Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa kami mengucapkan puji dan syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpakan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum tentang
“Geoteknik Kelauan II” dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Geoteknik Kelautan II pada semester 5 Institut Teknologi Sumatera Tahun
Akademik 2021/2022. Laporan paraktikum ini telah penulis susun dengan
semaksimal mungkin dan mendpatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar penyusunan laporan praktikum ini. Untuk itu kami menyampikan
banyak terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah
sehingga dapat menjalankan praktikum dan penysunan laporan dengan baik.
2. Orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan doa dan dukungan
kepada penulis secara moral maupun material hingga laporan ini dapat
selesai.
3. Bapak Dedi Apriadi, M.T., Ph.D., selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Geoteknik Kelautan II di Institut Teknologi Sumatera.
4. Muhammad Aldhiansyah Rifqi Fauzi, S.T., M.T., selaku dosen pengajar
mata kuliah Geoteknik Kelautan II di Institut Teknologi Sumatera.
5. Muhammad Fatkhurrozi, S.T., M.T., selaku dosen pengajar mata kuliah
Geoteknik Kelautan II di Institut Teknologi Sumatera.
6. Bapak Syahidus Syuhada, S.T., M.T., selaku koordinator Laboratorium
Mekanika Tanah di Institut Teknologi Sumatera.
7. Bapak Edward Riyadi Irawan, S.T., selaku Laboran Mekanika Tanah di
Institut Teknologi Sumatera
8. Semua staff dan tenaga pengajar program studi Teknik Kelautan Institut
Teknologi Sumatera.
9. Nathanael Pratama selaku asisten praktikum kelompok 2 mata kuliah
Geoteknik Kelautan II di Institut Teknologi Sumatera.
10. Adler Elieser Simbolon, Ahmad Hakim Muzakky, Elsa M Rajaguguk, I
Ketut Krisnawan, Indra Pramudya, Martinus Solin, Muhammad Asma,
Kelompok 2
Nathanael Pratama, Ni Made Anjani, Salma Muliawan selaku asisten
praktikum mata kuliah Geoteknik Kelautan II di Institut Teknologi
Sumatera.
11. Seluruh teman-teman prodi Teknik Kelautan angkatan 2019 Institut
Teknologi Sumatera yang belum bisa kami sebutkan satu persatu.
12. Semua pihak yang telah meberi bantuan secara langsung maupun secara
tidak langung, sehingga terselesainya penulisan laporan praktikum ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penysunan laporan praktikum ini
masih banyak kekurangan. Penulis menerima saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan penulisan laporan praktikum selanjutnya, semoga laporan ini dapat
bermanfaat.
Lampung Selatan, 30 November 2021
Tim Penulis
Kelompok 2
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR NOTASI ................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.4. Tanah ......................................................................................................... 2
1.5. Sistem Klasifikasi Tanah........................................................................... 2
1.6. Pemadatan Tanah ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
2.1. Teori Dasar ................................................................................................ 4
2.2. Metodologi .............................................................................................. 13
2.2.1. CBR Lapangan dengan DCP ............................................................... 13
2.2.1.1. Alat dan Bahan ........................................................................................ 13
2.2.1.2. Prosedur Percobaan ................................................................................. 15
2.2.2. Handbor dan Pengambilan Sampel (UDS).......................................... 18
2.2.2.1. Alat dan Bahan ........................................................................................ 18
2.2.2.2. Prosedur Percobaan ................................................................................. 22
2.2.3. Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined Compressive Strenght) .. 24
2.2.3.1. Alat dan Bahan ........................................................................................ 24
2.2.3.2. Prosedur Percobaan ................................................................................. 29
2.2.4. Pengujian Kuat Gesser Triaxial UU .................................................... 38
2.2.4.1. Alat Dan Bahan ....................................................................................... 38
2.2.4.2. Prosedur Percobaan ................................................................................. 44
2.2.5. Pengujian Cone Penetration Test (CPT) / Sondir ............................... 52
2.2.5.1. Alat dan Bahan ........................................................................................ 52
2.2.5.2. Prosedur Percobaan ................................................................................. 55
Kelompok 2
iv
Kelompok 2
v
DAFTAR GAMBAR
Kelompok 2
vi
Kelompok 2
vii
Kelompok 2
viii
Kelompok 2
ix
Kelompok 2
x
DAFTAR TABEL
Kelompok 2
xi
DAFTAR NOTASI
Kelompok 2
xii
Kelompok 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mekanika tanah adalah suatu cabang dari ilmu teknik yang mempelajari perilaku
tanah dan sifatnya yang diakibatkan oleh tegangan dan regangan yang disebabkan
oleh gaya-gaya yang bekerja. Oleh karena itu perkiraan dan pendugaan terhadap
kemungkinan adanya penyimpangan dilapangan dari kondisi ideal pada mekanika
tanah sangat penting dalam perencanaan pondasi yang benar.
Agar suatu bangunan dapat berfungsi secara sempurna, maka seorang insinyur
harus bisa membuat perkiraan dan pendugaan yang tepat tentang kondisi tanah
dilapangan.
Mekanika tanah adalah bagian dari geoteknik yang merupakan salah satu cabang
dari ilmu teknik sipil, dalam bahasa Inggris mekanika tanah berarti soil mechanics
atau soil engineering dan Boden mechanik dalam bahasa Jerman. Istilah mekanika
tanah diberikan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1925 melalui bukunya
"Erdbaumechanik auf bodenphysikalicher Grundlage" (Mekanika Tanah berdasar
pada Sifat-Sifat Dasar Fisik Tanah), yang membahas prinsip-prinsip dasar dari ilmu
mekanika tanah modern, dan menjadi dasar studi-studi lanjutan ilmu ini, sehingga
Terzaghi disebut sebagai "Bapak Mekanika Tanah".
