Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ QURBAN ”

Disusun Oleh :
Kelompok 5

 EUIS A
 NURSIYAH
 SRI RISKI NURHIKMAH
 A. SAFEI
 FARI F
 M. KHALID D
 SUPRIYATNA

KELAS 9 C

SMP NEGERI I RAWAMERTA


RAWAMERTA – KARAWANG
2017
i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim .

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan dipergunakan bagi pembaca sekalian
sehingga makalah ini bisa bermanfaat dan terus bermanfaat bagi semuanya.amin
Namun penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak begitu pun dengan
makalah ini masih penuh dengan kekurangan, maka penulis mohon maaf bila dalam penulisan
makalah ini ada hal yang mungkin kurang berkenan.

Wassalamualaikum wr.wb.

Rawamerta , 24 September 2017


Tim Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................................
Kata Pengantar ............................................................................................................ i
Daftar isi ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Pengertian Qurban ................................................................................................ 3
B. Dasar Hukum Qurban ........................................................................................... 3
C. Keutamaan Qurban dan Dalil tentang Qurban ..................................................... 5
1. Al-Qur’an ......................................................................................................... 5
a. Al-Qur’an S. Al-Kautsar: 1 – 2 ...................................................................... 5
b. Al-Qur’an S. Al-Hajj: 37 ................................................................................ 5
c. Al-Qur’an S. Al-Hajj: 36 ................................................................................ 6
d. Qurban Nabi Ismail ........................................................................................ 6
e. Qurban Disyari’atkan Kepada Setiap Umat ................................................... 6
2. AL-HADITS ...................................................................................................... 7
D. Waktu Pelaksanaan Qurban .................................................................................. 8
1. Waktu .............................................................................................................. 8
2. Tempat ............................................................................................................. 11
E. Ketentuan dan Syarat Hewan Qurban .................................................................. 11
1. Jenis Hewan .................................................................................................... 11
2. Jenis Kelamin .................................................................................................. 12
3. Umur ............................................................................................................... 12
4. Kondisi ............................................................................................................ 12
F. Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban ............................................................ 13
G. Paparan dan Dokumentasi Pelaksanaan Qurban di SMPN 1 RAWAMERTA
Dokumentasi Qurban di SMPN I Rawamerta ........................................................ 14
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk mengingatkan bahwa kita sebagai
siswa juga bisa mengikuti kurban di sekolah, tidak harus selalu di lingkungan rumah saja.
Kita semua mengetahui bahwa kurban dilaksanakan pada hari raya Idul Adha.
Kegiatan kurban dilaksanakan oleh orang Islam. Kurban dilaksanakan setelah
menunaikan ibadah shalat Idul Adha. Kita juga boleh ikut menyumbangkan hewan untuk
dijadikan kurban.
Ibadah berqurban adalah antara amalan mulia dan penting dalam Islam karena amat
besar fadhilatnya, tetapi sayangnya masih banyak orang yang samar-samar atau kabur
kefahaman menerka mengenainya, sehingga ada yang memandang ringan walaupun
mempunyai kemampuan tetapi tidak mahu melakukan penyembelihan qorban ini.
Demikian yang bisa kami sampaikan. Semoga dengan dibuatnya makalah agama
yang membahas tentang Kurban ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Kami selaku tim
penyusun mengharapkan semua bisa memanfaatkan makalah ini. Sekian dan terima
kasih telah meluangkan waktu untuk membaca makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Berqurban?
2. Apakah hukum Berqurban?
3. Apakah keutamaan Berqurban dan Dalil tentang Berqurban ?
4. Kapan Waktu Pelaksanaan dalam Berqurban ?
5. Seperti apa Ketentuan dan Syarat Hewan dalam Berqurban ?
6. Bagaimana Tata cara Penyembelihan Hewan Berqurban ?
7. Seperti apa Pemaparan dan dokumentasi Pelaksanaan Qurban di SMPN 1
RAWAMERTA ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Berqurban
2. Mengetahui hukum Berqurban
3. Mengetahui keutamaan Berqurban dan Dalil tentang Berqurban
4. Mengetahui Kapan waktu pelaksanaan Berqurban
5. Mengetahui Ketentuan dan Syarat Hewan dalam Berqurban
6. Mengetahui Bagaimana Tata cara Penyembelihan Hewan Berqurban
7. Mengetahui Seperti apa Pemaparan dan dokumentasi Pelaksanaan Qurban di SMPN 1
RAWAMERTA

