), axilla
kompres hangat pada daerah temporal, yang (ketiak), leher (servikal) dan inguinal (lipatan paha)
mengalami penurunan suhu tubuh menjadi normal (Potter & Perry, 2011).

878
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian


Efektifitas Pemberian Kompres Hangat pada sebelumnya yang dilakukan oleh Suprapto (2015)
Daerah Dinding Perut terhadap Penurunan Suhu mendapat hasil uji statistik independent t test pada
Tubuh Klien Febris di RSUD M. M. Dunda kelompok pemberian kompres daerah dinding perut
Limboto. mendapatkan nilai ρ<α(0,05), yang berarti bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa 10 korelasi suhu sebelum dan sesudah dilakukan
responden yang termasuk pada kelompok pemberian kompres pada dinding perut kuat dan kompres
kompres hangat di daerah perut, rata-rata suhu tubuh tersebut efektif, artinya rerata responden pada
sebelum pemberian adalah 38,30oC dan sesudah pemberian kompres hangat dinding perut terjadi
pemberian mengalami penurunan menjadi 37,51oC penurunan suhu tubuh sebesar 0,5˚c, keadaan ini
sehingga mengalami penurunan suhu tubuh rata-rata disebabkan organ perut yang memiliki reseptor kulit,
sebesar 0,79oC. Hasil analisis menggunakan paired otot perut dan organ intra abdomen.
sample t test didapatkan nilai thitung 7,317 dan
ρvalue sebesar 0,000. Dengan pemenuhan hipotesis Efektifitas Pemberian Kompres Hangat pada
thitung (7,317) > ttabel 2,262 dan ρvalue (0,000) < α Daerah Vena-Vena Besar (Axila) terhadap
(0,05), maka diinterpretasikan bahwa kompres Penurunan Suhu Tubuh Klien Febris di RSUD M.
hangat pada daerah perut efektif terhadap penurunan M. Dunda Limboto.
suhu tubuh klien febris di RSUD M. M. Dunda Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa
Limboto. pada 10 responden yang termasuk pada kelompok
Efektifitas kompres hangat pada daerah dinding pemberian kompres hangat di daerah vena-vena
perut terhadap penurunan suhu tubuh pada klien besar (axilla), rata-rata suhu tubuh sebelum
febris, menurut peneliti hal tersebut disebabkan pemberian adalah 38,56oC dan sesudah pemberian
melalui kompres hangat yang merupakan bentuk mengalami penurunan menjadi 36,70oC sehingga
rangsangan reseptor suhu di hipotalamus. Respon mengalami penurunan suhu tubuh rata-rata sebesar
tersebut dilanjutkan ke sum-sum tulang belakang 1,86oC. Hasil analisis menggunakan paired sample t
melalui susunan syarat tulang belakang atau syarat test didapatkan nilai thitung 10,935 dan ρvalue
spinal, kemudian dilanjutkan ke hipotalamus. sebesar 0,000. Dengan pemenuhan hipotesis thitung
Peran kulit pada dinding abdomen untuk (10,935) > ttabel 2,262 dan ρvalue (0,000) < α
mengatur regulasi suhu meliputi insulasi (isolasi) (0,05), maka diinterpretasikan bahwa kompres
tubuh, vasokontriksi (yang mempengaruhi jumlah hangat pada daerah daerah vena-vena besar (axilla)
aliran darah dan kehilangan panas pada kulit), dan efektif terhadap penurunan suhu tubuh klien febris di
sensasi suhu. Kulit, jaringan, subkutan, dan lemak RSUD M. M. Dunda Limboto.
menyimpan panas di dalam tubuh.Ketika aliran Peneliti berasumsi efektifnya kompres hangat
darah antara lapisan kulit berkurang, kulit itu sendiri pada daerah axilla terhadap penurunan suhu tubuh
adalah insulator paling baik.Individu dengan lemak pada klien febris disebabkan pada darah axilla yaitu
tubuh lebih banyak mempunyai insulasi alamiah pada daerah samping leher, ketiak, lipatan paha dan
lebih banyak dari pada individu yang kurus dan belakang lutut, terdapat pembuluh darah besar yang
berotot. Derajat vasokontriksi menentukan jumlah merupakan pusat pengendali suhu inti, berada di
aliran darah dan kehilangan panas ke kulit. Apabila area praoptik hipotalamus sehingga pemberian
suhu inti terlalu tinggi, maka hipotalamus kompres hangat pada daerah axilla tersebut sangat
menghambat terjadinya vasokontriksi, sehingga berpengaruh terhadap penurunan suhu panas.
pembuluh darah mengalami vasodilatasi, hal ini Pemberian kompres hangat pada axilla sebagai
akan semakin jelas terlihat pada hari yang panas dan daerah dengan letak pembuluh darah besar
lembab pembuluh darahdi tangan berdilatasi. merupakan upaya memberikan rangsangan pada area
Sebaliknya, bila suhu inti menjadi terlalu rendah, preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh.
hipotalamus menimbulkan vasokontriksi dan aliran Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju
darah ke kulit berkurang (Soemah, 2015). hipotalamus akan merangsang area preoptik
Pemberian kompres hangat daerah dinding mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem
perut dan daerah vena besar dapat menurunkan suhu efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
tubuh. Hal ini dikarenakan dengan pemberian pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui
kompres hangat dapat menyebabkan terjadinya dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah
peningkatan pembuangan panas melalui kulit karena perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2011).
adanya proses vasodilatasi yang merupakan kerja Menurut Kozier, Berman, dan Snyder (2011),
dari sel anterior dari hypothalamus (Wolf, 2011). bahwa terdapat pembuluh darah besar yaitu arteri
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan dalam vena femoralis dengan cabangcabang arteri
penurunan suhu dengan adanya pemberian kompres yang banyak, dimana suhu akan berpindah dari
hangat pada dinding perut adalah adanya rangsangan darah ke permukaan kulit melalui dinding pembuluh
pada otot-otot perut yang kemudian menjadi sinyal darah. Selain itu juga bahwa kulit epidermis di lipat
ke hypothalamus untuk terjadinya respon feedback paha lebih tipis dari kulit di tempat lain sehingga
pada proses penurunan suhu tubuh. mempercepat terjadi pengeluran panas dari

