Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

INFEKSI PENYAKIT RADANG PANGGUL, INFERTILITAS, DAN


KEGANASAN

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MATERNITAS II


Dosen Pengampu : Dian Taviyanda, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Christina Vika Brisanty (01.2.19.00684)

Fery Krestiyanto (01.2.19.00688)

Joenaldo Hartono (01.2.19.00693)

Widya Setia Pratiwi (01.2.19.00708)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmatNya dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun
makalah pada mata kuliah Keperawatan Maternitas II dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Makalah ini dibuat dari berbagai informasi di internet dan buku


literatur yang ada serta beberapa bantuan dari pihak lain untuk membantu
menyelesaikan makalah ini. Terwujudnya tugas ini, tidak terlepas dari bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu kami selaku kelompok mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Dian Taviyanda, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Keperawatan Maternitas II yang telah memberikan ilmu dan
wawasan dalam menyusun tugas ini.
2. Semua sumber-sumber yang telah membantu kami dalam menyelesaikah
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dari
pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami
selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi


semua pihak baik itu penulis dan pembacanya.

Kediri, 12 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4

A. Infeksi Penyakit Radang Panggul......................................................5


1. Definisi...........................................................................................5
2. Etiologi...........................................................................................5
3. Faktor Resiko.................................................................................5
4. Tanda Gejala...................................................................................6
5. Diagnosis........................................................................................6
6. Penatalaksanaan Medis...................................................................6
7. Pencegahan.....................................................................................7
B. Infertilitas 7
1. Definisi 7
2. Etiologi 7
a. Infertilitas Pada Wanita 7
b. Infertilitas Pada Pria 8
3. Faktor Resiko Infertilitas Pada Wanita 9
4. Diagnosis Infertilitas Pada Wanita 11
C. Keganasan 13
1. Kanker Payudara 13
a) Definisi 13
b) Faktor Resiko dan Pencegahan 13
ii
c) Stadium 14
d) Tatalaksana Medis 16
2. Kanker Serviks 19
a) Definisi 19
b) Etiologi 20
c) Patofisiologi 20
d) Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keganasan 21
e) Manifestasi Klinik 22
f) Pemeriksaan Diagnostik 23
g) Penatalaksanaan 23
3. Kanker Endometrium 24
a) Definisi 24
b) Etiologi 24
c) Manifestasi Klinis 25
d) Pemeriksaan Penunjang 25
e) Penatalaksanaan Medis 25
4. Kanker Ovarium 26
a) Definisi 26
b) Faktor Resiko 26
c) Patofisiologi 26
d) Manifestasi Klinis 29
e) Penatalaksanaan 29
Bab III Penutup...............................................................................................31

A. Kesimpulan..........................................................................................31
B. Saran....................................................................................................32
Daftar Pustaka.................................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital
yang telah menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat
reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal
yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat
membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita
Amerika telah menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu
juta kasus baru terjadi setiap tahun, demikian menurut (Gay Benrubi, M.D.,
profesor pada Division of Gynegology Oncology, University of Florida di
Jacksonville). Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup
beralasan untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius.
Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui
sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul.

Infertilitas atau gangguan kesuburan dapat dimengerti sebagai


ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mendapatkan keturunan setelah
satu tahun menikah tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas ini dapat
dialami oleh pria maupun wanita, namun sejak dahulu perhatiannya hanya
terfokus pada pihak wanita sebagai penyebab infertilitas. Saat ini diketahui
kelainan pada pria ternyata juga memberikan kontribusi sebanyak 40%
terhadap kasus infertilitas (Utami, 2009). Berbagai kelainan seperti gangguan
hormonal, masalah fisik hingga masalah psikologis diketahui dapat
menyebabkan infertilitas pada pria. Kebanyakan kasus infertilitas pada pria
disebabkan pula karena kerusakan testis yang berujung pada ketidakmampuan
testis untuk memproduksi sperma (Firman, 2012). Banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengungkap penyebab masalah infertilitas baik pada pria
maupun wanita.

Penyakit keganasan merupakan salah satu penyebab kematian


terbanyak didunia. Pada tahun 2012, sebanyak 8,2 juta kematian terjadi akibat
keganasan. Menurut data IARC (International Agency for Research Cancer)
pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru keganasan dan 8.201.575
kematian akibat keganasan didunia. Di Indonesia, prevalensi tumor/keganasan
pada tahun 2013 sebesar 1,4% atau sekitar 347.792 orang. (Riskesdas, 2015).

1
Penyakit keganasan antara lain seperti kanker payudara, kanker serviks,
kanker endometrium, dan kanker Rahim.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan radang panggul?

2. Apa saja etiologi pada radang panggul?

3. Apa saja faktor resiko pada radang panggul?

4. Apa saja tanda gejala pada radang panggul?

5. Apa diagnosis radang panggul?

6. Apa saja manifestasi klinis pada radang panggul?

7. Bagaimana pencegahan radang panggul?

8. Apa yang dimaksud dengan Infertilitas?

9. Bagaimana etiologi infertilitas pada wanita?

10. Bagaimana etiologi infertilitas pada pria?

11. Apa saja faktor resiko infetilitas pada wanita?

12. Apa saja diagnosis infertilitas pada wanita?

13. Apa yang dimaksud dengan kanker payudara?

14. Bagaimana faktor risiko dan pencegahan kanker payudara?

15. Apa yang dimaksud dengan stadium kanker payudara?

16. Bagaimana tatalaksana medis dalam kanker payudara?

17. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks?

18. Apa saja etiologi pada kanker serviks?

19. Bagaimana patofisiologi pada kanker serviks?

20. Apa saja klasifikasi kanker serviks berdasarkan tingkat keganasan?

21. Apa saja manifestasi klinik pada kanker serviks?

22. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada kanker serviks?

23. Bagaimana penatalaksanaan medis pada kanker serviks?

24. Apa yang dimaksud dengan kanker endometrium?

2
25. Bagaimana etiologi kanker endometrium?

26. Bagaimana manifestasi klinis kanker endometrium?

27. Apa saja yang pemeriksaan penunjang pada kanker endometrium?

28. Bagaimana penatalaksanaan medis kanker endometrium?

29. Apa yang dimaksud dengan kanker ovarium?

30. Bagaimana faktor resiko kanker ovarium?

31. Bagaimana patofisiologi kanker ovarium?

32. Bagaimana manifestasi klinis pada kanker ovarium?

33. Bagaimana penatalaksanaan kanker ovarium?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui tentang radang panggul?