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qurban
Kata kurban atau korban, berasal dari bahasa Arab qurban, diambil dari kata :
qaruba (fi’il madhi) – yaqrabu (fi’il mudhari’) – qurban wa qurbaanan
(mashdar).Artinya, mendekati atau menghampiri (Matdawam, 1984).
Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan
diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Ibrahim Anis
et.al, 1972).
Dalam bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah atau adh-
dhahiyah , dengan bentuk jamaknya al adhaahi. Kata ini diambil dari kata dhuha, yaitu
waktu matahari mulai tegak yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban,
yakni kira-kira pukul 07.00 – 10.00 (Ash Shan’ani, Subulus Salam IV/89).
Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang disembelih pada
hari raya Qurban dan hari-hari tasyriq sebagai taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah
(Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah XIII/155; Al Jabari, 1994).

B. Dasar Hukum Qurban


Qurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Imam Malik, Asy Syafi’i, Abu Yusuf, Ishak
bin Rahawaih, Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm dan lainnya berkata, “Qurban itu hukumnya
Sunnah bagi orang yang mampu (kaya), bukan wajib, baik orang itu berada di kampung
halamannya (muqim), dalam perjalanan (musafir), maupun dalam mengerjakan haji.”
(Matdawam, 1984)
Sebagian mujtahidin –seperti Abu Hanifah, Al Laits, Al Auza’i, dan sebagian
pengikut Imam Malik— mengatakan qurban hukumnya wajib. Tapi pendapat ini dhaif
(lemah) (Matdawam, 1984).
Ukuran “mampu” berqurban, hakikatnya sama dengan ukuran kemampuan
shadaqah, yaitu mempunyai kelebihan harta (uang) setelah terpenuhinya kebutuhan
pokok ( al hajat al asasiyah) –yaitu sandang, pangan, dan papan– dan kebutuhan
penyempurna (al hajat al kamaliyah) yang lazim bagi seseorang. Jika seseorang masih
membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka dia terbebas
dari menjalankan sunnah qurban (Al Jabari, 1994)

