Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para

Ahli Dan Rumus


Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli Adalah

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli Adalah

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli Dan Rumus


Rasio Aktivitas
Pengertian Rasio Aktivitas Adalah

Dalam kesempatan ini kita akan membahas tentang pengertian rasio aktivitas, rasio aktivitas
menurut para ahli, tujuan dan manfaatnya bagi perusahaan serta rumus rasio aktivitas oleh
berbagai ahli. Pengertian rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
didalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada perusahaan itu sendiri.

Maka, semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dengan
investasi pada berbagai macam aktiva.

Rasio-rasio aktivitas memberikan anggapan bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang


semestinya atau layak antara penjualan dengan berbagai unsur aktiva, misalnya persediaan,
aktiva tetap dan aktiva-aktiva lainnya.

Aktiva perusahaan yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin
besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut.
Dana kelebihan itu akan lebih baik apabila ditanamkan pada aktiva lainnya yang lebih produktif.

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli


Adalah

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli yang paling terkenal adalah menurut Kasmir.
Meurut Kasmi (2014), rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

Rasio aktivitas diukur dengan membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam
aktiva untuk satu periode.

Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan dan
mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli yang berikutnya adalah menurut Munawir (2002:
240). Munawir menyebutkan bahwa, rasio Aktivitas adalah rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam
penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli yang berikutnya adalah menurut Harahap
(2009:308). Menurut Harahap, rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian
dan kegiatan lainnya.

Sedangkan menurut Fahmi (2013:132), rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh
mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan
maksud memperoleh hasil yang maksimal.

Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Para Ahli yang berikutnya adalah menurut Hanafi
(2009:76). Hanafi menyatakan bahwa rasio aktivitas adalah rasio yang melihat pada beberapa
aset kemudian menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat
kegiatan tertentu.
Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut.

Macam Rasio Aktivitas

Terdapat beberapa macam rasio aktivitas yang dapat dihitung seperti: Total Assets Turnover,
Receivable Turnover, Inventory Turnover, Average Day’s Inventory dan Working Capital
Turnover.

Dalam kesempatan ini akan kita akan bahas beberapa macam rasio aktivitas yang sering
digunakan, yaitu: Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Perputaran Aktiva Tetap, Total
Assets Turnover (TAT) dan Working Capital Turnover.

Perputaran piutang

Perputaran piutang (inentory turn over) merupakan salah satu rasio aktivitas yang menunjukkan
berapa kali dana yang diinvestasikan dalam piutang berputar dalam satu periode.

Riyanto dalam Bramasto (2007) menyatakan bahwa, perputaran piutang merupakan rasio yang
menunjukkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Piutang merupakan salah
satu komponen modal kerja.

Piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lainnya yang memiliki jangka waktu tidak
lebih dari satu tahun yang timbul akibat adanya penjualan barang atau jasa secara kredit atau
angsuran.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Bramasto (2007), terdapat dua jenis piutang, yaitu
piutang usaha dan piutang lain-lain.

Piutang usaha merupakan piutang yang timbul karena penjualan pokok atas penyerahan jasa
dalam rangka kegiatan usaha perusahaan. Sedangkan piutang lain-lain merupakan piutang yang
timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha perusahaan.

Selain itu, Kasmir (2014) menggolongkan piutang ke dalam dua kategori, yaitu piutang dagang
dan piutang wesel tagih.

Piutang dagang merupakan tagihan yang diakibatkan oleh penjualan barang ke langganan.

Sedangkan piutang wesel tagih merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lain karena adanya
suatu perjanjian tertulis atau wesel.

Perputaran piutang memberikan pemahaman mengenai kualitas piutang dan keberhasilan


penagihan piutang.

Semakin tinggi rasio perputaran piutang, menunjukkan kondisi perusahaan semakin baik, karena
modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah.
Sebaliknya, semakin rendah rasio perputaran piutang, menunjukkan kondisi perusahaan yang
kurang baik, karena adanya over investment dalam piutang. Menurut Kasmir (2014), rumus rasio
aktivitas untuk mencari perputaran piutang, yaitu:

Perputaran Piutang = (Penjualan Kredit)/Piutang

Selain itu, penting bagi perusahaan untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang atau
periode penagihan piutang (days of receivables).

Periode penagihan piutang menunjukkan hari rata-rata pengumpulan piutang atau piutang
tertagih. Menurut Kasmir (2014), rumus untuk mencari periode penagihan piutang, yaitu:

Periode Penagihan Piutang = (Jumlah Hari dalam Setahun)/(Perputaran Piutang).

Total Assets Turnover (TAT)

Total asset turnover (TAT) menunjukan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan


keseluruhan aktiva untuk meningkatkan nilai penjualan dan meningkatkan laba.

Contoh Rumus Rasio Aktivitas

Menurut Harahap (2009:309), rasio TAT menunjukkan perputaran total aktiva yang diukur dari
volume penjualan. Maka dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan
penjualan.