879
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

pembuluh darah yang berada di lapisan ke pembuangan atau kehilangan panas melalui kulit
permukaan kulit. meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh
Pemberian kompres hangat pada area (Nurlaili, 2018).
permukaan tubuh akan memberikan sinyal ke Menurut Sherwood (2014), reseptor suhu
hipotalamus. Ketika reseptor yang peka terhadap sangat aktif selama perubahan temperatur. Sensasi
panas di hipotalamus terangsang, selanjutnya sistem suhu primer diadaptasi dengan sangat cepat. Suhu
effektor mengeluarkan sinyal yang memulai inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak
pengeluaran keringat dan vasodilatasi perifer. di hipotalamus serta di susunan syaraf pusat dan
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan organ abdomen. Termoreseptor ini terletak diantara
pembuangan atau kehilangan energi/panas melalui hipotalamus anterior, medulla spinalis, organ
keringat. Hal ini selanjutnya akan menyebabkan abdomen dan struktur internal lainnya juga
penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan mendeteksi perubahan suhu darah. Hipotalamus
normal kembali (Smeltzer & Bare, 2012). terus-menerus mendapat informasi mengenai suhu
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian kulit dan suhu inti melalui reseptor khusus yang
terdahulu yang dilakukan oleh Ayu (2015) yang peka terhadap suhu yang disebut termoreseptor
mendapatkan hasil bahwa pada kelompok pasien (reseptor hangat, dingin dan nyeri di perifer).
yang dikompres pada daerah aksila rerata suhu Reseptor suhu sangat aktif selama perubahan
sebelum perlakuan adalah 39,02oC dengan rerata temperatur. Sensasi suhu primer diadaptasi dengan
penurunan suhu 0,247oC menjadi 38,77oC. Hasil uji sangat cepat. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor
paired sample t test didapatkan nilai thitung 13,961 sentral yang terletak di hipotalamus serta di susunan
dan ρvalue 0,000. syaraf pusat dan organ abdomen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Efektifitas Pemberian Kompres Hangat pada sebelumnya yaitu penelitian dari Elon dan Simbolon
Daerah Temporal terhadap Penurunan Suhu (2018) yang mendapatkan bahwa rata-rata
Tubuh Klien Febris di RSUD M. M. Dunda temperatur sebelum diberi kompres hangat pada
Limboto temporal lobe = 38.15ºC (SD=0.108) (n=10) yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 10 diinterpretasikan sebagai slight fever atau suhu
responden yang termasuk pada kelompok pemberian tubuh diatas normal dan sesudah diberikan tindakan
kompres hangat di daerah temporal, rata-rata suhu kompres hangat pada temporal lobe = 37.13 ºC
tubuh sebelum pemberian adalah 38,14oC dan (SD=0.200) (n=10) yang diinterpretasikan sebagai
sesudah pemberian mengalami penurunan menjadi tidak demam atau suhu tubuh dalam batasan normal.
37,59oC sehingga mengalami penurunan suhu tubuh Selisih rata-rata mean pada kelompok kompres
rata-rata sebesar 0,55oC. Hasil analisis hangat pada temporal =1.02 (SD=.234), t=13.74,
menggunakan paired sample t test didapatkan nilai p=.000 yang dinyatakan sebagai perbedaan
thitung 3,176 dan ρvalue sebesar 0,011. Dengan signifikan.
pemenuhan hipotesis thitung (4,144) > ttabel 2,262
dan ρvalue (0,003) < α (0,05), maka Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat
diinterpretasikan bahwa kompres hangat pada daerah pada Daerah Dinding Perut, Vena-Vena Besar
daerah temporal efektif terhadap penurunan suhu (Axila) dan Daerah Temporal terhadap Penurunan
tubuh klien febris di RSUD M. M. Dunda Limboto. Suhu Tubuh Klien Febris di RSUD dr. M. M.
Peneliti berpendapat bahwa kompres hangat Dunda Limboto
pada daerah temporal efektif dalam menurunkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
suhu tubuh dikarenakan pada daerah temporal perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres
terdapat vena yang dekat dengan permukaan kulit hangat pada daerah vena-vena besar (axila) dengan
yang menjadi reseptor dalam membawa sinyal kompres pada daerah perut dan daerah temporal
menuju hipotalamus sehingga terjadi pengeluaran ditunjukkan nilai ρ 0,000 (<α 0,05) dan tidak
panas tubuh yang lebih banyak melalui mekanisme terdapat perbedaan kompres daerah perut dengan
dilatasi pembuluh darah perifer dan keringat. daerah temporal ditunjukkan nilai ρ 0,701 (>α 0,05).
Pemberian kompres hangat dapat menurunkan Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
suhu tubuh pada klien yang mengalami demam. kompres hangat pada daerah axilla lebih efektif
Kompres hangat pada daerah temporalis akan terhadap penurunan suhu tubuh klien febris
memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum dibandingkan dengan kompres pada daerah dinding
tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap perut dan temporal.
panas di hipotalamus dirangsang, system afektor Peneliti berpendapat bahwa lebih efektifnya
mengeluarkan sinyal untuk memulai berkeringat dan kompres hangat pada daerah vena (axilla) lebih
vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh efektif dibandingkan dengan kompres pada daerah
darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla temporal maupun dinding perut dikarenakan pada
oblongata dari tangkai otak, di bawah pengaruh daerah axilla terdapat pembuluh darah besar
hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi sehingga proses vasodilatasi dalam menurunkan
vasodilatasi. Vasodilatasi ini yang menyebabkan suhu tubuh lebih efektif. Banyaknya pembuluh