3
Dasar kesunnahan qurban antara lain, firman Allah SWT :
“Maka dirikan (kerjakan) shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. ” (TQS Al
Kautsar : 2)
“Aku diperintahkan (diwajibkan) untuk menyembelih qurban, sedang qurban itu
bagi kamu adalah sunnah.” (HR. At Tirmidzi)
“Telah diwajibkan atasku (Nabi SAW) qurban dan ia tidak wajib atas kalian.” (HR.
Ad Daruquthni)
Dua hadits di atas merupakan qarinah (indikasi/petunjuk) bahwa qurban adalah
sunnah. Firman Allah SWT yang berbunyi “wanhar” (dan berqurbanlah kamu) dalam
surat Al Kautas ayat 2 adalah tuntutan untuk melakukan qurban (thalabul fi’li). Sedang
hadits At Tirmidzi, “umirtu bi an nahri wa huwa sunnatun lakum ” (aku diperintahkan
untuk menyembelih qurban, sedang qurban itu bagi kamu adalah sunnah), juga hadits Ad
Daruquthni ” kutiba ‘alayya an nahru wa laysa biwaajibin ‘alaykum” (telah diwajibkan
atasku qurban dan ia tidak wajib atas kalian); merupakan qarinah bahwa thalabul fi’li
yang ada tidak bersifat jazim (keharusan), tetapi bersifat ghairu jazim (bukan keharusan).
Jadi, qurban itu sunnah, tidak wajib. Namun benar, qurban adalah wajib atas Nabi SAW,
dan itu adalah salah satu khususiyat beliau (lihat Rifa’i et.al., Terjemah Khulashah
Kifayatul Akhyar, hal. 422).
Orang yang mampu berqurban tapi tidak berqurban, hukumnya makruh. Sabda
Nabi SAW :
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berqurban, maka
janganlah sekali-kali ia menghampiri tempat shalat kami.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah,
dan Al Hakim, dari Abu Hurairah RA. Menurut Imam Al Hakim, hadits ini shahih. Lihat
Subulus Salam IV/91)
Perkataan Nabi “fa laa yaqrabanna musholaanaa” (janganlah sekali-kali ia
menghampiri tempat shalat kami) adalah suatu celaan (dzamm), yaitu tidak layaknya
seseorang –yang tak berqurban padahal mampu– untuk mendekati tempat sholat Idul
Adh-ha. Namun ini bukan celaan yang sangat/berat (dzamm syanii’ ) seperti halnya
predikat fahisyah (keji), atau min ‘amalisy syaithan (termasuk perbuatan syetan), atau
miitatan jaahiliyatan (mati jahiliyah) dan sebagainya. Lagi pula meninggalkan sholat Idul
Adh-ha tidaklah berdosa, sebab hukumnya sunnah, tidak wajib. Maka, celaan tersebut
mengandung hukum makruh, bukan haram (lihat ‘Atha` ibn Khalil, Taysir Al Wushul Ila
Al Ushul, hal. 24; Al Jabari, 1994).

4
Namun hukum qurban dapat menjadi wajib, jika menjadi nadzar seseorang, sebab
memenuhi nadzar adalah wajib sesuai hadits Nabi SAW :
“Barangsiapa yang bernadzar untuk ketaatan (bukan maksiat) kepada Allah, maka
hendaklah ia melaksanakannya. ” (lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah XIII/157).
Qurban juga menjadi wajib, jika seseorang (ketika membeli kambing, misalnya)
berkata,”Ini milik Allah, ” atau “Ini binatang qurban.” (Sayyid Sabiq, 1987; Al Jabari,
1994).

C. Keutamaan Qurban dan Dalil tentang Qurban

1. Al – QUR’AN
Syariat Berqurban / Udhhiyah
Firman Allah dalam Al-Quran, surat Al An’am ayat 162-163 :

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)” (QS Al-An’am: 162-163)

a. Al-Qur’an S. Al-Kautsar: 1 – 2,

“Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia sangat banyak kepadamu, maka


sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah kurban.”

b. Al-Qur’an S. Al-Hajj: 37,

”Daging-daging kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah

5
telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap
hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik.

c. Al-Qur’an S. Al-Hajj: 36,

“Maka makanlah sebagiannya (daging kurban) dan berilah makan orang yang merasa
cukup dengan apa yang ada padanya (orang yang tidak meminta-minta) dan orang yang
meminta.”

d. Qurban Nabi Ismail


Surat Ash-Shaffat Ayat 102

“ Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
Termasuk orang-orang yang sabar”.

e. Qurban Disyari’atkan Kepada Setiap Umat


Surat Al-Hajj Ayat 34

“ dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada
mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu
kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada
Allah).

6
2. AL - HADITS
Sementara Hadits yang berkaitan dengan Qurban antara lain :

*) Hadits dari Anas bin Malik,

”Biasanya Nabi biasanya berkurban dengan dua ekor kambing kibas putih yang bagus
dan bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, dan beliau meletakkan
kakinya di samping binatang itu.” Dalam suatu lafadz: ”beliau menyembelih dengan
tangan beliau sendiri.” Dalam suatu lafadz: ”dua ekor kambing gemuk.” Menurut Abu
Awanah: ”dua ekor kambing yang mahal.” dengan menggunakan huruf tsa, bukan siin.
Dalam lafadz Muslim: ”Beliau membaca Bismillaahi walloohu akbar.”

*) Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban, maka
janganlah ia mendekati tempat salat Ied kami.” HR. Ahmad dan ibn Majah.

*) Hadits Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW,
apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunahnya bapak kalian,
Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan
kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu
kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap
satu helai bulunya juga satu kebaikan.” HR. Ahmad dan ibn Majah

*) “Jika masuk tanggal 10 Dzul Hijjah dan ada salah seorang di antara kalian yang
ingin berkurban, maka hendaklah ia tidak cukur atau memotong kukunya.” HR. Muslim

*) Hadits dari Aisyah,


7
”Beliau pernah memerintahkan untuk dibawakan dua ekor kambing kibas bertanduk
yang kaki, perut dan sekitar matanya berwarna hitam. Maka dibawakanlah kambing
tersebut kepada beliau untuk dijadikan kurban. Beliaupun berkata kepada Aisyah,
’Wahai Aisyah, ambilkan pisau.’ Kemudian beliau mengambilnya, membaringkannya
dan menyembelihnya seraya berdoa: ’Bismillaah, alloohumma taqobbal min
muhammadin wa’aali muhammad, wa min ummati muhammad.”

*) “Kami berkurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk tujuh orang,
satu sapi untuk tujuh orang. “ HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi.

D. Waktu Pelaksanaan Qurban


1. Waktu
Qurban dilaksanakan setelah sholat Idul Adh-ha tanggal 10 Zulhijjah, hingga
akhir hari Tasyriq (sebelum maghrib), yaitu tanggal 13 Zulhijjah. Qurban tidak sah bila
disembelih sebelum sholat Idul Adh-ha. Sabda Nabi SAW :
“Barangsiapa menyembelih qurban sebelum sholat Idul Adh-ha (10 Zulhijjah) maka
sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa menyembelih
qurban sesudah sholat Idul Adh-ha dan dua khutbahnya, maka sesungguhnya ia telah
menyempurnakan ibadahnya (berqurban) dan telah sesuai dengan sunnah (ketentuan)
Islam.” (HR. Bukhari)

Sabda Nabi SAW :


“Semua hari tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah) adalah waktu untuk
menyembelih qurban.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
Menyembelih qurban sebaiknya pada siang hari, bukan malam hari pada tanggal-tanggal
yang telah ditentukan itu. Menyembelih pada malam hari hukumnya sah, tetapi makruh.
Demikianlah pendapat para imam seperti Imam Abu Hanifah, Asy Syafi’i, Ahmad, Abu
Tsaur, dan jumhur ulama (Matdawam, 1984)

8
Perlu dipahami, bahwa penentuan tanggal 10 Zulhijjah adalah berdasarkan ru`yat
yang dilakukan oleh Amir (penguasa) Makkah, sesuai hadits Nabi SAW dari sahabat
Husain bin Harits Al Jadali RA (HR. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud hadits no.1991).
Jadi, penetapan 10 Zulhijjah tidak menurut hisab yang bersifat lokal (Indonesia saja
misalnya), tetapi mengikuti ketentuan dari Makkah. Patokannya, adalah waktu para
jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah (9 Zulhijjah), maka keesokan harinya
berarti 10 Zulhijjah bagi kaum muslimin di seluruh dunia.

Awal waktu
Waktu untuk menyembelih kurban bisa di 'awal waktu' yaitu setelah salat Id
langsung dan tidak menunggu hingga selesai khutbah. Bila di sebuah tempat tidak
terdapat pelaksanaan salat Id, maka waktunya diperkirakan dengan ukuran salat Id. Dan
barangsiapa yang menyembelih sebelum waktunya maka tidak sah dan wajib
menggantinya .