2. Untuk mengetahui etiologi pada radang panggul?

3. Untuk mengetahui faktor resiko pada radang panggul?

4. Untuk mengetahui tanda gejala pada radang panggul?

5. Untuk mengetahui diagnosis radang panggul?

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada radang panggul?

7. Untuk mengetahui pencegahan radang panggul?

8. Untuk mengetahui tentang infertilitas?

9. Untuk mengetahui tentang etiologi infetilitas pada wanita?

10. Untuk mengetahui tentang etiologi infertilitas pada pria?

11. Untuk mengetahui faktor resiko infertilitas pada wanita?

12. Untuk mengetahui diagnosis infekrtilitas pada wanita?

13. Untuk mengetahui tentang kanker payudara?

14. Untuk mengetahui faktor risiko dan pencegahan kanker payudara?

15. Untuk mengetahui stadium kanker payudara?

16. Untuk mengetahui tatalaksana medis dalam kanker payudara?

17. Untuk mengetahui tentang kanker serviks?

3
18. Untuk mengetahui etiologi pada kanker serviks?

19. Untuk mengetahui patifisiologi pada kanker serviks?

20. Untuk mengetahui klasifikasi kanker serviks berdasarkan tingkat


keganasan?

21. Untuk mengetahui manifestasi klinik pada kanker serviks?

22. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada kanker serviks?

23. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada kanke serviks?

24. Untuk mengetahui tentang kanker endometrium?

25. Untuk mengetahui etiologi kanker endometrium?

26. Untuk mengetahui manifestasi klinis endometrium?

27. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kanker endometrium?

28. Untuk mengetahui penatalksanaan medis kanker endometrium?

29. Untuk mengetahui tentang kanker ovarium?

30. Untuk mengetahui faktor resiko kanker ovarium?

31. Untuk mengetahui patofisiologi kanker ovarium?

32. Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker ovarium?

33. Untuk mengetahui penatalksanaan kanker ovarium?

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam infeksi penyakit radang


panggul, infertilitas, dan keganasan.

2. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan

Meningkatkan kewaspadaan dan tetap selau bersikap aseptic sebelum dan


sesudah melakukan tindakan medis.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan akan pentingnya mengetahui tentang infeksi


penyakit radang panggul, infertilitas, dan keganasan yang perlu diberikan
dalam kehidupan sehari – hari.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. INFEKSI PENYAKIT RADANG PANGGUL


1. DEFINISI
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi
pada organ reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah
satu penyebab paling sering dari radang panggul adalah infeksi bakteri
akibat infeksi menular seksual.
Radang panggul umumnya dialami oleh wanita usia 15–25 tahun yang
aktif berhubungan seksual. Radang panggul bisa ditandai dengan nyeri di
panggul atau perut bagian bawah. Kondisi ini perlu mendapat penanganan
untuk mencegah terjadinya komplikasi, seperti kehamilan di luar
kandungan (ektopik) atau kemandulan (infertilitas).
2. ETILOGI
Radang panggul paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang
menyebar dari vagina atau serviks (leher rahim) ke organ reproduksi yang
lebih dalam, seperti rahim, tuba falopi (saluran indung telur), dan ovarium
(indung telur).
Jenis bakteri yang sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri
penyebab infeksi menular seksual, seperti Chlamydia trachomatis dan
Neisseria gonorrhoeae. Selain bakteri, radang panggul juga bisa
disebabkan oleh infeksi patogen lain, seperti Mycoplasma genitalium,
Trichomonas vaginalis, Garnella vaginalis, atau Herpes simplex virus 2
(HSV-2).
3. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko untuk mengembangkan PID adalah:
a) Berhubungan seks dan berada di usia di bawah 25 tahun
b) Berhubungan seks dengan lebih dari satu orang
c) Melakukan hubungan seks dengan seseorang yang memiliki
lebih dari satu pasangan
d) Sex tanpa pengaman
e) Menggunakan alat kontrasepsi (IUD) untuk mencegah
kehamilan
f) Douching ( mencuci vagina dengan menyemprotkan larutan
khusus kedalam saluran vagina )
g) Riwayat penyakit radang panggul

5
h) Keguguran, aborsi, atau biopsi endometrium
4. TANDA GEJALA
Beberapa wanita dengan PID tidak akan memiliki gejala / tanda sama
sekali dan hanya ditemukan selama melakukan laparoskopi. Untuk gejala
yang lainnya adalah :
a) Nyeri pada perut bagian bawah ( Gejala yang paling umum )
b) Nyeri pada perut bagian atas
c) Demam, kelelahan, diare atau muntah
d) Seks yang menyakitkan
e) Buang air kecil yang menyakitkan
f) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur
g) Nyeri punggung bagian bawah
h) Keputihan yang parah dan bau yang tidak sedap
i) Kelelahan
Rasa sakit yang tajam berhubungan dengan muntah, pingsan dan
demam tinggi, dapat diindikasikan bahwa infeksi telah menyebar ke dalam
darah, oleh karena itu pengobatan harus segera dilakukan.
5. DIAGNOSIS
Riwayat yang baik dari pasien dapat membawa kecurigaan pada PID.
Pemeriksaan panggul dapat mengungkapkan keputihan yang biasanya
kekuning-kuningan secara jenisnya dan kadang disertai dengan bau busuk.
Pemeriksaan digital panggul dapat menyebabkan nyeri tekan panggul
terutama ketika menggoyang ( menggerakkan ) serviks. Beberapa yang
dikeluarkan dari serviks dapat diambil untuk mengetahui penyebab
infeksi. Test urin mungkin diperlukan untuk menyingkirkan infeksi
saluran kemih.
USG transvaginal panggul biasanya dilakukan untuk
memvisualisasikan organ panggul. USG dapat memperlihatkan tuba falopi
yang besar dan ovarium dengan berisi cairan di dalamnya atau pada
panggul. Biopsi endometrium mungkin dapat dilakukan. Pada beberapa
pasien,laparoskopi diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan juga
untuk mengeluarkan nanah yang terkumpul di panggul, terutama jika
nanah tidak berkurang dengan antibiotik
6. PENATALAKSANAAN MEDIS RADANG PANGGUL
Pengobatan PID biasanya dengan menggunakan antibiotik. Pada
kasus- kasus yang ringan antibiotik oral akan cukup, akan tetapi dalam
penerimaan PID yang parah danantibiotik intravena mungkin dapat