1.2. Tujuan
Kelompok 2
2
1.4. Tanah
Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan
bahan organik. Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang dibantu oleh
organisme membentuk tekstur unik yang menutupi permukaan bumi. proses
pembentukan tanah ini akan membentuk lapisan-lapisan yang menutupi seluruh
permukaan bumi, lapisan-lapisan yang terbentuk memiliki tekstur yang berbeda dan
setiap lapisan juka akan mencerminkan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang
telah terjadi selama proses pembentukannya. Hans Jenny (1899-1992), seorang
pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah
terbentuk ari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat
dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukann bumi
(topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor
tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Kelompok 2
3
menerapkan data uji mulai dari kiri ke kanan. Dengan proses eliminasi, tanah
dikelompokan pertama dari kiri lalu menuju ke kriteria yang sesuai.
Kelompok 2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Subgrade atau tanah dasar merupakan permukaan tanah asli, permukaan galian,
atau permukaan tanah timbunan untuk perletakan bagian-bagian perkerasan
lainnya. Tanah dasar berfungsi untuk menerima tekanan akibat beban lalu lintas
yang ada diatasnya oleh karena itu tanah dasar harus mempunyai kapasitas daya
dukung yang optimal. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
stratifikasi lapisan tanah dan kapasitas dukung lapisan sub-permukaan tanah adalah
Metode Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dan California Bearing Ratio (CBR).
DCP atau Dynamic Cone Penetration adalah alat yang digunakan untuk mengukur
daya dukung tanah dasar jalan langsung di tempat. Daya dukung tanah dasar
tersebut diperhitungan berdasarkan pengolahan atas hasil DCP yang dilakukan
dengan cara menghitung berapa tumbukan dan kedalaman konus yang ditumbukan
kedalam tanah. Makin dalam konus di dalam tanah, maka makin lunak tanah.
Pengujian dengan menggunakan alat DCP akan menghasilkan data yang setelah
diolah akan menghasilkan CBR lapangan tanah dasar pada titik yang ditinjau.
Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah tumbukan dan penetrasi dari
konus yang tertnam pada tanah/ lapisan pondasi karena pengaruh penumbuk
kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus, pembacaan penetrometer diubah
menjadi pebacaan yang setara dengan nilai CBR. Tujuan praktikum ini untuk
mendapatkan nilai CBR asli di lapangan pada kedalaman tertentu, sesuai dengan
kondisi tanah dasar untuk perencanaan tebal lapis perkerasan. Pada praktikum kali
ini terdapat beberapa persamaan sebagai berikut.
Penelitian tanah ini disebut bor tangan, karena pengujian ini dilakukan dengan
tangan, dimana pengujian ini dimaksudkan untuk membedakan lapisan-lapisan
Kelompok 2
5
tanah yang ada guna mendeskripsikan tanah di lokasi yang ditinjau. Kegiatan ini
dilaksanakan guna mendapatkan contoh tanah, dimana hasil dari pengujian ini dapat
berbentuk bor log. Pengambilan contoh tanah merupakan kegiatan yang pertama
kali dilakukan dalam pelaksanaan praktikum mekanika tanah. Hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan contoh tanah yang asli/tak terganggu (undisturbed soil sampel)
atau contoh tanah yang terganggu (disturbed soil sampel). Tanah tak terganggu
(undisturbed soil sample) adalah tanah yang terletak dibawah permukaan tanah
yang memiliki struktur berbeda dari tanah terganggu (disturbed soil sample) karena
tanah tersebut masih belum terganggu oleh faktor luar. Tujuan pengambilan sampel
tanah utuh diperlukan untuk berbagai analisa sifat fisik tanah seperti penentuan
bobot isi tanah (bul density), ruang pori total (porositas) tanah, permeabilitas,
penentian pH, penentuan distribusi pori, kandungan atau kadar air yang tersedia
bagi tanaman.
Klasifikasi tanah sistem unified dilakukan dengan notasi-notasi seperti berikut.
G = Kerikil (Gravel)
S = Pasir (Sand)
M = Lanau (Silt / Moam)
C = Lempung (Clay)
W = Bergradasi baik (Well graded)
P = Bergradasi buruk (Poor graded)
U = Bergradasi seragam (Uniform graded)
L = Plastisitas rendah (Low liquid limit)
H = Plastisitas tinggi (High liquid limit)
O = Organik (Organic).
Kelompok 2
6
Kelompok 2
7
Kuat tekan bebas adalah besar tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh
tanah sebelum mengalami keruntuhan geser. Setiap material apabila dikenai beban
maka akan mengalami perubahan bentuk. Gaya atau tekanan persatuan luas disebut
stress, selain stress perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam panjang,
dibanding dengan panjang semula, disebut strain. Untuk tingkat tegangan yang
lemah plot antara stress dan strain akan membentuk suatu garis lurus seperti yang
terjadi pada material logam yang merupakan jenis material linear elastis. Tentu saja
terdapat stress maksimum yang dapat diterima oleh suatu bahan sebelum patah.