Dalilnya adalah hadits-hadits berikut:

a. Hadits Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ي‬ َ ِّ‫صل‬
َ ُ ‫س َك َو َم ْن ذَ َب َح َقب َْل أ َ ْن ي‬
ُ ُّ‫اب الن‬
َ ‫ص‬َ َ ‫س َكنَا فَقَدْ أ‬ َ ‫صلَّى‬
ُ ُ‫صالَتَنَا َونَ َس َك ن‬ َ ‫َم ْن‬
‫“فَ ْليُعدْ َمكَانَ َها أ ُ ْخ َرى‬Barangsiapa yang salat seperti salat kami dan menyembelih hewan
kurban seperti kami, maka telah benar kurbannya. Dan barangsiapa yang menyembelih
sebelum salat maka hendaklah dia menggantinya dengan yang lain.” (HR. Al-Bukhari
no. 5563 dan Muslim no. 1553) Hadits senada juga datang dari sahabat Jundub bin
Abdillah Al-Bajali radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhari (no. 5500) dan Muslim (no.
1552).
b. Hadits Al-Bara` riwayat Al-Bukhari (no. 5556) dan yang lainnya tentang kisah Abu
Burdah radhiyallahu ‘anhu yang menyembelih sebelum salat. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ‫“شَات ُ َك شَاة ُ لَح ٍْم‬Kambingmu adalah kambing untuk (diambil)
dagingnya saja.” Dalam lafadz lain (no. 5560) disebutkan: ‫َو َم ْن نَ َح َر فَإنَّ َما ه َُو لَ ْح ٌم يُقَدِّ ُمهُ ِل َ ْهله‬
َ ‫“لَي‬Barangsiapa yang menyembelih (sebelum salat), maka itu hanyalah
ُ ُّ‫ْس منَ الن‬
‫سك َش ْي ٌء‬
daging yang dia persembahkan untuk keluarganya, bukan termasuk hewan kurban
sedikitpun.”

9
Akhir waktu
Waktu penyembelihan hewan kurban adalah 4 hari, hari Iedul Adha dan tiga
hari sesudahnya. Waktu penyembelihannya berakhir dengan tenggelamnya matahari di
hari keempat yaitu tanggal 13 Dzulhijjah. Ini adalah pendapat ‘Ali bin Abi Thalib, Al-
Hasan Al-Bashri (imam penduduk Bashrah), ‘Atha` bin Abi Rabah (imam
penduduk Makkah), Al-Auza’i (imam penduduk Syam), dan Asy-Syafi'i (imam fuqaha
ahli hadits). Pendapat ini dipilih oleh Ibnul Mundzir, Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad
(2/319), Ibnu Taimiyah, Al-Lajnah Ad-Da`imah (11/406, no. fatwa 8790), danIbnu
Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (3/411-412).
Alasannya disebutkan oleh Ibnul Qayyim sebagai berikut: 1. Hari-hari tersebut
adalah hari-hari Mina. 2. Hari-hari tersebut adalah hari-hari tasyriq. 3. Hari-hari
tersebut adalah hari-hari melempar jumrah. 4. Hari-hari tersebut adalah hari-hari yang
diharamkan puasa padanya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ب َوذ ْك ٍر‬ ُ ‫أَيَّا ُم الت َّ ْشريْق أَيَّا ُم أ َ ْك ٍل َو‬
ٍ ‫ش ْر‬
‫“لِل تَعَالَى‬Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala.” Adapun hadits Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif radhiyallahu
‘anhu, dia berkata: ‫ض َحى آخ َر ذي ْالح َّجة‬ َ ُ‫َكانَ ْال ُمسْل ُم ْونَ يَ ْشري أ َ َحد ُ ُه ُم اِْلُضْحيَّةَ فَي‬
ْ ‫س ِّمنُ َها فَيَذْبَ ُح َها بَ ْعدَ اِْل‬
“Dahulu kaum muslimin, salah seorang mereka membeli hewan kurban lalu dia
gemukkan kemudian dia sembelih setelah Iedul Adha di akhir bulan Dzulhijjah.” (HR.
Al-Baihaqi, 9/298) Al-Imam Ahmad rahimahullahu mengingkari hadits ini dan berkata:
“Hadits ini aneh.” Demikian yang dinukil oleh Ibnu Qudamah dalam Syarhul Kabir
(5/193). Wallahu a’lam.

