ASUHAN KEPERAWATAN
DI SUSUN OLEH :
NIM : PO.71.20.2.19.019
TINGKAT : III.A
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
HARI :
TANGGAL :
DI SETUJUI OLEH :
PEMBIMBING LAHAN
MAHASISWA
DOSEN PEMBIMBING
NIP.
2
A. Definisi
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Penyebab terjadinya cedera kepala salah satunya karena adanya
benturan atau kecelakaan. Cedera kepala mengakibatkan pasien dan keluarga mengalami
perubahan fisik maupun psikologis dan akibat paling fatal adalah kematian. Asuhan
keperawatan pada penderita cedera kepala memegang peranan penting terutama dalam
pencegehan komplikasi (Muttaqin, 2008)
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak,
dan otak. Cedera kepala menjadi penyebab utama kematian disabilitas pada usia muda.
Penderita cedera kepala seringkali mengalami edema serebri yaitu akumulasi kelebihan
cairan di intraseluler atau ekstraseluler ruang otak atau perdarahan intrakranial yang
mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakranial. (Morton,2012)
Cedera kepala terbuka adalah apabila cedera menyebabkan kerusakan pada tulang
tengkorak sehingga mengenai jaringan otak. Sedangkan cedera kepala tertutup adalah bila
cedera yang terjadi tidak menyebabkan kerusakan pada tulang tengkorak, dan tidak
mengenai otak secara langsung.
3
B. Klasifikasi
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai- Nilai Glas gow Come (GCS):
1. Minora
a. GCS 13– 15
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit
c. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak fraktur cerebral, hematome
2. Sedang
a. GCS 9-12
b. Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari
24 Jam
c. Dapat mengalami fraktur tengkorak
3. Berat
a. GCS 3-8
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia terjadi lebih dari 24 Jam
c. Juga meliputi kontusio serebal, laserasi atau hematoma serebral
C. Etiologi
D. Manifestasi Klinis
4
1. Hilangnya kesadaran kurang dari kurang dari 30 menit atau lebih.
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat.
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
10. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal
E. Patofisiologi
5
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan
pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan
biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas
vaskuler.Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala
primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses
biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi
dampak kerusakan jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera
kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan.
F. Pathway
6
Trauma Kepala
Ekstra Kranial
Nyeri
Hematoma
(Perdarahan)
Risiko Syok
Hipovolemik
Sumber
7
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Spinal X ray
Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi Membantu
menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi (perdarahan atau
ruptur atau fraktur)
2. CT Scan
3. Myelogram
Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari
spinaaracknoid jika dicurigai
4. MRI (magnetic (Magnetic Imaging Imaging Resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
besar/ luas terjadinya perdarahan otak
5. Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo
H. Penatalaksanaan
8
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera
otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi
atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak. (Tunner,2000)
Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala
(Turner, 2000)
b) Penatalaksanaan Klinis
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara di puasakan terlebih dahulu
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi
4. Pasien diistirahatkan dulu atau tirah baring
5. Pemberian obat – obat analgetik
6. Pembedahan bila ada indikasi
I. Komplikasi
1. Pengkajian
Data pengkajian yang dapat ditemukan pada penderita trauma kapitis menurut
9
Dongoes (2000 ; 270-272)
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran,letargi,hemiparese quadreplegia, ataksia, cara
berjalan tak tegap. Masalah dalam keseimbangan cedera (trauma) ortopedi,
kehilangan tonus otot, otot spastik.
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi).
Tanda : Perubahan frekwensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi
dengan bradikardia, disritmia).
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinentia kandungan kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera.
Tanda : Muntah. Gangguan menelan
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan seperti
ketajamannya, diplopia, lapang pandang menyempit.
Tanda ; Perubahan kesadaran sampai koma.
1) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
2) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri) deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti.
3) Kehilangan penginderaan seperti pengecapan, penciuman dan pendengaran.
4) Wajah tidak simetri.
5) Genggaman lemah, tidak seimbang.
6) Refleks tendon dalam tidak ada atau lemah.
7) Apraksia, hemiparise, quedreplegia.
8) Postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang.
9) Sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan.
10) Kehilangan sensasi sebagian tubuh.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah, tidak bisa beristirahat, merintih.
h. Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas
10
berbunyi, stridor, tersedak. Ronki, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).
i. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi.
1) Gangguan penglihatan
2) Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon eye” tanda Batle di
sekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma).. Adanya aliran cairan
(drainase) dari telinga/hidung (CSS).
3) Gangguan kognitif.
4) Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami
paralysis.
5) Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
j. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang,
disartria, anomia.
k. Pemenuhan Pembelajaran
Gejala : penggunaan alkohol/obnat lain.
l. Pertimbangan Rencana Pemulangan :
Membutuhkan bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi, menyiapkan
makan, belanja, perawatan, pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan
tata ruang dan penempatan fasilitas lainnya di rumah.
m. Pemeriksaan Diagnostik
1) Scan CT :
Tanpa/dengan kontras : mengidentifikasi adanya SOL, hemoragic, menentukan
ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak. Catatan pemeriksaan berulang
mungkin diperlukan karena iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24 –
72 jam pascatrauma.
2) MRI :
Sama dengan skan CT dengan/tanpa menggunakan kontras.
3) Angiografi serebral :
Menunjukan kelaianan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat
edema, perdarahan, trauma.
4) EEG :
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis,
5) Sinar X :
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari
garis tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.
6) BAER (Brain Auditori Evoked Respons). :
Menentuk fungsi korteks dan batang otak.
11
Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachniod
9) GDA (Gas Darah Arteri) :
Mengetahuai adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang dapat
meningkatkan TIK.
10) Kimia/Eolektrolit Darah :
Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam peningkatan
TIK/perubahan mental.
11) Pemeriksaan Toksikologi :
Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab dalam penurunan kesadaran.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
b. Gangguan integritas jaringan b/d faktor mekanis
3. Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan I
Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
Intervensi :
1 Indentifikasi karakteristik nyeri
2 memonitor tanda tanda vital
3 fasilitasi istirahat yang cukup
4 ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
5 kolaborasi pemberian dosis da jenis analgetik
Tujuan :
1) Untuk mengidentifikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda tanda
perkembangan dari resolusi komplikasi
2) Mendemonstrasikan tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan
TIK.
b. Diagnosa Keperawatan II
Gangguan integritas jaringan b/d faktor mekanisme
Intervensi :
1 monitor karakteristik luka
2 monitor tanda tanda vital
3 cukup rambut diarea luka
12
13