Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK

KEPERAWATAN MATERNITAS II

“Perdarahan Pasca Persalian (HPP)”

Dosen Pembimbing :

Ns. Dian Roza Adila, M.Kep.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Rosa Linda Putri 20031046


2. Velly Aprinelfy 20031047
3. Indah Lestari 20031051
4. Meida Detrini 20031054
5. Dewita Sania 20031061
6. Fauzan 20031068
7. Delvia Julianti 20031074
8. Indah Sri Ulandari 20031076
9. Marta Tryaningsih 20031083
10. Dwi Wulandari 20031085
11. Rahmad Ridho 20031088

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah,dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah
Keperawatan Maternitas II dengan judul “Perdarahan Pasca Persalinan (HPP)”.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 15 Maret 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................3

2.1 Definisi TB Paru...............................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................4

3.1 Faktor Resiko Penyebab TB Paru.....................................................................................4

3.2 Patogenesis dan Manifestasi Klinis..................................................................................5

3.3 Komplikasi.......................................................................................................................7

3.4 Pemerikasaan Penunjang..................................................................................................8

3.5 Penatalaksanaan..............................................................................................................11

3.7 Cara mendeteksi dini......................................................................................................15

3.8 Prognosis........................................................................................................................15

3.9 Asuhan keperawatan TB Paru........................................................................................16

3.10 Modalitas keperawatan.................................................................................................21

3.11 Hubungan Ketiga Penyakit...........................................................................................27

BAB IV PENUTUP................................................................................................................29

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................29

4.2 Saran...............................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor resiko dari TB. Paru?
2. Bagaimana hubungan patogenesis dengan manifestasi klinis TB. Paru?
3. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada pasien TB. Paru?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan oleh pasien?
5. Bagaimana cara penatalaksanaan pasien TB. Paru?
6. Bagaimana hubungan TB. Paru dengan efusi pleura, dan dengan pneumonia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor resiko penyebab TB. Paru
2. Untuk mengetahui hubungan patogenesis dengan manifestasi klinis TB. Paru
3. Untuk mengetahui komplikasi yangbisa terjadi pada pasien TB. Paru
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada pasien TB. Paru
5. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan pasien TB. Paru
6. Untuk mengetahui hubungan TB. Paru dengan efusi pleura, dan dengan pneumonia

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Perdarahan Pasca Persalinan


Perdarahan pasca persalinan adalah kejadian perdarahan setelah bersalin yang
melebihi 500 cc. Perdarahan postpartum (PPH) merupakan penyebab utama kematian ibu.
Semua wanita yang hamil di atas usia kehamilan 20 minggu berisiko mengalami PPP dan
gejala sisa. Meskipun angka kematian ibu telah sangat menurun di negara maju, PPH tetap
menjadi penyebab utama kematian ibu di tempat lain.

1
Rasio kematian terkait kehamilan di Amerika Serikat adalah 17,3 kematian per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Statistik nasional menunjukkan bahwa sekitar
11,4% dari kematian ini disebabkan oleh PPP. Di negara-negara industri, PPH biasanya
menempati urutan 3 teratas penyebab kematian ibu, bersama dengan emboli dan hipertensi.
Di negara berkembang, beberapa negara memiliki angka kematian ibu lebih dari 1000 wanita
per 100.000 kelahiran hidup, dan statistik Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa
60% kematian ibu di negara berkembang disebabkan oleh PPP, terhitung lebih dari 100.000
kematian ibu per tahun. Sebuah Buletin Praktik dari American College of Obstetricians and
Gynecologists memperkirakan 140.000 kematian ibu per tahun atau 1 wanita setiap 4 menit.
Tingkat PPH meningkat dari 1,5% pada tahun 1999 menjadi 4,1% pada tahun 2009,
dan tingkat PPH atonik meningkat dari 1% pada tahun 1999 menjadi 3,4% pada tahun 2009.
Risiko PPH dengan plasenta yang melekat secara tidak sehat jauh lebih tinggi.