Material untuk pemipaan seperti baja, paralon, mempunyai sifat seperti ini, ketika
stress dinaikkan sampai tingkat fading tinggi maka patahan akan terjadi. Pada
material rapuh seperti batuan, patahan bisa terjadi tiba-tiba dengan sedikit tambahan
strain. Stress yang dibutuhkan untuk menyebabkan patahan disebut dengan uniaxial
compressive strength. Closure pressure (stress) adalah harga rata-rata minimum
dimana rekahan dapat terjadi. Nilai ini dapat meningkat jika tekanan pori-pori naik
(poro-elasticeffect).
Unconfined Compression Strength Test atau pengujian kuat tekan batuan utuh untuk
menentukan kuat kekuatan batuan intact dengan sampel berbentuk silinder hasil
dari pengeboran full coring. Pengujian ini menggunakan mesin tekan untuk
menekan sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial).
Perbandingan antara tinggi dan diameter percontoh (l/D) mempengaruhi nilai kuat
tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan secara umum digunakan perbandingan
L= 2D. L adalah Length atau panjang dari sampel sedangkan D adalah diameter dari
sampel batuan yang akan diuji. Sebagai standard yang dapat di cek pada ASTM D
2166 Unconfined Compressive Strength.
Perpindahan gaya regangan dari sampel batuan aksial maupun lateral selama
pengujian dapat diukur dengan menggunakan dial gauge secara primer yang
membutuhkan ketelitian tinggi atau bisa juga dengan electricstrain gauge yang
hasilnya akan tercatat otomatis secara komputerisasi dan lebih praktis. Dari hasil
pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-strain)
untuk tiap sampel batu, kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik
batuan. Sebenarnya dari pengujian UCS tidak hanya nilai UCS yang bisa kita dapat
Kelompok 2
8
tetapi nilai nilai seperti batas elastik, Modulus Young dan poison ratio juga dapat
kita tentukan dari hasil plot ke kurva tegangan-regangan.
Terdapat beberapa persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai kekuatan;
∆L
ε= (2.3)
Lo
Ao
A = (1-ε) (2.4)
∆P
∆σ = (2.5)
A
qu
cu = (2.6)
2
qu undisturbed
St = qu remoulded
(2.7)
Keterangan :
𝜀 = Regangan aksial (%)
∆𝐿 = Perubahan benda uji
𝐿𝑜 = Panjang benda uji (cm)
𝐴 = Luas penampang (cm2)
𝐴𝑜 = Luas penampang benda uji semula (cm2)
∆𝜎 = Tegangan deviator (kg/cm2)
∆𝑃 = Beban terbesar (kg)
𝑐𝑢 = Kuat geser undrained
𝑞𝑢 = Kuat tekan bebas
𝑆𝑡 = Derajat kepekaan
Kelompok 2
9
Uji triaksial sudah menjadi cara paling terkenal dan yang paling sering digunakan
sekarang ini untuk mengukur kuat geser tanah. Uji ini lebih disukai baik karena
alasan teoritis maupun karena dapat dipakai untuk bermacam-macam pengujian.
Semua jenis uji kekuatan geser dapat dilakukan dengan alat triaksial. Alat ini dapat
pula dipakai untuk mengukur sifat permeabilitas atau konsolidasi (SNI4813-2008,
2008). Ada tiga jenis triaksial yang biasa digunakan, yaitu uji tak terdrainase, uji
tak terkonsolidasi tak terdrainase, dan uji terdrainase. Pada uji triaksial
unconsolidated-undrained atau quick test (pengujian cepat), benda uji yang
umumnya berupa lempung mula-mula dibebani dengan beban normal, melalui
penerapan tegangan deviator sampai mencapai keruntuhan. Pada penerapan
tegangan deviator selama penggeseran, air tak diizinkan keluar dari benda uji. Jadi,
selama pengujian, katup drainase ditutup. Karena pada pengujian air tidak diizinkan
mengalir ke luar, beban normal tidak ditransfer ke butiran tanahnya. Keadaan tanpa
drainase ini menyebabkan adanya kelebihan tekanan pori (excess pore pressure)
dengan tidak ada tanahan geser hasil perlawanan dari butiran tanah. (Widianti,
2008).
1
A0 = π×D2 (2.8)
4
M1 - M2
ω= × 100% (2.9)
M2
Keterangan :
A0 = Luas Permukaan Sampel (cm2)
D = Diameter Sampel (cm)
ω = Kadar Air (%)
M1 = Massa Tanah Basah (gr)
M2 = Massa Tanah Kering (gr)
Sondir merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pengujian tanah di
lapangan. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh parameter-parameter
perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapanagan. Dalam pengujian sondir,
digunakan alat penetrometer yang digunakan untuk menekan konus sondir ke
bawah diukur dengan manometer yang dapat memberikan nilai tekan konus dalam
satuan kg/cm3. Nilai tahanan yang terbaca pada manometer menunjukan angka
Kelompok 2
10
kepadatan relative dari tanah yang diuji. Nilai tahanan yang diperoleh dapat
langsung dikorelasikan dengan kapasitas dukung tanah.