6
diperlukan. Kadang dapat menjadi tidak mungkin untuk memastikan
organisme ( bakteri ) yang menyebabkan infeksi panggul. Pada situasi
seperti ini, pengobatan empiris dengan lebih dari 1 jenis antibiotik dapat
diperlukan.
7. PENCEGAHAN RADANG PANGGUL
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya
radang panggul, yaitu:
a) Jangan berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
b) Gunakan kondom saat berhubungan seksual.
c) Periksa kesehatan rutin jika memiliki risiko tertular infeksi
menular seksual.
d) Konsultasikan pilihan dan rencana penggunaan alat kontrasepsi
dengan dokter.
e) Bersihkan area kemaluan dari depan ke belakang dan jangan
sebaliknya.

B. INFERTILITAS
1. DEFINISI
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri suntuk
memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah
bersenggama secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa memakai metode
pencegahan selama 12 bulan.”

Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki anak apabila


suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam
organ reproduksi istri dan istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang
sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau
ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan. memiliki rahim yang
dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia
cukup bulan dan dilahirkan. Dua faktor yang telah disebutkan tersebut
apabila tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak
akan mampu memiliki anak atau infertil

2. ETIOLOGI
a) ETIOLOGI INFERTILITAS PADA WANITA
a. Hormonal Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau
ovariumyang menyebabkan kegagalan lovulasi, kegagalan

7
endometrium uterus untuk berproliferasi sekresi, sekresi vagina
dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma, kegagalan
gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa
mencapai uterus.

b. Obstruksi

Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab sepertiga ' dari


penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan oleh
kelainan kongenital, penyakit radang pelvis yang umum,
contohnya apendisitis dan peritonitis dan infeksi tractus genitalis,
contohnya gonore.

c. Faktor lokal

Faktor-faktor lokal yang menyebabkan infertil pada wanita adalah


fibroid uterus yang menghambat implantasi ovum, erosi cervix
yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma,
kelainan kongenital vagina.

b) ETIOLOGI INFERTILITAS PADA PRIA


a. Gangguan Spermatogenesis

Analisis sperma. dapat mengungkapkan jumlah


spermatozoanormal atau tidak. Pengambilan spesimen segar
dengan cara masturbasi di laboratorium. Standar untuk spesimen
semen normal telah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia.

b. Obstruksi

Obstruksi atau sumbatan merupakan salah satu penyebab infertil


pada pria. Obstruksi dapat terjadi pada duktus atau | tubulus yang
di sebabkan karena konginetal dan penyakit peradangan
(inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran basalais atau
dinding otot tubulus seminiferus ' misalnya orkitis, infeksi prostat,
infeksi gonokokus.Obstruksi juga dapat terjadi pada vas deferens

c. Ketidak mampuan koitus atau ejakulasi

Faktor-faktor fisik yang menyebabkan ketidak mampuan koitus


dan ejakulasi, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis seperti
priapismus atau penyakit peyronie.Faktor-faktor psikologis yang

8
menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi dan kebiasaan pria alkoholisme kronik.

d. Faktor sederhana

Faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat,


mandidengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim
tropis dapat menyebabkan keadaan luar panas yang tidak
menguntungkan untuk produksi sperma sehat.

3. FAKTOR RESIKO INFERTILITAS


a) Faktor Risiko Infertilitas Pada Wanita
a. Gangguan ovulasi, Gangguan yang paling sering dialami
perempuan infertil adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi tidak
terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu
tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang
tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.

b. Sindrom Ovarium Polikistik

Sindroma ovarium polikistik merupakan suatu kumpulan gejala


yang diakibatkan oleh gangguan sistem endokrin. Kelainan ini
banyak ditemukan pada wanita usia reproduksi. Gejala tersering
yang ditimbulkannya antara lain infertilitas karena siklus yang
anovulatoar, oligo sampai amenore, obesitas dan hirsutisme.

Sindrom ovarium polikistik ini menimbulkan perubahan


hormonal-biokimia seperti peningkatan Juteinising hormone (LH)
serum, rasio LH/FSH (follicle stimulating hormone) yang
meningkat, adanya resistensi insulin dan peningkatan androgen
plasma.Sindroni pvarium polikitik menyebabkan 5-10% wanita
usia reproduksi menjadi infertile

c. Masalah Tuba

Peranan faktor tuba paling sering ditemukan dalam infertilitas pada


wanita yaitu sekitar 25-50%. Oleh karena itu, penilaian potensi
tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam
pengelolaan infertilitas.

9
d. Masalah Uterus

Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba falopii sekitar 5


menit setelah inseminasi. Gerakan spermatozoa untuk masuk ke
dalam uterus tidak hanya di lakukan sendiri, Kontraksi vagina dan.
uterus mempengaruhi dalam transportasi spermatozoa. Kontraksi
yang terjadi karena pengaruh prostaglandin dalam air mani dapat
membuat uterus berkontraksi secara ritmik. Prostaglandin
berpengaruh dalam transport spermatozoa ke dalam uterus dan
melewati penyempitan batas uterus dengan tuba. Uterus sangat
sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan
permulaan fase sekresi, sehingga apabila prostaglandin kurang
dalam mani dapat menyebabkan masalah infertilitas.

Kelainan pada uterus bisa disebabkan oleh malformasi uterus


yang menggangu pertumbuhan fetus (jamin). Mioma uteri dan
adhesi uterus menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah
untuk perkembangan fetus sehingga akhirnya terjadi abortus
berulang.

e. Peningkatan Usia

Prevalensi infertilitas meningkat bila terjadi peningkatan


usia.Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan pertambahan
usia pada wanita. Wanita dengan rentan usia 19-26 tahun memiliki
kesempatan untuk hamil dua kali lebih besar daripada | wanita
dengan rentan usia 35-39 tahun.