880
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

daerah besar di daerah axilla memungkinkan “Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Daerah
percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit Temporalis dengan Kompres Hangat Daerah Vena
sehingga proses pelepasan panas lebih efektif pula. Besar Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak
Kompres yang efektif yaitu kompres di Demam di Ruang Perawatan Anak BPK RSUD
samping leher, ketiak, lipat paha dan belakang lutut Poso” juga menunjukkan hasil serupa dimana hasil
yang pembuluh darahnya besar agar suhu tubuh penelitiannya menunjukkan bahwa kompres hangat
kembali di bawah 37,5 derajat Celcius. Cara daerah vena besar lebih efektif dibandingkan dengan
kompres seperti ini benar bila dilakukan dengan air kompres hangat daerah temporalis dengan tingkat
hangat. Karena air hangat membantu pembuluh kemaknaan p<0,05.
darah tepi di kulit melebar hingga pori-pori jadi
terbuka yang selanjutnya memudahkan pengeluaran PENUTUP
panas dari dalam tubuh. Selain itu kompres juga Kesimpulan
bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. 1. Sebelum dilakukan intervensi rata-rata suhu
Turunnya suhu diharapkan terjadi lewat panas tubuh tubuh pada kelompok kompres hangat pada
yang digunakan untuk menguapkan air pada kain daerah dinding perut sebesar 38,3°C, pada daerah
kompres (Potter & Perry, 2011) axilla sebesar 38,56°C dan pada daerah temporal
Menurut Ayu (2015), pemberian kompres sebesar 38,14°C. Sesudah intervensi, rata-rata
hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada suhu tubuh setelah intervensi pada kelompok
daerah axilla lebih banyak terdapat pembuluh darah kompres hangat pada daerah dinding perut
yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat menurun menjadi sebesar 37,53°C, pada daerah
apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga axilla menjadi sebesar 36,7°C dan pada daerah
akan memperluas daerah yang mengalami temporal menjadi sebesar 37,66°C.
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan 2. Kompres hangat pada daerah perut, vena-vena
perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga besar (axilla) dan daerah temporal efektif
delapan kali lipat lebih banyak. terhadap penurunan suhu tubuh klien febris di
Menurut Aden (2010) pemberian kompres RSUD M. M. Dunda Limboto.
hangat pada daerah aksila akan memberikan sinyal 2. Terdapat perbedaan penurunan suhu tubuh antara
ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. kompres hangat pada daerah vena-vena besar
Ketika reseptor yang peka terhadap panas di (axila) dengan kompres pada daerah perut dan
hipotalamus di rangsang, system efektor daerah temporal, dimana kompres hangat pada
mengeluarkan sinyal yang memulai keringat dan daerah axilla lebih efektif terhadap penurunan
fasodilatasi ferifer. Perubahan ukuran pembuluh suhu tubuh klien febris dibandingkan dengan
darah di atur oleh pusat fasemotor pada medulla kompres hangat pada daerah dinding perut dan
oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh temporal.
hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi
fasodilatasi. Terjadinya fasodilatasi ini
menyebabkan pembuangan atau kehilangan energy DAFTAR PUSTAKA
atau panas melalu kulit meningkat (berkeringat), dan Ayu. E. I. 2015. Kompres Air Hangat pada Daerah
akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu
mencapai keadaan normal kembali Tubuh pada Pasien Demam di PKU