Menyembelih di waktu siang atau malam?


Tidak ada khilafiah di kalangan ulama tentang kebolehan menyembelih kkurban
di waktu pagi, siang, atau sore, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: ‫َويَذْ ُك ُروا‬
ٍ ‫“اس َْم هللا في أَي ٍَّام َم ْعلُ ْو َما‬Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
‫ت‬
ditentukan.” (Al-Hajj: 28)
Mereka hanya berbeda pendapat tentang menyembelih kurban di malam hari.
Yang rajih adalah diperbolehkan, karena tidak ada dalil khusus yang melarangnya. Ini
adalah tarjih Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (3/413) dan fatwa Al-Lajnah
Ad-Da`imah (11/395, no. fatwa 9525). Yang dimakruhkan adalah tindakan-tindakan
yang mengurangi sisi keafdhalannya, seperti kurang terkoordinasi pembagian

10
dagingnya, dagingnya kurang segar, atau tidak dibagikan sama sekali. Adapun
penyembelihannya tidak mengapa.
Adapun ayat di atas (yang hanya menyebut hari-hari dan tidak menyebutkan
malam), tidaklah menunjukkan persyaratan, namun hanya menunjukkan keafdhalan
saja.
Adapun hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma dengan lafadz: ‫ص َّلى هللاُ َعلَيْه َو َس َّل َم َعن الذَبْح باللَّيْل‬ ُّ ‫“نَ َهى النَّب‬Nabi
َ ‫ي‬
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menyembelih di malam hari.” Al-Haitsami
rahimahullahu dalam Al-Majma’ (4/23) menyatakan: “Pada sanadnya ada Salman bin
Abi Salamah Al-Janabizi, dia matruk.” Sehingga hadits ini dha’if jiddan (lemah sekali).
Wallahu a’lam. (lihat Asy-Syarhul Kabir, 5/194)

2. Tempat
Diutamakan, tempat penyembelihan qurban adalah di dekat tempat sholat Idul
Adh-ha dimana kita sholat (misalnya lapangan atau masjid), sebab Rasulullah SAW
berbuat demikian (HR. Bukhari). Tetapi itu tidak wajib, karena Rasulullah juga
mengizinkan penyembelihan di rumah sendiri (HR. Muslim). Sahabat Abdullah bin
Umar RA menyembelih qurban di manhar, yaitu pejagalan atau rumah pemotongan
hewan (Abdurrahman, 1990).

E. Ketentuan dan Syarat Hewan Qurban


1. Jenis Hewan
Hewan yang boleh dijadikan qurban adalah : unta, sapi, dan kambing (atau
domba). Selain tiga hewan tersebut, misalnya ayam, itik, dan ikan, tidak boleh dijadikan
qurban (Sayyid Sabiq, 1987; Al Jabari, 1994). Allah SWT berfirman :
“…supaya mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak (bahimatul an’am) yang
telah direzekikan Allah kepada mereka.” (TQS Al Hajj : 34)
Dalam bahasa Arab, kata bahimatul an’aam (binatang ternak) hanya mencakup unta, sapi,
dan kambing, bukan yang lain (Al Jabari, 1994).
Prof. Mahmud Yunus dalam kitabnya Al Fiqh Al Wadhih III/3 membolehkan berkurban
dengan kerbau ( jamus), sebab disamakan dengan sapi.