Bertambahnya usia maka kadar FSH meningkat, fase folikuler


semakin pendek, kadar LH dan durasi fase luteal tidak berubah,
siklus menstruasi mengalami penurunan. Jumlah sisa folikel
ovarium terus menurun dengan bertambahnya usia,

semakin cepat setelah usia 38 tahun dan folikel menjadi kurang


peka terhadap stimulasi gonadotropin sehingga terjadi penurunan
kesuburan wanita dengan meningkatnya usia.

f. Berat Badan, Terdapat faktor yang dapat mempengaruhi


infertilitas, salah satunya adalah badan yang terlalu kurus atau
badan yang terlalu gemuk.

10
g. Stress

Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi antara


otak, hipofisis, dan ovarium.''Stress dapat memicu pengeluaran
hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon
reproduksi.

Stress mempengaruhi maturisasi pematangan sel telur pada


ovarium. Saat stress terjadi perubahan suatu neurokimia di dalam
tubuh yang dapat mengubah maturasi dan pengelepasan sel telur.
Contohnya, di saat wanita dalam keadaan stress, spasme dapat
terjadi pada tuba falopi dan uterus, dimana hal itu dapat
mempengaruhi pergerakan dan implantasi pada sel telur yang
sudah matang.

h. Infeksi Organ Reproduksi

Rongga perut pada wanita diperantarai organ reproduksi wanita


yang langsung berhubungan dengan dunia luar. Infeksi rongga
perut jarang terjadi disebabkan karena sifat baktericide dari vagina
yang mempunyai pH rendah dan lendir yang kental pada canalis
cervikalis yang menghalangi masuknya kuman. Infeksi organ
reproduksi sering terjadi di negara tropis karena . hygine kurang,
perawatan persalinan dan abortus belum sempurna. Infeksi organ
reproduksi dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan
umum dan kehidupan sex. Infeksi apabila terjadi pada vagina akan
menyebabkan kadar keasamaan dalam vagina meningkat, sehingga
menyebabkan sperma mati sebelum sempat membuahi sel telur.

4. DIAGNOSIS INFERTILITAS PADA WANITA


a) Anamnesis

Anamnesis dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan


identitas pasangan suami istri meliputi umur, pekerjaan, lama -
menikah dan evaluasi dari pasien wanita mengenai ketidakteraturan
siklus haid, dismenorea, infeksi organ reproduksi yang pernah dialami,
riwayat adanya bedah pelvis, riwayat sanggama, frekuensi sanggama,
dispareunia, riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan
ektopik, kehamilan terakhir, konstrasepsi yang pernah digunakan,

11
pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit
sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid), pengobatan radiasi,
sitostatika, alkoholisme.

b) Pemeriksaan Fisik

a. Vital Sign Pemeriksaan vital sign yang terdiri dari tekanan darah,
nadi, respiratory rate, suhu badan.

b. Penghitungan BMI

Penghitungan indeks massa tubuh (body mass index (BMI)


dihitung dari tinggi dan berat badan (kg/m²), kisaran normal BMI
adalah 20-25 kg/m2. Wanita dengan tampilan overweight atau
obesitas mengalami kelainan berupa resistensi insulin atau bahkan
sindroma metabolik.Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak
teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja berhubungan
dengan diagnosis sindrom ovarium polikistik.

c. Pemeriksaan gangguan endokrin

Penampilan/rupa pasien secara keseluruhan dapat memberikan


petunjuk mengenai penyakit sistemik ataupun masalah endokrin.
Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal sebaiknya diamati.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mencari penyebab dari


gangguan endokrin seperti jerawat, hirsutisme, kebotakan,
acanthosis nigrican, virilisasi, gangguan lapang pandang, gondok,
dan adanya ciri penyakit tiroid."

d. Pemeriksaan pelvis

Pemeriksaan pelvis sebaiknya dilakukan untuk mencari dugaan


endometriosis yang ditandai dengan adanya nodul pada vagina,
penebalan forniks posterior, nyeri tekan, nyeri pada Organ-organ
pelvis. Jika saat pemeriksaan muncul tasa nyeri, sebaiknya
diwaspadai adanya kemungkinan patologi pelvis.

12
C. KEGANASAN
1. KANKER PAYUDARA
a) DEFINISI
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan
payudara yang dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di
Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi
relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010,
menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan
Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka
kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di
Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas yang
cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang
dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki -
laki dengan frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80%
kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya
pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman
tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif
maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan
pada penderita dapat dilakukan secara optimal.

b) FAKTOR RESIKO DAN PENCEGAHAN


a. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan
insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita,
usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik (Pembawa
mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)),
riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada
payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada
mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau
menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak
memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas,
konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor
lingkungan.

13
b. PENCEGAHAN
1) PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak
terkena kanker payudara . Pencegahan pri mer
berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor
risiko yang diduga sangat erat kaitannya dengan
peningkatan insiden kanker payudara.

2) PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder adalah melakukan
skrining kanker payudara. Skrining kanker
payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk
menemukan abnormalitas yang mengarah pada
kanker payudara pada seseorang atau kelompok
orang yang tidak mempunyai keluhan. Tujuan dari
skrinning adalah untuk menurunkan angka
morbiditas akibat kanker payudara dan angka
kematian. Pencegahan sekunder merupakan
primadona dalam penanganan kanker secara
keseluruhan. Beberapa tindakan untuk skrining
adalah : Periksa Payudara Sendiri (SADARI),
Periksa Payudara Klinis (SADANIS), dan
Mammografi skrining.

c) STADIUM
a. STADIUM 1
kanker payudara stadium awal menunjukkan kondisi sel
kanker mulai menerobos atau menyerang jaringan payudara
normal di sekitarnya. Tahapan dalam kanker payudara
stadium 1 dibagi menjadi stadium 1A dan stadium 1B.
1) 1A : Muncul tumor di payudara, namun ukurannya
kurang dari 2 centimeter dan Sel kanker belum
menyebar di luar jaringan payudara.
2) 1B : Tumor di payudara terkadang sudah ada atau
belum ada dan Ditemukan sekelompok sel kanker
dengan ukuran antara 0,2 milimeter sampai 2
milimeter di kelenjar getah bening.