Pengujian sondir ini dapat dilakukan pada semua jenis tanah, baik tanah berbutir
kasar maupun halus. Dengan pengujian sondir ini, akan diperoleh nilai perlawanan
penetrasi konus. Perlawanan penetrasi konus ini merupakan perlawanan tanah
terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas, sedangkan
hambatan lekat merupakan perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang
dinyatakan dalam gaya persatuan panjang. Parameter-parameter perlawanan dalam
pengujian pentrasi (Cone Penetration Test) yakni:
a. Perlawanan Konus (qc)
Menurut Terzaghi dan Peck (1984), tanah yang baik untuk didirkan bangunan
memiliki nilai tahanan (qc) > 120 kg/cm2. Nilai qc dapat dihitung dengan persamaan:
PKonus = PPiston (2.10)
qc = Cw (2.11)
Keterangan:
qc = Perlawanan konus (kg/cm3)
Cw = Perlawanan konus pada manometer (kPa)
𝐴𝑝𝑖
fs = (Tw – Cw) × 𝐴𝑠
(2.12)
Keterangan:
As = Luas selimut geser (cm2)
Api = Luas penampang piston (cm2)
Cw = Nilai perlawanan konus pada manometer (kg/cm2)
Tw = Pembacaan manometer (kg/cm2)
Kelompok 2
11
𝐹𝑠
FR = 𝑄𝑐
× 100% (2.13)
Keterangan:
Rf = Angka banding geser (%)
Fs = Perlawanan geser (kg/cm2)
qc = Perlawanan konus (kg/cm2)
Dari friction ratio dapat ditentukan jenis tanah dengan grafik interpretasi profil
tanah dengan parameter qc dan fs.
d. Hambatan Lekat
Hambatan lekat merupakan nilai besarnya perlawan geser terhadap konus,
dinyatakan dalam gaya persatuan Panjang pada setiap satu segmen lapisan tanah
yang diamati setiap 20 cm. Nilai hambatan lekat dapat dihitung dengan persamaan:
Hambatan lekat = 20 × fs (2.14)
Kelompok 2
12
Kelompok 2
13
2.2. Metodologi
Adapun alat dan bahan pada praktikum CBR Lapangan dengan DCP adalah sebagai
berikut.
a. Landasan penumbuk.
Kelompok 2
14
d. Linggis.
Kelompok 2
15
g. Formulir DCP.
Prosedur kerja pada praktikum CBR Lapangan dengan DCP yaitu sebagai berikut.
a. Menyusun alat dengan baik dan benar.
Kelompok 2
16
Kelompok 2
17
Kelompok 2
18
Adapun alat dan bahan pada praktikum handbor dan pengambilan sampel (UDS)
adalah sebagai berikut.
a. Auger/mata bor.
Kelompok 2
19
Kelompok 2
20
f. Kunci pipa.
Kelompok 2
21
i. Cangkul.
Kelompok 2
22
l. Plastik.
Prosedur kerja pada praktikum handbor dan pengambilan sampel (UDS) yaitu
sebagai berikut.
a. Mempersiapkan alat, lalu sambungkan mata bor dengan stang bor dan
beri pelumas.
Kelompok 2
23
c. Mengangkat mata bor dan stang bor dari lubang, keluarkan tanah dan
identifikasi jenis tanah secara visual.
Kelompok 2
24
Adapun alat dan bahan pada praktikum Pengujian Kuat Tekan Bebas (Unconfined
Compressive Strength) adalah sebagai berikut.
a. Alat unconfined compressive strength.
Kelompok 2
25
b. Cetakan (mould).
Kelompok 2
26
e. Timbangan.
Kelompok 2
27
h. Sarung tangan.
Kelompok 2
28
k. Stopwatch.
m. Oli.
Kelompok 2
29
Prosedur kerja pada praktikum uji kuat tekan bebas (UCS) yaitu sebagai berikut.
a. Mengeluarkan sampel tanah UDS menggunakan extender.
Kelompok 2
30
Kelompok 2
31
Kelompok 2
32
j. Mengatur load cell pada posisi nol dan menekan tombol up pada alat UCS.
Kelompok 2
33
Kelompok 2
34
Kelompok 2
35
Kelompok 2
36
v. Mengatur load cell pada posisi nol dan menekan tombol up pada alat UCS.
Kelompok 2
37
Kelompok 2
38
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah.
a. Sampel tanah UDS.
Kelompok 2
39
d. Pisau pemotong.
Kelompok 2
40
Kelompok 2
41
j. Peregang membran.
Kelompok 2
42
Kelompok 2
43
Kelompok 2
44
Kelompok 2
45
Gambar 2.98. Taruh Batu Pori, Kertas Saring dan Sampel Tanah
Kelompok 2
46
Kelompok 2
47
Kelompok 2
48
Kelompok 2
49
Kelompok 2
50
Kelompok 2
51
Kelompok 2
52
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.
a. Balok penjepit.
Kelompok 2
53
b. Baut penjepit.
Kelompok 2
54
e. Stang T.
Kelompok 2
55
2.2.5.2.Prosedur Percobaan
Kelompok 2
56
Kelompok 2
57
Kelompok 2
58
Kelompok 2
59
Kelompok 2
60
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.2. Perhitungan
Kelompok 2
61
Kelompok 2
62
3.1.4. Analisis
Pada praktikum CBR lapangan dengan DCP ini bertujuan untuk mengetahui nilai
daya dukung CBR di lapangan. Pengujian ini dilakukan dengan alat DCP yang
mencatat nilai penetrasi setiap 2 tumbukan dan akan dihitung nilai CBR lapangan.
