PRIMER
“ KONSEP PUSKESMAS “
DISUSUN OLEH :
PO71200190028
TK. 3B
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KONSEP PUSKESMAS ” dengan
tepat waktu. Makalah ini diharapkan dapat memenuhi tugas mata kuliah sistem pelayanan kesehatan
primer. Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing saya dalam
membuat makalah ini. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran
sangat kami harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami buat untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan kita
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang maupun pelayanan jasa. Salah satu bentuk
pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan kesehatan
masyarakat. Reformasi dibidang kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu contoh pelayanan publik adalah pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS).
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah satu kesatuan organisasi fungsionil yang langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu
dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok (Azwar, 1999).
B. TUJUAN
D. MANFAAT
Dari pembahasan materi yang tersedia dalam makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada pembaca untuk mengetahui tentang konsep Puskesmas. Selain itu pembaca dapat
memahami bagaimana sistem yang ada di puskesmas serta dapat menambah pengetahuan pembaca.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN PUSKESMAS
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok (Depkes RI,1991).
Fungsi Puskesmas
8. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
menimbulkan ketergantungan.
10. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program.
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian sebagian dari kecamatan.
Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis, dan keadaan infrastuktur lainnya merupakan
bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat
pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati
setelah mendengar saran tekhnis dari kantor wilayah departemen kesehatan provinsi (Mubarak,
2014).
D. RUANG LINGKUP KEGIATAN PUSKESMAS
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan menyeluruh yang meliputi
pelayanan sebagai berikut: kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan), rehabilitative (pemulihan kesehatan) (Herlambang, 2016).
F. KEGIATAN PUSKESMAS
Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, karenanya
kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok
Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat
terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga
sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan
dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ). Disamping
penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas
sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah
Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan
maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan
darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau
bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda
kegiatan lain.
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu
puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut
wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun
vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana,
dirujuk ke puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (biasanya operasi) dan
lain-lain.
Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk
melakukan bimbingan kepada tenaga puskesmas dan ataupun menyelenggarakan
pelayanan medik di puskesmas.
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat misalnya
kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan
masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut
telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat
laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan
habis pakai dan bahan makanan.
Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyelidikan kejadian luar biasa,
bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan
karena bencana alam.
Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah kesehatan masyarakat dan
tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan
upaya kesehatan masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan
Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital dalam sistem
kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan kesehatan di puskesmas, kematian,
dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan (Santoso, 2008).
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal: (1) pencatatan, pelaporan, dan
pengolahan; (2) analisis; dan (3) pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat
dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian
direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di
puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk
arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten.
Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola program
di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis
dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk
pemanfaatannya. Frekuensi pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan.
Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat.
Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat tinggal,
kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data
dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan
lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan
keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang
bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan (Santoso, 2008).
B. HASIL PRAKTIK LAPANGAN
Poliklinik Anak adalah layanan pemeriksaan dan pengobatan terhadap bayi dan Anak sakit
langsung oleh Dokter yang berkompeten di bidangnya. Pelayanan yang ditangani di Poli Anak
adalah :
Pada hari pertama dinas di poli anak puskesmas simpang IV sipin yaitu menerima RM pasien
dari pendaftaran, kemudian memanggil pasien sesuai urutan, menyocokkan rekam medis pasien
dengan identitas pasien. Setelah itu melakukan pemeriksaan fisik anak seperti suhu tubuh,
pernapasan, berat badan paien. Menanyakan keluhan pasien sesuai dengan formulir MTBS
seperti ada tidaknya batuk, diare, demam dan infeksi telinga pada anak kemudian mengisi
formulir MTBS sesuai dengan keluhan pasien dan mengisi buku registrasi di poli anak.
Kemudian memberikan surat rujukan apabila anak tersebut harus dirujuk.
1. An.F datang pada pukul 09.00 dengan keluhan sakit pada telinga sebelah kiri dan demam.
Terdapat bintik-bintik merah pada tangan sebelah kanan pasien, pasien tampak lemas.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada An.F, hasil; suhu 37 c, BB 14kg, dan
pernapasan 32x/m, setelah itu menanyakan keluhan sesuai formulir MTBS. Selanjutnya
pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah
anak tersebut mempunyai indikasi terkena DBD atau tidak. Setelah hasil laboratorium keluar
pasien dirujuk untuk melakukan pemeriksaan ke poli umum.
2. An.R datang pada pukul 10.00 dengan keluhan demam disertai dengan muntah. Kemudian
dilakukan pemeriksaan fisik pada An.R hasil; suhu 37,2 c, BB 13 dan pernapasan 33x/m.
Setelah itu menanyakan keluhan sessuai dengan formulir pencatatan balita sakit, ditemukan
An.R ada keluhan mencret sejak 1 hari yang lalu kemudian menyrankan An.R untuk
melakukan pengecekan laboratorium setelah itu hasil lab dibawa ke poli umum untuk
mendapatkan penjelasan dari dokter di poli umum.
Pada hari kedua dinas di poli KIA puskesmas simpang IV sipin yaitu menerima pasien
datang melalui alur pendaftaran terlebih dahulu, menerima RM pasien kemudian memanggil pasien
berdasarkan urutan. Setelah itu mengecek buku KIA ibu dan melakukan pengecekkan pada fisik ibu
seperti menimbang BB ibu, mengukur TB ibu, mengecek TD, dan LILA , menanyakan perihal
keluhan ibu selama hamil, dan melakukan pengecekkan pada kandungan ibu seperti mengukur TFU
dan posisi janin, setelah itu menafsirkan usia kandungan ibu.