14
b. STADIUM 2
1) 2A : Belum ada tumor di payudara, tapi sudah ada
sel kanker berukuran lebih dari 2 milimeter di
kelenjar getah bening di bawah lengan atau dekat
tulang dada (bisa diketahui lewat biopsi),
Ditemukan tumor berukuran kurang dari 2
centimeter dan kanker mulai menyebar ke 1-3
kelenjar getah bening di ketiak, dan Muncul tumor
berukuran antara 2-5 centimeter tapi terkadang sel
kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening di
ketiak
2) 2B : Muncul tumor berukuran antara 2-5
centimeter, Ditemukan sekelompok sel kanker
payudara dengan ukuran antara 0,2-2 milimeter di
antara 1-3 kelenjar getah bening, Sel kanker
menyebar ke 1-3 kelenjar getah bening di ketiak
atau dekat tulang dada, dan Ada tumor dengan
ukuran lebih dari 5 centimeter tapi sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak.

c. STADIUM 3
1) 3A : Belum ada tumor di payudara atau sudah
muncul tumor, namun sel kanker ditemukan di 4-9
kelenjar getah bening di ketiak atau dekat tulang
dada, Ada tumor berukuran lebih dari 5 centimeter
dan ada sekelompok sel kanker payudara berukuran
antara 0,2-2 milimeter di kelenjar getah bening, dan
Muncul tumor berukuran lebih dari 5 centimeter
dan kanker telah menyebar di 1-3 kelenjar getah
bening di ketiak atau dekat tulang dada.
2) 3B : Ditemukan tumor dan sel kanker telah
menyebar ke dinding dada dan kulit payudara serta
menyebabkan payudara bengkak atau muncul luka,
Kanker menyebar sampai ke sembilan kelenjar
getah bening di ketiak atau dekat tulang dada,
Sebagian besar kulit payudara kemerahan,
Payudara terasa panas dan bengkak, dan Sel kanker

15
menyebar ke kelenjar getah bening dan sudah
tampak di kulit.
3) 3C : Ditemukan tumor dan kanker telah menyebar
ke dinding dada dan atau kulit payudara, Kanker
telah menyebar ke 10 kelenjar getah bening di
tubuh bagian atas atau bawah tulang selangka, dan
Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
ketiak atau di dekat tulang dada.

d. STADIUM 4
Ciri kanker payudara stadium akhir atau stadium 4
ditandai dengan kanker payudara sudah mengganas dan
menyebar ke luar jaringan payudara dan kelenjar getah
bening. Di stadium akhir ini, kanker bisa merembet ke
organ lain seperti paru-paru, kulit, tulang, hati, sampai ke
otak. Untuk menentukan stadium kanker, dokter biasanya
akan melakukan pemeriksaan. Dengan mengetahui dengan
pasti tahapan atau stadium kanker payudara, dokter bisa
memberikan jenis perawatan paling pas untuk
mengendalikan kanker.

d) TATALAKSANA MEDIS
Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa
yang lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa
dan terapi pada kanker payudara haruslah dilakukan dengan
pendekatan humanis dan komprehensif. Terapi pada kanker
payudara sangat ditentukan luasnya penyakit atau stadium dan
ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-signaling.
Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan
(adverse effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah
dipertimbangkan untung ruginya dan harus dikomunikasikan
dengan pasien dan keluarga. Selain itu juga harus dipertimbangkan
mengenai faktor usia, comorbid, evidence-based, cost effective,
dan kapan menghentikan seri pengobatan sistemik termasuk end of
life isssues.

16
a. PEMBEDAHAN
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal
untuk pengobatan kanker payudara. Terapi pembedahan
dikenal sebagai berikut :
1) Terapi atas masalah lokal dan regional :
Mastektomi, breast conserving surgery, diseksi
aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
2) Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal :
ovariektomi, adrenalektomi, dsb.
3) Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
4) Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik
atas terapi lokal/regional, dapat dilakukan pada saat
bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu
(delay).
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
1) Mastektomi
i. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor
payudara dan seluruh payudara termasuk
kompleks puting-areola, disertai diseksi
kelenjar getah bening aksilaris level I
sampai II secara en bloc. Indikasi: Kanker
payudara stadium I, II, IIIA dan IIIB. Bila
diperlukan pada stadium IIIb, dapat
dilakukan setelah terapi neoajuvan untuk
pengecilan tumor.
ii. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical
Mastectomy) Mastektomi radikal adalah
tindakan pengangkatan payudara, kompleks
puting-areola, otot pektoralis mayor dan
minor, serta kelenjar getah bening aksilaris
level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan
ini merupakan tindakan operasi yang
pertama kali dikenal oleh Halsted untuk
kanker payudara, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan
makin kecilnya tumor yang ditemukan maka

17
makin berkembang operasi operasi yang
lebih minimal. Indikasi: Kanker payudara
stadium IIIb yang masih operable dan
Tumor dengan infiltrasi ke muskulus
pectoralis major.
iii. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan
pada institusi yang mampu ataupun ahli
bedah yang kompeten dalam hal
rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan
prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat
dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap
atau transverse rectus abdominis
myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan
prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi
dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua
tahap, misal dengan menggunakan tissue
expander sebelumnya.
iv. Mastektomi Simpel Mastektomi simpel
adalah pengangkatan seluruh payudara
beserta kompleks puting- areolar,tanpa
diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi: Tumor phyllodes besar, Keganasan
payudara stadium lanjut dengan tujuan
paliatif menghilangkan tumor, dan Penyakit
Paget tanpa massa tumor.
v. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing
mastectomy) Mastektomi subkutan adalah
pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks
puting-areola, dengan atau tanpa diseksi
kelenjar getah bening aksila Indikasi:
Mastektomi profilaktik dan Prosedur
onkoplasti.

18
2) Breast Conserving Therapy (BCT)
BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal
kanker payudara stadium awal. Tujuan utama dari
BCT adalah eradikasi tumor secara onkologis
dengan mempertahankan bentuk payudara dan
fungsi sensasi.
b. KEMOTERAPI
1) Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat
tunggal atau berupa gabungan beberapa kombinasi
obat kemoterapi.
2) Kemoterapi diberikan secara bertahap, biasanya
sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang
diharapkan dengan efek samping yang masih dapat
diterima
3) Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan
beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan.
c. RADIOTERAPI
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
tatalaksana kanker payudara. Radioterapi dalam tatalaksana
kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif
ajuvan dan paliatif. Indikasi dan tujuannya yaitu
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan
pada semua kasus kanker payudara (ESMO Level 1, grade
A). Hal ini disebabkan radioterapi pada BCS meningkatkan
kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena
kanker payudara dan memiliki kesintasan yang sama
dengan pasien kanker payudara stadium dini yang
ditatalaksana dengan MRM.

