Anda di halaman 1dari 14

Akuntansi Sektor Publik

Laporan Keuangan Instansi Pemerintah Pusat,


Daerah dan Desa

Disusun Oleh :

Paramadina Chairani Putri (C1C019107)

Vina Herliana (C1C019106)

Sindi Wulandari (C1C019153)

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah

Laporan keuangan merupakan suatu pernyataan entitas pelaporan yang terkandung


di dalam komponen laporan keuangan. Laporan Keuangan adalah bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu periode. Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah adalah pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah(PP No 24 Tahun 2005).

Kemudian di dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, laporan keuangan merupakan salah
satu bentuk pertanggungjawaban sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30, Pasal 31, dan
Pasal 32 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 55 ayat
(2) dan ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.

Pengertian serupa juga terdapat di dalam Peraturan pemerintah No. 8 tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yaitu sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu periode. Dari
berbagai pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa pada hakikatnya laporan
keuangan itu merupakan output atau hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan
inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan
dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan ini juga dapat
menggambarkan indikasi kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

2.2 Jenis Laporan Keuangan Pemerintah

Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama maupun


laporan pendukung. Jenis laporan keuangan disesuaikan dengan entitas yang
bersangkutan dan pihak yang keterkaitan untuk memerlukan informasi keuangan pada
suatu entitas tertentu.Seiring dengan bergulirnya reformasi Keuangan Negara yang
ditandai dengan diterbitkan PeraturanPemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (sebagaimana telah direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007).

Berdasarkan dasar hukum tersebut, komponen dari Laporan Keuangan yangharus


disusun oleh Pemerintah (Pusat) maupun Pemerintah Daerah terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran; Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan


informasi mengenai realisasiPendapatan, Belanja, Penerimaan Pembiayaan dan
Pengeluaran PembiayaanPemerintah Daerah dibandingkan dengan anggarannya
masing-masing 12 selamaperiode tertentu. Berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) LRAdisusun dengan basis kas, artinya bahwa pendapatan dan
penerimaanpembiayaan dicatat pada saat kas diterima di rekening kas umum
daerahsedangkan belanja dan pengeluaran pembiayaan dicatat pada saat
kasdibayarkan dari rekening kas umum daerah. Khusus untuk belanja
yangdibayarkan oleh bendahara pengeluaran SKPD diakui pada saat belanja
tersebut telah dipertanggungjawabkan (PP, No. 24, 2005).

2. Neraca; Neraca merupakan laporan yang menyajikan posisi aset, kewajiban


(utang) dan kekayaan bersih (ekuitas dana) pemerintah daerah pada tanggal
tertentu. Berdasarkan SAP, Neraca disusun dengan basis akrual, artinya
pengakuan/pencatatan aset, kewajiban dan ekuitas dana dilakukan pada saat
hak/kewajiban muncul, meskipun kas-nya belum diterima/dibayarkan. Format
neraca dibangun dari suatu persamaan dasar akuntansi yaitu aset = kewajiban +
ekuitas dana. Dengan demikian, total aset harus sama dengan total kewajiban dan
ekuitas dana (SAP No 3, 2005).

3. Laporan Arus Kas; Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai


sumber, penggunaaan,perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,
dan saldo kas dansetara kas pada tanggal pelaporan. Laporan arus hanya disusun
oleh BUD untukseluruh transaksi di tingkat Pemda. Laporan arus kas dapat
dipandang sebagailaporan yang menjelaskan perubahan posisi kas di neraca,
sehingga saldo akhirkas di neraca tentu 13 harus sama dengan saldo akhir kas
menurut laporan aruskas. Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang
berhubungan denganarus kas diatur dalam PSAP No. 03 tentang Laporan Arus
Kas (SAP, No. 3, 2005).

4. Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)


dimaksudkan untuk memberikanpenjelasan dan/atau pengungkapan yang memadai
terhadap komponen laporankeuangan yang disajikan (LRA, Neraca dan LAK)
sehingga laporan keuangantersebut dapat dipahami oleh para pengguna laporan
secara luas dan agar tidakmenimbulkan potensi kesalahpahaman diantara
pembacanya (Margono, 2010).