2.2 Etiologi

Penyebab dari perdarahan postpartum disebabkan oleh istilah atau mnemonic yang sudah


banyak dikenal sebagai 4T, yakni tonus, tissue, trauma, dan thrombin.
1. Tonus

Kelainan pada tonus dapat berupa atonia uteri, overdistensi uterus, infeksi
intraamniotik, kelelahan pada otot uterus, dan penggunaan obat relaksasi uterus
seperti nitrogliserin dan magnesium sulfat.
2. Tissue (Jaringan)

Kelainan pada jaringan dapat berupa retensio plasenta, sisa plasenta, atau bekuan
darah.
3. Trauma

Pada trauma, umumnya terjadi robekan pada uterus, serviks, vagina, perineum,
pecahnya varises pada vulva, dan inversio uteri. Trauma biasanya terjadi setelah
persalinan lama atau kuat yang dirangsang dengan oksitosin atau prostaglandin,
setelah manipulasi janin baik ekstrauteri maupun intrauteri, penggunaan instrumen
seperti forceps atau akibat dari tindakan episiotomi.
4. Thrombin

Kelainan pada thrombin yakni gangguan faktor koagulasi atau pembekuan darah
seperti pada penyakit hemofilia A, penyakit Von Willebrand, purpura
trombositopenik idiopatik, koagulasi intravaskular diseminasi (disseminated
intravascular coagulation/ DIC) dan penggunaan obat-obat antikoagulan.

2.3 Faktor Resiko

Faktor risiko untuk perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 3, yaitu faktor risiko
prenatal, saat persalinan pervaginam, dan setelah sectio caesarea.
1. Faktor Risiko Prenatal

2
Faktor risiko prenatal adalah perdarahan yang terjadi sebelum persalinan, solusio
plasenta, plasenta previa, kehamilan ganda, preeklampsia, korioamnionitis,
hidramnion, kematian janin dalam kandungan, anemia (dengan Hb <5,8 g/dL),
multiparitas, mioma dalam kehamilan, gangguan faktor pembekuan darah, riwayat
perdarahan sebelumnya dan obesitas.
2. Faktor Risiko Persalinan Pervaginam

Faktor risiko saat persalinan pervaginam adalah kala III yang memanjang, episiotomi,
distosia, laserasi jaringan lunak, induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin,
persalinan dengan bantuan alat (forceps atau vakum), sisa plasenta, dan bayi besar
(berat badan lebih dari 4000 gram).
3. Faktor Risiko Sectio Caesarea

Faktor risiko perdarahan setelah sectio caesarea adalah amnionitis, preeklampsia,


persalinan abnormal, anestesi umum, partus preterm, dan partus postterm. Volume
darah ibu yang minimal, terutama pada ibu berat badan kurang, preeklampsia berat
atau eklampsia, sepsis, atau gagal ginjal juga merupakan faktor risiko perdarahan
postpartum.

2.4 Manifestasi Klinis

Klasifikasi klinis Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu.


1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi 24 jam
pertama setelah persalinan pervaginam. Penyebabnya adalah atonia uteri, perlukaan
jalan lahir, retensi sisa plasenta, gangguan pembekuan darah, dan invertio uteri.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi pada
masa nifas dan termasuk 24 jam pertama setelah kala III. Penyebabnya adalah sub
involusi, retensi plasenta, infeksi nifas, luka bekas seksio caesaria.
Beberapa penulis telah menyarankan definisi yang lebih sederhana dari berapa pun
jumlah kehilangan darah yang menciptakan ketidakstabilan hemodinamik pada ibu. Terlepas
dari itu, perdarahan postpartum dapat menjadi keadaan darurat yang mengancam jiwa dan
merupakan penyebab utama kematian ibu yang membutuhkan tindakan segera. Perdarahan
postpartum primer adalah perdarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan
perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan y.ang terjadi lebih dari 24 jam setelah
melahirkan.
Gejala klinis berupa perdarahan pervaginam yang terus menerus setelah bayi lahir. Pada
umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan
perubahan tanda vital seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak
nafas, serta TD< 90 mmHg dan nadi >100x/menit, maka penanganan harus segera dilakukan.

3
2.5 Patofisiologi

Patofisiologi dari perdarahan postpartum disebabkan oleh beberapa faktor, namun


sebelum membahas mengenai patofisiologi, perlu diketahui bahwa selama masa kehamilan
volume darah ibu meningkat hingga 50% atau setara dengan 4-6 liter. Volume plasma
mengalami peningkatan hingga melebihi kadar total sel darah merah (red blood cell / RBC),
sehingga menimbulkan kesan penurunan konsentrasi hemoglobin dan penurunan jumlah
hematokrit. Peningkatan volume darah ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perfusi
uteroplasenta serta agar dapat menggantikan volume perdarahan yang akan terjadi pada saat
proses persalinan.