Sedangkan menurut Hanafi (2009:78), Rasio total asset turnover mengukur sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan total aktiva yang dimiliki
perusahaan.

Perputaran total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Menurut Kasmir (2014), rumus rasio aktivitas
untuk mencari perputaran total aktiva, yaitu:

Perputaran Total Aktiva = Penjualan/(Total Aktiva)

Related Post
1.

Pengertian ROA Menurut Para Ahli, Rumus dan Contoh Pengertian ROA Adalah Laba
Bersih Dibagi Total…

2.

Pengertian Solvabilitas Marilah kita bahas tentang rasio solvabilitas, rasio solvabilitas
menurut para ahli, tujuan dan…

3.

Pengertian Rasio Likuiditas dan Jenis Rasio Likuiditas Perusahaan Dalam kesempatan ini
marilah kita bahas tentang…

Menurut Fahmi (2013:135), rasio TAT ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki
oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif. Rasio Total Asset Turnover dapat dihitung
menggunakan rumus rasio aktivitas seperti berikut:

TAT = Penjualan Bersih / Total Aset


Berdasarkan rumus TAT diatas dapat dimaknai yaitu: TAT dipengaruhi oleh nilai penjualan
bersih yang dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki oleh
perusahaan.

Bila nilai TAT ditingkatkan berarti terjadi kenaikan penjualan bersih perusahaan, peningkatan
penjualan bersih perusahaan akan mendorong peningkatan laba sehingga mempengaruhi
profitabilitas perusahaan.

Apabila Rasio TAT yang tinggi maka biasanya menunjukkan manajemen yang baik. Sebaliknya
jika rasio TAT yang rendah maka biasanya menunjukkan manajemen yang tidak baik.

Sehingga rasio TAT rendah akan memaksa manajemen untuk mengevaluasi strategi, pemasaran,
dan pengeluaran modalnya.

Working Capital Turnover (WCT)

Working Capital Turnover (WCT) digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (neto)
yang berputar pada suatu periode siklus kas yang terdapat di perusahaan. Artinya seberapa
banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode.

WCT menunjukkan kemampuan modal kerja neto berputar dalam satu periode siklus kas dari
perusahaan. Apabila volume penjualan meningkat, maka investasi dalam persediaan dan piutang
juga akan meningkat yang berarti juga akan meningkatkan modal kerja.

Menurut Kasmir (2012:190), WCT adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan
yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang diinginkan.

Perputaran modal kerja (working capital turn over) merupakan rasio untuk mengukur berapa kali
modal kerja berputar selama satu periode.

Perputaran modal kerja diukur dengan cara membandingkan antara penjualan dengan modal
kerja atau dengan modal kerja rata-rata.

Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan perusahaan sedang kelebihan modal kerja.

Sedangkan perputaran modal kerja yang tinggi mungkin disebabkan oleh tingginya perputaran
piutang atau perputaran persediaan atau saldo kas yang terlalu kecil.

Menurut Kasmir (2014), rumus rasio aktivitas untuk mencari perputaran modal kerja, yaitu:

Perputaran Modal Kerja = (Penjualan Bersih)/(Modal Kerja)

Rasio WCT juga dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini:

WCT = Penjualan Neto/(Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)


Berdasarkan rumus rasio aktivitas WCT diatas dapat dimaknai yaitu: apabila perputaran modal
kerja yang didapat rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja.

Kejadian ini memungkinkan disebabkan oleh karena rendahnya perputaran persediaan atau
piutang atau saldo kas yang terlalu besar.

Demikian pula sebaliknya yang mungkin disebabkan oleh rendahnya perputaran persediaan atau
perputaran piutang yang terlalu kecil.

Rasio Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan (receivables turn over) merupakan salah satu rasio aktivitas yang
menggambarkan berapa kali persediaan dapat diubah menjadi kas selama satu periode.

Selain itu, menurut Priharyanto (2009), Rahma (2011), Kasmir (2014), serta Ardhan dan Hatane
(2015), perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali dana yang
diinvestasikan dalam persediaan berputar dalam satu periode.

Persediaan merupakan salah satu komponen modal kerja. Persediaan merupakan sejumlah
barang yang disimpan oleh perusahaan dalam gudang atau cadangan perusahaan untuk proses
produksi atau penjualan pada saat dibutuhkan.

Terdapat dua jenis persediaan, yaitu persediaan untuk perusahaan dagang yang meliputi semua
barang yang diperdagangkan dan persediaan untuk perusahaan manufakturing yang meliputi
barang mentah, barang dalam proses, dan barang jadi (Kasmir, 2014).

Rasio perputaran persediaan menurut Priharyanto (2009) menunjukkan seberapa efisien


perusahaan dalam mengatur persediaannya.

Semakin tinggi rasio perputaran persediaan, menunjukkan kondisi perusahaan semakin baik,
karena modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan semakin rendah.

Sebaliknya, semakin rendah rasio perputaran persediaan, menunjukkan kondisi perusahaan yang
kurang baik, karena banyak barang persediaan yang menumpuk.