Pengujian dengan alat DCP konus 60 akan menghasilkan nilai CBR lapangan tanah
dasar pada titik dilakukannya pengujian sampel. Jumlah tumbukan pada praktikum
ini sebesar 18 kali. Pada grafik 3.1.3. terdapat perpotongan 2 garis yang memiliki
lapisan relatif seragam. Terdapat kedalaman sebesar 85 cm dan lapisan kedalaman
yang dihitung dengan cara selisih antara perpotongan garis yang dibuat yaitu
sebesar 17 cm. Nilai CBR yang didapat lebih dari 12% yaitu, 56,35%, 134,984%,
107,642%, 73,776%, 90,216%, 77,397%, 134,984%, 107,642%, 115,174%. Hal ini
menandakan tanah yang diuji sangat bagus atau tidak perlu lagi pemadatan khusus
untuk dijadikan sub-grade.
Kelompok 2
63
3.2.2. Analisis
Tabel 3.4 Data Hasil Percobaan
Kedalaman
Butiran Warna Plastisitas Log
(cm)
Rendah
0 – 15 Kasar Coklat Muda
Simbol: ML
Rendah
15 – 30 Kasar Coklat Tua
Simbol: CL
Rendah
30 – 45 Sedikit Halus Coklat Tua
Simbol: CH
Tinggi
45 – 59 Halus Coklat Kemerahan
Simbol: CH
Tinggi
59 – 71 Halus Coklat Kemerahan
Simbol: CH
Kelompok 2
64
Setelah melakukan praktikum handbor, diperoleh warna dan butiran yang berbeda-
beda pada setiap kedalaman. Berdasarkan tabel USCS diatas, dapat di analisis
bahwa dimana dalam percobaan tersebut dijelaskan bahwa pada kedalaman 0-15
cm terlihat butiran tanah yang berwarna cokelat muda dengan gradasi kasar dan
tingkat plastisitas yang rendah, maka tanah pada kedalaman ini dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis tanah lanau (ML). Pada kedalaman 15-30 cm terlihat
butiran tanah yang berwarna cokelat tua dengan gradasi kasar kehalusan dan tingkat
plastisitas rendah, maka tanah ini termasuk jenis tanah lanau (ML). Pada kedalaman
30-45 cm terlihat butiran yang berwarna cokelat tua dengan gradasi halus
kekakasaran dan tingkat plastisitas tinggi, maka tanah ini termasuk ke dalam jenis
tanah lempung (CH). Pada kedalaman 45-59 cm terlihat butiran tanah yang
berwarna cokelat kemerahan dengan gradasi halus dan tingkat plastisitas rendah,
maka tanah jenis ini diklasifikasikan ke dalam jenis tanah lanau (ML). Dan pada
kedalaman 59-71 cm terlihat butiran tanah kasar yang berwarna cokelat kemerahan
dengan gradasi halus dan tingkat plastisitas yang rendah, maka jenis tanah ini dapat
diklasifikasikan ke dalam jenis tanah lempung (CH).
Kelompok 2
65
3.3.2. Perhitungan
389-314
= ×100%
389
= 19,28 %
a. Sampel Undisturbed
Menghitung nilai regangan dengan persamaan 2.3.
0,38 mm
ε1 = ×100%
100 mm
= 0,38 %
0,80 mm
ε2 = ×100%
100 mm
= 0,80 %
1,78 mm
ε3 = ×100%
100 mm
= 1,78 %
2,77 mm
ε4 = ×100%
100 mm
= 2,77 %
Kelompok 2
66
3,76mm
ε5 = ×100%
100 mm
= 3,76 %
04,68 mm
ε6 = ×100%
100 mm
= 4,68 %
5,74 mm
ε7 = ×100%
100 mm
= 5,74 %
6,74 mm
ε8 = ×100%
100 mm
= 6,74 %
Menghitung nilai luas penampang benda uji dengan persamaan 2.4.
19,625
A1 =
1-0,38%
= 19,6998 cm2
19,625
A2 =
1-0,80%
= 19,7832 cm2
19,625
A3 =
1-1,78%
= 19,9806 cm2
19,625
A4 =
1-2,77%
= 20,1840 cm2
19,625
A5 =
1-3,76%
= 20,3917 cm2
19,625
A6 =
1-4,68%
= 20,5885 cm2
Kelompok 2
67
19,625
A7 =
1-5,74%
= 20,8200 cm2
19,625
A8 =
1-6,74%
= 21,0433 cm2
Menghitung nilai tegangan dengan persamaan 2.5.
32,87
∆𝜎1 =
19,6998
= 1,6685 kg/cm2
77,83
∆𝜎2 =
19,7832
= 3,9341 kg/cm2
169,45
∆𝜎3 =
19,9806
= 8,4807 kg/cm2
223,61
∆𝜎4 =
20,1840
= 11,0785 kg/cm2
232,13
∆𝜎5 =
20,3917
= 11,3835 kg/cm2
181,96
∆𝜎6 =
20,5885
= 8,8379 kg/cm2
112,78
∆𝜎7 =
20,8200
= 5,4168 kg/cm2
85,65
∆𝜎8 =
21,0433
= 4,0701 kg/cm2
Kelompok 2
68
11,3835
Cu =
2
= 5,6917 kg/cm2
b. Sampel Remoulded
Menghitung nilai regangan dengan persamaan 2.3.
0,47 mm
ε1 = ×100%
100 mm
= 0,47 %
0,94 mm
ε2 = ×100%
100 mm
= 0,94 %
1,92 mm
ε3 = ×100%
100 mm
= 1,92 %
2,88 mm
ε4 = ×100%
100 mm
= 2,88 %
3,80 mm
ε5 = ×100%
100 mm
= 3,80 %
4,74 mm
ε6 = ×100%
100 mm
= 4,74 %
Menghitung luas penampang benda uji dengan persamaan 2.4.
