Anda di halaman 1dari 4

Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Swamedikasi Oleh Apoteker

Di Beberapa Apotik Wilayah Sidoarjo


Swamedikasi merupakan upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit
atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Menurut hasil
Riskesdas (2013), sebanyak 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk
swamedikasi yaitu terdapat obat keras, obat bebas, antibiotika, dan obat tradisional.
Apotik dan toko obat/warung merupakan sumber utama mendapatkan obat rumah
tangga dengan proporsi masing-masing 41% dan 37,2% serta 23,4% rumah tangga
memperoleh obat langsung dari tenaga kesehatan. Tujuan dilakukannya penelitian
ini adalah untuk mengetahui persepsi pasien terhadap pelayanan swamedikasi oleh
Apoteker di apotik. Penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling,
sampel yang digunakan sebanyak 100 pasien yang melakukan swamedikasi,
diperoleh dari sepuluh apotik di wilayah Sidoarjo yang apotekernya memberikan
pelayanan swamedikasi secara langsung.

Pada penelitian ini, persepsi pasien dalam mengakses Apotek belum


berdasarkan pada faktor pelayanan tenaga kefarmasian (Apoteker maupun Asisten
Apoteker). Perlu dilakukan standar pelayanan kefarmasian yang baik dan terus-
menerus diaudit, sehingga pasien dapat merasakan efektivitas pelayanan dari
tenaga kefarmasian, khususnya Apoteker. Dalam pelayanan swamedikasi untuk
penyakit ringan, sangat diperlukan peran apoteker, untuk menjamin keamanan dan
keefektifan obat yang disarankan dengan kompetensi dalam merespon gejala dan
merujuk ke dokter apabila terdapat gejala serius yang perlu ditangani lebih lanjut.
Sehingga diharapkan bahwa pelayanan kefarmasian yang baik akan mempengaruhi
kepuasan sehingga kualitas hidup pasien akan meningkat dan menjadi customer
loyal yang akan meningkatkan citra apotek tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa, persepsi mengenai pelayanan konsultasi swamedikasi oleh
apoteker dikategorikan kurang baik (<60%), persepsi pasien mengenai saran
swamedikasi yang diberikan apoteker dikategorikan cukup baik (antara 60-80%)
dan peran apoteker dalam pelayanan swamedikasi dikategorikan cukup baik (antara
60-80%).
Efektifitas Pelatihan High Alert Medication Terhadap Pengetahuan
dan Sikap Petugas di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak PKU
Muhammadiyah Kotagede

RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede (Rumah Sakit Khusus Tipe C) dalam


menjaga mutu dan keselamatan pasien rumah sakit khususnya penanganan High Alert
Medication dan persiapan menghadapi akreditasi versi 2012, maka RSKIA PKU
Muhammadiyah Kotagede berupaya meningkatkan implementasi salah satu sasaran
keselamatan pasien tersebut dengan melakukan pelatihan. Data kejadian dan
penelitian di pelayanan farmasi, serta data umum, resiko kejadian kesalahan yang
tinggi di bidang farmasi yaitu obat-obat high alert sehingga sangat diutamakan
pemahaman bagi petugas dan diimplementasikan. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui perubahan pengetahuan pada petugas di RSKIA PKU Muhammadiyah
Kotagede terhadap High Alert Medication setelah dilakukan pelatihan, dan
mengetahui perubahan sikap pada petugas di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede
terhadap High Alert Medication setelah dilakukan pelatihan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan jenis penelitian campuran (metodologi campuran)
dengan kuasi-eksperimental. Populasi penelitian adalah tenaga kesehatan rumah
sakit,teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Analisis uji
menggunakan statistik deskriptif dan kualitatif dengan membandingkan dengan hasil
observasi, wawancara dan penelitian dokumen.