Menurut Horne dalam Kasmir (2014), rumus untuk mencari perputaran persediaan, yaitu:

Perputaran Persediaan = Penjualan/Persediaan

Selain itu, penting bagi perusahaan untuk menghitung hari rata-rata persediaan atau umur rata-
rata persediaan tersimpan dalam gudang (days of inventory). Menurut Kasmir (2014), rumus
untuk mencari umur rata-rata persediaan, yaitu:

Umur Rata-rata Persediaan = (Jumlah Hari dalam Setahun)/(Perputaran Persediaan)

Perputaran Aktiva Tetap


Perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
apakah perusahaan sudah sepenuhnya atau belum menggunakan kapasitas aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan serta berapa kali dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap berputar dalam
satu periode.

Menurut Kasmir (2014), rumus untuk mencari perputaran aktiva tetap, yaitu:

Perputaran Aktiva Tetap = (Penjualan )/(Total Aktiva Tetap).

Para pembaca indosaja sekalian, demikianlah penjelasan singkat kami tentang pengertian rasio
aktivitas menurut para ahli, rumus rasio aktivitas dan cara hitungnya

https://www.indosaja.com/2018/01/05/pengertian-rasio-aktivitas-menurut-ahli/

3. Kelemahan Analisis Rasio Aktivitas

Disamping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa
keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam
penggunaannya.

Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapt digunakan untuk kepentingan
pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan
judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost)
bukan harga pasar

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda
oleh perusahaan yang berbeda
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung
rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak
sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Cara Analisis Rasio Aktivitas

Setelah memahami bagaimana cara menginterpretasi masing-masing dari jenis rasio aktivitas,
lalu bagaimana cara melakukan analisis rasio aktivitas? Analisis rasio keuangan yang paling
umum digunakan yaitu dengan metode perbandingan industri (industry comparison).
Maksudnya, kamu membandingkan nilai rasio keuangan suatu perusahaan dengan nilai rata-
rata industri (industry average) di mana perusahaan tersebut berada.

Unilever adalah salah satu perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI), tepatnya berada di sektor industri barang konsumsi (consumer goods industry).
Nah, langkah-langkah untuk melakukan analisis rasio keuangan dengan menggunakan
perbandingan rata-rata industri yaitu sebagai berikut.

Langkah pertama, cari nilai rata-rata industri untuk setiap jenis rasio aktivitas. Bagaimana
caranya? Jumlahkan nilai rasio aktivitas semua perusahaan di industri tersebut, kemudian
dibagi dengan jumlah perusahaan secara keseluruhan.
Langkah kedua, bandingkan nilai rasio keuangan dari rata-rata industri (industry average)
dengan nilai rasio keuangan PT Unilever Indonesia Tbk. Berikut contohnya:

Rasio Perputaran Persediaan Unilever = 6,6 x. Sedangkan nilai rata-rata industri yaitu 3,5 x.

Rasio Perputaran Piutang Unilever = 8 x. Sedangkan nilai rata-rata industri yaitu 5 x.

Rasio Perputaran Aset Tetap Unilever = 3,5 x. Sedangkan nilai rata-rata industri yaitu 2 x.

Rasio Perputaran Total Aset Unilever = 2,1 x. Sedangkan nilai rata-rata industri yaitu 1,5 x.

Bisa kamu lihat bahwa keempat jenis rasio aktivitas dari Unilever ternyata lebih besar atau
berada di atas nilai rasio aktivitas dari rata-rata industri. Lalu, berapa nilai rasio aktivitas yang
bagus (ideal)? Secara umum, semakin tinggi nilai rasio aktivitas, maka semakin baik kinerja
perputaran (turnover) aset perusahaan, baik untuk aset lancar, aset tetap, maupun total aset
secara keseluruhan. Dengan kata lain, perusahaan mampu memanfaatkan aset untuk meraih
pendapatan.

Berdasarkan analisis rasio keuangan metode perbandingan industri, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja rasio aktivitas Unilever sangat bagus karena memiliki nilai rasio keuangan di atas
rata-rata. Unilever adalah perusahaan yang sudah mapan (maturity) dan menjadi market leader
di sektor industri barang konsumsi, bahkan di sektor manufaktur. Jadi tidak heran jika rasio
aktivitas Unilever berada di atas rata-rata industri (industry average).

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2013). Fundamentals of Financial Management (13th ed.).
Mason: South-Western Cengage Learning.
Fabozzi, F. J., & Drake, P. P. (2009). Capital Markets, Financial Management, and Investment
Management. Hoboken: Wiley.

Horne, J. C. V., & Wachowicz Jr, J. M. (2009). Fundamentals of Financial Management (13th
ed.). Harlow: Pearson Education Limited.

Sherman, E. H. (2015). A Manager’s Guide to Financial Analysis (6th ed.). New York City:
American Management Association.

Prihadi, Toto. 2010. Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM Manajemen.

Kasmir, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

www.Google.com

Anda mungkin juga menyukai