2.6 Fisiologi Penghentian Perdarahan Pada Persalinan

Pada saat persalinan terjadi, plasenta akan terpisah secara spontan dari tempat
implantasinya beberapa menit setelah bayi lahir. Dibalik tempat melekatnya plasenta terdapat
pembuluh-pembuluh darah uterus yang melintas di antara serat-serat otot miometrium.
Selama proses melahirkan, otot-otot ini akan mengalami kontraksi dan retraksi. Proses
kontraksi dan retraksi akan mengkompresi pembuluh-pembuluh darah tersebut sehingga
perdarahan dapat berhenti. Hal ini ini sering kali disebut sebagai “jahitan fisiologis” atau
mekanisme pertahanan tubuh pada wanita hamil tanpa penyulit ataupun komplikasi.

2.7 Prosedur Diagnostik

PPH biasanya bermanifestasi dengan sangat cepat sehingga prosedur diagnostik


hampir seluruhnya terbatas pada pemeriksaan fisik struktur yang terlibat.
Penilaian tonus dan ukuran uterus dilakukan dengan menggunakan tangan yang
bertumpu pada fundus dan meraba dinding anterior uterus. Adanya uterus yang berawa
dengan perdarahan vagina yang berat atau ukuran uterus yang meningkat menegakkan
diagnosis atonia uteri. Adanya atonia uteri dan perdarahan yang dihasilkan biasanya
mencegah diagnosis PPH dari penyebab lain karena ketidakmampuan untuk
memvisualisasikan situs lain. Untuk alasan ini, dan karena cepatnya kehilangan darah akibat
atonia, manajemen dan kontrol atonia adalah yang terpenting.
Jika plasenta telah lahir, temuan inspeksi menunjukkan apakah sebagian dari plasenta
masih tertinggal. Jika tidak dilahirkan atau jika bekuan darah yang tertahan atau fragmen
plasenta membuat uterus membesar dan perdarahan tetap ada meskipun pengobatan
berkelanjutan yang tepat, eksplorasi manual dan pengangkatan harus dilakukan. Ini secara
simultan terapeutik dengan mengosongkan rahim dan memungkinkan kontraksi sementara
juga membantu dalam diagnosis plasenta akreta dan ruptur uteri. Laserasi serviks dan vagina
juga dapat dipalpasi saat ini.
Jika atonia uteri telah terkontrol dan perdarahan dari uterus minimal, pemeriksaan
traktus genital bawah yang cermat menunjukkan lokasi perdarahan di area ini. Palpasi dan

4
inspeksi juga dapat mengungkapkan hematoma yang memerlukan pengobatan. Serviks dan
vagina harus benar-benar divisualisasikan setelah semua persalinan pervaginam operatif.
2.8 Rencana Keperawatan

Dx Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi

Keperawatan Indikator Awal Akhir (SIKI)

Ketidaknyamana Status Pasca Manajemen


n Pasca partum Partum Perdarahan
Pervaginam
(D. 0075) (L.07062)
(I.02044)
1 5
 Pemulihan
insisi  Identifikasi
 Pendarahan 1 5 keluhan ibu
vagina  Monitor
 Tekanan keadaan uterus
darah 1 5 dan abdomen
 Sel darah  Monitor
putih 1 5 kehilangan
 Hemoglobin darah
1 5
 Monitor kadar
hemoglobin
 Pasang
oksimetri nadi
 Pasang kateter
untuk
mengosongkan
kanduh kemih
 Ambil darah
untuk
pemeriksaan
darah lengkap
Nyeri Melahirkan Tingkat Nyeri Manajemen nyeri

(D. 0079) (L.08066) (I.08238)

 keluhan 1 5  Identifikasi
nyeri lokasi,

5
 meringis 1 5 karakteristik,
 ketegangan durasi,
1 5
otot frekuensi,
 tekanan kualitas,
darah intensitas
 nafsu 1 5 nyeri
makan  Identifikasi
skala
 Identifikasi
nyeri non
verbal
 Fasilitasi
istirahat dan
tidur

6
BAB III

PEMBAHASAN

Judul Penelitian PERAN PENAMBAHAN MISOPROSTOL PADA


PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA DALAM
MENURUNKAN PERDARAHAN PASCAPERSALINAN.
Nama Peneliti 1. Puti Lenggo Geni
2. Irwan Taufiqur Rachman
3. Heru Pradjatmo
Publikasi Penelitian Desember 2017
Population (P) Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan
rancangan penelitian non blindingRandomizedControlledTrial
(RCT) yang dilakukan di RSUD Sleman sejak 1 Juli 2012 sampai
dengan 31 Oktober 2016. Adapun kriteria inklusinya adalah pasien
yang melahirkan per vaginal dengan umur kehamilan ≥ 37 minggu.
Ibu dengan dengan penyakit asma, diketahui hipersensitif terhadap

7
prostaglandin, adanya penyakit alergi lain yang nyata dan kronis,
terjadinya retensi sisa plasenta, rupturuteri, hemolysis,
elevatedliverenzymesandlowplateletssyndrome (sindrom HELLP),
hemofilia atau mempunyai riwayat kelainan darah, ruptur perineum
derajat IV, direncanakan operasi seksiosesareadieksklusikan.