2.3 Laporan keuangan instansi pemerintah pusat

Pengertian dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat itu sendiri adalah laporan
keuangan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat dalam rangka transparansi dan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (disingkat LKPP) adalah laporan
pertanggung-jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang terdiri
dari Laporan realisasi anggaran, Neraca, Laporan arus kas dan Catatan atas laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

LKPP Merupakan konsolidasi laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga


yang disusun dengan berdasarkan praktik terbaik internasional (best practice) dalam
pengelolaan keuangan Negara[1]. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan pertama kali
diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan pemerintah[1]. LKPP disusun oleh Direktorat Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
Indonesia.
A. komponen laporan keuangan pemerintah pusat

Saat ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun berdasarkan penerapan


akuntansi basis kas menuju akrual. Pada tahun 2015 penerapan basis akrual akan
diberlakukan di Indonesia sehingga laporan keuangan yang diberi opini oleh Badan
Pemeriksa Keuangan adalah yang berbasis akrual[2].

Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:

1. Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi


Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
2. Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO)
disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual
sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan


keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu
periode tertentu.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi


kenaikan atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dan hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas
pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasi.
2.4 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan keuangan pemerintah daerah itu sendiri adalah gambaran mengenai


kondisi dan kinerja keuangan entitas tersebut. Salah satu pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat berkepentingan dengan
laporan keuangan pemerintah daerah karena pemerintah pusat telah menyerahkan sumber
daya keuangan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

A. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Berikut Komponen-Komponen laporan keuangan Pemerintah Daerah :

 Laporan Realisasi APBD (LRA)

 Neraca

 Laporan Arus Kas (LAK)

 Catatan Atas Laporan Keuangan (komite standar akuntasi pemerintah pusat dan
daerah).

 Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di atas, masing-
masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
keuangan daerah, yaitu laporan keuangan badan usaha milik daerah dan data yang
berkaitan dengan kebutuhan dan potensi ekonomi daerah.

B. Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

 Pemerintahan daerah (internal)

 Pemerintahan daerah (eksternal) seperti:

o DPRD

o Badan pengawas keuangan

o Investor, kreditur, dan donator

o Analis ekonomi dan pemerhati pemda


o Pemerintahan provinsi

o Pemerintah pusat

o Masyarakat

o SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan


menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD,
Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.

o SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan


mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan
melakukan proses konsolidasi lapkeu (lapkeu dari seluruh SKPD dan
PPKD menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari Laporan Realisai APBD
(LRA), Neraca Pemda, LAK, dan CaLK Pemda).

C. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka


pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun
Kabupaten), kemudian daerah-daerah tersebut menyampaikan laporannya ke Pemerintah
Pusat. Oleh pemerintah pusat dibuatkan menjadi Laporan Konsolidasi yang merupakan
Laporan Keuangan Pemerintah RI. Akuntansi keuangan daerah adalah suatu sistem
informasi pengidentifikasian, pencatatan, pengklasifikasian, mengikhtisarkan dan
mengkomunikasikan kegiatan suatu daerah berupa pelaporan untuk pengambilan
keputusan.

Akuntansi keuangan daerah terdiri atas:

1. Akuntansi keuangan pemerintahan Provinsi,


2. Akuntansi keuangan pemerintahan Kabupaten.
Untuk perlakuan akuntansi keuangan daerah penyusunannya harus mengikuti
PSAP yang telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tanggal 13 juni 2005, yaitu
PSAP Nomor 1 sampai dengan Nomor 11, dimana hasil proses akuntansinya adalah:

 Neraca
 Laporan Realisasi Anggaran
 Laporan Arus Kas
 Catatan Atas Laporan Keuangan

Tiap-tiap daerah merupakan satu entitas-entitas yang akan membuat laporan


keuangannya dan akan diserahkan ke Pemerintah Pusat. Pemerintah pusat yang juga
sebagai suatu entitas akan menggabungkan laporan keuangan daerah-daerah tersebut
kemudian membuat laporan keuangan Negara RI yang telah dikonsolidasikan sesuai
dengan PSAP Nomor 11.

 Akuntansi PPKD

Akuntansi PPKD adalah sebuah entitas akuntansi yang dijalankan oleh fungsi
akuntansi di SKPKD, yang mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD
dalam kapasitas sebagai pemda. Sistem akuntansi PPKD ini meliputi:

1. Akuntansi Pendapatan PPKD

Akuntansi pendapatan PPKD adalah langkah-langkah teknis yang harus dilakukan


dalam perlakuan akuntansi untuk pendapatan pada level pemda seperti Dana
Perimbangan. Dokumen sumber untuk penjurnalannya adalah Laporan Posisi Kas Harian
yang dibuat oleh BUD. Dari Laporan Posisi Kas Harian tersebut, PPKD dapat
mengidentifikasi penerimaan kas yang berasal dari dana perimbangan.
2. Akuntansi Belanja PPKD

Akuntansi Belanja PPKD adalah langkah-langkah teknis yang harus dilakukan


dalam perlakuan akuntansi untuk belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja
bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

3. Akuntansi Pembiayaan PPKD

Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus. Jika APBD mengalami defisit, pemerintah dapat menganggarkan
penerimaan- pembiayaan, di antaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan
anggaran (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekaya-an daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembali
pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.