2. KANKER SERVIKS
a) DEFINISI
Kanker servik aadalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher
Rahim atau servik (bagian terendah dari Rahim yang menempel
pada puncak vagina) sebagai akibat dari adanya pertumbuhan yang
tidak terkontrol (Winkjosastro,1999).

19
Kanker serviks adalah penyakit akibat dari tumor ganas pada
daerah mulut Rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan
jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitarnya (FKUI,1990).
b) ETIOLOGI
Menurut Winkjosastro, 1999 penyebab terjadinya kelainan
pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa factor resiko yang berpegaruh terhadap terjadinya kanker
seviks, yaitu :
a. HPV (Human Papiloma Virus)
Adalah virus penyebab kutil genetalis yang ditularkan
melalui hubungan seksual, varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
b. Merokok
Tembakau merusak system kekebalan dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada
serviks.
c. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
d. Berganti-ganti pasangan seksual
e. Jumlah kehamilan dan partus
f. Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang
sering partus semakin besar kemungkinan mendapat
karsinoma serviks.
g. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Pemakaian AKDR akan berpegaruh terhadap serviks yaitu
bermula dari erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi
yang berupa radang yang terus menerus.
h. Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamida menahun.
i. Golongan ekonomi rendah
Karena tidak mampu melaksanakan pupsmear secara rutin.
Erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perorangan.
c) PATOFISIOLOGI
Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi
tanda-tanda dan keluhan, pada pemeriksaan dengan spekulan,
tampak sebaga porsio yang erosive (Metaplasia Squamora) yang
fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumubuh :

20
a. Eksofilik
Mulai dari squamo – colummar (SCJ) ke arah lumen
vagina sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis.
b. Endofilik
Mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan
cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
c. Ulseratif
Mulai dari SCJ dan cenderung mersak struktur jaringan
serviks dengan melibatkan awal fornless vagina untuk
menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal secara alami mengalami proses


metaplasia (erosio) akibat saling desak mendesaknya kedua jenis
epitel yang melapisi, dengan masuknya mutagen yang erosive
(metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik berubah menjadi
patologik (diplastik-diskoriotik) melalui tingkatan NIS-I,II,III, dan
KIS yang akhirnya menjadi karsinoma invasive dan proses
keganasan akan berjalan terus. Umumnya fase prainvasif berkisar
antara 3-20 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Hispatologik Sebagian
besar (95-97%) berupa epidermoid atau squamor cell carcinoma,
sisanya adenokarsinoma, clearcell carsinoma/mesonephroid
carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma. Penyebaran pada
umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju
3 arah : ke arahh fornless dan dinding vagina, kea rah corpus uterus
dan ke arah parametrium. Pada tingkat lanjut dapat menginfiltrasi
septum rektovsginal dan kandung kemih.

d) KLASIFIKASI BERDASARKAN TINGKAT KEGANASAN


Tingkat keganasan klinik menurut FIGO, 1978 dan dikutip
oleh Winkjosastro, 1999 :
a. 0 : Karsinoma Insitu (KIS) atau karsinoma intraepitel,
membrana basalis masih utuh.
b. I : Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan
ke korpus uteri.
c. Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membrana kasalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma tidak lebih dari 1

21
mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
d. Ib occ : Ib occult (tesembunyi) Secara klinis tumor belum
tampak sebagai karsinoma tetapi pada pemeriksaan
hispatologik ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi Ia.
e. Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologic menunjukkan invasi ke dalam stroma serviks uteri.
f. II : Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan
menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan ke parametrium , tetapi
tidak sampai dinding panggul.
g. IIa : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate tumor.
h. IIb : Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum
sampai dinding panggul.
i. III : Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina
atau ke parametrium sampai dinding panggul.
j. IIIa : Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina sedang
ke parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding
panggul.
k. IIIb : Penyebaran sudahh sampai dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding
panggul (frozen pelvic) atau proses pada tingkat klinik I dan
II , tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
l. IV : proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rectum dan atau kandung kemih atau telah
terjadi metastase keluar panggul atau ke tempat-tempat yang
jauh.
m. IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rectum dan atau kandung kemih.
n. IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
e) MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik dari kanker seviks dapat kita lihat sebagai
berikut:
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan
nekrosis jaringan.
b. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.

22
c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%).
d. Perdarahan spontan saat defekasi.
e. Perdarahan spontan pervaginaan.
f. Anemi akibat perdarahan berulang.
g. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf.
f) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sitologi/Papsmear
Keuntungan : Murah, dapat memeriksa bagian-bagian yang
tidak terlihat.
Kelemahan : Tidak dapat menentukan dengan tepat
lokalisasi
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
tidak mengikat yodium, maka epitel karsinoma yang normal
akan bewarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
c. Fotoskopi
Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy
Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat
saja yaitu porsio, sedang kelainan pada squamea columner
junction dan intraservikal tidak terlihat,
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan (papsmear) dengan pembesaran 200 kLI
e. Biopsy
Dengan biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jeis
karsinomanya
f. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender
serviks dan epitel gepeng serta kelenjarnya. Dilakukan bila
hasil sitologi dan pada seviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
g) PENATALAKSANAAN
Terapi kanker serviks dilakukan bilamana diagnose
telah dipastikan secara histologic dan sesudah dikerjakan
perencanaan yang matang oleh tim kanker/tim onkologi.