19,625
A1 =
1-0,47%
= 19,7176 cm2
Kelompok 2
69
19,625
A2 =
1-0,94%
= 19,8112 cm2
19,625
A3 =
1-1,92%
= 20,0091 cm2
19,625
A4 =
1-2,88%
= 20,2069 cm2
19,625
A5 =
1-3,80%
= 20,400 cm2
19,625
A6 =
1-4,74%
= 20,6015 cm2
Menghitung nilai tegangan dengan persamaan 2.5.
32,96
∆𝜎1 =
19,7176
= 1,6715 kg/cm2
70,24
∆𝜎2 =
19,8112
= 3,5454 kg/cm2
105,82
∆𝜎3 =
20,0091
= 5,2885 kg/cm2
85,27
∆𝜎4 =
20,2069
= 4,2198 kg/cm2
63,7
∆𝜎5 =
20,4002
= 3,1225 kg/cm2
Kelompok 2
70
56,63
∆𝜎6 =
20,6015
= 2,7488 kg/cm2
Menghitung nilai kuat geser dengan persamaan 2.6.
5,2885
Cu =
2
= 2,6442 kg/cm2
11,3835
St =
5,2885
= 2,1524 kg/cm2
Kelompok 2
71
4
Tegangan
0
0,47% 0,94% 1,92% 2,88% 3,80% 4,74%
Regangan
10
0
0,38% 0,80% 1,78% 2,77% 3,76% 4,68% 5,74% 6,74%
Regangan
Kelompok 2
72
2,5
2
geser
1,5
0,5
0
0 1 2 3 4 5 6
normal
4
geser
1
0 0
0
0 2 4 6 8 10 12
normal
Kelompok 2
73
4
Geser
2,644286777
3
undisturbed
2
remoulded
1
0 0 0
0
0 2 4 6 8 10 12
Normal
3.3.4. Analisis
Setelah melakukan praktikum uji kuat tekan bebas, didapatkan data nilai kuat geser
(Cu) dan nilai kuat tekan bebas (Qu) yang telah dilampirkan di Tabel 3.8. Nilai St
didapat dari pembagian antara nilai Qu undisturbed dan Qu remoulded yaitu sebesar
2,1524. Keretakan ditentukan Ketika beban sampel yang diuji telah mengalami
penurunan sampai mencapai angka 0. Keretakan terjadi karena diberikan beban
sampai batas kekuatan sampel tersebut. Hubungan antara nilai Qu dan konsistensi
tanah adalah menunjukkan klasifikasi tanah berdasarkan sifat fisiknya. Pada
percobaan kali ini, sifat tanah dari hasil praktikum yaitu kaku. Berdasarkan nilai St,
maka kepekaan tanah dari percobaan kali ini adalah sedang (2,00 – 4,00). Setelah
dilakukannya pengujian remoulded didapatkannya nilai yang sangat jauh berbeda
dibanding nilai undisturbed , hal ini karena objek percobaan yang berupa tanah
tersebut telah mengalami kerusakan susunan partikel penyusun, yang berakibat
kurangnya besar gaya tekan yang dapat diterima. Proses pemadatan tanah menjadi
bahan uji, merupakan proses yang paling penting dalam praktikum kali ini
dikarenakan semakin besar tekanan dalam proses pemadatan akan membuat subjek
percobaan mengalami tingkat ketahanan beban yang lebih tinggi, hal ini karena
tekanan dalam proses pembuatan sempel mempengaruhi besarnya daya ikat antar
partikel. Selain itu kadar air yang ideal sangat menunjang besarnya daya tahan tekan
objek sampel itu menjadi maksimal.
Kelompok 2
74
3.4.2. Perhitungan
= 10,752 cm
Kelompok 2
75
0 mm
ε1 = ×100%
74 mm
= 0,38 %
0,07 mm
ε2 = ×100%
74 mm
= 0,095 %
0,09 mm
ε3 = ×100%
74 mm
= 0,122 %
0,12 mm
ε4 = ×100%
74 mm
= 0,162 %
0,17 mm
ε5 = ×100%
74 mm
= 0,230 %
0,23 mm
ε6 = ×100%
74 mm
= 0,311 %
0,48 mm
ε7 = ×100%
74 mm
= 0,649 %
0,63 mm
ε8 = ×100%
74 mm
= 0,851 %
0,68 mm
ε9 = ×100%
74 mm
= 0,919 %
Kelompok 2
76
0,7 mm
ε10 = ×100%
74 mm
= 0,946 %
0,73 mm
ε11 = ×100%
74 mm
= 0,986 %
0,94 mm
ε12 = ×100%
74 mm
= 1,270 %
1,17 mm
ε13 = ×100%
74 mm
= 1,581 %
1,53 mm
ε14 = ×100%
74 mm
= 2,068%
1,97 mm
ε15 = ×100%
74 mm
= 2,662 %
2,42 mm
ε16 = ×100%
74 mm
= 3,270%
2,42 mm
ε17 = ×100%
74 mm
= 3,270%
3,4 mm
ε18 = ×100%
74 mm
= 4,595 %
Kelompok 2
77
3,91 mm
ε19 = ×100%
74 mm
= 5,284 %
Menghitung luas rata-rata menggunakan rumus 2.4
10,752
A1 =
1-0%
= 10,752 cm2
10,752
A2 =
1-0,095%
= 10,762 cm2
10,752
A3 =
1-0,122%
= 10,765 cm2
10,752
A4 =
1-0,162%
= 10,770 cm2
10,752
A5 =
1-0,230%
= 10,777 cm2
10,752
A6 =
1-0,311%
= 10,786 cm2
10,752
A7 =
1-0,649%
= 10,822 cm2
10,752
A8 =
1-0,851%
= 10,844 cm2
10,752
A9 =