4. Akuntansi Aset PPKD

Prosedur akuntansi aset pada PPKD merupakan pencatatan atas pengakuan aset
yang muncul dari transaksi pembiayaan yang dilakukan oleh pemda, misalnya peng-
akuan atas Investasi Jangka Panjang dan Dana Cadangan. PPKD akan mencatat transaksi
perolehan maupun pelepasan aset ini dalam jurnal umum berdasarkan bukti memorial.
Bukti memorial dibuat oleh PPKD sesuai dengan bukti transaksi yang ada

5. Akuntansi Utang PPKD

Seperti halnya aset, utang atau kewajiban pemda muncul sebagai akibat dari
transaksi pembiayaan yang dilakukan oleh pemda. Prosedur akuntansi utang PPKD
merupakan pencatatan atas pengakuan utang jangka panjang yang muncul dari transaksi
penerimaan pembiayaan serta pelunasan/pembayaran utang (pengeluaran pembiayaan).

6. Akuntansi Selain Kas PPKD

Prosedur akuntansi selain kas pada PKPD meliputi:


 Koreksi kesalahan pencatatan, Merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam
membuat jurnal dan telah dipindahkan ke buku besar
 Pengakuan aset, utang, dan ekuitas
 Jurnal terkait transaksi yang bersifat accrual dan prepayment, Merupakan jurnal
yang dilakukan dikarenakan adanya transaksi yang sudah di- lakukan PPKD
namun pengeluaran kas belum dilakukan (accrual) atau terjadi transaksi
pengeluaran kas untuk belanja di masa yang akan datang (prepayment).

D. Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

1. Satuan kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (ds) seperti surat perintah


membayar uang (spmu) dan surat tanda setoran (sts) dari transaksi keuangannya
kepada unit keuangan pemerintah daerah.
2. Unit pembukuan dan unit perhitungan melakuan pembukuan bulanan (ds) tersebut
dengan menggunakan komputer akuntansi (komputer yang telah disiapkan untuk
keperluan akuntansi) termasuk perangkat lunak (software) akuntansi.
3. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal yang sekaligus diposting ke dalam
buku besar dan buku pembantu secara otomatis untuk setiap satuan kerja.
 Bila dokumen di atas telah di verifikasi dan benar maka dilanjutkan dengan
proses komputer untuk pembuatan laporan pertanggungjawaban (lpj).
 LPJ dikirimkan kepada kepala daerah sebagai pertanggungjawaban satuan
kerja atas pelaksanaan anggaran, satu copy dikirim kepada satuan kerja
yang bersangkutan untuk kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen.
Satu copy untuk arsip unit perhitungan.
 LPJ konsolidasi juga harus diberikan kepada kepala daerah agar dapat
mengetahui keseluruhan realisasi apbd pada suatu periode.

2.5 Pengelolaan Keuangan Desa

A. Siklus Pengelolaaan Keuangan Desa


Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban keuangan desa. Pengelolaan keuangan desa merupakan rangkaian
siklus yang terpadu dan terintegrasi antara satu tahapan dengan tahapan lainnya.
Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta
dilakukan dengan tertib dan disiplinanggaran. Asas pengelolaan keuangan desa harus
dilaksanakan dan dipenuhi oleh setiap desa agar penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan masayarakat desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa dapat berjalan sesuai dengan rencana, sehingga visi desa dan masyarakat
yang sejahtera dapat diwujudkan. Berikut ini gambaran siklus pengelolaan keuangan desa
sebagai berikut: (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

Desa melakukan pengelolaan keuangan desa dan membuat pertanggungjawaban,


Terdapat alokasi Dana Desa dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dan
Tuntutan akuntabilitas dari masyarakat atas pengelolaan keuangan Desa Tujuan
Mengatur penyajian LK Desa dan meningkatkan transparansi serta akuntabilitas
keuangan desaRuang Lingkup seluruh entitas pemerintah desa dalam menyusun laporan
keuangan.Basis akuntansi Basis Kas untuk LRA dan Basis Akrual untuk Neraca serta
dapat sepenuhnya menggunakan akrual untuk menghasilkan informasi yang lebih
lengkap berdasarkan PSAP Berbasis Akrual yang telah ada Tanggung Jawab. Tanggung
jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Desa berada pada Kepala
Desa

B. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Asas adalah nilai-nilai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa. Asas


dimaksud melahirkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam
setiap tindakan Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dan prinsip tidak berguna bila tidak
terwujud dalam tindakan. Sesuai Permendagri No. 113 Tahun 2014,
Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas-asas, yaitu:

1. Transparan

Segala kegiatan dan informasi terkait Pengelolaan Keuangan Desa dapat diketahui
dan diawasi oleh pihak lain yang berwenang. Tidak ada sesuatu hal yang ditutup-tutupi
atau dirahasiakan. Hal itu menuntut kejelasan siapa, berbuat apa serta bagaimana
melaksanakannya. Transparan dalam pengelolaan keuangan mempunyai pengertian
bahwa informasi keuangan diberikan secara terbuka dan 20 jujur kepada masyarakat guna
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan (KK, SAP,2005).

2. Akuntabel

Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah/ lembaga


dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan akan pertanggungjawaban. Dengan demikian,
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan
dengan baik, mulai dari proses perencanaan hingga pertanggungjawaban.(KK,
SAP,2005). Asas ini menuntut Kepala Desa mempertanggungjawabkan dan melaporkan
pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa secara tertib, kepada masyarakat
maupun kepada jajaran pemerintahan di atasnya, sesuai peraturan perundang-undangan.

3. Partisipatif

Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan dilakukan dengan mengikutsertakan


keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga
perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. 21 Pengelolaan Keuangan Desa, sejak
tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan wajib melibatkan masyarakat para
pemangku kepentingan di desa serta masyarakat luas, utamanya kelompok marjinal
sebagai penerima manfaat dari program/kegiatan pembangunan di Desa (Permendagri
No. 113 Tahun 2014).

4. Tertib dan Disiplin Anggaran

Mempunyai pengertian bahwa anggaran harus dilaksanakan secara konsisten


dengan pencatatan atas penggunaannya sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan di
desa. Hal ini dimaksudkan bahwa pengelolaan keuangan desa harus sesuai dengan
Peraturan Perundang – undangan yang berlaku (Permendagri No. 113 Tahun 2014).

C. Komponen Laporan Keuangan Desa

Komponen laporan keuangan desa terdiri atas:

 Laporan Realisasi Anggaran Desa


 Neraca Desa
 Catatan atas Laporan Keuangan Desa.

Disajikan secara komparatif setiap akhir periode pelaporan.

D. Laporan Realisasi Anggaran Desa

Laporan Realisasi Anggaran Desa memuat anggaran dan realisasi selama periode
pelaporan serta menyediakan informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah
diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan (Prinsip
Ketaatan)Pendapatan Desa : Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan
Pendapatan Lain-LainBelanja Desa : Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja
Modal dan Belanja Tak Terduga (berdasarkan jenis belanja)Surplus/Defisit : Selisih
antara Pendapatan Desa dan Belanja DesaPembiayaan : penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaanSisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran Desa : Selisih
lebih/kurang antara realisasi Anggaran Desa, serta penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan dalam Anggaran Desa selama satu periode pelaporaninformasi Kas : Saldo
Awal Kas, Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas, dan Saldo Akhir Kas
E. Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Akuntansi pertanggungjawaban menurut Simamora (2012) merupakan suatu


sistem yang mengukur hasil-hasil dari pusat pertanggungjawaban dan membandingkan
hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diproyeksikan. Pengaturan mengenai pelaporan
pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa, diatur di dalam pasal 103 dan pasal 104
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015, dan pasal 37 hingga pasal 42 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 22 Formulir
yang digunakan di dalam laporan pertanggungjawaban desa meliputi :

1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja


Desa. Laporan ini menyajikan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari
pemerintah desa dibandingkan dengan anggarannya sesuai dengan Anggaran
Pendapatan Belanja Desa atau Anggaran Pendapatan Belanja Desa Perubahan untuk
suatu tahun anggaran tertentu. Adapun bentuk Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Desa.
2. Peraturan Desa Peraturan desa dalam hal ini berkaitan dengan pengelolaan keuangan
desa yang telah diundangkan dan di setujui oleh semua elemen masyarakat sehingga
memiliki posisi sebagai pertauran yang syah.
3. Laporan Kekayaan Milik Desa. Adalah laporan mengenai barang milik Desa yang
berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

Anda mungkin juga menyukai