23
a. Pada tingkat klinik Ib, Ib OCC dan IIa dilakukan histerektomi
medical dengan limfanektomi panggul, pasca bedah biasanya
dilanjutkan dengan penyinaran, tergantung ada tidaknya sel
tumor dalam kelenjar limfe regional yang diangkat.
b. Pada tingkat IIb, III, dan IV tidak dianjurkan melakukan
tindakan bedah. Tindakan primer yang dilakukan adalah
radioterapi.
c. Pada tingkat klinik Iva dan IVb penyinaran hanya bersifat
paliatif, pemberian kemoterapi dapat dipertimbangkan.
3. KANKER ENDOMETRIUM
a) DEFINISI
Kanker endometrium adalah keganasan yang berasal dari sel-
sel epitel yang meliputi rongga rahim (endometrium). Kanker ini
terjadi pada endometrium, lapisan paling dalam dari dinding
uterus, dimana sel-sel endometrium tumbuh secara tidak
terkontrol, menginvasi dan merusak jaringan di sekitarnya. Kanker
endometrium dalam perjalanan etiologinya di dahului oleh proses
prakanker yaitu hiperplasia endometrium. Hiperlasia endometrium
yang atipik merupakan lesi prakanker dari kanker endometrium,
sedangkan hiperlasia yang nonatipik saat ini dianggap bukan
merupakan lesi prakanker endometrium (American Cancer Society,
2012)
Kanker endometrium merupakan tipe kanker uterus yang
paling sering. Walaupun penyebab pasti kanker endometrium
belum diketahui, peningkatan kadar estrogen memainkan peran
dominan. Estrogen diketahui membantu menstimulasi penebalan
dari dinding uterus (Grady & Ernster, 2013).
b) ETIOLOGI
Terjadinya kanker ini diduga karena adanya rangsangan
estrogen terus menerus. Kebanyakan sel kanker endometrium
terdiri atas reseptor estrogen dan/atau progesteron di
permukaannya. Interaksi reseptor dengan hormon memicu
peningkatan pertumbuhan (hiperplasia) endometrium, ini
merupakan tanda awal kanker. Peningkatan pertumbuhan
(hiperplasia) dapat terjadi lebih abnormal sampai berkembang
menjadi kanker (American Cancer Society, 2012).

24
c) MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
a. Rasa sakit pada saat menstruasi.
b. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian
bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada saat
berhubungan seks.
c. Sakit punggung pada bagian bawah.
d. Sulit buang air besar atau diare.
e. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
f. Keputihan bercampur darah dan nanah.
g. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim
d) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan yang perlu dilakukan:
a. Foto toraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru
b. Tes Pap, untuk menyingkirkan kanker serviks
c. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan
darah tepi, faal hati, faal ginjal, elektrolit.
e) PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien yang termasuk dalam risiko tinggi seperti Lynch
syndrome tipe 2 perlu dilakukan evaluasi endometrium secara
seksama dengan hysteroscopy dan biopsy. Pemeriksaan USG
transvaginal merupakan test non invasif awal yang efektif dengan
negative predictive value yang tinggi apabila ditemukan ketebalan
endometrium kurang dari 5 mm. Pada banyak kasus histeroskopi
dengan instrumen yang fleksibel akan membantu dalam penemuan
awal kasus kanker endometrium.
Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi,
salpingo-ooforektomi bilateral, deseksi kelenjar getah bening
pelvis dan biopi paraaorta bila mencurigakan, bilasan peritoneum,
biopsi omenteum (omentektomi partialis),biopsi peritoneum.
Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau
kemoterapi. Pengangkatan tumor merupakan terapi yang utama,
walaupun telah bermetastasis ke abdomen.
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel
kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang menyebar
keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang telah menyebar
jauh atau metastase ke tempat lain.

25
Tujuan Kemoterapi
a. Membunuh sel-sel kanker.
b. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
c. Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.

4. KANKER OVARIUM
a) DEFINISI
Kanker ovarium adalah kanker primer yang berasal dari
ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi
pada kanker alat genitalia perempuan. Kanker ovarium tipe
epitelial merupakan keganasan ovarium yang paling banyak
ditemukan dan biasanya asimtomatis sampai terjadi metastase
sehingga kebanyakan pasien yang datang sudah memasuki
stadium lanjut (Cannistra, 2004; Andrijono, 2009).
Penyakit yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberi
perawatan karena awitanya tersembunyi dan tidak adanya gejala
peringatan atau penyebab mengapa penyakit ini telah mencapai
tahap lanjut ketika didiagnosa. Penyakit yang merupakan
penyebab utama kematian dari kanker reproduksi. (Brunner &
Suddarth : 1559, 2001).
b) FAKTOR RESIKO
Penyebab kanker ovarium belum diketahui pasti, adapun faktor
resikonya:

a. Umur > 40 tahun


b. Riwayat keluarga dengan ca ovarium
c. Nuliparity (wanita yang belum pernah melahirkan)
d. Riwayat infertil
e. Riwayat perdarahan menstruasi yang banyak dan
disminore.
f. Obesitas terutama yang intake tinggi lemak hewani.
g. Penggunaan obat stimulasi ovulasi untuk infertile.
h. Kebiasaan menggunakan bedak pada vagina.
c) PATOFISIOLOGI
Biasanya Ca ovari berbentuk tumor epitel. Kadang-kadang
adeno carsinoma. Ca ovari cenderung tumbuh dan menjalar tidak
diketahui (manifestasi) hingga menyebabkan tekanan dekat organ

26
atau distensi abdomen. Ketika tekanan dihubungkan dengan
muncul manifestasi akhir, adanya malignant biasanya menjalar ke
ovarium yang lain dan struktur lain. Ca ovari mungkin menyerang
permukaan kandung kencing, omentum, hati dan organ lain.
Ketika di pembuluh darah Pelvic menjadi berbelit-belit (ruwet)
terjadi metostase jauh. Biasanya rute perjalanan termasuk limfa,
darah, perluasan lokal dan penempatan peritoneal. (Price, A.
Sylvia : 384, 1994).

a. Tahap-tahap Ca ovarium :
1) Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
2) Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan perluasan pelvic.
3) Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan metastase di luar pelvis / nodus inguinal
atau retroperitoneal positif.
4) Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan metastase jauh.
b. Stadium Ca Ovarium
1) Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium.
i. I A = Tumor terbatas pada satu ovarium,
kapsul utuh, tidak ada jaringan tumor di
permukaan ovarium.
ii. I B = Tumor terbatas pada kedua ovarium,
kapsul utuh, tidak ada jaringan tumor di
kedua permukaan ovarium.
iii. I C = Tumor terbatas pada satu / kedua
ovarium, dengan keadaan kapsul ruptur,
atau ada jaringan tumor di permukaan
ovarium.
2) Stadium II : Tumor pada satu atau kedua ovarium
dengan penyekaran dalam rongga panggul.
i. II A = Perluasan / implantasi pada uterus
dan atau pada tuba.
ii. II B = Perluasan pada jaringan rongga
panggul lainnya.
iii. II C = Perluasan dalam rongga panggul