1. Ny. K datang pada pukul 08.30 (ANC), dilakukan pemeriksaan pada ibu dan
kandungannya. Hasil; usia kehamilan 38-39 minggu, trimester ke-3, BB 50,80kg, tinggi
151cm, TD 121/77, TFU 30, LILA 22,5, status gizi normal.
2. Ny.M datang pukul 09.10 (ANC), dilakukan pemeriksaan pada ibu dan kandungannya.
Hasil; usia kehamilan 32-33, trimester ke-3, BB 77,55, TB 153cm, TD 119/90, TFU 36,
LILA 30, status gizi normal.
3. Ny.N datang pada pukul 10.00 (ANC), dilakukan pemeriksaan pada ibu dan
kandungannya. Hasil; usia kehamilan 25-26 minggu, trimester ke-2, BB 59,25kg, tinggi
160cm, TD 100/68, TFU 26, LILA 26, status gizi normal.
C. PEMBAHASAN
Dari hasil praktek lapangan selama 3 hari di puskesmas simpang IV sipin yang terhitung
dari tanggal 02-04 desember 2021, banyak pengalaman baru yang didapatkan terutama pada
proses pembuatan laporan mulai dari melihat data-data puskesmas, ruang lingkup
puskesmas, mekanisme puskesmas, wilayah kerja dan program kerja yang ada di puskesmas
simpang IV sipin. Di puskesmas simpang IV sipin telah terdapat fasilitas yang memadai
seperti poliklinik yang memadai laboratorium serta apotek. puskesmas simpang IV sipin
juga memiliki visi yaitu terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu menuju masyarakat
sehat dan mandiri di wilayah reja puskesmas simpang IV sipin, sesuai dengan visi dari
puskesmas ini seluruh palayanan kesehatan primer telah dijalankan dengan baik seperti
adanya pelayanan di poli umum, lansia, KIA, anak imunisasi, gizi dan tumbuh kembang
serta KB.
Pada saat dilahan praktik poli anak banyak dijumpai anak dengan keluhan demam dan
batuk, di poli anak juga diajarkan cara mengisi formulir MTBS dengan baik dan benar
pengisian buku registrasi dan cara pemeriksaan fisik pada anak secara baik, serta
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang diderita anak.
Pada saat di poli kia banyak dijumpai ibu dengan ANC, dilakukan pemeriksaan fisik pada
ibu hamil seperti pemeriksaan TD, BB, TB, DJJ dan LILA serta pemeriksaan TFU pada ibu
hamil, mengisi buku kia yang dimiliki ibu serta memberikan pendidikan kesehatan bagi ibu
hamil.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puskesmas sangat berperan penting dalam meningkatkan akses peningkatan pelayanan kesehatan
yang merata, seperti pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan kelarga
dan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Pelayanan
kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi
Kuratif (pengobatan), Preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan
Rehabilitatif(pemulihan).
A. SARAN
1. Puskesmas harus lebih memfokuskan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Herlambang, 2016 memahami manajemen pelayanan di rumah sakit dan organisasi pelayanan
kesehatan lainnya. Jakarta: salemba.
Mubarak. WI. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
2. Kementrian kesehatan RI.
Departemen Kesehatan R.I., 1961. Daftar Komposisi Bahan Makanan Direktorat Gizi DepKes
R.I. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
BAB III
Visi Puskesmas
Misi Puskesmas
Kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integratif.Kegiatan integratif adalah kegiatan
program lain, misalnya kegiatan imunisasi yang merupakan kegiatan pokok pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, yang dilaksanakan karena mempunyai sasaran penduduk yang
sama, yaitu ibu hamil dan anak–anak sampai dengan usia lima tahun. Adapun kegiatan–kegiatan
yang dilakukan oleh KIA, yaitu:
Menimbang berat badan balita untuk memantau pertumbuhan anak, yang dilakukan
secara rutin setiap bulan, baik di Puskesmas maupun di Posyandu. Indikator keberhasilan
pemantauan status gizi balita digunakan SKDN yang ditulis di buku Kartu Menuju Sehat
(KMS), dengan penjelasan sebagai berikut:
o S = jumlah semua balita
o K = anak yang mempunyai KMS
o D = balita yang datang teratur ketempat penimbangan
o N = balita yang datang teratur dan berat badan (BB) naik
Pemeriksaan HB (dan BB) pada ibu hamil secara rutin. Kunjungan ibu hamil ke
Puskesmas untuk ANC dilakukan minimal empat kali sepanjang kehamilannya.
PMT untuk balita yang kurang gizi. Penyuluhan PMT dilakukan melalui demonstras
pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara memasaknya. PMT pemulihan
dilakukan melalui pemberian makanan yang sifatnya suplementasi (vitamin A, sulfas
ferrosus, susu, dan sebagainya).
Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat, yang diintegrasikan kedalam program
KIA baik di Posyandu maupun di gedung Puskesmas.
Pembagian vitamin A untuk bayi 2x setahun, suplemen tablet besi (sulfas ferrosus) untuk
ibuhamil yang datang ke Puskesmas untuk ANC, dan pemberian obat cacing untuk anak
yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing.
4. Ruang lingkup lab
Kemampuan lab Puskesmas sangat bergantung dari tersedianya tenaga terampil di Puskesmas,
peralatan, dan reagensia.Kegiatannya meliputi:
Melakukan pemeriksaan kesehatan dan perawatan gigi dan mulut secara rutin, untuk
anak–anak sekolah dan ibu hamil.
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah.
Kegunaan angka kematian bayi endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-
program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program
pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian Fe dan suntik anti tetanus.
Sedangkan angka kematian post-Neo natal dan angka kematian anak kematian serta kematian
Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi,serta program-program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak program penerangan tentang gizi dan
pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia tahun.