1-0,919%
= 10,852 cm2
Kelompok 2
78
10,752
A10 =
1-0,946%
= 10,855 cm2
10,752
A11 =
1-0,986%
= 10,859 cm2
10,752
A12 =
1-1,270%
= 10,890 cm2
10,752
A13 =
1-1,581%
= 10,925 cm2
10,752
A14 =
1-2,068%
= 10,979 cm2
10,752
A15 =
1-2,662%
= 11,046 cm2
10,752
A16 =
1-3,270%
= 11,116 cm2
10,752
A17 =
1-3,270%
= 11,116 cm2
10,752
A18 =
1-4,595%
= 11,270 cm2
10,752
A19 =
1-5,284%
= 15,323 cm2
Kelompok 2
79
Kelompok 2
80
8,13 kg
∆𝜎11 =
10,752 cm2
= 0,749 kg/cm2
9,17 kg
∆𝜎12 =
10,752 cm2
= 0,842 kg/cm2
17,39 kg
∆𝜎13 =
10,752 cm2
= 1,592 kg/cm2
57,43 kg
∆𝜎14 =
10,752 cm2
= 5,231 kg/cm2
102,87 kg
∆𝜎15 =
10,752 cm2
= 9,313 kg/cm2
136,44 kg
∆𝜎16 =
10,752 cm2
= 12,275 kg/cm2
159,01 kg
∆𝜎17 =
10,752 cm2
= 14,305 kg/cm2
166,33 kg
∆𝜎18 =
10,752 cm2
= 14,759 kg/cm2
173,95 kg
∆𝜎19 =
10,752 cm2
= 15,323 kg/cm2
Menghitung nilai kuat geser dengan persamaan 2.6.
qu = 15,323 kg/cm2
Kelompok 2
81
15,323
Cu =
2
= 7,662 kg/cm2
Menghitung kadar air menggunakan rumus 2.9
167,64 kg - 165,63 kg
ω = ×100%
165,63 kg
= 1,199%
0 0 0 0% 10.752 0
6 0.3 0.07 0.095% 10.762 0.028
12 0.7 0.09 0.122% 10.765 0.065
18 1.64 0.12 0.162% 10.770 0.152
24 2.67 0.17 0.230% 10.777 0.248
30 3.16 0.23 0.311% 10.786 0.293
60 3.54 0.48 0.649% 10.822 0.327
90 5.51 0.63 0.851% 10.844 0.508
120 6.8 0.68 0.919% 10.852 0.627
150 7.92 0.7 0.946% 10.855 0.730
180 8.13 0.73 0.986% 10.859 0.749
240 9.17 0.94 1.270% 10.890 0.842
300 17.39 1.17 1.581% 10.925 1.592
360 57.43 1.53 2.068% 10.979 5.231
420 102.87 1.97 2.662% 11.046 9.313
480 136.44 2.42 3.270% 11.116 12.275
540 159.01 2.42 3.270% 11.116 14.305
600 166.33 3.4 4.595% 11.270 14.759
660 173.95 3.91 5.284% 11.352 15.323
qu (kg/cm²) 15.323
Cu (kg/cm²) 7.662
Kadar Air (%) 1.199%
Sumber: Data Hasil Perhitungan
Kelompok 2
82
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0,000
0,000 5,000 10,000 15,000 20,000
Tegangan Normal (kg/cm^2)
Gambar 3.8. Grafik Tegangan Normal Vs Tegangan Geser UDS
3.4.4. Analisis
Setelah dilakukan percobaan uji Triaxial, didapatkan nilai kuat geser undrained
(Cu) sebesar 7,662 kg/cm2 dan nilai tegangan deviator maksimum (qu) sebesar
15,323 kg/cm2. Percobaan uji Triaxial merupakan sebuah cara untuk mengukur
kekuatan geser tidak terdrainase (undrained) dan tanah yang digunakan adalah
tanah undisturbed atau tanah yang tidak terganggu. Berdasarkan gambar 3.7, nilai
tegangan berbanding lurus dengan nilai regangan. Semakin besar nilai dari
regangan maka semakin besar pula nilai tegangan yang dialami sampel tanah hingga
Kelompok 2
83
Kelompok 2
84
0,0 0 0
0,2 52 54
0,4 56 57,13
0,6 56,13 57
0,8 58 59,13
1,0 59 60
1,2 54 56
1,4 43,13 44
1,6 43 44,13
1,8 54 59
2,0 29 30
2,2 52 54
2,4 59 62
3.5.2. Perhitungan
Kelompok 2
85
10
Fs6 = (60-59) x = 0,1
100
10
Fs7 = (56-54) x = 0,2
100
10
Fs8 = (44-43,13) x = 0,09
100
10
Fs9 = (44,13-43) x = 0,11
100
10
Fs10 = (59-54) x = 0,5
100
10
Fs11 = (30-29) x = 0,1
100
10
Fs12 = (54-52) x = 0,2
100
10
Fs13 = (62-59) x = 0,3
100
Mencari nilai Friction digunakan persamaan 2.14
Friction1 = 0 cm x 0 =0
Friction2 = 20 cm x 0,2 =4
Friction6 = 20 cm x 0,1 =2
Friction7 = 20 cm x 0,2 =4
Friction10 = 20 cm x 0,5 = 10
Friction11 = 20 cm x 0,1 =2
Friction12 = 20 cm x 0,2 =4
Friction13 = 20 cm x 0,3 =6
Kelompok 2
86
Kelompok 2
87
0,225+ 4
Tf6 = = 0,42
10
0,422+ 1,74
Tf7 = = 0,2
10
0,216+ 2,26
Tf8 = = 0,25
10
0,248+ 10
Tf9 = = 1,03
10
1,025+ 2
Tf10 = = 0,31
10
0,305+ 4
Tf11 = = 0,43
10
0,430+ 6
Tf12 = = 0,64
10
3.5.3. Data Hasil Perhitungan
Kelompok 2
88
Qc vs Kedalaman
qc (Kg/cm²)
0 10 20 30 40 50 60 70
0
0,5
Kedalaman (m)
1,5
2,5
3
Gambar 3.9. Grafik Qc vs Kedalaman
Kelompok 2
89
Fs vs Kedalaman
Fs (Kg/cm²)
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
0
0,5
Kedalaman (m)
1,5
2,5
3
Gambar 3.10. Grafik Fs vs Kedalaman
Tf vs Kedalaman
Tf (Kg/cm)
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
0
0,5
Kedalaman (m)
1,5
2,5
3
Gambar 3.11. Grafik Tf vs Kedalaman
Kelompok 2
90
Fr vs Kedalaman
Fr (Kg/cm)
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
0
0,5
Kedalaman (m)
1,5
2,5
3
Gambar 3.12. Grafik Fr vs Kedalaman
3.5.4. Analisis
Pada cone penetration test (CPT) / Sondir ini dilakukan dengan prosedur yang telah
dilakukan sehingga didapatkan beberapa paramater, yaitu Fs, Friction, Tf, dan Fr.
Dengan kedalaman tanah dimulai dengan 0 m -2,4 m, sehingga dapat diketahui
bahwa qc adalah perlawanan ujung yang diambil dari gaya penetrasi per satuan luas
penampang ujung sondir, Nilai qc dan Fr pada tanah dapat digunakan untuk
menentukan profil dari tanah. Dari data hasil percobaan cone penetration test (CPT)
/ sondir, didapatkan nilai friction ratio (fr), tanah pada kedalaman 0 m – 2,4 m,
termasuk tanah lunak karena mengandung krikil pasir dan pasir dengan nilai fr
antara 0,17 – 0,93 %. Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan tabel
overconsolidated or cemented (Robertson dan Capanella, 1986).
Kelompok 2
91
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kelompok 2
92
173,95 kg. Berdasarkan nilai tegangan maksimum (qu) yang diperoleh dari
sampel tanah temasuk dalam jenis konsistensi tanah keras. Nilai tegangan
berbanding lurus dengan nilai regangan. Semakin besar nilai dari regangan
maka semakin besar pula nilai tegangan yang dialami sampel tanah.
e. Pada cone penetration test (CPT) / Sondir ini dilakukan dengan prosedur
yang telah dilakukan sehingga didapatkan beberapa paramater, yaitu Fs,
Friction, Tf, dan Fr. Dengan kedalaman tanah dimulai dengan 0 m -2,4 m,
didapatkan nilai friction ratio (fr), tanah pada kedalaman 0 m – 2,4 m,
termasuk tanah lunak karena mengandung krikil pasir dan pasir dengan nilai
fr antara 0,17 – 0,93 %. Hal ini dapat diliat dengan menggunakan tabel
overconsolidated or cemented (Robertson dan Capanella, 1986).
4.2. Saran
Kelompok 2
93
DAFTAR PUSTAKA
Caltrans., California Departement Transportation. (n.d.). Unified Soil Classification
System.
Menteri PU., Pemberlakuan Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR)
dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP). (2010). Surat Edaran No.
04/SE/M.
ASTM, D2166-06. (2010). Standart Test Method For Unconfined Compressive
Strength of Cohesive Soil.
ASTM, D6951M-09, (2015). Standard Test Method For Use of The Dynamic Cone
Penetrometer in Shallow Pavement Applications.
ITERA, SOP Praktikum. (2019). Diktat Praktikum Mekanika Tanah II.
Leni Sriharyani, D. o. (Mei 2016). Kajian Penggunaan Dynamic Cone Penetrometer
(DCP) untuk Uji Lapangan pada Tanah Dasar Pekerjaan Timbunan Apron.
TAPAK Vol.5 No. 2.
Dr. Ir. H. Darwis M. (2018). Dasar-Dasar Mekanika Tanah. Pena Indis.
Muntohar, A. S. (2017). Mekanika Tanah Tak-Jenuh Air Untuk Pengurangan
Risiko Bencana Tanah Longsor. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Robertson, P. (n.d.). Soil Behavior Type From The CPT. Retrieved from Gregg
Drilling & Testing Inc., Signal Hill, California, USA:
http:www.goengineer.org
Sipil.upi.edu. (2016). SOP Praktikum Mekanika Tanah. 1-2.
SNI, B. S. (2008). Cara Uji Penetrasi Lapngan dengan SPT SNI 4153.
Kelompok 2
94
LAMPIRAN
Kelompok 2