11
2. Jenis Kelamin
Dalam berqurban boleh menyembelih hewan jantan atau betina, tidak ada
perbedaan, sesuai hadits-hadits Nabi SAW yang bersifat umum mencakup kebolehan
berqurban dengan jenis jantan dan betina, dan tidak melarang salah satu jenis kelamin
(Sayyid Sabiq, 1987; Abdurrahman, 1990)

“Anak laki-laki hendaklah diaqiqahi dengan 2 kambing, sedangkan anak perempuan


dengan 1 kambing.Tidak mengapa bagi kalian memilih yang jantan atau betina dari
kambing tersebut.” (HR. An Nasai no. 4222 dan Abu Daud no. 2835. Al Hafizh Abu
Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

3. Umur
Sesuai hadits-hadits Nabi SAW, dianggap mencukupi, berqurban dengan
kambing/domba berumur satu tahun masuk tahun kedua, sapi (atau kerbau) berumur dua
tahun masuk tahun ketiga, dan unta berumur lima tahun (Sayyid Sabiq, 1987; Mahmud
Yunus, 1936).

4. Kondisi
Hewan yang dikurbankan haruslah mulus, sehat, dan bagus. Tidak boleh ada
cacat atau cedera pada tubuhnya. Sudah dimaklumi, qurban adalah taqarrub kepada
Allah. Maka usahakan hewannya berkualitas prima dan top, bukan kualitas sembarangan
(Rifa’i et.al , 1978)

Berdasarkan hadits-hadits Nabi SAW, tidak dibenarkan berkurban dengan hewan :

1) yang nyata-nyata buta sebelah,


2) yang nyata-nyata menderita penyakit (dalam keadaan sakit),
3) yang nyata-nyata pincang jalannya,
4) yang nyata-nyata lemah kakinya serta kurus,
5) yang tidak ada sebagian tanduknya,
6) yang tidak ada sebagian kupingnya,
7) yang terpotong hidungnya,
8) yang pendek ekornya (karena terpotong/putus) ,
9) yang rabun matanya. (Abdurrahman, 1990; Al Jabari, 1994; Sayyid Sabiq. 1987).

12
Hewan yang dikebiri boleh dijadikan qurban. Sebab Rasulullah pernah berkurban
dengan dua ekor kibasy yang gemuk, bertanduk, dan telah dikebiri ( al maujuu’ain) (HR.
Ahmad dan Tirmidzi) (Abdurrahman, 1990)
“Dianjurkan bagi setiap keluarga menyembelih qurban.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Tirmidzi, An Nasa`i, dan Ibnu Majah)

F. Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban


Teknis penyembelihan adalah sebagai berikut :
1. Hewan yang akan dikurbankan dibaringkan ke sebelah rusuknya yang kiri dengan
posisi mukanya menghadap ke arah kiblat, diiringi dengan membaca doa ”
Robbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim.” (Artinya : Ya Tuhan kami,
terimalah kiranya qurban kami ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.)
2. Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di atas leher hewan, agar hewan itu
tidak menggerak-gerakkan kepalanya atau meronta.
3. Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil membaca : “Bismillaahi Allaahu
akbar.” (Artinya : Dengan nama Allah, Allah Maha Besar). (Dapat pula ditambah
bacaan shalawat atas Nabi SAW. Para penonton pun dapat turut memeriahkan
dengan gema takbir “Allahu akbar!”)
4. Kemudian penyembelih membaca doa kabul (doa supaya qurban diterima Allah)
yaitu : “Allahumma minka wa ilayka. Allahumma taqabbal min ….” (sebut nama
orang yang berkurban). (Artinya : Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan akan kembali
kepada-Mu. Ya Allah, terimalah dari….) (Ad Dimasyqi, 1993; Matdawam, 1984;
Rifa’i et.al., 1978; Rasjid, 1990)

Penyembelihan, yang afdhol dilakukan oleh yang berqurban itu sendiri, sekali
pun dia seorang perempuan. Namun boleh diwakilkan kepada orang lain, dan sunnah
yang berqurban menyaksikan penyembelihan itu (Matdawam, 1984; Al Jabari, 1994).
Dalam penyembelihan, wajib terdapat 4 (empat) rukun penyembelihan, yaitu :