Hasil ini sejalan dengan penelitian Ayu (2015) Muhammadiyah Kutoarjo. Jurnal Ners dan
dengan judul penelitian “Kompres Air Hangat pada Kebidanan untuk Indonesia, Vol. 3 No. 1.
Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo. 2017. Laporan
Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Tahunan Dinkes Kabupaten Gorontalo.
Kutoarjo” dimana hasil penelitiannya menunjukkan Gorontalo: Dinas Kesehatan Kabupaten
bahwa teknik pemberian kompres hangat pada Gorontalo
daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2017. Laporan
tubuh dibandingkan dengan teknik pemberian Tahunan Dinkes Provinsi Gorontalo.
kompres hangat pada dahi dengan nilai signifikasi (t Gorontalo: Dinas Kesehatan Provinsi
hitung=5,879, p=0,000). Pemberian kompres hangat Gorontalo
pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada Elon dan Simbolon. 2018. Tindakan Kompres
daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah Hangat pada Temporal Lobe dan Abdomen
besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin terhadap Reaksi Suhu Tubuh Pasien dengan
yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan Thyphoid Fever. Jurnal Skolastik Keperawatan.
memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi Vol. 4 No. 1.
yang akan memungkinkan percepatan perpindahan Kania. 2007. Penatalaksanaan Demam Pada Anak.
panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali Bandung; Pustaka UNPAD
lipat lebih banyak. Kozier. Berman. dan Snyder. 2011. Buku Ajar
Serupa dengan penelitian diatas, penelitian Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, &
yang dilakukan oleh Tasnim, (2014) dengan judul Praktik Edisi 7. Jakarta: EGC

881
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Nurlaili. R. 2018. Studi Komparatif Pemberian


Kompres Hangat dan Tepidsponge terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Anak dengan
Kejang Demam di RSUD dr. Soedarsono
Pasuruan, Jurnal Keperawatan Terapan. Vol. 4
No. 2;128-137
Potter & Perry. 2011. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan (Konsep, Proses dan Praktek).
Jakarta: EGC.
Setiawati. 2009. Pengaruh tepid sponge terhadap
penurunan suhu tubuh dan kenyamanan pada
anak usia pra sekolah dan sekolah yang
mengalami demam di ruang perawatan anak
Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
Fakultas Ilmu Keperawatan. Doctoral
dissertation, Universitas Indonesia, Depok.
Setyowati. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Orang Tua dengan Penanganan Demam pada
Anak Balita di Kampung Bakalan Kadipiro
Banjarsari Surakarta. Skripsi, STIKES PKU
Muhamadiyah.
Sherwood. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem, Edisi 8. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddar (ed. 8.
Vol. 1.). Jakarta: EGC.
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada
Anak. Jakarta: Pustaka Belajar.
Soemah. E. N. 2015. Perubahan Suhu Tubuh dengan
Metode Kompres Hangat pada Dinding
Abdomen Pasien Thypoid di RSI Siti Hajar
Sidoarjo. Karya Tulis. STIKES Bina Sehat
PPNI Mojokerto.
Suprapto. 2015. Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Pada Dinding Perut (Abdomen)
dengan Pasien Febris. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada. Vol. 1 No. 1.
Tasnim. 2014. Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Daerah Temporalis dengan Kompres
Hangat Daerah Vena Besar Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam di
Ruang Perawatan Anak BPK RSUD Poso.
Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 8. No. 1.

882

Anda mungkin juga menyukai