Anda di halaman 1dari 8

UD.

LAURA CHANTIQA ULOS

1. Sejarah berdiri

Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia memiliki hasil


kerajinan yang berbeda-beda termasuk didalamnya kerajinan tenun,
produk budaya yang telah ada dari generasi ke generasi, industri
kerajinan telah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad yang lalu.
Kerajinan pula merupakan warisan budaya nasional yang mempunyai
peranan penting bagi pembangunan bangsa untuk mencapai cita-cita
perorangan. Oleh karena itu untuk warisan tersebut perlu adanya
perhatian dari berbagai pihak untuk pengembangan dan
pelestariannya. Kebudayaan daerah tersebut meskipun pada awalnya
terbentuk sebagai sebuah warisan dari nenek moyang, tetapi dalam
perjalanannya tidak sekedar warisan yang tinggal diterima begitu saja,
melainkan didalamnya terdapat keanekaragaman budaya yang
menghasilkan kerajinan tangan tradisional dimana merupakan salah
satu ciri budaya yang sangat besar nilainya, baik dilihat segi
filosofisnya maupun segi simboliknya. Di mana proses simbolik disini
merupakan kegiatan manusia dalam menciptakan makna yang
merujuk pada realita pengalaman sehari-hari.
Pada umumnya sebelum seseorang mendirikan perusahaan atau
suatu usaha terlebih dahulu akan memikirkan tentang barang apa yang
akan dipakai

10
untuk produksi, dimana perusahaan akan didirikan dan bagaimana bentuk badan
usahanya.
Demikian juga halnya dengan UD. Laura Chantiqa Ulos ini yang merupakan
usaha pribadi yang bergerak di bidang produksi dan distribusi yang berlokasi di
Jalan Pahae, desa Lumban Siagian Julu Kecamatan Siatas Barita Kabupaten
Tapanuli Utara. Usaha ini didirikan dan mulai beroperasi pada tanggal 20 Juli
2008 oleh Ibu Pesta Panggabean sebagai pemilik dan pengelola usaha ini. Awalnya
usaha ini tergolong usaha perorangan yang bersifat home industry, yang hanya
menggunakan satu buah peralatan untuk menenun dengan menggunakan modal
sendiri. Setelah mempunyai modal dari hasil tenunnya itu, beliau berniat untuk
membeli peralatan tenun lagi agar bisa menerima atau merekrut karyawan dalam
menenun. Pertama kalinya usaha ini hanya memiliki 10 orang karyawan, dan
dengan seiringnya waktu, sekarang Usaha Tenun ini sudah memiliki karyawan
sebanyak 136 orang. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tersebut memiliki peluang
untuk kedepannya.
Masyarakat di Tapanuli Utara sebagian mata pencahariannya adalah dari hasil
tenunan. Kebanyakan pekerjaan wanita di daerah ini adalah bertenun. Mereka
mampu menenun songket dengan beragam motif. Maka dengan itulah usaha ini
didirikan sebagai saluran distribusi barang kepada konsumen didalam maupun
diluar kota.

11
2. Jenis produk dan jumlahnya
a. Jenis songket

Jenis Jumlah
( dalam
stok)
Tumtuman 30 pcs
Semi tumtuman 20 pcs
Piala kosong 30 pcs
Piala full 25 pcs
Sadum 20 pcs
Pucca klasik 20 pcs
Pucca bunga 25 pcs
Pucca bintik 20 pcs
Maulana biasa 10 pcs
Maulana full 10 pcs
Tobu- tobu 10 pcs
Bintang maratur 10 pcs
Iccor moror 15 pcs
Ragi huting 10 pcs
Semi sutera 25 pcs
Tiga dimensi 5 pcs
Sibolang rasta 15 pcs
Harungguan 5 pcs

12
b. Jenis ulos/ kebutuhan pesta

Jenis Jumlah
( dalam
stok)
Ragi hotang 30 pcs
Ragi hidup 30 pcs
Bintang maratur 30 pcs
Sadum mini 30 pcs
sadum jumbo 30 pcs
Ulos hela 30 pcs
Sibolang 30 pcs
Mangiring 30 pcs
Ragi huting 30 pcs
Pinunsaan 10 pcs
Simarinjam sisi 10 pcs
Lobu- lobu 10 pcs
Hande – hande 30 pcs
Ulos kado 250 pcs
Mandar hela 20 pcs
Bakal jas 5 pcs
Bakal kemeja 20 pcs
pria/wanita