Pada hasil wawancara didapatkan, bahwa responden merasa mendapat


kepercayaan diri karena merasa lebih tahu dan memiliki harapan serta terbukti dengan
adanya pelatihan menambah pengetahuan mereka sehingga menuntun kepada sikap
yang lebih positif untuk mendukung pelaksanaan Peningkatan Keamanan Obat-obat
Yang Perlu Diwaspadai (High Alert Medication). Pelatihan sebagai upaya
meningkatkan pengetahuan, mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah dengan adanya pelatihan High Alert
Medication membuat perubahan pengetahuan dan sikap pada petugas kesehatan di
RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede.
Analisis Sasaran Keselamatan Pasien Dilihat Dari Aspek Pelaksanaan
Identifikasi Pasien Dan Keamanan Obat Di Rs Kepresidenan Rspad Gatot
Soebroto Jakarta

Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan sesuai dengan hak pasien dan
keselamatan pasien. Keakuratan identifikasi pasien dan pengawetan obat (high
waspada) adalah bagian dari keselamatan pasien. Di RSPAD Gatot Soebroto masih
ada pasien yang tidak teridentifikasi dengan baik dan ada obat-obatan (high alerts)
yang ditempatkan tidak sesuai SOP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan identifikasi pasien dan keamanan obat (high alert) di ruang rawat inap
unit perawatan Rumah Sakit Presiden RSPAD Gatot Soebroto dengan menggunakan
teori sistem. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan
instrument penelitian seperti pedoman wawancara dan lembar observasi. Wawancara
adalah dilakukan dengan kepala ruangan, sekretaris panitia mutu, perawat caretaker
dan staf keselamatan pasien Rumah Sakit Presiden RSPAD Gatot Soebroto. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa implementasi pasien identifikasi dan keamanan obat
(high alert) sudah habis namun belum sepenuhnya memenuhi sebagaimana diatur
dalam PMK 1691/MENKES/PER/VII/2011. Ini terjadi karena sumber daya manusia
yang tidak memadai, kurangnya pelatihan tentang perawat pelaksana, perawat kurang
memenuhi SOP yang ditetapkan, kurangnya komitmen perawat yang melaksanakan
tugas, keterlambatan penyampaian laporan keselamatan pasien ke KMKP. Saran dari
penelitian ini mengaktifkan penanggung jawab TKPRS di unit rawat inap, assembling
pelatihan rutin, tindak lanjut kepatuhan SOP terkait pemantauan pasien identifikasi
dan keamanan obat dengan memegang cctv dan kuesioner pasien untuk evaluasi
keperawatan, dan meningkatkan tugas pencatatan dan pelaporan kasus pasien.

Peningkatan Peran Tenaga Kesehatan Dan Masyarakat Dalam Mencegah


Kesalahan Pengobatan

Penyediaan layanan yang aman penting dalam penyelenggaraan pelayanan


kesehatan. Kesalahan pengobatan merupakan kegagalan proses pengobatan yang
berpotensi menimbulkan bahaya bagi pasien. Insiden kesalahan pengobatan dapat
dicegah melalui peningkatan pemahaman tenaga kesehatan dan masyarakat terkait
keamanan pengobatan. Peran aktif pasien dan keluarganyadalam pelayanan kesehatan
dapat meminimalisir bahaya yang mungkin timbul pada proses pengobatan. Tujuan
pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dan
masyarakat sebagai unsur penting pelayanan kesehatan agar dapat mencegah
terjadinya kejadian medication error. Upaya peningkatan pengetahuan dilakukan
melalui penyelenggaraan webinar bagi masyarakat umum terkait 5 moments for
medication safety dan kegiatan pelatihan keamanan pengobatan bagi tenaga
kesehatan. Perubahan pengetahuan diukur menggunakan kuesioner pre dan post test.
Sasaran kegiatan berjumlah 37 masyarakat dan 15 tenaga kesehatan. Hasil analisis
menunjukkan adanya perubahan positif rata-rata pengetahuan dengan peningkatan
pengetahuan masyarakat (97,3%) dan tenaga kesehatan (100%). Hasil kegiatan ini
menjadi bekal masyarakat ataupun tenaga kesehatan untuk meningkatkan perannya
dalam keamanan pengobatan dengan pengetahuan yang telah diperoleh selama
kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai