Anda di halaman 1dari 2

1.

``yang sampai detik ini masih saja memberikan beragam nikmat-Nya kepada kita, nikmat
yang tak terhitung jumlah, salah satunya nikmat iman dan kesehatan, sehingga di pagi ini
kita bisa bertemu lewat zoom dalam rangka bersilah ukhuwah dan tawasaubil haq
watawa sahubilsabar.
2. Selawat dan salam tak boleh lupa kita ucapkan untuk Nabi Muhammad saw. Nabi yang telah
berjuang dangan harta, tenaga, waktu, pemikiran, jiwa dan raga beliu untuk menyebar
pedoman hidup bagi umat manusia, sehingga kita tau mana yang gelap dan terang, mana
jalan yang lurus dan yang tersesat, sehingga kita tau akan ke mana hidup kita, bagaimana
cara memperisapkan bekal untuk perjalananan kita yang panjang ini. salah satunya kita tau
tentang kewajiban berpuasa.

3. Alhamdulillah, tadi sudah banyak kita dengar keutamaan-keutamaan puasa, dari ustadz abu
umar dan para asatidz lainnya. Masyaallah. Tabarakallah.

4. Sekarang saya pula ini diberi kesempatan untuk berbagi pengetahuan ttg puasa. Tapi bisa
jadi pula apa yang saya sebenarnya sudah diketahui pula oleh saudari fillah sekalian. Makany
saya sekadar megningat supaya tak lupa.

5. Puasa secara bahasa itu ya imsak, menahan. Kalau secara istilah, tentunnya ibadah yang
dilakukan dgn cara menanhan rasa haus, lapar, serta berhubungan badan, dimulai dari
terbitnya fajar hingga terbenam manta hari.

Nah, kita perhatikan, puasa ini pada pokoknya adalah menahan dari aktivitas yang halal.
Mimun, makan, dan bercengkrama dengan pasangan, itu kan hal-hal yang mubah atau halal.
Tapi kenapa jadi haram (dilarang). Apa faidahnya begitu ya. Maka pada kesmpatan ini saya
berusaha menyampaikan insight mengenai hal itu.

Di antara faidahnya adalah bisa Membetuk Self control (control diri). Agar tidak melakukan hal yang
haram dengan menahan diri dari yang hal. Jika yang halal saja bs kita hindari, apa lagi yang haram.

Mengurangnya Social control dan goverment control saat ini. Begitu mudahnya kita melakukan hal
yang haram, melihat yg haram, mengongonsumsi yang haram.

Bisa saja, seseorang tidak melakukan hal2 haram bukan karena tidak mau melakukannya, tapi karena
tidak ada kesempatan, tidak ada godaan/rayuan, atau tidak ada tekanan utk melakukan hal yang
haram. Kejahatan itu bukan karena ada niat, tapi karena ada kesempatan. Tidak melakukan
kejahatan bukan karena tidak berniat, tapi karena tidak ada kesempatan.

Kesempatan dari pekerjaan,

Missal seseorang petani misalnya, tidak melakukan korupsi, ya karena dia bukan pejabata yang
punya kesempatan utk korupsi. Bukan pejabat, bukan menteri, bukan dewan, dsb yang memang
sangat berpeluang utk korupsi. Maka ini kita lihat dari Nabi

Rayuan dari pergaulan

Misal kita tidak mengonumsi narkoba, miras, tidak berzina, bisa jadi karena memang tidak ada
rayuan utk melakukannya. Belajar dari Nabi Yusuf yang Zulaika berkehendak dan dia pun
berkehandak, tetapi dia ingat dengan Tuhannya.
Kesempatan, rayuan, dan tekanan dari kekuasaan

Nabi ditawarkan kekuasaan/kedudukan, kekayaan, perempuan, tapi ternyata Nabi punya self control
yang baik, sehingga beliau menolak itu semua, tidak berubah taqiqaohnya, missal dengan melakukan
perubahan dari dalam (kekusaan), tdk dng memberi pengaruh sebagai orang kaya (kekayaan): kan
orang kaya itu kan banyak mau mendekatinya/mendukungnya, tdk dengan memiliki perempuan
cantik: dgn pendekatan kultural, menikah dgn anak dari petinggi kekuasan spy terjadi pembagian
kekuasaa. Ternyata tidak.

Kian pula ketika beliau menjadi kepalal negara, bisa melakukan self control saat membuat perjanjian
hudaibiyah, Nabi berada di posisi yang benar bersama orang-orang yang benar dan mendukungnya,
tapi beliua menahan utk tidak ber

Anda mungkin juga menyukai