Hikayat ini berasal dari suku Haji tepatnya dari daerah Tiga Di
Haji kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
Pada zaman dahulu ada negeri yang bernama Lubuk Serai yang di
kepalai oleh seorang raja .Raja ini memiliki dua orang putra yang bernama
Raden Panji dan Kalimaskara. Raden Panji hendak melamar putri dari negeri
tetangga, negeri tersebut bernama Salik Inderan. Putri yang hendak
dilamarnya adalah Putri Dayang Ayu.
Ketika Raden Panji hendak melamar Putri Dayang Ayu, Raja Lubuk Serai
mengumpulkan penduduk senegeri itu untuk membantu menyiapkan
seserahan. Setelah semua dianggap sudah siap.
Keesokan harinya masyarakat berkumpul lagi untuk mengantarkan
Raden Panji ke tepi dermaga. Sebelum pergi Raden Panji berpamitan
dengan adiknya Kalimaskara. Raden Panji berpesan untuk adiknya , pesanku
denganmu ,” Andai kata tanaman selasih yang ku tanam di halaman rumah
itu layu, itu pertanda bahwa aku dalam kesusahan ataupun mendapat
musibah”. Setelah berpamitan dengan adiknya lalu Raden Panji pergi
meninggalkan negerinya beserta keluarganya.
Ketika sampai ditengah jalan kapal yang di tumpangi Raden mas panji,
di rampok oleh sekawanan pemberontak . Sepulangnya kalimaskara dari
bermain gasing , adu buah kemiling ( Tijok kemling ) , terkejutlah dia ketika
melihat tanaman selasih kakanya layu . Lalu ia teringat pesan kakaknya ! ,
kemudian ia pergi menemui kedua orang tuanya untuk menyampaikan pesan
dari kakannya tersebut . Setelah disampaikanya pesan dari kakanya itu , lalu
ia meminta izin untuk menyusul kakaknya . Kemudian ayahnya berkata “ apa
yang dapat engkau perbuat wahai anakku “ ?. Kalimaskara menjawab “ ay
ayah izinkan sajalah aku ini pergi untuk menyusul kakak “, dengan rayuannya
akhirnya ayah dan ibunya mengizinkan dia untuk pergi . Sebelum
kalimaskara pergi , ayahnya terlebih dahulu menggumpulkan semua pejabat
negeri itu untuk membahas tentang kepergiaan putranya, yakni Kalimaskara.
Keesokan harinya berkumpulah para pengawal negeri dan penduduk
negeri tersebut untuk mengantarkan Kalimaskara , sebelum ia pergi terlabih
dahulu , dia mengambil setandan kelapa hijau . Setelah itu dia menemui
kedua orang tuanya untuk menyampaikan permintakannya yang berisi “ ayah
biaralah aku pergi sendirian menyusul kakak tanpa harus didampingi oleh
para pengawal kerajaan “ . Raja dan permaisuri sangat cemas, tapi apa daya
lagi- lagi mereka terkena rayuan Kalimaskara .
Akhirnya pergi lah ia menyusul kakanya derngan menggunakan
setandan kelapa muda yang tadi diambilnya , didudukinyalah setandan
kelapa muda itu. Hari beraganti hari , malam berganti malam , kira – kira 7
hari perjalanannya. Dari kejauhan dan di selimuti oleh kabut, dilihatnyalah
oleh kalimaskara kapal kakaknya.
Kemudian langsung di hampirinyalah kapal itu tadi , dan benar saja
kalau itu benar kapal kakaknya. Setelah sampai di kapal itu , kemudian
kakaknya bercerita kepada adiknya bawa sanya kapalnya telah di rampok
oleh segerombolan perampok .
Setelah kakaknya bercerita , keesokan harinya kslimaskara meminta izin
kepada kakaknya untuk pergi menemui para perampok tersebut . “ ya sudah
kalau begitu , tapi kamu harus di kawal oleh pengawal , ini pergilah kamu
dengan lima penawalku “ kata kakaknya kalimaskara.