27
dengan ditemukannya sel ganas pada
analisis cairan ascites / dialysis peritoneal.
3) Stadium III : Tumor pada satu atau kedua ovarium
dengan metastase peritoneal yang dikonfirmasi
secara mikroskopik di luar rongga panggul dan atau
kelenjar getah bening regional.
i. III A = Metastase mikroskopik pada
jaringan peritoneal dalam rongga panggul
ii. III B = Metastase mikroskopik pada jaringan
peritoneal dalam rongga panggul dengan
diameter < 20 mm.
iii. III C = Metastase mikroskopil pada jaringan
peritoneal dalam rongga panggul kurang,
dengan diameter terbesar > 20 mm dan atau
metastase kelenjar getah bening regional.
4) Stadium IV : Pertumbuhan melibatkan satu atau
kedua ovarium dengan penyebaran jauh, metastase
ke parenkim hati.
c. Deteksi dini Ca ovarium dilakukan dengan :
1) PAP Smear
2) Pemeriksan pelvic, retro vaginal
3) Kemungkinan massa pelvic adalah ca ovarium, jika:
i. Ukuran diameter < 5 cm, kemungkinan 3%
ii. Ukuran diameter antara 5 – 10 cm,
kemungkinan 19%
iii. Ukuran diameter > 10 cm, kemungkinan
97%.
4) Pemeriksaan USG (transvagina)
5) Color Doppler duplex / triplec
6) CT Scan
7) Tumor marker (pertanda tumor) lewat pemeriksaan
darah.
Bentuk lesi dicurigai sebagai keadaan pra kanker
yang terdapat di permukaan ovarium yang
menderita kanker, belum dapat dibuktikan
(plaxale). Sehingga metode screening yang efektif
pun belum dapat ditemukan. Lesi ini mungkin suatu

28
bentuk pra kanker mungkin juga merupakan
kelainan lanjut akibat proses kankernya. Jika dapat
dibuktikan bahwa lesi tersebut mendahului kanker
dan kemudian berkembang menjadi invasive, maka
hal itu dapat dijadikan dasar untuk deteksi dini
kanker ovarium.

d) MANIFESTASI KLINIS
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah
panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau
peningkatan pertumbuhan rambut
g. Asites
h. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
i. Perut membuncit
j. Kembung dan mual
k. Gangguan nafsu makan
l. Sesak nafas
m. Dyspepsia
e) PENATALAKSAAN
a. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan
ditentukan oleh insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang
lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
b. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah
lambung, untuk mendukung pembedahan.
c. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi
lazim dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
d. Kemoterapi

29
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan
tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan
termasuk agens alkylating seperti itu (cyclophasphamide,
chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5
fluorouracit / antibiotikal (admisin).

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi
pada organ reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan ovarium. Salah satu
penyebab paling sering dari radang panggul adalah infeksi bakteri akibat
infeksi menular seksual. Sering disebabkan oleh infeksi bakteri yang
menyebar dari vagina atau serviks (leher rahim) ke organ reproduksi yang
lebih dalam, seperti rahim, tuba falopi (saluran indung telur), dan ovarium
(indung telur).
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri suntuk
memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah
bersenggama secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa memakai metode
pencegahan selama 12 bulan.” Jika etiologi pada wanita adanya Hormonal
Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis, obstruksi, dan faktor lokal.
Sedangkan etiologi pada pria adanya gangguan spermatogenesis, obstruksi
Ketidak mampuan koitus atau ejakulasi, dan faktor sederhana.
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. Faktor resiko pada
kanker payudara adalah jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat
keluarga dan genetik, riwayat penyakit payudara sebelumnya , riwayat
menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat
reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas,
konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan.
Pengobatan pada kanker payudara dapat dilakukan dengan terapi
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi.
Kanker serviks adalah penyakit akibat dari tumor ganas pada daerah
mulut Rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI,1990). Pada awal
perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan,
pada pemeriksaan dengan spekulan, tampak sebaga porsio yang erosive
(Metaplasia Squamora) yang fisiologik atau patologik. Terapi kanker serviks

31
dilakukan bilamana diagnose telah dipastikan secara histologic dan sesudah
dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim kanker/tim onkologi.
Kanker endometrium adalah keganasan yang berasal dari sel-sel epitel
yang meliputi rongga rahim (endometrium). Kanker ini terjadi pada
endometrium, lapisan paling dalam dari dinding uterus, dimana sel-sel
endometrium tumbuh secara tidak terkontrol, menginvasi dan merusak
jaringan di sekitarnya. Terjadinya kanker ini diduga karena adanya
rangsangan estrogen terus menerus.
Kanker ovarium adalah kanker primer yang berasal dari ovarium.
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi pada kanker alat
genitalia perempuan. Kanker ovarium tipe epitelial merupakan keganasan
ovarium yang paling banyak ditemukan dan biasanya asimtomatis sampai
terjadi metastase sehingga kebanyakan pasien yang datang sudah memasuki
stadium lanjut. Ca ovari cenderung tumbuh dan menjalar tidak diketahui
(manifestasi) hingga menyebabkan tekanan dekat organ atau distensi
abdomen. Ca ovari mungkin menyerang permukaan kandung kencing,
omentum, hati dan organ lain.

B. Saran
Kiranya pembaca dapat memberikan kritik dan masukkan adanya pembahasan
mengenai definisi hepatitis, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostic tentang infeksi penyakit radang panggul,
infertilitas, dan keganasan.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-pertiwig0a-5464-2-babii.pdf
diakses pada tanggal 11 Maret 2021 pukul 19.00

http://jurnal.ugm.ac.id/bik/

http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/4437/4/Keperawatan%20Maternitas%20II.pdf diakses
pada tanggal 11 Maret 2021 pukul 18.30

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/8bea18682533e9a77ee764aa4ab103f3.pdf
diakses pada tanggal 12 Maret 2021 pukul 07.55 WIB

https://www.academia.edu/9058023/CA_ENDOMETRIUM diakses pada tanggal 12 Maret


2021 pukul 07.55 WIB

Panigoro,Sonar dkk. PANDUAN PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA.


Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Rahmawati,Anita. 2019. KEPERAWATAN MATERNITAS II. Jombang : Icne Press

33

Anda mungkin juga menyukai