13
3. Penjualan per bulan

Jenis Penjualan Harga @ unit


(unit)
Tumtuman 10 Rp. 4.500.000,-
Semi tumtuman 8 Rp. 3.000.000,-
Piala kosong 8 Rp. 3.000.000,-
Piala full 8 Rp. 2.800.000,-
Sadum 8 Rp. 1.800.000,-
Pucca klasik 5 Rp. 2.200.000,-
Pucca bunga 5 Rp. 2.400.000,-
Pucca bitnik 5 Rp. 2.200.000,-
Maulana biasa 5 Rp. 800.000,-
Maulana full 5 Rp. 1.200.000,-
Tobu- tobu 5 Rp. 950.000,-
Bintang maratur 3 Rp. 2.800.000,-
Iccor moror 2 Rp. 1.800.000,-
Ragi huting 8 Rp. 600.000,-
Semi sutera 8 Rp. 1.400.000,-
Tiga dimensi 2 Rp. 2.000.000,-
Sibolang rasta 5 Rp. 750.000,-
Harungguan 2 Rp. 800.000,-
Ragi hotang 8 Rp. 800.000,-
Ragi hidup 8 Rp. 800.000,-
Bintang maratur 10 Rp. 400.000,-
Sadum mini 15 Rp. 280.000,-

14
Sadum jumbo 15 Rp. 350.000,-
Ulos hela 10 Rp. 650.000,-
Sibolang 5 Rp. 400.000,-
Mangiring 5 Rp. 320.000,-
Hande – hande 10 Rp. 350.000,-
Mandar hela 5 Rp. 200.000,-
Ulos kado 100 Rp. 120. 000,-

4. Jumlah pembeli periode 2020


Sejak pandemic covid-19, jumlah pembeli semakin menurun, dikarenakan
acara-acara pesta yang sudah terbatas.

Bulan Jumlah pembeli

Januari 40
Februari 35
Maret 30
April 30
Mei 12
Juni 5
Juli 8
Agustus 15
September 10
Oktober 20
November 35

15
Desember 40

5. Pengembangan produk yang dilakukan


Produk yang sekarang sedang dikembangkan adalah:
 Motif tumtuman, dengan menambah payet dan bermacam bunga, motif
baru ini sekarang dinamai dengan tumtuman perancis.
 Motif semi tumtuman, dengan menambah motif bunga dan ragam
benang berwarna yang dirancang sendiri
 Motif piala, dengan menambah motif gunting-gunting, payet, beragam
motif bunga dan warna yang disesuaikan pada sisi tiap tenunan.
 Motif iccor moror, sebelumnya motif iccor moror hanya berbentuk garis-
garis dengan kombinasi warna, sekarang dikembangkan dengan
menambah bunga disisi tiap garis
 Motif bintang maratur, dilakukan dengan full payet pada tenunan.
 Motif pucca, menambah kombinasi bunga rose, motif gunting-gunting
dan perpaduan warna pada tenunan.

6. Masalah dalam pengembangan produk


 Tenaga kerja
Untuk mengembangkan motif-motif produk tersebut diperlukan waktu
yang lebih lama dalam proses penenunannya, daripada motif yang
sudah biasa ditenun sebelumnya. Contohnya dengan menambah payet
pada tiap tenunan memerlukan waktu dan proses pengerjaan yang lebih
sulit sehingga para penenun tidak mau mengerjakan produk tersebut
kecuali dengan keadaan yang terpaksa karena sudah ada dipesan.
16
Para penenun malah tetap mempertahankan motif produk lama dengan
alasan agar lebih cepat siap dan gampang dikerjakan.
 Alat tenunan
Dengan adanya penambahan berbagai macam motif dalam satu unit
songket, maka diperlukan perlatan tenunan yang cukup banyak.
Misalnya lidi untuk membentuk payet dan bunga tenunan tersebut.
Sementara alat tenunan tersebut tidak banyak dijual dipasar dan hanya
diproduksi orang- orang tertentu, sehingga sulit untuk diperoleh.
 Biaya
Dengan adanya penambahan motif pada tiap tenunan tentunya
memakan biaya yang cukup mahal juga. Misalnya untuk biaya bahan
payet. Biasanya payet yang digunakan adalah payet yang lebih
berkualitas dan tentu harganya lebih mahal. Benang yang digunakan
untuk menenun produk baru tersebut adalah benang seratus, agar lebih
kuat, tidak luntur, lebih halus dan produk yang dihasilkan juga
berkualitas. Untuk harga benang tersebut cukup mahal. Hal tersebut lah
yang menjadi kendala bagi pemilik usaha untuk mengembangkan
produknya lebih banyak lagi.
 Motif songket yang harus dipertahankan
Ada beberapa songket yang memiliki ciri khas tersendiri, sehingga tidak
boleh diubah motifnya sedikitpun. Misalnya, harungguan yang memiliki
ciri khas tenunan batak toba, semi sutera dengan motif bunga tersendiri
yang telah ditentukan sejak dulu, tobu- tobu dengan motif garis-garis
berbentuk tebu, dan sibolang rasta yang motifnya diambil dari salah
satu ulos batak toba.

17

Anda mungkin juga menyukai