1. Adz Dzaabih (penyembelih) , yaitu setiap muslim, meskipun anak-anak, tapi harus
yang mumayyiz (sekitar 7 tahun). Boleh memakan sembelihan Ahli Kitab (Yahudi
dan Nashrani), menurut mazhab Syafi’i. Menurut mazhab Hanafi, makruh, dan

13
menurut mazhab Maliki, tidak sempurna, tapi dagingnya halal. Jadi, sebaiknya
penyembelihnya muslim. (Al Jabari, 1994).
2. Adz Dzabiih, yaitu hewan yang disembelih.Telah diterangkan sebelumnya.
3. Al Aalah, yaitu setiap alat yang dengan ketajamannya dapat digunakan
menyembelih hewan, seperti pisau besi, tembaga, dan lainnya. Tidak boleh
menyembelih dengan gigi, kuku, dan tulang hewan (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Adz Dzabh, yaitu penyembelihannya itu sendiri. Penyembelihan wajib memutuskan
hulqum (saluran nafas) dan mari` (saluran makanan). (Mahmud Yunus, 1936)

G. Paparan dan Dokumentasi Pelaksanaan Qurban di SMPN 1 RAWAMERTA


Pada Tanggal 04 September 2017, SMPN 1 Rawamerta Telah berlatih Qurban
sebanyak 2 Ekor Sapi yang disembelih oleh Ustad ZANI pada Pukul 07:30,
Penyembelihan tersebut di awali dengan membaca Bismillaahi Allaahu akbar dengan
menghadap ke kiblat. (Artinya : Dengan nama Allah, Allah Maha Besar) Kemudian
penyembelih membaca doa kabul (doa supaya qurban diterima Allah) yaitu : “Allahumma
minka wa ilayka. Allahumma taqabbal min ….” (sebut nama orang yang berkurban).
(Artinya : Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Ya Allah, terimalah
dari….) dan Hewan yang akan dikurbankan dibaringkan ke sebelah rusuknya yang kiri
dengan posisi mukanya menghadap ke arah kiblat, diiringi dengan membaca doa ”
Robbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim.” (Artinya : Ya Tuhan kami,
terimalah kiranya qurban kami ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.)

14
DOKUMENTASI QURBAN DI SMPN I RAWAMERTA

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kami ingin menutup risalah sederhana ini, dengan sebuah amanah penting :
hendaklah orang yang berqurban melaksanakan qurban karena Allah semata. Jadi
niatnya haruslah ikhlas lillahi ta’ala, yang lahir dari ketaqwaan yang mendalam dalam
dada kita. Bukan berqurban karena riya` agar dipuji-puji sebagai orang kaya, orang
dermawan, atau politisi yang peduli rakyat, dan sebagainya. Sesungguhnya yang
sampai kepada Allah SWT adalah taqwa kita, bukan daging dan darah qurban kita.
Allah SWT berfirman :
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan daripada kamulah yang mencapainya. ” (TQS Al
Hajj : 37)

B. Saran
1. Orang yang berkurban harus mampu menyediakan hewan sembelihan dengan cara
halal tanpa berutang.
2. Kurban hendaknya binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, atau biri-biri.
3. Binatang yang akan disembelih tidak memiliki cacat, tidak buta, tidak pincang,
tidak sakit, dan kuping serta ekor harus utuh dan lain lain

16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kurban_(Islam)
https://news.detik.com/berita/d-5106455/apa-arti-qurban-dalam-raya-idul-adha-ini-
hukum-dan-ketentuannya
https://www.amalqurban.com/pengertian-qurban-secara-lengkap-dengan-
penjelasannya/
http://digilib.uinsby.ac.id/930/4/Bab%201.pdf
http://repository.radenintan.ac.id/2951/1/SKRIPSI_FIX.pdf
https://satriasaep.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-qurban-dan-aqiqah.html
http://makalah2107.blogspot.com/2016/10/makalah-qurban.html

17

Anda mungkin juga menyukai