Intervention (I) Subyek penelitian sejumlah 104 pasien dibagi 2 kelompok


secara seimbang yang dipilih secara random. Kelompok
perlakuan mendapatkan uterotonika tambahan misoprostol 600
mcg per oral, segera setelah tali pusat diklem dan injeksi
oksitosin 10 iuintramuskular, dan kelompok kontrol tidak
mendapatkan misoprostol, namun tetap mendapatkan uterotonika
rutin oksitosin 10 iuintramuskular pada kala tiga. Hasil penelitian
yang dinilai adalah jumlah perdarahan kala empat, penurunan
kadar hemoglobin dan kadar hematokrit setelah 24 jam pasca
persalinan. Dicatat pula umur, paritas, kadar Hb antepartum,
apakah dilakukan induksi/stimulasi, apakah terjadi ketuban pecah
dini.

Comparison (C) Dalam jurnal ini tidak ada jurnal pembanding antara jurnal satu
dengan jurnal yang lain hanya ada satu jurnal saja. Tetapi ada
tindakan pembanding yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Fekihetal, serta penilitianoleh Chauduri dan Majumdar.
Outcomes (O) Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian tambahan
misoprostol 600 mcgperoral pada penatalaksanaan aktif kala tiga
bermakna secara statistik dalam menurunkan jumlah perdarahan
pasca persalinan.

Time (T) Penelitian ini dilakukan di RSUD Sleman sejak 1 Juli 2012 sampai
dengan 31 Oktober 2016.

8
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang “Penyebab Tidak Langsung yang
Berhubungan dengan Kejadian Perdarahan Postpartum kesimpulan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penyebab tidak langsung yang berhubungan dengan perdarahan postpartum adalah usia,
anemia, IMT, preeklampsia dan induksi persalinan
2. Gambaran penyebab tidak langsung perdarahan postpartum adalah mayoritas pada usia 26-30
tahun, paritas multipara, jarak kelahiran ≥2 tahun, ibu tidak anemia, IMT normal, berat lahir
normal, ibu tidak mengalami preeklampsia dan ibu tanpa induksi persalinan
3. Proporsi ibu yang mengalami perdarahan postpartum mayoritas pada ibu dengan usia ≥36
tahun sebesar 33%, ibu dengan paritas multipara sebesar 62%, ibu dengan jarak kelahiran ≥2
tahun sebesar 86%, ibu tidak anemia sebesar 52%, ibu dengan IMT normal sebesar 40%, ibu
dengan berat lahir bayi normal sebesar 93%, ibu yang tidak menderita preeklampsia sebesar
67% dan ibu dengan induksi persalinan sebesar 69%

4.2 Saran
1. Bagi Direktur RSUD
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam upaya skrining faktor
penyebab kejadian perdarahan postpartum, sehingga dapat diambil langkah efektif untuk
mencegah terjadinya komplikasi lain terhadap ibu hamil dan bersalin.
2. Bagi Bidan dan Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mewaspadai ibu hamil dan
bersalin yang memiliki faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum guna mencegah
terjadinya komplikasi dan menentukan perawatan khusus bagi ibu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. Reproductive Health: Pregnancy Mortality
Surveillance System. Available
at https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pmss.html. June 29, 2017;
Accessed: July 21, 2017.

entilhes L, Vayssière C, Deneux-Tharaux C, et al. Postpartum hemorrhage: guidelines for


clinical practice from the French College of Gynaecologists and Obstetricians (CNGOF): in
collaboration with the French Society of Anesthesiology and Intensive Care (SFAR). Eur J
Obstet Gynecol Reprod Biol. 2016 Mar. 198:12-21.

Begley CM, Gyte GM, Devane D, McGuire W, Weeks A. Active versus expectant
management for women in the third stage of labour. Cochrane Database Syst Rev. 2015 Mar
2. CD007412.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

10

Anda mungkin juga menyukai