Setelah itu pergilah kalimaskara dengan lima penggawal kakaknya ,
tidak lama kemudan sampailah kalimaskara beserta 5 pengawalnya .
Dilihatnyalah oleh kalimaskara , bukan hanya satu atau dua orang tapi ribuan
orang yang ada di sana.
Lalu iya pergi untuk menemui ketua / kepala dari para perampok tersebut.
Menghadaplah iya dengan 2 kepala dari perampok tersebut yang bernama
Simpai Gelegai dan Salak Setanjung , dengan sopan santun .
Berbicaralah iya dengan kedua ketua tersebut , “ mohon kiranya
Simpai Gelegai , lepaskanlah kapal kakakku dan ini ada sedikit bawaan
kami”, Kata Kallimaska . “ ay , lagi para perajurit - perajurit kakamu sudah
banyak mati oleh kami “,jawab Simpai Gelegai. Memohon lagi lah
Kalimaskara kepada Simpai Gelegai , setelah memohon untuk yang kedua
kalinya masih tetap gagal , malah Simpai gelegai berkata “ hay anak kecil ,
lebih baik kau pulang saja kepada orang tua mu makan rebusan ubi dengan
kula aren “. Di jawabnyalah oleh Kalimaskara “ sudah kalau begitu , bagai
mana kalau kita berperang saja , karena saya datang kesini dengan cara
yang baik – baik tapi tetap saja tidak di perdulikan”.
Sebelum perang terjadi terlebihy dahulu simpai gelegai mengetes lima
pengawal Kalimaskar , akan tetapi sebelum itu kalimaskara berkata “
bagaimana kalau saya saja yang duluan berperang “. Setelah itu terjadilah
perang antara Kalimaskara denga ribuan para perampok . ternyata
Kalimaskara yang bar berumur 8 tahun mampu melakukannya , karena iya
memiliki kesaktian yakni , iya mampu terbang di udara layaknya seperti
burung dan iya hanya menggunakan sebuh keris untuk menumpas para
peramok tersebut.
Menghadaplah kalimaskara kepada Simpai gelegai dan salak
sejunjung , karena cuman mereka berdua lagi yang tersisa. “ nah ,
bagaimana Simpai Gelegai , seluruh anggotamu telah mati semua olehku ,
tolong lepaskanlah kapal kakakku itu” .
Masih saja Simpai gelegai tidak mau melepaskan kapal kakaknya , malah
mereka berdua melakukan pemberontakan untung membunuh Kalimaskara .
Segala cara telah mereka lakukan , tetap saja Kalimaskara tidak mati .
setelah Simpai Gelegai dan Salak Sejunjung melakukan pemberontakan ,
akhirnya tibalah giliran Kalimaskara melakukan perlawanan . Dinaikinaya lah
pundak Simpai gelegai dan di tebasnyalah kepala Simpai gelegai itu dengan
menggunakan kerisnya , kemudian dia naik keatas pundak Salak Sejunjung
dan di tebasnayalah lehernya , seperti menebang pohon besara . Kermudian
di bakarnya lah sarang para peramok tersebut tanpa bersisa apapun . setelah
semuanya selesai pulanglah Kalimaskara dan lima perajurit kakanya .
Kalimaskar kemudian menceritakan bahwa sanya sarang permpok
tersebut telah musnah dan kini sarang itu seperti tempat tidur burung puyuh
saja . usai bercerita , menyelamlah Kalilmaskara kedalam air untuk
melepaskan ranjau – ranjau yang menah kapal itu , setelah dilepasinya ,
naiklah iya kekapal kakaknya . “ nah , kakak sekarang kalian sudah bisa
melanjutkan perjalanan kalian dan aku pamit hendak pulang kembali ke
Negeri kita “ , kata Kalimaskara . “ iya , dan jangan lupa pesanku padamu
lihati tanaman Selasihku “.